Nilai UKA dianggap buruk. Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Mohammad Nuh
mengungkapkan, nilai rata-rata sementara hasil uji kompetensi awal (UKA)
guru tidak memuaskan. Pasalnya, dari hasil pemindaian yang baru
berjalan 82 persen , menunjukkan bahwa nilai rata-rata guru SD hanya
mencapai angka 35 dari 100 soal yang dikerjakan.
"Per hari ini, pemindaian nilai UKA baru mencapai 82 persen. Dari data
yang ada sementara, saya semakin yakin tentang pentingnya UKA ini.
Kenapa? Ketahuan semua kualitas dan kompetensi kawan-kawan kita. Ada
yang dapat nilai 100, ada yang dapat 10, ada yang dapat 30, ada yang
dapat 15. Bahkan, guru SD rata-rata nilainya hanya 35, dan guru IPA/IPS
rata-rata nilainya hanya 46," ungkap Nuh kepada JPNN di ruang kerjanya,
Kamis (8/3).
Dari hasil nilai UKA sementara itu, lanjut Nuh, juga dapat diketahui
daerah-daerah yang memiliki guru berkualitas dan tidak. Ia menyebutkan,
daerah-daerah yang memiliki nilai rata-rata UKA tertinggi sementara,
antara lain Sukabumi, Magelang, Pasuruan, Rembang, Surakarta, Denpasar,
dan Banyumas. Sedangkan daerah yang nilai rata-rata sementara terendah
antara lain, Sumba Tengah, Papua, Morotai, Barito, Mentawai, dan
Maluku.
"DKI Jakarta yang ibukota saja tidak masuk di jajaran nilai rata-rata
tertinggi. Ini baru nilai sementara. Pokoknya, nanti tanggal 18 Maret,
saya akan beberkan semuanya. Biar semua tahu bagaimana nilai para guru
kita ini. Saya rasa dua hari ke depan pemindaian hasil UKA sudah bisa
capai 100 persen," jelasnya.
Sementara dari ukuran usia guru, mantan Menkominfo ini memaparkan bahwa
guru usia tua tidak terbukti bernilai buruk. Pasalnya, berdasarkan data
sementara ini ditunjukkan bahwa 82 persen dari jumlah guru usia antara
25 - 55 tahun dinyatakan lulus UKA.
"Justru guru yang yang usia di bawah 25 tahun yang sementara berjumlah
172 orang, 41 orangnya tidak lulus UKA. Dari data ini menunjukkan bahwa
pihak yang menilai guru tua tidak mampu mengerjakan soal ujian itu
salah. Mereka buktinya sebagian besar lulus UKA meskipun ini baru hasil
sementara," tukasnya.
Bahkan, jika dipetakan berdasarkan jurusan sarjana masing-masing guru
yang mengikuti UKA, ternyata guru-guru itu rata-rata tidak sebidang
dengan mata pelajaran yang mereka ajarkan di sekolah. "Misalnya, sarjana
pertanian mengajar matematika. Sarjana ekonomi mengajar Bahasa
Indonesia. Ketahuan semua kan?" Serunya.
Maka dari itu, dengan adanya hasil sementara ini tidak menutup
kemungkinan bahwa kuota sertifikasi guru tahun 2012 sebanyak 250 ribu
ini tidak akan terpenuhi. "Ya tidak apa-apa jika tidak terpenuhi. Tidak
boleh dipaksanakan. Kalau memang ada sisa kuota, biarin saja. Masa
harus dipaksakan penuh? Padahal kualitas gurunya tidak sesuai,"
jelasnya. (Sumber:JPNN/chan)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar