Rabu, 25 Februari 2009

Guru Marah-Marah Tidak Berumur Panjang

Tiap hari, rasanya, guru pernah marah kepada siswanya. Kemarahan itu akibat siswa tidak tertib, PR tidak selesai, siswa ramai sendiri, dan penyebab lainnya. Emosi negatif guru terkadang tidak lagi dapat ditahan. Kemarahan pun menjadi akhir. Namun tahukah Anda bahwa hobi marah akan menyebabkan kematian? Sebuah penelitian mengungkapnya.

Detikhot (Rabu, 25 Februari 2009) melaporkan bahwa emosi negatif seperti marah memang tidak terlalu baik untuk tubuh. Dari sisi psikologis maupun mental, kemarahan akan menimbulkan efek samping yang berbahaya. Termasuk kematian. Sebuah penelitian dilakukan oleh para peneliti dari Universitas Yale, Amerika Serikat. Dr. Rachel Lampert sang peneliti mengungkapkan bahwa di suatu daaerah yang masyarakatnya penuh tekanan, angka kematian mendadaknya cenderung besar. Dikutip detikhot dari Fox News, Rabu (25/2/23009), Rachel meneliti 62 pasien yang menderita kelainan jantung. Hasil penelitian itu menyebutkan, bahwa kemarahan yang paling mempengaruhi keadaan jantung. Hal itu dibuktikan dengan alat pemeriksa detak jantung yang dipakaikan pada para pasien. Saat si pasien marah, diagram pada alat tersebut berubah-ubah dengan cepat dan tidak stabil.

Marah menurut Rachel lagi, sangat berpengaruh pada sistem elektrik di jantung. Oleh karena itu marah mengakibatkan perubahan sistem jantung dengan cepat, dan dapat mengakibatkan kematian yang mendadak. Tak hanya pada orang-orang yang memiliki kelainan jantung, orang yang memiliki jantung sehat pun dapat merasakan efek buruk dari kebiasaan marahnya. Namun tentu efeknya tak secepat pada mereka yang memiliki kelainan jantung. Untuk itu, Rachel menyarankan semua orang untuk dapat mengontrol emosi dan kemarahannya, agar tak menimbulkan penyakit.

Kalau Anda guru yang suka marah, segeralah berhenti marah agar berumur panjang. Gantilah kebiasaan marah dengan senyuman yang dapat menumbuhkan potensi siswa. Jangan biarkan jantung guru rusak hanya karena marah kepada siswanya.

Senin, 23 Februari 2009

Guru di Mata Mbok Siti (41)

"Mengapa ya Mbok, selama ini, sampeyan tidak pernah mengeluh atau tampak tidak pernah susah"", tanyaku dengan sedikit takut. "Padahal, aku sendiri sangat tidak sopan dan kurang ajar kepada Mbok", alasanku agar Mbok memaklumi kalau ada pertanyaan seperti itu.

"Anakku, memang mengeluh dan susah itu hak semua orang, termasuk hak diri Mbok ini", jawabnya dengan ramah berbeda dengan yang aku duga kalau Mbok akan marah. Namun, hak setiap orang juga untuk tidak menggunakan keluhan dan kesusahan dalam menapaki hidup ini. "Mengeluh dan susah sangat pribadi, mengapa harus ditampakkan ke orang lain?" imbuhnya dengan ringannya. Ada dua jalan dalam menapaki hidup, yakni susah dan senang, negatif dan positif, dan marah dan gembira. "Karena ada dua jalan berarti ada dua pilihan, lalu, mengapa kita tidak memilih yang menguntungkan saja, yakni jalan senang, positif, dan gembira", katanya dengan mendalam. Aku terharu mendengarnya.

Guru yang hebat adalah guru yang mampu menggeser rasa susah ke arah senang, mengubah berpikir negatif ke berpikir positif, dan selalu gembira daripada selalu marah. Jika jalan itu yang dipilih, siswa akan terbiasa untuk senang dalam segala hal, selalu lebih berpikir positif, dan dalam keadaan apapun, siswa akan gembira. "Guru sejati adalah guru kegembiraan yang senantiasa berpikir positif terhadap siswanya", jelas Mbok Siti yang memasang foto keluarga di dinding sebelah kanan pintu masuk.

Jumat, 13 Februari 2009

Tips Menulis Skripsi

Oleh Suyatno

Saat semester tua tiba, saat itulah muncul mata kuliah skripsi yang benar-benar membuat para mahasiswa gentar dan terbawa mimpi sampai seratus kali lebih. Mereka berpikir lebih sederhana bahwa skripsi menghalangi keberlangsungan kuliah. Padahal, skripsi itu merupakan realitas penyatuan pemikiran yang telah diperoleh di bangku kuliah dan diterapkan untuk mengkaji sesatu melalui pisau yang telah diasahnya pada semester sebelumnya. Jadi, mengapa harus gentar menghadapi skripsi. Skripsi itu mudah semudah membalikkan tangan karena dibimbing oleh dosen, ada panduannya, ada contoh skripsi sebelumnya, dan ada tahapan yang disediakan. Kalau saja menulis skirpsi itu merupakan suatu pekerjaan yang tidak mudah, menyita waktu, ribet karena harus dievaluasi dan dipresentasikan di depan dosen penguji, anggap saja semua itu bagian dari sebuah perjalanan. Jadi, mengalirlah ikuti iramanya bersama dosen pembimbing masing-masing.

Kemampuan seseorang dalam menuangkan gagasan dalam skripsi merupakan gambaran dari intelektualnya. Dari tulisan kan terlihat logika berpikir seorang. Apakah subjek, predikat dan objeknya jelas, atau kalimatnya kacau. Dengan menulis, seseorang belajar berpikir secara eksak dan padat. Itulah sebuah tantangan bagi penulis skripsi untuk senantiasa dihadapi dengan jiwa maju tak gentar.

Berikut ini, tips mudah menulis skripsi.
1. Pastikan dirimu mampu menulis skripsi dengan alasan bahwa semua mahasiswa di atasmu dapat lolos dalam skripsi. Berarti, kamu juga akan dapat lolos karena dia manusia dan kamu juga manusia, jadi, tidak ada bedanya.
2. Anggaplah bahwa menulis skripsi merupakan kewajiban.
3. Tulis saja beberapa alternatif judul dan sampaikan ke dosen siapa saja untuk dimintai saran judul yang tepat.
4. Buatlah peta pikiran berkait dengan judul Anda.
5. Tulislah sekenanya dan jangan takut salah apa yang ada di benakmu berkaitan dengan judul itu.
6. Beranikan diri untuk menyodorkan tulisan itu ke pembimbing untuk mendapatkan coretan revisi. Kalau saran diberikan dosen pembimbing secara lisan, siapkan alat tulisnya.
7. Teruslah mendekat dan "jatuh cinta" ke pembimbing. Bila Anda lama tidaK BERTEMU DENGAN PEMBIMBING, NISCAYA GAGASANMU AKAN SEMAKIN TIDAK TERARAH ATAU BAHKAN LUPA. Semakin sering bertemu pembimbing akan semakin ada perubahan skripsi mengarah ke sikripsi yang dituju.
8. Buatlah jadwal dan target waktu terselesainya skripsi dengan tahapan penulisannya.
9. Menulislah tanpa rasa malas karena penyakit penulisan skripsi adalah malas.
10. Ajaklah teman lain untuk juga turut mebaca skripsimu dengan jaminan ada masukan perubahan.
11. Segeralah ujian.

Media Pembelajaran Dianaktirikan Guru?

Oleh Suyatno

Marilah kita melihat sejenak para calon guru pada zaman dahulu, saat di bangku kampus atau sekolah mengajar. Mereka sibuk menyiapkan media, bahkan lembur sampai tengah malam, untuk kelengkapan praktik mengajar (PPL). Mereka takut mendapatkan skor jelek dalam praktik dari guru pamongnya. Tiap PPL, mereka pasti menggunakan media yang menarik dan bermanfaat menurutnya. Kini, setelah mereka menjadi guru, media itu terlupakan dan jauh terkubur di bawah pusara. Mereka, saat ini, mengajar hanya menggunakan mulut semata alias ceramah doang meski materi ajar berdimensi kinerja. Dengan penuh semangat, mereka beralasan bahwa mengajar merupakan pekerjaan yang sudah sangat dihapal.

Di dunia lain, marilah kita melihat profesi selain guru. Dokter saat menjadi mahasiswa kedokteran diajari menggunakan media kesehatan dan saat mereka menjadi dokter sungguhan, media itu tetap digunakan. Bahkan, dari tahun ke tahun, media kedokteran dikembangkan berdasarkan perkembangan ilmu penyakit. Begitu pula, arsitek, jaksa, dan pekerjaaan yang lain. Lalu, mengapa guru menganaktirikan media?

Media dianaktirikan guru karena menurut guru, mengajar itu cukup dengan mulut atau ceramah semata. Menurut mereka, pada zaman dahulu, mengajar juga lewat ceramah. Guru lupa dengan media. Padahal, media pembelajaran merupakan wahana penyalur atau wadah pesan pembelajaran. Media pembelajaran mempunyai peranan yang sangat penting dalam proses belajar mengajar. Disamping dapat menarik perhatian siswa, media pembelajaran juga dapat menyampaikan pesan yang ingin disampaikan dalam setiap mata pelajaran. Dalam penerapan pembelajaran di sekolah, guru dapat menciptakan suasana belajar yang menarik perhatian dengan memanfaatkan media pembelajaran yang kreatif, inovatif dan variatif, sehingga pembelajaran dapat berlangsung dengan mengoptimalkan proses dan berorientasi pada prestasi belajar.

Buatlah media pembelajaran di kelas menjadi lebih menarik dan kreatif agar siswa bertendensi untuk mengikuti pelajaran secara aktif. Itulah kunci sukses pengajaran. Bukan terletak pada kecanggihan kurikulum, melainkan bagaimana kredibilitas seorang guru di dalam mengatur dan memanfaatkan media yang ada di dalam kelas. bagaimana menurut Anda?

Rabu, 11 Februari 2009

Ponari, Dukun Cilik, Adalah Sosok Guru


Oleh Suyatno

Ponari, Dukun Cilik, dengan tiba-tiba, tanpa disangka, menjadi pusat perhatian ribuan masyarakat dengan menyembuhkan pesakitan hanya dengan sebuah batu coklat sebesar genggaman tangan. Praktik pengobatan Ponari sederhana. Batu yang menjadi ”aji kekuatan” itu cukup dicelupkan ke dalam air dan air itu diminum si pasien atau digosok-gosokan pada bagian tubuh yang terasa sakit. Dari praktik seperti ini, banyak pasien yang mengaku sembuh dari penyakitnya meskipun banyak pula yang mengaku belum sembuh. Itulah sebuah fenomena.

Muhammad Ponari (10) tahun, pelajar SD kelas 3 telah menjadi guru bagi ribuan orang, ribuan latar belakang, dan ribuan profesi. Betapa tidak, bocah yang digendong saat mengobati itu telah memberikan isi buku teks pelajaran kehidupan tentang (1) ternyata, ribuan warga kita mempunyai penyakit yang parah, rumit, dan lama yang selama ini belum dapat disembuhkan munkin karena tiada dana, tiada usaha, atau tiada jalan berobat; (2) pasien berdesak-desakkan telah menjadi guru kita bahwa penguasaan sistem pengaturan massa perlu dipahami dengan rinci dan aplikatif sehingga tidak menjadi desak-desakkan yang liar; (3) desak-desakkan yang berbuah kematian empat orang dan entah berapa yang pingsan memberikan gambaran bahwa kesabaran, toleransi, empati, dan emosi warga kita belum sepenuhnya kuat dan stabil; (4) lambannya antisipasi pihak terkait sampai memunculkan korban memberikan inspirasi kita bahwa pejabat terkait belum mempunyai daya tanggap yang serta merta untuk itu perlu pelatihan dan simulasi cepat tanggap darurat; (5) si kecil Ponari memberikan tengara bahwa anak mempunyai potensi jika disentuh jati dirinya; (6) batu ajaib itu membuktikan bahwa di atas alam kita ada alam lain yang perlu terus dikuak untuk dipelajari; dan (7) ternyata orang dewasa mempunyai jiwa eksploitasi yang rakus terhadap anak-anak akibat kepentingan pribadinya, buktinya, Ponari "dipaksa" untuk mengobati pasien tanpa kenal lelah dan kenal waktu sehingga hak belajar Ponari terbengkalai akibat tidak masuk beberapa hari.


Guru adalah cermin diri yang dapat mengubah dari jelek ke yang baik. Ponari merupakan simbol eksploitasi orang dewasa kepada anak. "Ini terjadi eksploitasi dan perampasan hak anak. Dia sudah melakukan penyembuhan di luar batas kepribadian anak. Ponari melakukan aktivitasnya lebih 3 jam, sekolahnya tertinggal, harus didatangkan guru, dan sebagainya," kata Sekjen Komnas PA, Arist Merdeka Sirait, dalam perbincangan dengan detikcom, Selasa (10/2/2009). Memang, kata Arist, pengobatan itu tidak dipungut tarif. Akan tetapi, pasien yang "berobat" memberikan sesuatu, utamanya dalam bentuk uang. Dari uang yang terkumpul tersebut, Arist mendengar ada yang akan digunakan untuk membangun jalan di lingkungan Dusun Kedungsari, Desa Balongsari, Megaluh, Jombang. Lebih memperihatinkan lagi, lanjut Arist, Ponari tetap mengobati puluhan ribu pasiennya dalam kondisi sakit pada Senin kemarin. Anak tersebut bukannya disuruh beristirahat, akan tetapi digendong-gendong untuk melayani pasien.

"Kalau itu mukjizat sebenarnya biarlah mengalir, manusia kan juga tidak bisa menolak pemberian Tuhan. Cuma harus disiasati. Misalnya memakai foto. Kan fotonya bisa dilihat. Terus edarkan air di tanki kepada yang antre dan celumpakan batunya. Karena yang berkhasiat kan katanya air, bukan batunya," kata Arist.


Jadi, biarlah Ponari sekolah namun tetap dapat menggunakan "batu ajaib" untuk pengobatan. Kemudian, biarlah Ponari berkembang seperti anak-anak lain, yakni bermain, bersosial, berteman, bermanja ke orang tua, dan mengenali pelajaran.

Jumat, 06 Februari 2009

Guru di Mata Mbok Siti (40)

Rumah di sekitar Mbok Siti sama sederhananya. Genteng kusam, tembok batu bata lama,kayu lapuk menggantung, dan pelataran tanah.Rumah-rumah itu seperti seragam dan seirama. Aku terkesima setiap kali berkunjung ke sana. Entah bagian otak mana yang membuat aku kagum dengan rumah-rumah sederhana itu.

"Menikmati apa anakku?" tanya si Mbok sambil membuka pintu. "Ini Mbok, struktur rumah yang kokoh ini", jawabku sekenanya. "Rumah ini sudah lama dibangun untuk tinggal dengan nyaman keluarga kami", jawabnya. Entah berapa orang yang dilahirkan, dibesarkan, dan berkembang dari rumah ini. Begitu pula, entah berapa orang yang berkembang dari rumah-rumah lain di sekitar ini. "Itu pertanda bahwa rumah ini, meskipun sederhana, mampu membuat orang yang tinggal di dalamnya nyaman, damai, dan betah", terang Mbok yang mempunyai tangan kokoh itu.

Begitu pula, guru harus mampu menjadi rumah bagi siswanya. "Guru harus mampu membuat siswa nyaman, damai, dan betah belajar", kata Mbok Siti sambil meletakkan secangkir kopi. Pada akhirnya, guru dapat menumbuhkembangkan kejiwaan siswa menjadi generasi yang damai dan berprestasi. "Yang membuat nyaman, damai, dan betah para siswa adalah gaya mengajar guru, bahasa yang mudah dimengerti dan akrab, penampilan yang menyejukkan siswa, dan kapasitas materi yang memadai", tambah Mbok Siti yang bernama lengkap Siti Damiyah itu.

Senin, 02 Februari 2009

Cara Mudah Menerapkan Team Teaching dalam Pembelajaran

Oleh Suyatno

Team Teaching atau Pembelajaran Tim (PT) saat ini mulai marak setelah beberapa sekolah terutama SMP, melakukan pembelajaran dengan harapan dapat lebih memaksimalkan fungsi guru, memenuhi standar mengajar 24 jam, dan pembelajaran menjadi menarik. SMPN 1 Pringkuku, Pacitan, 2007 yang lalu, melakukan pelatihan bagi guru untuk ber-pembelajaran tim yang diasuh oleh garduguru. Pelatihan itu dilaksanakan di ruang laboratorium. Kesannya sekarang, guru-guru di SMPN 1 Pringkuku itu merasakan hasilnya. Kemudian, SMPN 2 dan 4 Sidoarjo juga melakukan pelatihan PT dengan seksama meskipun sebelumnya sudah menerapkan PT. Mereka menyatakan bahwa PT lebih aspiratif dan menggairahkan kelas.

Apakah PT itu? PT adalah pembelajaran yang diasuh oleh dua atau lebih guru dengan satu topik atau satu kompetensi dasar. Di Jepang PT digunakan untuk meningkatkan kualitas pendidikan yang berorientasi kesiswaan sekaligus menjadi solusi problematika kelas besar yang sangat sulit ditangani oleh satu orang guru, sedangkan untuk mengembangkan sebuah kelas baru terbentur pada masalah pendanaan. Beberapa SD di Jepang yang pernah menerapkan PT. Dengan pendekatan ini, pendidikan SD di Jepang yang berorientasi kepada pendidikan anak per anak lebih mudah dijalankan. Secara praktisnya, guru utama bertugas menjelaskan materi pelajaran, sedangkan assistant teacher berfungsi membantu anak yang mengalami kesulitan dalam memahami pelajaran. Di Indonesia beberapa sekolah menerapkan pola yang sama namun berorientasi utama untuk melengkapi beban jam mengajar guru.

PT merupakan model pembelajaran kolaborasi pengajar di dalam kelas dengan observasi terhadap siswa secara intensif. Catatan khusus terhadap perilaku, ketidakbisaan, kesulitan siswa akan terekam dengan baik, bersamaan dengan itu, teknik pengajaran pun akan dapat dikritisi dengan baik. Untuk dapat melakukan ini dengan baik, kedua guru yang berkolaborasi harus mempunyai kesamaan komitmen, dan kesiapan untuk bersikap kritis dan mengkritisi.

PT tidak semudah pembelajaran yang biasanya, yakni pembelajaran guru tunggal. PT memerlukan tim yang padu, seirama, sejalan, senada, seide, dan semodel. Ibarat tim olahraga, guru yang akan ber-PT harus mampu memainkan pembelajaran dengan sangat padu dan kompak ke arah tujuan yang akan dicapai. Suara guru satu dengan guru lainnya harus diatur sehingga enak didengar siswa. Posisi berdiri tim juga harus dijaga dan diatur. Upayakan kelas benar-benar hidup dengan pemaknaan tunggal. Jangan sampai guru satu lebih berkuasa dibandingkan guru lainnya. Tim harus setara.

Cara mudah untuk PT adalah (1) rencanakan bersama. Duduklah berdua untuk membincangkan pembelajaran yang akan dilaksanakan lalu aturlah sampai ke hal teknis di kelas. Perencanaan yang dibuat bersama harus menjadi pedoman utama. Tim pengajar atau guru yang menyajikan bahan pelajaran dengan metode mengajar beregu ini menyajikan bahan pengajaran yang sama dalam waktu dan tujuan yang sama pula. (2) Laksanakan bersama. Ketika di kelas, tim harus semuanya berada di kelas dengan posisi yang telah diatur dalam rencana. Jangan sampai guru lainnya tidak masuk dengan alasan percaya dengan guru lainnya. Janagan lupa, ukurlah tingkat pemahaman siswa saat pelaksanaan. Kendali keberhasilan harus menjadi kunci kerja tim. (3) Evaluasi bersama. Setelah pembelajaran usai, tim jangan segera bubar. Luangkan waktu sebentar untuk saling mengevaluasi posisi, peran, hasil, kondisi, dan kapasitas penerimaan materi dari siswa. Hasil evaluasi itu menjadi bahan untuk rencana PT di hari berikutnya. Dalam PT, para guru tersebut bersama-sama mempersiapkan, melaksanakan, dan mengevaluasi hasil belajar siswa.