Jumat, 30 Desember 2011

Tahun 2012, Guru Perlu Resolusi Diri

Pada saat artikel ini ditulis, tahun baru 2012 kurang sehari tetapi rasanya segera tiba warna baru di hari dengan tahun yang baru. Ada apa sebenarnya? Tidak ada apa-apa karena ayam jago akan tetap berkokok seperti hari-hari kemarin, hujan akan tetap menyirami bumi, dan gerakan serta mata penglihatan kita akan tetap sama seperti hari-hari lainnya.

Namun, jika dirasakan dengan mendalam, tahun baru akan membawa sesuatu yang baru khususnya bagi guru yang mampu melihat dengan hati yang paling tajam. Tahun 2012 merupakan kesempatan bagi guru untuk melakukan resolusi diri sehingga suatu saat ditemukan kualitas guru yang diacungi jempol masyarakat karena membawa perubahan bagi siswanya.

Resolusi diri bagi guru jangan terlalu rumit. Buatlah secara sederhana saja. Tuliskan niat baru yang berbeda dengan niat tahun sebelumnya. Tulislah ke dalam buku harian, kertas putih, atau di piagam kosong tekad Anda di tahun 2012. Buatlah resolusi yang konkret, dapat dijangkau, dan berbeda dengan tahun sebelumnya.




Rabu, 28 Desember 2011

Mohammad Nuh, Mendikbud: 2012, Jangan Boleh Ada Anak yang Tidak Sekolah

"Semboyan kita ke depan adalah jangan boleh ada anak yang tidak sekolah. Semua harus sekolah, sekolah, sekolah". Itu yang dikatakan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Mohammad Nuh dalam wawancara khusus dengan Kompas.com, Senin (19/12/2011) di ruang kerjanya, Gedung Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Jakarta.Nuh mengatakan hal itu saat ditanya apa harapan Kemdikbud menyongsong Tahun Baru 2012. Tahun 2011 ini, kinerja Kemdikbud tak lepas dari berbagai sorotan. Utamanya, mengenai biaya pendidikan yang semakin tinggi dan pungutan-pungutan liar yang masih terjadi di sekolah-sekolah negeri.

"Saya punya tiga harapan. Pertama, sekolah. Dorong setiap anak untuk sekolah, meski ada kesulitan, tapi jangan putus sekolah. Dari segi pembiayaan, kini kita sudah semakin terbuka. Tidak hanya SD-SMP, tapi sampai perguruan tinggi," kata Nuh.

Kedua, ia menekankan perlunya mengedepankan nilai kejujuran. Sekolah, menurut dia, berperan untuk membentuk karakter dan kepribadian serta mengembangkan kecerdasan dan meningkatkan keterampilan.

"Oleh karena itu, sekolah enggak sekedar sekolah, tetapi sekolah yang benar. Salah satu nilainya adalah kejujuran," ujarnya.

Ketiga, pemerintah mengharapkan partisipasi masyarakat. Nuh mengungkapkan, urusan sekolah tidak hanya menjadi urusan pemerintah, tetapi semua pihak.

"Karena dampaknya bisa menyentuh kita semua. Pendidikan bukan investasi pemerintah, tetapi investasi bangsa. Oleh karena itu, partisipasi dari masyarakat diperlukan sesuai dengan bidangnya masing-masing," kata Nuh.

Apa yang bisa diharapkan?

Pada tahun 2012 mendatang, Kemdikbud menjanjikan akan memulai rintisan bantuan operasional sekolah (BOS) bagi siswa SMA/SMK. Hal ini dilakukan sebagai salah satu upaya untuk mewujudkan wajib belajar 12 tahun.

"Kita siapkan rintisan wajib belajar 12 tahun di 2012 untuk jenjang SMAN. Ini juga untuk persiapan melubernya lulusan SMP. Kalau enggak disiapkan, tidak ada BOS, percuma mereka lulus SMP, tetapi tidak melanjutkan lagi. Oleh karena itu, kita siapkan rintisan BOS SMA. Mudah-mudahan tahun 2013 kita sudah bisa wajar 12 tahun," papar Nuh.

Selain itu, dana BOS bagi siswa SD dan SMP juga akan mengalami kenaikan unit cost.

Siapa yang bisa menjamin kelancaran penyaluran dananya dan sampai tepat sasaran? Seperti diketahui, pada tahun 2011 ini, keterlambatan dan penyelewengan dana BOS menjadi salah satu hal yang disoroti. Pemerintah pun mengambil kebijakan mengubah mekanisme penyaluran, yang semula dari kabupaten/kota ke sekolah menjadi dari provinsi ke sekolah.

"Saya merasa optimistis mekanisme 2012 akan lancar karena telah terbukti. Prinsip dalam BOS itu ada empat ketepatan, yaitu tepat dari sisi waktu, tepat dari sisi jumlah, tepat dari sisi sasaran, dan tepat dari sisi penggunaan," ujar Nuh.

Mengenai sanksi terhadap sekolah yang melakukan penyelewengan penyaluran dana BOS, dikatakan Nuh, sudah ada ketentuan yang mengaturnya. Akan tetapi, ia meminta agar masyarakat yang mengeneralisasi semua sekolah melakukan penyelewengan.

"Jangan dibayangkan semua sekolah itu korup. Memang ada yg kurang transparan, tapi enggak semuanya. Maka, dalam juknis kita pandu bahwa setiap sekolah diharapken membuat laporan penerimaan dan pengeluaran serta pampangkan di papan pengumuman sekolah sehingga orang bisa tahu. BOS juga bisa dipakai untuk media pembelajaran transparan dan akuntabel. Kalau ada penyimpangan, ya, dibenerin," papar Nuh.

Sementara itu, untuk pendidikan tinggi, tahun depan, pemerintah akan menaikkan alokasi jumlah mahasiswa miskin yang menerima beasiswa Bidik Misi hingga mencapai 80.000 mahasiswa.(sumber: Kompas.com/12/2011)

Selasa, 27 Desember 2011

Media Pembelajaran sebagai Penentu Keberhasilan Siswa

Banyak guru yang kurang menaruh perhatian terhadap media pembelajaran ketika mengajar di hadapan siswanya. Mereka hanya mengandalkan ucapan dirinya seperti mereka diajar oleh gurunya pada waktu sekolah zaman dahulu. Menurutnya, kalau topik pelajaran atau KD sudah disampaikan dengan lisan, siswa berarti sudah mengerti. Padahal, justru dengan lisan saja siswa akan cepat lupa sehingga tidak terdapat informasi yang melekat dalam memorinya.
Belajar dengan media justru akan lebih mempermudah siswa untuk menangkap konsep yang ditambatkan ke dalam memorinya. Mengapa mempermudah? Bukankah guru zaman dahulu tanpa media, siswa juga dapat pandai-pandai. Bagaimana sebenarnya perbedaan media tradisional dengan modern? lalu, apakah guru perlu hanya menggunakan media modern saja? Narasi jawaban pertanyaan tersebut tampaknya perlu dilakukan agar ditemukan formula media pembelajaran yang dapat berperan sebagai penentu keberhasilan siswa.

Guru SMAN 1 Kongbeng Kutai Timur Workshop PTK

Tidak mau tertinggal dengan guru-guru di sekolah lain, guru SMAN 1 Kongbeng Kutai Timur mengikuti workshop PTK yang dibimbing langsung oleh Dr. Suyatno, M.Pd. dan Dr. Djuli Djatipambudi, M.S. di perpustakaan sekolah. Mereka syik mendalami konsep PTK lalu menuliskan proposal PTK. Proposal tersebut pada smester genap akan dilaksanakan di kelas. Pada tahun 2012, laporan PTK diharapkan dapat diwujudkan.
SMAN 1 Kongbeng terletak kurang lebih 200 km dari Sangata, ibukota Kutai Timur arah ke barat laut atau 160 km dari Berau arah barat daya. Sekolah tersebut masih baru karena baru lima tahun yang lalu didirikan di tengah kompleks permukiman dayak Miau baru. Guru-gurunya relatif masih mudah, belum semua bidang studi terpenuhi gurunya, dan mereka berasal dari berbagai daerah dan beragam suku.
Guru-guru tampak serius mendalami PTK dengan langsung menuliskan di laptop masing-masing. "Kami tidak mau kalah dari sekolah lain, Pak", kata Asmadi, Kepala Sekolah SMAN 1 Kongbeng. Oleh karena itu, semester depan, proposal ini harus diwujudkan ke dalam laporan sehingga ada dokumen PTK yang memang dilaksanakan.
PTK itu bukan momok yang harus dijauhi melainkan kewajiban guru untuk membuatnya. Bukankah semua guru pasti mempunyai roblem dalam mengajarnya? Berangkat dari problem kelas itulah, PTK dilakukan guru untuk memperbaiki problem. Jadi, masalah PTK harus berangkat dari kelas yang diasuh oleh guru.

Minggu, 20 November 2011

Siswa SD Indonesia kalahkan Malaysia dan Filipina


Siswa SD Indonesia yang diwakili anak-anak SD Papua berhasil menorehkan prestasi dalam ajang Asian Science and Mathematics Olympiad for Primary School yang pertama kali digagas dan diselenggarakan di Indonesia. Mereka berhasil mempersembahkan 4 emas, 5 perak, dan 3 perunggu.
Olimpiade Matematika dan Sains untuk siswa SD se-Asia ini diikuti 131 peserta yang terdiri dari 87 siswa untuk bidang Matematika dan 44 peserta untuk bidang Sains. Peserta berasal dari Indonesia, Malaysia, dan Filipina.
Yohanes Surya, penggagas Asian Science and Mathematics Olympiad for Primary School (ASMOPS) sekaligus pendiri Surya Institute, Jumat (18/11/2011) di Jakarta, menyebutkan, prestasi anak-anak Papua mengangumkan. Banyak anak-anak SD dari Papua yang masih sulit menghitung. Namun, dengan pelatihan lewat Matematika Gasing (Gampang Mengasyikkan) yang digagas Yohanes Surya, anak-anak Papua mampu menunjukkan prestasi.
Siswa SD Papua yang dinilai membuat gebrakan luar biasa sehingga meraih medali emas adalah Kristian Murib (Wamena), Merlin Kogoya (Tolikara), Kohoin Marandey (Sorong Selatan), dan Ayu Rogi (Waropen). Mereka yang meraih medali perak adalah Syors Srefle (Sorong Selatan), Natalisa Dori (Waropen), Nikolaus Taote (Mimika), dan Emon Wakerwa (Tolikara). Adapun medali perunggu dipersembahkan Alex Wanimbo (Lani Jaya), Boni Logo (Wamena), dan Ester Aifufu (Sorong Selatan).
Bagi Kristian Murib, prestasi ini adalah medali kedua yang ia peroleh. Beberapa waktu lalu, ia meraih perunggu dalam ajang Olimpiade Sains Nasional 2011 di Manado, Sulawesi Utara.
Siswa lainnya, Kohoin Mrandey, merupakan anak yatim yang berasal dari keluarga kurang mampu. Ibunya sulit sekali mencari penghasilan yang cukup untuk makan sehari-hari.
Dalam ajang ASMOPS pertama di bidang Matematika ini ada 11 siswa peraih emas, 16 siswa peraih perak, dan 18 siswa peraih perunggu. Untuk bidang Sains, ada 7 siswa peraih emas, 9 siswa peraih perak, dan 9 siswa peraih perunggu. (Sumber: Kompas.com)

Senin, 07 November 2011

Ciri-Ciri Guru Hebat

Kalau berkata tentang guru, ada ribuan yang dapat diceritakan tentang keguruan. Namun, kalau berbicara guru hebat, hanya segelintir orang yang memenuhi persyaratan. Guru biasa sangat banyak. Guru baik hanya sedikit. Kemudian, guru hebat ya hanya segelintir orang saja.

Kata bijak menyebutkan bahwa guru biasa menjelaskan, guru baik mendemonstrasikan, dan guru hebat menginspirasikan. Oleh karena itu, sekali menjadi guru, ya jadilah guru hebat. Guru hebat adalah guru yang mampu membenamkan konsep keilmuan di memori siswa secara mendalam, membekas, dan dibawa siswa sampai kapan pun. Inspirasi siswa berkembang dengan kreatif dan inovatif karena didasari oleh konsep yang diterima oleh guru. Lalu, bagaimana ciri guru hebat itu?

Ciri guru hebat sebagai berikut.
(1) Ucapan dan intonasinya jelas dan mudah dipahami. Siswa langsung menyerap makna dari ucapan guru tanpa harus berpikir lama dan berputar-putar. Ucapan guru tersistem, mantap, dan berterima dengan kejiwaan siswa.
(2) Bobot keilmuannya sangat dalam dan luas. Sehari-hari, guru hebat mengikuti perkembangan zaman untuk memupuk keluasan keilmuannya. Tren zaman dapat cepat dimaknai oleh guru lalu diolah dengan bahasa guru untuk disajikan ke siswanya.
(3) Orangnya lugas dan sederhana. Karena yang dihadapi adalah siswa bukan orang dewasa, guru hebat selalu menyampaikan keilmuannya dengan lugas dan mudah diterima siswanya.
(4) Bersahabat dan peduli. Guru biasa selalu mengambil jarak dengan siswa karena menurutnya wibawa guru akan terbangun. Namun, tidak untuk guru hebat. Guru hebat bersahabat dengan siswanya sehingga terbangun kedekatan yang akan mempermudah berkomunikasi. Wibawa justru dibangun dari persahabatan antara siswa dengan guru.
(5) Kaya metode dan media. Guru hebat teramat paham kalau siswa itu mudah jenuh, dinamis, dan kreatif. Menurutnya, mengajar harus menyenangkan, dinamis, dan kreatif. Jalan yang harus ditempuh adalah menerapkan pembelajaran dengan multimetode dan multimedia yang sesuai dengan keinginan siswa.

Sabtu, 05 November 2011

Ciri Karakter Anak yang Bermasalah


Karakter positif kadang susah dikembangkan pada anak karena dalam diri anak telah menetap karakter bermasalah yang dapat membentuk karakter negatif. Untuk itu, para guru atau orang tua harus juga mengenali karakter anak yang penuh masalah itu. Berikut ciri Karakter Anak yang dianggap bermasalah.
1. Susah diatur dan diajak kerja sama
Hal yang paling Nampak adalah anak akan membangkang, akan semaunya sendiri, mulai mengatur tidak mau ini dan itu. pada fase ini anak sangat ingin memegang kontrol. Mulai ada “pemberontakan” dari dalam dirinya. Hal yang dapat kita lakukan adalah memahaminya dan kita sebaiknya menanggapinya dengan kondisi emosi yang tenang.
Ingat akan kebutuhan dasar manusia? Tiga hal diatas yang telah saya sebutkan, nah kebutuhan itu sedang dialami anak. Kita hanya bisa mengarahkan dan mengawasi dengan seksama.
2. Kurang terbuka pada pada Orang Tua
Saat orang tua bertanya “Gimana sekolahnya?” anak menjawab “biasa saja”, menjawab dengan malas, namun anehnya pada temannya dia begitu terbuka. Aneh bukan? Ini adalah ciri ke 2, nah pada saat ini dapat dikatakan figure orangtua tergantikan dengan pihak lain (teman ataupun ketua gang, pacar, dll). Saat ini terjadi kita sebagai orangtua hendaknya mawas diri dan mulai menganti pendekatan kita.
3. Menanggapi negatif
Saat anak mulai sering berkomentar “Biarin aja dia memang jelek kok”, tanda harga diri anak yang terluka. Harga diri yang rendah, salah satu cara untuk naik ke tempat yang lebih tinggi adalah mencari pijakan, sama saat harga diri kita rendah maka cara paling mudah untuk menaikkan harga diri kita adalah dengan mencela orang lain. Dan anak pun sudah terlatih melakukan itu, berhati-hatilah terhadap hal ini. Harga diri adalah kunci sukses di masa depan anak.
4. Menarik diri
Saat anak terbiasa dan sering Menyendiri, asyik dengan duniannya sendiri, dia tidak ingin orang lain tahu tentang dirinya (menarik diri). Pada kondisi ini kita sebagai orangtua sebaiknya segera melakukan upaya pendekatan yang berbeda. Setiap manusia ingin dimengerti, bagaimana cara mengerti kondisi seorang anak? Kembali ke 3 hal yang telah saya jelaskan. Pada kondisi ini biasanya anak merasa ingin diterima apa adanya, dimengerti – semengertinya dan sedalam-dalamnya.
5. Menolak kenyataan
Pernah mendengar quote seperti “Aku ini bukan orang pintar, aku ini bodoh”, “Aku ngga bisa, aku ini tolol”. Ini hampir sama dengan nomor 4, yaitu kasus harga diri. Dan biasanya kasus ini (menolak kenyataan) berasal dari proses disiplin yang salah. Contoh: “masak gitu aja nga bisa sih, kan mama da kasih contoh berulang-ulang”.
6. Menjadi pelawak
Suatu kejadian disekolah ketika teman-temannya tertawa karena ulahnya dan anak tersebut merasa senang. Jika ini sesekali mungkin tidak masalah, tetapi jika berulang-ulang dia tidak mau kembali ke tempat duduk dan mencari-cari kesempatan untuk mencari pengakuan dan penerimaan dari teman-temannya maka kita sebagai orang tua harap waspada. Karena anak tersebut tidak mendapatkan rasa diterima dirumah, kemanakah orangtua?

Cara Mengenali Gangguan Mental pada Siswa

Banyak guru yang tidak mengerti jika siswanya mengalami gangguan mental. Bahkan, ada guru yang karena tidak tahu ciri gangguan mental malah memperkeruh mental siswa yang sudah terganggu itu. Memang, gangguan mental kadang tidak terdiagnosis termasuk pada anak-anak. Berikut ini, 11 tanda agar guru lebih mudah mengenali masalah mental pada siswa.

Beberapa tanda seperti perasaan sedih selama 2 minggu atau lebih bisa menunjukkan gejala depresi, ketakutan yang intensif atau kekhawatiran dalam melakukan kegiatan sehari-hari bisa jadi merupakan gangguan kecemasan. Kadang hal itu tidak disadari, terutama pada siswa yang belum dapat menjelaskan apa yang dirasakannya.

Karenanya daftar ini dimaksudkan untuk membantu guru agar lebih mudah mengenali masalah mental pada siswa sehingga bisa menerima penanganan dan pengobatan yang tepat. Studi sebelumnya menunjukkan 3 dari 4 siswa memiliki masalah kesehatan mental termasuk gangguan attention-deficit/hyperactivity (ADHD), gangguan makan dan gangguan bipolar yang tidak terdiagnosis sehingga tidak mendapatkan perawatan yang dibutuhkan.

Berikut ini 11 tanda peringatan siswa memiliki masalah mental yang sudah diterbitkan dalam jurnal Pediatric yaitu:
1. Merasa sangat sedih atau menarik diri selama 2 minggu atau lebih

2. Berusaha untuk menyakiti atau membunuh diri sendiri, atau bahkan memiliki rencana untuk melakukannya

3. Tiba-tiba merasa takut luar biasa tanpa alasan yang jelas, kadang disertai dengan detak jantung dan napas yang cepat

4. Terlibat dalam beberapa kali perkelahian, menggunakan senjata atau berkeinginan untuk menyakiti orang lain

5. Memiliki perilaku diluar kendali yang bisa merugikan diri sendiri atau orang lain

6. Tidak mau makan, memuntahkan makanan atau menggunakan obat pencahar untuk menurunkan berat badan

7. Ketakutan atau kekhawatiran yang intensif dan terus menerus dalam melakukan kegiatan sehari-hari

8. Sangat sulit dalam berkonsentrasi atau menempatkan diri pada suatu lingkungan sehingga bisa membahayakan diri atau menyebabkan kegagalan sekolah

9. Penggunaan obat atau alkohol yang berulang

10. Perubahan suasana hati yang parah sehingga menyebabkan masalah dalam hubungan pertemanan atau keluarga

11. Perubahan perilaku dan kepribadian yang drastis

Peneliti mengungkapkan jika guru melihat salah satu dari tanda-tanda ini pada siswa, sebaiknya konsultasikan dengan dokter atau ahli kesehatan mental untuk mengevaluasi kejiwaan. Selain itu diharapkan dengan adanya panduan tanda-tanda ini bisa membantu guru dalam membedakan antara perilaku yang normal dari masa kanak-kanak dengan tanda dari masalah mental. (Sumber: detikHealth)

Guru SMAN 8 Surabaya Perbarui Perencanaan Pembelajaran

Semua guru SMAN 8 Surabaya bertekad untuk memperbarui perencanaan pembelajaran (RPP) sejalan dengan kemasan pendidikan karakter dalam pembelajaran. RPP tersebut diperbaiki secara serentak untuk semua mata pelajaran pada Sabtu, 5 November 2011 di ruang guru dan dibuka oleh Pak Sadhali, selaku kepala sekolah. Sebanyak 70 guru terlihat serius dan bergembira saat mencermati model pembaharuan yang difasilitasi oleh Garduguru.

Kekuatan pembelajaran salah satunya terletak pada perencanaan yang dibuat oleh guru. "Mutu pembelajaran harus menjadi titik tolak perubahan sekolah menuju sekolah unggul. Salah satunya, tentu perencanaan pembelajaran yang benar-benar dibuat oleh guru", kata Pak Shadali, yang juga pelatih gulat nasional itu. Banyak RPP yang dikatakan dibuat guru tetapi nyatanya hanya salinan dari RPP buatan guru l;ain, dari sekolah lain. "RPP asli, buatan guru, dan berdasarkan konteks SMAN 8  harus menjadi keunggulan sekolah ini", tambah kepala sekolah.

Betapa niat dan kreasi guru SMAN 8 Surabaya harus diapresiasi dengan jempol dua tangan. Betapa tidak. Mereka berjanji akan membuat RPP lengkap sebanyak dua semester sekaligus dalam waktu lima hari. RPP tersebut selanjutnya menjadi dokumen II KTSP. Dengan begitu, akan terlihat kekuatan guru dalam membangun diri melalui penyiapan RPP yang lengkap. "Kami sepakat untuk membuat RPP selama dua semester", kata Pak Adriono selaku panitia workshop Dokumen II. "Kalau tidak sekarang, kapan lagi kami dapat menunjukkan kemampuan yang sesungguhnay", tambah Bu Tri selaku ketua panitia.

Acara yang dikemas dalam workshop Dokumen II itu berjalan dengan lancar. Pemandu tampak mampu memberikan inspirasi bagi peserta. Waktu pencerahan yang berjalan dua jam tidak terasa. Peserta merasakan bahwa RPP Karakter ternyata mudah dibuat. "Ternyata, RPP berkarakter sungguh mudah untuk dibuat tanpa harus merombak total RPP yang saya buat", kata Bu Wiwik.

Selasa, 01 November 2011

Sertifikasi Guru 2012: Peserta PLPG harus Lolos Seleksi


Seperti yang dilansir kompas.com 25 Oktober 2011, model sertifikasi guru 2012 akan diketati dengan cara seleksi awal sebelum mengikuti PLPG. Yang lulus seleksi kompetensi tersebut diperbolehkan mengikuti PLPG. Dengan begitu, kualitas guru bersertifikat menar-benar dapat diandalkan.

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud), Mohammad Nuh mengatakan, pihaknya akan memperketat syarat sertifikasi guru. Pengetatan sertifikasi itu bertujuan untuk peningkatan kompetensi dari para guru menyusul tingginya anggaran yang dialokasikan untuk gaji serta tunjangan profesi kepada para guru.

"Untuk guru ini luar biasa, paling besar menyerap, dari Rp 64 triliun (pagu sementara Kemdikbud), Rp 15 triliun untuk mengurus peningkatan kompetensi dan profesionalisme guru. Maka itu, perlu kebijakan peningkatan kompetensi dan profesionalismenya," kata Nuh, Senin (24/10/2011), di Jakarta.

Kementerian akan melakukan perubahan mekanisme sertifikasi. Nantinya, akan ada satu tahap untuk memperketat para guru mendapatkan sertifikasi. Para guru yang berhak mendapatkan tunjangan profesi adalah guru yang kualitasnya benar-benar mumpuni. Seperti diketahui sertifikasi guru pada tahun-tahun sebelumnya dilakukan melalui jalur  portofolio, setelah akhirnya pada tahun ini hanya dapat melalui dan proses Pendidikan dan Latihan Profesi Guru (PLPG).

"Maka ke depannya, sebelum masuk di PLPG, akan kita lakukan seleksi awal, yaitu seleksi kompetensi akademik. Sehingga orang-orang yang lulus itu memiliki kompetensi akademik yang memadai," ujarnya.
Sementara itu, anggota Komisi X dari Fraksi PPP Reni Marlinawati mengatakan, syarat sertifikasi selama ini sering dimanipulasi. Sehingga tujuan utama sertifikasi yang diharapkan untuk meningkatkan kualitas guru menjadi tidak tercapai.

"Karena banyak kecurangan-kecurangan dalam proses sertifikasi. Misalnya, guru harus membuat semacam portofolio, tapi banyak yang tidak melakukan itu. Selain itu, syarat 24 jam mengajar, tapi banyak yang dilimpahkan kepada honorer, tapi laporannya dia yang mengajar," ungkapnya. (sumber: kompas.com)



Senin, 31 Oktober 2011

Lesson Study Jalan Perbaikan Mutu Guru


Lesson Study hanyalah sebuah alternatif untuk memperbaiki kinerja guru melalui diskusi perencanaan yang tepat, pengamatan dalam mengajar, dan evaluasi program. Lesson study merupakan model pembinaan profesi pendidik melalui pengkajian pembelajaran secara kolaboratif dan berkelanjutan berlandaskan prinsip-prinsip kolegalitas dan saling membantu untuk membangun masyarakat belajar.
Lesson study bukan sebuah metode pembelajaran atau strategi pembelajaran melainkan sebagai sarana peningkatan kualitas guru. Metode apapun dapat digunakan dalam Lesson Study asalkan menunjang keberhasilan peningkatan guru. 
Saat Lesson Study, siapapun boleh terlibat demi perbaikan pembelajaran. Bukankah semakin banyak masukan pembelajaran di kelas akan semakin baik? Kegiatan open class dan refleksi bukan hanya kegiatan guru tetapi kegiatan semua yang terlibat dalam Lesson Study secara intensif, mulai dari perencanaan, pelaksanaan, hingga refleksi. Keterbukaan guru dalam menapaki kinerja mengajarnya bisa jadi diawali dari keberanian melaksanakan Lesson Study. 

Pramuka Penggalang Tetap Berjaya


Upacara peringatan Gerakan Pramuka di Gudep 0595/0596 yang berpangkalan di SMP Negeri 1 Kebonagung, Pacitan, tahun ini terasa berbeda. Upacara yang dikemas oleh Muji Astuti, S.Pd, M.Si dan dibantu adik-adik Pasoka (Paguyuban Alumni Scout Kebonagung) terasa sangat spesial. Di halaman depan sekolah, tampak berdiri gagah menara bambu setinggi 15 meter yang di atasnya tak henti-hentinya berkibar berdera Merah Putih, bendera Tunas Kelapa, dan bendera Leli. Sedangkan sepanjang jalan depan sekolah terpasang 50 bendera Tunas Kelapa. Sengaja dipasang 50 bendera Tunas Kelapa karena tahun ini tepat peringatan 50 Tahun Gerakan Pramuka.
Selain acara penyematan Tanda Penghargaan Tahunan dan Pramuka Garuda bagi beberapa siswa, upacara dilanjutkan peresmian sanggar Pramuka yang diawali dengan peluncuran Tabuh Sakral Penghapus Kebodohan yaitu tabuh/alat pemukul yang dibawa naik menara bambu oleh Rendy Adhuka siswa kelas IXC, kemudian menggunakan tali yang terikat kuat di pinggangnya, dengan lincahnya ia meluncur sambil membolak-balikkan badannya di udara seolah-olah ingin menunjukkan bahwa seorang Pramuka harus lincah dan trampil menghadapi tantangan. "Serasa berjoget di angkasa", ujar Rahmad Nur Samsu, ketua Dewan Penggalang. Pemandangan ini menbuat decak kagum para siswa juga guru. Namun, ada pula beberapa ibu guru yang was-was menyaksikan atraksi Rendy.
Sesampaikan di bawah, alat pemukul diserahkan kepada Kak Parosa, S.Pd selaku Kamabigus SMP Negeri 1 Kebonagung. Selanjutnya, diterima siswa yang sudah siap membawa nampan. Kamabigus, diikuti para guru dan Karyawan menuju Sanggar Pramuka yang terletak persis di belakang Gedung Serba Guna. Sesampai di depan gang samping gedung Serba Guna, sudah terdengar sayup-sayup lagu-lagu Pramuka yang mengiringi dibacakan narasi prosesi peresmian.
Peresmian sanggar diawali  dengan cuci tangan menggunakan air suci kembang setaman, dilanjutkan pemukulan Jun (tempat air dari tanah liat) oleh Kamabigus. Jun warna hitam dengan dindingnya dipenuhi tulisan berupa sifat-sifat jelek manusia, sebagai simbol menghancurkan sifat-sifat jelek manusia termasuk menghapus kebodohan lewat ilmu-ilmu yang ditanamkan Pramuka. Sehingga, diharapkan para anggota Pramuka Indonesia menjadi anggota Pramuka yang berkualitas, dan menjadi satu Pramuka satu Indonesia, seperti  harapan yang tertulis dan muncul tergantung menjuntai dari dalam Jun setelah Jun hancur dipukul. Aroma taburan kembang setaman dan irisan pandan, serta untaian melati yang melilit alat pemukul, menambah khidmat dan sakralnya suasana. Selanjutnya, penanaman cikal di halaman samping sanggar, dengan harapan dalam hidupnya pramuka SMP Negeri 1 Kebonagung dapat bermanfaat di masyarakat sebagaimana cikal yang mencerminkan bahwa Pramuka sangat bermanfaat dalam kehidupan di masyarakat. Terakhir, penandatanganan Prasasti sebagai tanda diresmikannya sanggar pramuka Gudep 0595/0596 pangkalan SMP Negeri 1 Kebonagung.
Kamabigus dan diikuti yang lainnya berkenan melihat hasil lomba poster tema, “Majulah Pramuka Indonesia” yang dipajang di dinding dalam dan luar sanggar. Selain itu, rombongan berkenan menyaksikan hasil lomba pioneering yang tampak berjajar rapi melatarbelakangi penanaman cikal.
“Ini baru luar biasa, saya bangga” kata Kak Parosa. “Puasa bukan halangan untuk berkarya, menyulap gudang kumuh bekas sarang burung sriti berubah menjadi sanggar pramuka yang lebih bermanfaat,” imbuhnya sebelum meninggalkan sanggar sambil menerima souvenir gantungan kunci berbentuk cikal. (Tik)


Minggu, 30 Oktober 2011

Guru Terlalu Ungkit Masalah Siswa, sebabkan Siswa Depresi

Guru baik adalah konselor yang baik pula. Guru tersebut pasti segera melupakan permasalahan yang pernah dilakukan siswa sebelumnya. Kemudian, guru tersebut dengan cepat bersahabat kembali seperti tidak terjadi apa-apa. Yang namanya siswa tentu mempunyai banyak permasalahan yang kadang menyinggung diri gurunya.

Guru yang paham akan situasi kesiswaan akan teramat paham akan memaafkan perbuatan siswa dan tidak akan pernah mengungkitnya lagi, Jika mengungkit-ungkit terus tentu bukan hal positif yang didapat melainkan keterpurukan siswa dalam menatap masa depan.

Siswa yang tiap hari selalu disalahkan dengan alasan kesalahan masa lalunya tidak akan pernah tenang dalam pikiran dan hatinya. Lebih jauh, siswa tersebut akan terkena depresi. Siswa yang demikian itu tidaakan pernah dapat mengatasi masalah malah selalu dirundung masalah.

Guru harus sadar bahwa kejadian tertentu tidak akan mungkin dapat terulang kembali ketika terdapat kepercayaan dari siswanya. Untuk itu, guru tidak perlu gentar dengan rasa posesif ketika menghadapi masalah dengan siswanya. Apalagi, permasalahan itu hanya dilatari oleh peristiwa yang lalu.

Siswa depresi sulit untuk menerima materi pelajaran apalagi menguatkan dalam memorinya. Untuk itu, guru harus menjaga agar jangan sampai siswanya depresi.

Kunci Bahasa Guru Menentukan Keberhasilan Pembelajaran Inovatif

Banyak guru memandang bahwa pembelajaran inovatif ditentukan hanya oleh prosedur atau urutan yang ditetapkan. Aspek lain tidak diperhatikan. Padahal, sekuat apapun prosedur yang ditetapkan jika tidak didukung oleh bahasa guru yang berterima bagi siswanya, siswa tidak akan pernah mengalami perubahan.

Bahasa guru berbeda dengan bahasa seorang guru ketika berkomunikasi dengan sebayanya di rumah atau di luar kelas. Bahasa guru adalah sebentuk bahasa yang khusus digunakan oleh guru di kelas agar siswa dapat dengan cepat mengalami kemajuan pembelajaran. Dalam berbahasa di kelas, guru diperlukan memilih kata yang sesuai dengan perkembangan siswa, mengatur intonasi, mengelola kekuatan bahasa, dan memvariasikan bentuk berbahasa di kelas. Pengelolaan bahasa tersebut bermuara pada keberhasilan pembelajaran.

Kenyataan membuktikan bahwa banyak siswa sulit memahami, bebal dalam menguasai konsep, dan menyerah ketika disodori oleh persoalan bukan karena siswa tersebut tidak berotak. Siswa tersebut tidak paham dengan bahasa yang digunakan oleh guru. Kalimat guru berputar-putar. Ucapan tidak dapat dimengerti. Bahasa guru tidak dapat diambil kata kuncinya.

Oleh karena itu, guru inovatif harus sadar akan perlunya kemampuan menggunakan bahasa di kelas. Bahasa guru yang baik selalu lugas, tidak berputar-putar, kata-kata sesuai dengan perkembangan bahasa siswa, dan berintonasi. Siswa cepat menangkap setelah mendengarkan uraian guru. Bahkan, kata-kata guru menguat di memori siswa secara mendalam. Pada akhirnya, berkat bahasa guru, siswa terisnpirasi melakukan sesuatu kelak saat di dunia kemasyarakatan.

Kalimat baku bahasa Indonesia sudah mengajari kita semua dengan struktur yang jelas. Struktur tersebut menggiring pengguna bahasa agar senantiasi berpikir logis. Begitu pula, bahasa guru hendaknya berstruktur, sederhana, dan mudah dipahami.

Jadi, ketidakberhasilan pembelajaran di kelas, dapat pula ditentukan oleh bahasa guru yang buruk dan bukan karena metodenya.

Sabtu, 29 Oktober 2011

Pendidikan Karakter Bermula dari Keluarga

Orang yang paling berjasa dalam menanamkan karakter ke anak adalah orang tua sebagai pendidik pertama. Lihat saja, kita berkarakter kuat dalam menutupi kemaluan karena sejak kecil dibiasakan berpakaian meskipun awalnya melalui pemaksaan. Kita berkarakter dalam menggunakan tangan kanan karena pembiasaan terus menerus meskipun juga melalui pemaksaan budaya. Begitu pula, pemenuhan karakter fisik yang manusia bermula dari peran orang tua. Jika ingin memberikan penghargaan, orang tua lah yang pantas diberi terlebih dahulu karena memberikan karakter seirama dengan budaya dan lingkungan masyarakat tempat tinggal kita.

Maka didiklah kaum perempuan yang akan menjadi ibu rumah tangga tentang karakter manusiawi, dunia nakan tercipta dengan penuh penghuni yang berkarakter. Untuk itu, perlakukan karakter dasariah perlu diberikan dengan ikhlas kepada kaum perempuan. Kaum lelaki juga diberikan karakter tentang bagaimana menjadi manusia sejati yang berdimensi laki-laki. Memang, laki-laki dan perempuan tidak perlu dibedakan tetapi secara dasariah kehidupan keduanya berbeda.

Peletak dasar karakter adalah guru pertama manusia, yakni orang tua. Guru kedua, yakni guru sekolah melengkapi pendidikan karakter dari sisi pikiran dan perilaku kecendekiaan. Lalu, guru ketika adalah masyarakat yang memberikan karakter berkehidupan dalam komunitas. Oleh karena itu, karakter perlu didikkan dalam semua lini agar didapat kelengkapan hasil generasi berkarakter lengkap.

Orang tua sebagai peletak karakter tentu perlu mendapatkan sentuhan yang kuat dari dukungan pemerintah dan masyarakat. Pembinaan orang tua secara terus-menerus perlu dilakukan sehingga diperoleh cara-cara pendidikan keluarga berjalan dengan mantap.

Rekonstruksi Pendidikan: Merdekakan Guru Sekarang Juga


Oleh Dr. Suyatno, M.Pd.
Dosen Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia
Universitas Negeri Surabaya

            Sampai kapan pun, pembelajaran di kelas tidak akan pernah berhasil secara maksimal jika guru sebagai aktor tidak berjiwa merdeka. Kunci keberhasilan seorang guru salah satunya terletak pada kemerdekaan pikiran dan batin guru saat berada di depan siswanya. Guru seharusnya merdeka dalam menentukan perencanaan sesuai dengan rambu dasarnya, merdeka dalam melaksanakan model pembelajaran dengan tanggung jawab ke arah pencapaian tujuan pembelajaran, dan merdeka dalam menerapkan segala kemampuan mengajarnya di bawah bimbingan pengawas atau kepala sekolahnya.  Guru merdeka  selalu mendekati siswanya dengan arah yang mendidik dengan sentuhan asasi kemanusiawian.
Namun, saat ini, kemerdekaan guru telah luntur dengan banyaknya pesanan dan peraturan pembelajaran yang terasa susah dicerna oleh guru di lapangan. Guru merasa terikat dengan aturan pembelajaran yang seolah-olah mengharuskan guru menggunakan model pembelajaran tertentu. Guru merasakan kesulitan ketika diminta untuk mengubah gaya mengajar dengan gaya yang dianggap orang lain lebih baik. Seolah-olah guru tidak mempunyai kemampuan apa-apa dan tidak diberikan kepercayaan dalam mengolah kemampuannya di kelas. Pokoknya guru harus dianggap orang yang lemah yang perlu digelontor oleh wacana pembelajaran modern dari luar dirinya.
Ketidakpercayaan kepada guru terhadap cara mengajarnya sehingga guru tidak merdeka berlangsung cukup lama. Sejak 1978, guru digiring untuk melaksanakan belajar aktif melalui program CBSA. Program tersebut berharap agar guru menempatkan siswa sebagai individu yang dapat secara aktif terlibat dalam pembelajaran. Menurut konsep CBSA  pembelajaran “student center” merupakan salah satu faktor agar pembelajaran di kelas dapat berhasil. Lewat Proyek Pengembangan Pendidikan Guru (P3G) dilakukan penataran teknik dan strategi pelaksanaan CBSA kepada 7000 pendidik guru (5000 guru SPG dan 2000 dosen IKIP/FKIP) dengan harapan mereka akan menyebarkan gagasan pembaharuan ini ke tingkat sekolah melalui para lulusannya. Hasilnya? Tidak ada hasil yang diharapkan. Hasil penelitian Balitbang Depdikbud tersebut saat itu menggambarkan kurang berhasilnya penerapan CBSA karena sistem pendidikan pada waktu itu, pengelolaannya masih dilakukan di pusat, dan sekolah tidak mempunyai kewenangan untuk melakukan inovasi kecuali hanya melaksanakan apa yang diterimanya.
Ketika Contextual Teaching and Learning (CTL) dikenalkan di Indonesia awal 1996-an sebagai model pembelajaran yang lebih dianggap mampu membawa siswa sebagai subjek belajar, para guru menyambutnya dengan sangat antusias. Bahkan, sejak dilakukan pelatihan CTLO dengan gencar sejak tahun 2000-an oleh pemerintah, CTL bergulir dengan cepatnya seperti bola salju yang menggelinding dan membesar. Namun, saat ini, setelah sepuluh tahun bergulir, gaung CTL hanya sebatas ingatan di sebagian guru tanpa menyentuh tingkat penerapan yang total dan tidak mampu mendongkrak prestasi belajar siswa. Di sisi lain, banyak guru, tiap hari, senantiasa menggunakan CTL sebagai satu-satunya model yang dianggap tepat meskipun tidak mengangkat prestasi siswa karena menurut kacamata guru hanya CTL yang diperbolehkan digunakan untuk pembelajaran.
Guru yang teramat paham dengan model CTL banyak yang mendewakan model tersebut sebagai satu-satunya sarana mengajar yang dianggap paling tepat. Untuk Kompetensi Dasar apapun, guru tersebut selalu menggunakan CTL. Seakan-akan guru menjadi pengikut aliran model CTL dan meminggirkan model pembelajaran yang lainnya. Padahal, CTL bukanlah satu-satunya model pembelajaran yang cukup ampuh. Masih banyak model lain yang juga ampuh karena situasi, kondisi, tujuan, dan subjek belajar yang berbeda-beda.  Bahkan, CTL diplesetkan menjadi Catat Tinggal Langsung, artinya siswa mencatat lalu guru meninggalkan kelas secara langsung.
Pada akhirnya, guru terkesan dibelenggu oleh kehebatan CTL sampai-sampai dianggap dewa penguasa yang mengalahkan segalanya. Kondisi tersebut tentu akan merusak pembelajaran yang sesungguhnya, yakni pembelajaran yang mampu mencapai tujuan. Tidak ada model pembelajaran yang paling bagus dan tidak ada model pembelajaran yang paling buruk. Model pembelajaran yang dianggap bagus jika tidak dapat mencapai tujuan dengan bagus, berarti model tersebut dapat dinyatakan buruk. Model yang selama ini dianggap buruk namun dapat mengantarkan ke hasil belajar yang bagus tentu model tersebut dianggap bagus untuk pencapaian tujuan tersebut.

Pembebasan dari Kungkungan Sebuah Model Pembelajaran
            Untuk mencapai hasil pembelajaran yang maksimal yang ditandai oleh ketercapaian kompetensi dalam diri siswa, guru perlu dibebaskan dari kungkungan sebuah model pembelajaran. Bebaskan guru dari monomodel CTL. Biarkan guru berkreasi dengan model pembelajaran yang dianggapnya lebih cocok dan tepat dalam pembelajaran sesuai dengan kondisi masing-masing. Berilah kemerdekaan guru dalam memilih model pembelajaran. Jika guru dikungkung dengan CTL, pengalaman lama akan muncul kembali. Pengalaman tersebut adalah penawaran CBSA secara gencar namun pada akhirnya CBSA diartikan buruk sebagai Catat Buku Sampai Abis.
            Fontana (2011) menyatakan bahwa budaya inovasi ditentukan oleh kemerdekaan diri dalam berlaku dan bertindak. Guru masa depan ditentukan oleh kekuatan individu guru dalam memerankan diri sebagai agen perubahan sejati. Sebagai agen perubahan, dalam diri guru harus terdapat jiwa obsesional, kebebasan dan kemerdekaan, pembaharuan, dan tanggung jawab tinggi dalam menerapkan kinerja dasar sebagai pengelola pembelajaran di kelas. Dengan begitu, dia dapat merdeka dalam menentukan model pembelajaran yang akan digunakan di kelas berdasarkan tanggung jawabnya. Finlandia sebagai negara dengan predikat nomor satu dalam pendidikan pada tahun 2008 memberikan tradisi bagi guru untuk secara merdeka dan mandiri menentukan bentuk-bentuk pembelajaran asalkan dapat mencapai tujuan pembelajaran secara gemilang. Bagi Finlandia, panduan sentralistik tidak diperlukan karena hanya membuang energi dan melepaskan energi kreativitas dan inaovatif yang asasi dari seorang guru.
Kenyataan yang ada saat ini, di Indonesia, pelaksanaan pendidikan di sekolah harus bersumber pada delapan standar yang telah digariskan, salah satunya adalah standar proses. Tidak perlu panduan yang sentralistik untuk mendesain pembelajaran seperti yang tetuang dalam peraturan menteri pendidikan nomor 41 tahun 2007 tentang standar proses pembelajaran yang mewajibkan kegiatan inti harus bermuatan eksplorasi, kolaborasi, dan konfirmasi. Peraturan tersebut membelenggu guru dalam mengembangkan model pembelajaran yang lainnya karena model pembelajaran yang dikembangkan harus berbasis ekslorasi, kolaborasi, dan konfirmasi.
Seolah-olah, tiga kegiatan tersebut sebagai satu-satunya jalan bagi pelaksanaan kegiatan inti dalam pembelajaran. Padahal tidak demikian kiranya dalam penerapan model pembelajaran di kelas. Banyak tipe lain yang justru lebih mampu melancarkan pembelajaran dalam mencapai tujuan dengan maksimal. Apalagi, di sisi lain, guru tidak terbiasa dengan model eksplorasi, kolaborasi, dan konfirmasi. Guru lebih terbiasa dengan gayanya sendiri namun tetap berorientasi pada ketercapaian kompetensi.
Eksplorasi, kolaborasi, dan konfirmasi lebih banyak menekankan agar siswa senantiasa mengekplorasi di setiap waktu padahal tidak semua KD harus ditempuh melalui jalan eksplorasi. Bisa jadi, tanpa eksplorasi siswa lebih cepat mengenal dan memahami materi pembelajaran karena siswa lebih mengutamakan kreativitasnya. Kolaborasi mengharuskan siswa untuk senantiasa berkelompok dalam memahami materi pembelajaran padahal banyak KD yang dapat ditempuh tanpa harus berkelompok. Seolah-olah, siswa harus berkolaborasi untuk menguatkan jiwa sosial. Jiwa sosial tidak harus dipaksakan dalam kegiatan inti karena pada kegiatan di luar kelas atau kesempatan lain justru menanamkan jiwa sosial yang lebih tinggi. Konfirmasi mengharuskan siswa meminta pembenaran dari teman dan gurunya. Hal itu tidak memberikan pengalaman bagi siswa dalam memupuk percaya diri. Sebaliknya, siswa terdidik untuk selalu tidak yakin karena harus menunggu konfirmasi terlebih dahulu.
            Pemberian garis panduan pembelajaran dengan eksplorasi, kolaborasi, dan konfirmasi memang bertujuan baik untuk memberikan acuan guru dalam mengajar di kelas. Namun, justru panduan itu mengikat guru agar selalu berpedoman pada eskplorasi, kolaborasi, dan konfirmasi. Untuk menempuh pola eksplorais, kolaborasi, dan konfirmasi tersebut, guru lebih memaknai dengan pengharusan model CTL sebagai model yang telah dianggapnya dewa. Bukankah guru terbiasa dengan berpijak pada aturan sehingga jiwa merdekanya menipis.
           
Rekonstruksi Pendidikan Melalui Inovasi Model Pembelajaran
            Sejalan dengan perkembangan zaman yang penuh warna teknologi, guru tidak luput dengan sentuhan teknologi juga. Guru masa depan adalah guru yang berbasis teknologi dalam menjalankan pembelajaran di kelas. Teknologi yang digunakan tentunya diwarnai oleh kebaruan, kecepatan, kepraktisan, dan ketepatan dalam mencapai tujuan pembelajaran. Salah satu modal dasarnya adalah kekuatan guru sebagai subjek pelaksana dan penanggung jawab keberhasilan pembelajaran sehingga diperlukan jiwa merdeka. Betapa tidak. Ke depan, jika guru tidak merdeka, dia akan mudah diombang-ambingkan informasi bertubi-tubi dari berbagai tipe teknologi. Ujung-ujungnya, karena terombang-ambing, zaman akan melahirkan guru yang bimbang, potong kompas, penuh kepalsuan, dan guru seolah-olah guru. Dengan begitu, guru harus kuat dan kokoh dalam perannyasehingga mampu berlayar di gelombang kemajuan zaman. Dasar kekuatan dan kekokohan itu tidak lain dan tidak bukan adalah jiwa merdeka.
            Jalan menuju penciptaan guru merdeka sangatlah mudah, semudah membalikkan telapak tangan karena dalam diri guru sudah terdapat potensi kemerdekaan yang asasi. Guru merdeka ditandai oleh rasa tanggung jawab diri, percaya diri, keberanian diri, dan eksistensi diri dalam berpikir, bertindak, dan berperilaku. Pemberian kepercayaan penuh kepada guru dalam merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi pembelajaran merupakan modal utama. Jangan menaruh curiga atas ketidakmampuan guru. Jangan pula menganggap rendah kemampuan guru. Yang ada adalah anggapan bahwa guru juga manusia yang mempunyai kemampuan yang sama dengan yang lain. Sikap merendahkan kemampuan guru adalah awal hegemoni terhadap guru sehingga selamanya tidak percaya kepada kemampuan peran guru.
Untuk itu, diperlukan rekonstruksi pendidikan yang mengarah pada inovasi model pembelajaran yang berbasis merdeka bagi guru dalam menjalankan tugasnya. Langkah-langkah yang perlu ditempuh sebagai berikut. Pertama, memberikan kepercayaan penuh kepada guru untuk berinovasi secara merdeka dengan berpegang teguh pada ketercapaian tujuan pembelajaran. Artinya, garis pembelajaran tidak digelontorkan dari pusat dengan satu peraturan yang mengikat penuh melainkan pembebasan guru dalam mengelola model pembelajaran yang diperoleh, diolah, dan dikemas secara mandiri dengan tanggung jawab tinggi. Apakah guru menggunakan model ceramah, CTL, kooperatif, humanistis, kolaboratif, Scout Method, induktif, deduktif, atau apa saja tidak menjadi soal. Yang terpenting adalah guru dapat mengubah siswa dari tidak bisa menjadi bisa, dari tidak mampu menjadi mampu, dari liar menjadi berkarakter, dan dari statis menjadi siswa visioner. Kedua, pemerintah secara ketat menciptakan keamanan psikologis bagi guru dalam berkreasi dan berinovasi yang didasari oleh jiwa merdeka. Ruang gerak guru dalam berkreasi dan berinovasi difasilitasi tanpa harus campur tangan dari sisi penentuan model pembelajaran. Tidak ada sentralistik penggunaan model pembelajaran melainkan kemerdekaan diri dalam menentukan model pembelajaran yang dipilih.   Ketiga, menciptakan mekanisme kinerja guru yang mampu menguatkan ide baru dari guru. Pemerintah menciptakan mekanisme yang dapat menyaring ide-ide kreatif dan inovatif guru di mana pun, dari mana pun, dan kapan pun dengan penghargaan yang sepadan dengan jerih payah guru. Keempat, membuka seluas-luasnya sumber informasi bagi guru dengan penyediaan yang cepat, tepat, dan bermanfaat. Dalam berkreasi dan berinovasi secara merdeka, guru tidak berkesulitan dalam memanfaatkan sumber pendukung bagi penentuan model pembelajaran di kelas.
Jika langkah tersebut dijalankan dengan taat asas, akan lahir guru mandiri karena didukung oleh jiwa merdeka. Bukan guru yang bangga dengan peniruan karena dipaksa untuk menyerahkan perencanaan sesuai dengan aturan yang diketatkan. Guru kreatif dan inovatif tidaklah akan cepat puas dengan salah satu tindakan yang dilakukannya. Mereka akan selau tidak puas dengan apa yang telah dijalani sebelum mendapatkan hasil yang memuaskan bagi dirinya, siswa, dan kepentingan akademis. Banyak jalan menuju Roma, begitu pula banyak jalan untuk menjadi guru yang terbaik di antara yang baik.
Pada akhirnya, kelak akan didapat guru merdeka yang berdarah daging kreativitas dan inovasi dalam mengembangkan pembelajaran di kelas. Guru yang seperti itu biasanya apabila mengajar selalu (1) berpusat pada siswa; (2) lebih senang pola induktif daripada deduktif; (3) menarik dan menantang dalam menyajikan mata ajar; (4) berorientasi pada kompetensi siswa; (5) menekankan pembelajaran bukan pengajaran; (6) memvariasikan metode dan teknik pembelajaran; (7) menggunakan sentuhan manusiawi; (8) menggunakan media belajar yang menghasilkan pesan maksimal; (9) menilai secara autentik; dan (10) mengedepankan citra mengajar (Suyatno)
            

Rabu, 21 September 2011

Media Pembejaran Inovatif, Apa Maksudnya?

Jika saat ini pembelajaran di Indonesia mulai diwarnai oleh metode pembelajaran inovatif, tentu, sebagai pengiringnya, media inovatif menjadi pewarna lainnya. Media pembelajaran saat ini mulai keluar dari batas konsep lama. Kalau konsep lama, media mengajar hanya sebatas yang dapat digunakan di kelas. Sedangkan media inovatif yang digunakan pada saat ini lebih berani keluar dari koridor kelas. Media inovatif terbuka untuk segala alat baik di kelas maupun di luar kelas.

Lihat saja, Tugimin, guru SMP, dengan tiba-tiba memainkan sulap di depan kelas lalu memberikan kartu peribahasa ke semua kelas. Siswa menjadi tertantang untuk mengikuti alur Tugimin itu. Hasilnya, Peribahasa tidak hanya di bibir saja atau dihapal saja melainkan dijiwai oleh siswa. Dengan peribahasa itu, siswa menikmati makna dan mengaitkan dengan dirinya sendiri. Begitu pula dengan guru lain yang berani keluar dari zona nyaman.

Media inovatif merupakan alat yang mengandung pesan dan informasi yang diperlukan untuk keberhasilan pembelajaran. Media inovatif bebas bentuk, bebas warna, bebas kemasan, dan bebas alat. Yang terpenting adalah media inovatif dapat memudahkan, menyederhanakan, mengongkretkan, dan menguatkan pembelajaran.  Bagi para pengguna metode inovatif, bentuk bukan masalah, karena yang terpenting adalah tujuan dapat tercapai dan siswa meningkat kecerdasannya dengan sekian kali lipat dari pembelajaran biasa.

Andai Guru Pandai Meramu Bahan Pembelajaran dengan Bercerita

Andai guru apa saja pandai meramu bahan pembelajaran dengan cerita yang menarik tentu siswa akan lebih mempunyai daya serap yang tinggi. Bukankah pada hakikatnya anak lebih suka dengan cerita daripada penyampaian materi tanpa bungkus. Apalagi, jika guru meramu cerita dengan bumbu alur, suara, dan media yang tepat, cerita akan nikmat disadap oleh siswa. Permasalahannya, banyak guru yang tidak suka dengan cerita.

 Ada langkah praktis yang perlu diikuti guru yang akan menggunakan cerita sebagai teknik mengajarnya. Mula-mula, guru harus menentukan topik yang akan dibahas berdasarkan kompetensi dasarnya. Topik itu diurai menjadi beberapa subtopik atau segmen. Kemudian, tambahkan tokoh untuk mengemas topik. Tokoh boleh manusia atau binatang bahkan tumbuhan yang dapat berbicara. Lalu, masukkan setting sesuai dengan karakter topik. Apakah setting berupa rumah, sawah, hutan, angkasa, atau apa saja tidak menjadi soal. Setelah setting, masukkan juga alur sesuai dengan tahapan topik. Alur biasanya disusun dari umum ke khusus, khusus ke umum, dekat ke jauh, dan sebagainya. Kemudian, berpeganglah dengan tema inti yang pada hakikatnya sama dengan inti.

  Penataan di atas belum cukup. Guru perlu menambahkan media yang dapat menguatkan cerita. Media boleh gambar, benda, gerakan jari, atau apa saja. Lalu, mainkan tinggi dan rendah suara guru berdasarkan isi cerita. Pilih waktu yang tepat. Perhatikan reaksi siswa. Lalu, bergeraklah berdasarkan tujuan yang akan dicapai. Paling akhir, masuklah ke dunia siswa dengan akrab dan bersahabat.

Rabu, 24 Agustus 2011

Mengajar dengan Bahagia

Tidak ada jalan yang harus ditempuh bagi guru kecuali mengajar dengan bahagia tanpa sedikit pun kesedihan. Apapun kondisi kelas, bagaimanapun kondisi siswa, dan seberat apapun tugas yang diempan, guru harus berada pada posisi bahagia agar kebahagiaan itu juga tertular kepada siswanya. Apalagi mengajar sebagai jalan yang harus ditempuh sebagai wahana pengabdian. Satu kata kuncinya agar berhasil mencapai tujuan mengajar, yakni mengajar dengan bahagia.

Memang, mengajar di kelas tidak selamanya menyenangkan. Ada saatnya guru akan merasakan mengajar sebagai beban. Saat rasa mengajar tiba-tiba memberatkan jiwa dan hati, mengajar kadang seperti sebuah keterpaksaan. Abaikan saja jika hal itu datang pada diri guru. Kemudian, yang diperlukan guru adalah sebuah upaya agar dapat bergembira dan ceria di tempat mengajar sehingga kebahagiaan menjelma.

Kewajiban guru adalah menjadikan kelas sebagai lokasi yang membahagiakan. Guru harus konsisten memilih bahagia daripada kesedihan dan kesusahan dalam melaksanakan tugas mengajar.

1. Bergembira dan Sukaria saat Masuk Kelas
Kunci pertama agar guru bahagia dalam mengajar adalah senantiasa bergembira saat pertama masuk pintu kelas meskipun suasana hati sebenarnya dirundung kesedihan. Tetapkanlah pilihan untuk bergembira di tempat mengajar. Galilah sisi positif dari situasi kelas dan kondisi siswa sebagai bagian pekerjaan. Jika guru bersedia mengalahkan egonya, dia pasti dapat menemukan kesukariaan dan kegembiraan.

2. Lakukan Sapa dengan Senyum
Lakukan sapa dan senyum kepada siswa yang menunggu di kelas lebih awal dibandingkan saat guru masuk kelas. Anggap mereka adalah sahabat sejati yang menunggu sapa dan senyum guru sebagai tenaga motivasi belajarnya setiap hari. Pastikan bahwa guru tidak akan mungkin cemberut di sepanjang waktu. Anda pasti pernah tersenyum atau bahkan tertawa. Temukan itu kembali dan lakukan tanpa mengganggu produktifitas mengajar. Yang dicari guru bukan pelarian melainkan makna mengajar.

3. Aktif Meminta Masukan
Mintalah masukan kepada kepala sekolah atau rekan guru lain. Pujian darinya tentang hasil mengajar adalah motivasi diri. Mintalah komentar mereka sebagai pengakuan. Apa yang mereka katakan, bisa menjadi afirmasi. Jika Anda cermati, apa yang diungkapkan di sini sangat jelas menggambarkan bagaimana Anda patutnya mengajar.

4. Hindari Negatif
Agar kebahagiaan guru melekat senantiasa setiap hari, pilihlah penghindaran dari pembicaraan negatif, gosip negatif, orang negatif, manusia negatif, dan bahkan alat kantor negatif. Kalau tidak, guru dapat stres dan frustrasi. Negatif dan positif merupakan pilihan bukan kepastian. Untuk itu, guru perlu memilih hal-hal yang positif.

Minggu, 21 Agustus 2011

Guru Berteknologi Awal Keberhasilan Siswa

Banyak guru yang hanya menyalahkan siswa ketika terjadi ketidakberhasilan. Padahal, sebenarnya bukan siswa yang salah melainkan guru yang tidak menggunakan teknologi dengan tepat sesuai dengan tujuannya. Teknologi pada hakikatnya sebuah sarana untuk mencapai tujuan yang diharapkan.

Sabtu, 20 Agustus 2011

Kedamaian Kongbeng di Miau Baru: SMAN 1 Kongbeng Memikul Beban

Sebagai sekolah yang menaungi warga Kongbeng, terutama di Desa Miau Baru, SMAN 1 Kongbeng tentunya memikul beban budaya masyarakat Kongbeng. Ketika masyarakat luas mendengarkan kata SMAN 1 Kongbeng, tentunya, mereka akan segera memaknai budaya Kongbeng seperti apa? Untuk itu, kepala sekolah, guru, dan tenaga kependidikan yang lainnya, perlu bahu-membahu membangun SMAN 1 Kongbeng berdasarkan budaya Kongbeng.

Warga SMAN 1 Kongbeng perlu secara mendalam mencermati dan menyelami budaya Kongbeng yang pada akhirnya menjadi bahan untuk melayani anak-anak Kongbeng. Apalagi, Kongbeng merupakan kecamatan yang berada di tengah warga dayak dengan sejuta pesona. Langkah yang perlu ditempuh adalah menjadikan SMAN 1 Kongbeng sebagai warna mikro budaya Kongbeng.

Entah ada hubungan atau tidak, garduguru menemukan kata kongbeng sebagai (1) nama jenderal Kerajaan Shu pada garis dinasti Han dalam kebudayaan Cina. Jenderal Kongbeng adalah sosok pahlawan dengan enam strategi perang yang disebut Liu Lu. Keenam strategi itu adalah lentera terbang sebagai tanda bagi orang lain (lampion dengan asap sehingga dapat terbang), anak panah dengan sekali tarik melesat 10 anak panah bersamaan, kereta dorong yang sangat cepat dan ringan sebagai alat angkut logistik perang, roti padat untuk makanan prajurit yang awet, berbohong kepada lawan sebagai taktik perang, dan berpura-pura welas asih ketika menghadapi musuh satu lawan satu. (2) Kongbeng digunakan sebagai wilayah industri di Singapura, dan (3) Kongbeng sebagai nama gua di wilayah Muara Wahau.

Yang jelas, Kongbeng mempunyai budaya yang perlu digali sebagai dasar dalam menguatkan budaya Kongbeng. Anak-anak Kongbeng perlu paham atas budaya Kongbeng itu. Jadi, sangat menarik jika guru sejarah bersama siswanya mendata dan menyusun budaya Kongbeng dengan segala cerita rakyatnya. Wih, tentu sangat asyik hal itu.

Minggu, 14 Agustus 2011

Pramuka Rindu Atraksi Kepramukaan, Suasana Upacara Pramuka pada 50 Tahun Gerakan Pramuka di Grahadi

Oleh Suyatno

Seusai upacara peringatan 50 Tahun Gerakan Pramuka, peserta tidak begitu saja bubar menuju kendaraan masing-masing. Mereka malah berkelompok di lapangan depan Grahadi, tempat upacara, berjoget ala senam komando dengan mengikuti lagu-lagu yang dibawakan tim paduan suara. Terlihat ada 5 kelompok joget. Suasana cukup riuh dan menyenangkan. Melihat suasana yang meriah itu, tim paduan suara menambahkan beberapa lagu dengan diringi elekton.

Bahkan, para pembina pramuka turut bergabung dalam joget komando itu. "Ini luar biasa, mereka tanda ada yang mengomando melakukan joget sendiri", ujar Kak Tety, wakil sekretaris Kwarda Jatim. Spontanitas joget itu mengindikasikan bahwa mereka rindu atraksi kepramukaan yang biasanya disajikan seusai upacara seperti tahun-tahun yang lalu. "Pramuka yang berjoget itu tampaknya rindu atraksi kepramukaan dan tidak puas hanya mengikuti upacara yang sangat singkat itu", kata salah satu undangan upacara saat ditemui garduguru.

Panitia menyadari akan kosongnya atraksi karena memang Hari Pramuka kali ini bertepatan dengan bulan puasa. Buktinya, saat upacara berlangsung, beberapa peserta terlihat pingsan karena tidak kuat dengan sengatan matahari. Namun, di antara mereka banyak pula yang bergerombol melaksanakan kegiatan sendiri dengan berjoget komando. Ada pula seorang pembina yang bernyanyi berirama rancak yang mengundang peserta untuk berjoget. Tampak masyarakat yang melewati Grahadi berhenti dari sepeda motornya hanya untuk melihat pramuka berjoget. "Andai tadi setelah upacara selesai lalu panitia mengajak sejenak untuk semua turun ke lapangan untuk berjoget komando, mungkin akan meriah. "Kalau seperti ini, tadi, ada komando untuk joget bersama malah asyik", ujar Kak Arif andalan Kwarda Jatim.

Selain berjoget, pramuka lainnya memanfaatkan momen untuk berfoto. Gus Iful selaku Kakwarda Jatim tampak berkali-kali melayani foto para pramuka. Tiba-tiba Gus Iful masuk ke Grahadi. Pramuka berfoto sendiri. Setelah terlihat Gus Iful keluar dari ruangan, peserta memburu lagi untuk mengajak berfoto. "Lihat, tustel saya ada 415 jepretan untuk upacara ini", kata Kak Imam, juru foto Pemprov Jatim.

Upacara 50 tahun Gerakan Pramuka ini cukup khidmat karena didukung oleh petugas upacara yang terlihat sangat terlatih. Sukarwo, Gubernur Jatim selaku Kamabida menjadi pembina upacara yang diikuti 1000 pramuka.

Peringatan 50 Tahun Gerakan Pramuka: UU Gerakan Pramuka hasil Revitalisasi Gerakan Pramuka

Setelah dicanangkan Revitalisasi Gerakan Pramuka pada 14 Agustus 2006, selang 5 tahun terumuskan UU Gerakan Pramuka. "Berbagai dukungan dan fasilitas telah pemerintah berikan untuk revitalisasi Gerakan Pramuka. Upaya revitalisasi yang dilakukan bertahap telah menunjukkan hasil yang menggembirakan", tegas Presiden SBY selaku Ketua Majelis Pembimbing Nasional Gerakan Pramuka. Hal ini disampaikannya dalam upacara puncak peringatan Tahun Emas Gerakan Pramuka, di Cibubur, Jakarta Timur, Minggu (14/8/2011).

"Revitalisasi secara bertahap Pramuka telah memperbaiki citra dan kinerja Gerakan Pramuka. Minat terhadap Pramuka terus meningkat sebagai sarana cetak calon pemimpin bangsa," kata SBY.

Salah satu hasil upaya revitalisasi Gerakan Pramuka adalah terbitnya UU Pramuka. Produk hukum itu merupakan bentuk dukungan dan fasilitas pengembangan berbagai aktivitas positif dalam Gerakan Pramuka.

"Telah banyak dukungan dan fasilitas pemerintah untuk terus tumbuh kembangkan Pramuka. Kini saatnya memafaatkan fasilitas dan dukungan itu. Mantapkan peran gugus depan sebagai pusat pendidikan dan pelatihan, terus ciptakan inovasi pendidikan yang lebih berkualitas," sambung SBY.

Upacara puncak peringatan Tahun Emas Gerakan Pramuka ditutup dengan pembacaan doa oleh seorang anggota Pramuka Siaga. Sebelumnya Presiden SBY ikut menyanyilan hymne Pramuka bersama ribuan anggota Pramuka berbagai tingkatan se-Jabodetabek.

Sukarwo, Gubernur Jatim: Pramuka Harus Fokus

Oleh Suyatno

Agar Gerakan Pramuka lebih disenangi masyarakat sebaiknya program-programnya lebih terfokus. "Pramuka sudah waktunya memfokuskan diri pada aspek tertentu saja yang langsung hasilnya dapat drasakan masyarakat. jadi, programnya jangan hanya diawang-awang terus", ujar Sukarwo saat memberikan sambutan pada Upacara hari Pramuka ke-50 di Gedung Negara Grahadi jalan Pemuda Surabaya pada pukul 08.00, Minggu, 14 Agustus 2011. Peserta upacara adalah pramuka penegak dari Surabaya, Gresik, dan Sidoarjo sebanyak 1000 pramuka. Kemudian, di kursi undangan terlihat para pengurus Gerakan Pramuka Jawa Timur, utusan Kwarcab, dan kepala dinas provinsi selaku mabida, dan undangan wakil rektor perguruan tinggi di Jawa Timur.

Program kepramukaan seharusnya diarahkan langsung ke pemberdayaan gugus depan. "karena di gugus depanlah tempat berkembangnya jiwa kepramukaan dalam nuansa pembinaan dan pengembangan", ujar Kakwarnas dalam sambutan yang dibacakan Sukarwo selaku pembina upacara. Masalah generasi muda yang sangat komples seharusnya dapat diatasi melalui kegiatan kepramukaan yang lebih terfokus. Untuk itu, revitalisasi yang telah berjalan 5 tahun harus diperkuat dengan kiprah Gerakan Pramuka dengan tindakan nyata. "Pramuka harus dekat dengan kondisi nyata anak-anak muda", ujar Kakwarnas.

Pada kesempatan itu pula digelar pameran peralatan kegiatan kerpamukaan seperti kegiatan dirgantara, selam, dan pramuka peduli melalui Brigade Penolong. Paduan suara kali ini diisi oleh pramuka yang berpangkalan di Poltekkes Surabaya dibawa asuhan kak Endang Sulistianingsih. Sementara, upacara berlangsung khidmad berkat asuhan Kak Ganet yang melatih para petugas sejak sebulan sebelumnya.

Bung Karno, Pramuka, dan Perpustakaan Bung Karno di Blitar

Oleh Suyatno

Ternyata, Bung Karno adalah sosok presiden yang didasari oleh jiwa pramuka dalam melaksanakan Amanat Penderitaan Rakyat. Jiwa pramuka selalu ditandai oleh tujuh pilar kepramukaan, yakni progresif, sistem berkelompok, alam, belajar sambil melakukan, didukung oleh orang dewasa, kiasan simbol, dan kode etik pramuka.

Lihat saja, Bung Karno selalu personal progresion (perkembangan pribadi) dalam melangkah dari waktu ke waktu. Tiap bertambahnya waktu ada saja yang dilakukan Bung Karno demi masa depan bangsa Indonesia. bahkan, di penjara pun, Bung Karno tidak henti-hentinya menimba ilmu melalui membaca dan menulis di samping bergaul dengan masyarakat lingkungan penjara. Sebagai perwujudan sistem berkelompok, Bung Karno tidak henti-hentinya bekerjasama dengan siapapun untuk menggapai tujuan keindonesiaan. Lalu, belajar sambil melakukan ditandai oleh kepiawaian Bung Karno dalam menerapkan segala kehidupan dari melukis, menggambar, musik, dan berpolitik. Aspek alam dijalankan Bung Karno dengan terlibat langsung baik di kota maupun di desa. Semua tindakan itu, selalu ditandai oleh simbol yang memudahkan semua orang memaknai, seperti Sarinah, Jasmerah, Trikora, dan seterusnya. Terakhir, tiap tindakan Bung karno senantiasa diwarnai oleh tindakan etis.

Itulah hasil diskusi yang dilaksanakan di perpustakaan Bung karno Blitar dalam rangka 50 tahun Gerakan Pramuka. Diskusi diikuti oleh 100 pramuka dan pembina di ruang teater pada Kamis, 11 Agustus 2011 seusai ziarah pramuka di makam Bung Karno. Pembicara pada saat itu adalah Kak Pratiknyo sebagai pembicara kunci dari Pemkot Blitar, Kak Hartono dari wakil perpustakaan Bung Karno dengan topik Bung Karno dalam Kepramukaan di Lembaran Sejarah, Kak Taufik dari Kwarcab Blitar Kota dengan topik Aktualisasi Peran Bung karno dalam Kepramukaan, dan Suyatno wakil dari Kwarda dengan topik Merunut Jiwa Merdeka Pramuka membangun bangsa.

Diskusi berjalan hangat meskipun suasana dalam keadaan berpuasa. Diskusi dimulai pukul 15.00 dan diakhiri 17.25 WIB. "Dari diskusi ini, saya terbuka tentang sejatinya Gerakan Pramuka", kata Endang, salah satu peserta diskusi. Ternyata, mengukur seorang itu pramuka atau tidak dapat dilakukan dengan mudah. "Kita tinggal mencocokkan pilar pramuka ke dalam kiprah seseorang", kata Kak Slamet.

Diskusi dilaksanakan dalam rangka memperingati 50 tahun Gerakan Pramuka. Namun, sebaiknya diskusi dilakukan setiap saat agar Gerakan pramuka dapat lebih mudah dimaknai dan diimplementasikan di kalangan rakyat. "Saya berharap, Gerakan pramuka diikuti oleh semua anak muda di mana pun berada", Kata Suyatno.

Rabu, 10 Agustus 2011

Metode Belajar untuk Homeschooling

Homeschooling atau sekolah rumah semakin marak karena para orang tua menganggap pola tersebut lebih bermutu dibandingkan dengan sekolah formal. Orang tua merasakan dapat mendampingi secara total sang anak dalam belajar. Ada beberapa metode yang bisa Anda kenali dalam penerapan homeschooling, yang dirangkum Kompas.com dari berbagai sumber. Semoga bisa membantu!

1. Metode klasik homeschooling
Tahap pertama dari metode ini dimulai ketika siswa memelajari cara belajar dan mengasah kemampuan untuk mengingat banyak hal. Tahap selanjutnya, sudah ada sambungan yang mulai tercipta dari fakta-fakta yang sudah dipelajari. Tahap ketiga, ketika siswa sudah bisa menggunakan sambungan dari fakta-fakta, bisa merumuskan dan mengartikulasikan fakta tersebut dengan pendapatnya sendiri.

Metode ini baik digunakan jika Anda :
a. terstruktur;
b. memiliki keinginan untuk mengevaluasi cara belajar anak Anda berdasarkan standar akademik;
c. melihat nilai dari pendidikan yang menempatkan keutamaan pada kata-kata tertulis, baik dalam membaca dan menulis;
d. ingin berkonsentrasi pada sastra klasik barat sebagai alat untuk mengembangkan pemikirian kritis;
e. memiliki anak yang berorientasi akademis

2. Metode Charlotte Mason
Charlotte Mason adalah seorang pendidik Inggris yang metode pengajarannya menggunakan metode yang unik. Banyak homeschoolers menggunakan metode tersebut untuk mengajar putra-putrinya. Kenapa?
a. pelajarannya relatif singkat;
b. membuat narasi (dalam bentuk tulisan maupun lisan tergantung pada usia anak);
c. memiliki ujian (ujian dilakukan mengambil teori yang sudah dipelajari selama 12 minggu); d. memelajari gambar;
e. memelajari musik;
f. mempelajari peta,
g. memiliki banyak subjek pelajaran.

3. Metode berbasis computer
Metode homeschooling menggunakan komputer menjadi lebih populer. Ada peningkatan varietas bagaimana siswa menggunakan komputer sebagai sarana homeschooling mereka. Kurikulum menggunakan komputer memiliki CD atau DVD sebagai sarananya. Selain itu, bisa juga mengambil kelas gratis secara online. Jadi, anak dibebaskan untuk memilih yang ia sukai.

Beberapa keuntungan menggunakan homeschooling berbasis komputer:
a. melihat nilai menggunakan teknologi modern dan tidak memiliki kekhawatiran berlebih dalam penggunaannya;
b. harus menemukan cara untuk tidak banyak terlibat dalam proses sehari-hari. Namun, Anda harus selalu ada jika dibutuhkan untuk memberi bantuan dan bimbingan umum;
c. harus mempunyai anak yang senang bekerja dengan kecepatan dan menggunakan komputer.
4. Metode elektik
Seperti namanya, dalam metode ini orangtua cenderung menggunakannya berbagai metode homeschooling yang tergantung pada kebutuhan anak. Daripada terhambat dengan satu filosofi atau satu metode, lebih baik mengambil sedikit dari berbagai metode.

Namun, metode ini bersifat umum dan baik dilaksanakan jika Anda:
a. tidak berkeberatan untuk mencari bahan yang sesuai dengan minat anak Anda;
b. tidak keberatan untuk mengikuti gaya dan urutan serta tidak senang menggabung beberapa kurikulum;
c. melihat nilai dengan menggunakan berbagai kurikulum dan metode homeschooling yang berbeda. Karena dengan melihat banyak metode homeschooling membuat Anda bisa memilih metode terbaik bagi anak Anda;
d. memiliki anak yang fleksibel dalam melakukan pembelajaran.

5. Metode textbook atau sekolah tradisional
Metode homeschooling berbasis model pada ide tradisional dari sebuah sekolah dengan menggunakan workbook atau buku pelajaran. Belajar dengan menggunakan buku yang digunakan di sekolah mengurangi potensi kesenjangan antara pelajaran yang dipelajari siswa.

Metode ini baik dilaksanakan jika Anda:
a. ingin anak Anda belajar materi yang sama dengan yang diajarkan di sekolah;
b. memelajari cara belajar di sekolah dan anak Anda ingin melakukannya;
c. ingin anak Anda dapat menjawab soal dengan baik seperti mengisi titik dibawah ini atau puzzles;
d. metode ini memiliki ide yang pasti tentang konten apa saja yang ingin anak Anda pelajari.

6. Metode independen atau belajar sendiri
Di dalam metode homeschooling independen, orangtua membantu anak untuk belajar cara belajar, kemudian secara bertahap anak akan menggunakan alat-alat membaca, menulis, aritmatika sendirian. Orangtua tidak hadir untuk mengajar, tetapi lebih untuk membantu anak dalam proses mengembangkan keyakinan agar anak bisa belajar sendiri.

Metode ini bisa berhasil jika Anda:
a. ingin anak Anda mengembangkan kemampuan untuk belajar sendiri;
b. melihat anak Anda mengembangkan keterampilan belajar yang baik selain bantuan keterlibatan Anda;
c. Lebih suka memiliki anak yang mengembangkan strategi belajar yang baik dan manajemen waktu sendiri daripada bertanggungjawab kepada orang lain di luar keluarga. (Sumber: Kompas.com)

Guru Hebat selalu Rindu Kehebatan

Oleh Suyatno

Tiada guru hebat selain guru yang senantiasa merindukan kehebatan dalam setiap langkahnya. Jangan pernah berkeinginan menjadi hebat kalau dalam diri guru tidak ada sedikit pun roh kehebatan. Guru hebat senantiasa merugi jika melaksanakan pembelajaran seperti hari-hari kemarin. Dia selalu mencoba cara baru dengan tujuan yang lebih hebat. Dia anak dari kegelisahan ketika memandang ketidakberhasilan. Itulah guru hebat.

Guru hebat tidak pernah secuil pun berpikir untuk disanjung orang lain. Yang terpenting baginya adalah kepuasan batin manakala muridnya tersenyum penanda gembira saat memasuki pintu keilmuan. Guru hebat sangat bangga ketika kelak muridnya melampaui jangkauan berpikir gurunya. Kehebatan yang diraihnya adalah ketika muridnya menjadi hebat.

Tiap gerak dan langkah guru hebat senantiasa diwarnai oleh keyakinan bahwa muridnya dapat dengan sangat mudah menerima ilmu yang diberikan. Murid harus semudah-mudahnya menerima ilmu. Dengan begitu, memori anak dapat memberikan ruang bagi konsep-konsep terbaru.

Musuh guru hebat adalah keraguan, kemalasan, dan ketidakyakinan. Ketiga musuh itu selalu didobraknya dengan tidakan nyata dalam mengajar di kelas. Bagi guru hebat, kemajuan demi perubahan yang bermanfaat menjadi pemeo dirinya. Siapaakah guru hebat itu? Dialah yang mau dan mampu berjiwa merdeka.

Kemerdekaan 2

“Berikan aku 1000 orang tua, niscaya akan kucabut semeru dari akarnya, berikan aku 1 pemuda, niscaya akan kuguncangkan dunia” . (Bung Karno)

Kemerdekaan 1

“Kita cinta damai, tetapi kita lebih cinta KEMERDEKAAN”.
[Pidato HUT Proklamasi, 1946][Bung Karno penyambung lidah rakyat, hlm.
69]

Guru Merdeka dengan Cara Mengajar Merdeka

Oleh Suyatno

Bulan ini memang Agustus, saat Indonesia memutar ulang kemerdekaan. Tentunya, roh merdeka harus menjadi basis setiap gerakan bangsa yang mengaku berdarah dan berdaging Indonesia. Rakyat jelata, yang makan tiap hari harus berkesusahan, harus berjiwa merdeka. Rakyat miskin, yang berada dalam kurungan kemiskinan turun-temurun, musti berjiwa merdeka. Kaum kaya, yang menyandang sejuta kenikmatan, musti juga berjiwa merdeka. Siapapun, dalam kondisi apapun, musti nberjiwa merdeka. Sebab merdeka adalah roh dasariah bangsa Indonesia.

Begitu pula, guru musti berdarah dan berdaging merdeka. Guru Indonesia harus merdeka dalam mencapai cara mengajarnya. Dia harus merdeka menentukan metode pembelajarannya. Yang penting, dengan jiwa merdeka itu, sang guru dapat mengantarkan muridnya ke dunia yang lebih baik. Merdeka adalah satu syarat utama dalam tubuh guru untuk mendedah kepandaian muridnya.

Ki Hajar Dewantara melandasi jiwa merdeka untuk sistem amongnya. Menurutnya, pendidikan harus dijalankan dengan jiwa merdeka untuk mencapai perkembangan kepribadian anak bangsa. Sistem among musti dilandasi jiwa merdeka. Kalau tidak, sistem among hanyalah wujud cengkraman orang dewasa dalam memaksakan kehendaknya. Jiwa merdeka adalah jiwa dasariah dalam pendidikan.

Bawalah murid-murid ke alam merdeka dengan senjata jiwa merdeka pula. Niscaya, murid Indonesia akan mampu meneruskan roh merdekanya dengan wujud pembangunan Indonesia yang lebih baik. Dengan jiwa yang merdeka, kreativitas sejati yang dimiliki murid akan berkiprah semaksimalnya. Lalu, guru hanya mendampingi dengan sistem amongnya.

Wahai guru, masuklah ke kelas dengan semangat merdeka. Antarkan murid dengan ceriah menyelam dunia keilmuan untuk masa depan Indonesia. Jika guru ditekuk jiwa kerdilnya, murid akan lebih menjadi kerdil. Walhasil, mental terjajah akan menyeruap dalam tubuh murid. Sebaliknya, jika kelas berada dalam kondisi merdeka, murid akan lebih merdeka. Kalau murid sudah merdeka, apapun akan dapat diraih oleh murid sebagai generasi bangsa Indonesia.

MERDEKA! Kata itulah yang menjadi roh dan jiwa segala tindakan. Sekali lagi, guru haruslah merdeka memilih bahan mengajar, merdeka dalam menentukan media belajar, dan merdeka dalam membawa murid ke p[intu tujuan pendidikan. Namun, merdeka bukanlah bebas dengan cara hewani melainkan merdeka yang teruji dan terukur. Selamat memerdekan diri. Hidup Indonesia!

Selasa, 26 Juli 2011

Mengajarlah dengan Gembira dan Seirama

Minggu-minggu ini merupakan saat yang berbahagia bagi guru karena bertemu dengan murid baru. Murid kelas sebelumnya ke kelas baru. Murid dari sekolah sebelumnya ke sekolah yang diasuh guru saat ini. Pokoknya, murid baru tentu sangat mengasyikkan bagi guru yang juga mempunyai pribadi mengasyikkan.

Kesempatan pertama di kelas itu tentunya akan lebih mengasyikkan jika guru mengajar dengan gembira dan seirama. Jika guru dengan gembira saat mengajar di kelas, tentu, murid akan lebih bergembira. Bahkan, kegembiraan itu akan mempermudah murid memasuki pelajaran yang akan dilahapnya selama satu tahun ke depan.

Selain gembira, guru perlu juga seirama dengan kondisi murid saat ini. Gagasan guru disederhanakan dan disesuaikan dengan karakteristik murid yang ada. Guru harus senantiasa berpikir bahwa murid dahulu dengan yang akan diasuhnya saat ini mempunyai perbedaan karakter. Perbedaan itu tentu akan memberikan dampak bagi gaya mengajar guru. Itulah yang dimaksud dengan mengajar seirama.

Posting Jarang karena Menuruni Bumi

Bulan Juli ini sepertinya bulan yang sangat miskin untuk mengisi garduguru. Betapa tidak. Hanya beberapa tulisan saja yang dapat muncul. Pasti semua itu ada sebabnya. Sebabnya, tidak lain dan tidak bukan, garduguru menuruni bumi. Garduguru diundang menjadi pembicara di ebrbagai tempat sehingga tidak sempat mengisi garduguru. Tetapi, pembaca jangan khawatir, artikel lain sudah disiapkan untuk penggemar garduguru.

Oh ya, selama ini, garduguru juga sedang asyik mempersiapkan penerbitan "Mbok Siti" menjadi buku. Maklum, banyak guru dan pemerhati pendidikan yang menginginkan serial Mbok Siti dibukukan sehingga dapat dinikmati kapan pun. Kebetulan pula, ada mantan mahasiswa JBSI yang bersedia untuk menata Mbok Siti sehingga siap cetak dengan desain yang harus bagus.

Bravo pendidikan Indonesia!

Gerakan Pramuka di Sekolah, Hidup Enggan Mati Tak Mau

Oleh Suyatno

Suatu ketika, seorang pembina pramuka di sekolah geleng-geleng kepala setelah melihat pendaftar ekstrakurikuler pramuka sangat sedikit, bahkan berada pada hitungan jari sepuluh jika dibandingkan dengan ekstrakurikuler lainnya, semisal basket, paskibraka, tari, KIR, dan lainnya. Hal itu terjadi hampir tiap tahun dan terus merosot jumlahnya sampai pada akhirnya ditutup atau ditiadakan untuk ekstrakurikuler Gerakan Pramuka. Lalu, dengan bangganya, kepala sekolah menyatakan, “Di sekolah kami, pramuka tidak diminati”. Pernyataan itu diamini oleh guru-guru lainnya. Sempurnalah, Gerakan Pramuka telah mati di sekolah.

Jika merunut ke belakang, setelah ditandatangani kerjasama antara dirjen dikdasmen (waktu itu) depdikbud dan kakwarnas di tahun 1975, Gerakan Pramuka wajib ada di sekolah sebagai wadah pembinaan kepramukaan yang berpangkalan di sekolah. Kerjasama itu sampai sekarang tidak pernah dicabut. Bahkan, Gerakan Pramuka di sekolah semakin dikuatkan UU no 20 tahun 2003 tentang sisdiknas, dokumen KTSP, dan kerjasama lima menteri, yang di dalamnya terdapat menteri pendidikan. Artinya, Gerakan Pramuka wajib di selenggarakan di pangkalan sekolah, baik dari SD, SMP/MTs/SMA/MA/SMK. Bahkan, di perguruan tinggi, Gerakan Pramuka juga wajib diselenggarakan setelah lahir surat kerjasama dirjen dikti dengan kakwarnas tahun 1981.

Jadi, tampaklah jelas bahwa Gerakan Pramuka bukan ekstrakurikuler yang disamakan dengan kegiatan lainnya. Jika disamakan, tentu, Gerakan Pramuka tidak akan diminati karena sifatnya yang tidak mendatangkan prestasi, tidak ada pergelaran, dan tidak instan. Gerakan Pramuka bersifat pendidikan nilai yang berprinsip pendidikan di luar sekolah dan di luar keluarga. Gerakan Pramuka lebih pada melengkapi pendidikan formal di bangku sekolah dengan menitikberatkan pada pendidikan alam terbuka dan kemasyarakatan.

Bisa jadi, siswa yang ikut ekstrakurikuler basket juga harus aktif di Gerakan Pramuka pangkalan sekolah sehingga akan menjadi pebasket yang jujur, berani, ksatria, dan lainnya yang sesuai dengan kode etik Gerakan Pramuka. Begitu pula, siswa yang turut serta di ekstra selain basket, dia akan mempunyai nilai yang kuat untuk bekal hidupnya kelak. Nilai itu didapatkan dari keikutsertaannya di pangkalan Gerakan Pramuka di sekolah yang lazimnya disebut gugusdepan (gudep).

Tentu, ke depan, para kepala sekolah sebagai penanggung jawab pendidikan di satuannya, yang juga disebut sebagai ketua majelis pembimbing gudep, harus mengubah paradigma kepramukaan di sekolah. Kepala sekolah tidak dapat tinggal diam kenyataan yang terjadi di sekolahnya berkaitan dengan Gerakan Pramuka.

Sebuah sekolah, sebut saja SMA Dul-Dul, telah mempunyai nomor gudep resmi. Berarti, sekolah itu mempunyai kewajiban untuk memelihara pangkalan pendidikan kepramukaan dengan kelengkapan ada pembina, peserta didik, tempat, administrasi, dan kegiatan. Kelengkapan itu secara rutin dilaporkan ke kwarcab melalui ranting masing-masing kecuali gudep perguruan tinggi yang dapat langsung ke kwarcab karena aturannya begitu. Kepala sekolah secara rutin mengecek kelangsungan gudep selaku ketua majelis gudep dan memberikan bantuan bimbingan, koordinasi, kebutuhan dana, perlengkapan, dan lainnya.

Latar belakang gudep berada di sekolah diawali oleh permintaan para pengelola sekolah untuk memudahkan pendidikan kepramukaan bagi siswanya. Awalnya, gudep berada di luar sekolah dan di luar keluarga, yakni gudep berada di masyarakat. Ada gudep yang berpangkalan di kantor desa, di kantor kecamatan, dan di mana saja yang dianggap layak. Peserta didiknya berasal dari berbagai kalangan sekolah dan berbagai lapisan masyarakat yang berlatih di gudep tersebut. Kemudian, agar siswa di sebuah sekolah dapat mudah berlatih tanpa harus jauh-jauh dan siswa lain juga dapat mengenyam kepramukaan karena sangat mulia tujuannya, para pemikir sekolah memberikan gagasan bahwa gudep sebaiknya di sekolah. Gagasan itu diwujudkan melalui kerja sama seperti yang dijelaskan di awal.

Kkeadaan berbalik. Gudep di masyarakat (teritorial) mulai susut bahkan tidak ada. Sementara, gudep di sekolah menjamur. Namun, apa dikata? Banyak gudep di sekolah hanya sebatas papan nama tanpa ada napas aktivitas.

Akibat dari itu, kondisi sekarang mulai berbalik lagi setelah banyak unsur masyarakat yang mulai mendirikan gudep sendiri akibat tidak puas dengan gudep di sekolah. Banyak koramil mendirikan gudep. RW juga mengadakan pelatihan kepramukaan. Ke depan, gudep di masyarakat akan semarak.

Mumpung belum semarak. Gudep sekolah perlu dibangunkan kembali dengan melalui sistem yang seirama dengan aturan kepramukaan. Kuncinya, kepala sekolah haruslah sadar diri atas tanggung jawab terhadap keberlangsungan Gerakan Pramuka di sekolah. Sanggupkah?

Minggu, 19 Juni 2011

Kesadaran Tugas Mulia Guru SMAN 18 Surabaya Terkukuhkan Melalui Outbound

"Kita harus semangat dan tanggung jawab", kata seorang guru saat refleksi setelah permainan bola bergulir. "Kelompok kami hampir putus asa tetapi karena keikhlasan teman kelompok akhirnya kelompok kami berhasil", papar guru lain yang merefleksikan untuk mewakili kelompok. Itulah salah satu refleksi yang diungkapkan oleh guru SMA Negeri 18 Surabaya saat mengikuti kegiatan Workshop Pengembangan Wawasan Manajemen Mutu Internal yang dikemas melalui kegiatan workshop dan outbound di Murnajati Lawang, pada 18--19 Juni 2011.

Sebelum melakukan outbound, peserta menerima materi tentang ESQ, Sekolah Unggul, dan Motivasi Berprestasi yang disajikan oleh tim Target. Guru-guru sangat antusias saat menerima materi karena penyajinya sangat piawai dalam memfasilitasi. Kemudian, guru-guru merumuskan cara menjadi sekolah unggul dengan berbasis siswa sebagai subjek.

Pak Khairil Anwar, selaku kepala sekolah, mengatakan bahwa kegiatan semacam ini teramat penting untuk membangun kesadaran tugas mulia seorang guru. "Sekolah unggul harus menjadi target kinerja sekolah yang mau berubah". Gurulah yang harus menguatkan mental siswa agar unggul. "Untul itu, optimalisasi keunggulan sekolah harus diawali dari seorang guru", ujar kepala sekolah yang juga sebagai guru bahasa Indonesia.

Kegiatan yang menyenangkan itu dikelola oleh Tim Target. Sebuah tim pelaksana outbound yang berpusat di Surabaya. Target merupakan lembaga pengembangan pendidikan yang cukup berpengalaman karena telah menangani kegiatan semacam itu berkali-kali. "Kami sangat puas difasilitasi tim Target karena mereka cukup paham tentang pendidikan pola outbound", kata Bu Mamik, guru Biologi SMAN 18 Surabaya. "Sebaiknya, kegiatan semacam ini harus rutin dilaksanakan", kata Pak Anang, guru yang senang bermain elekton.