Rabu, 28 Oktober 2015

Cara Mudah Kerjakan Soal UKG 2015

Jangan gentar dengan Uji Kompetensi Guru (UKG) yang disajikan oleh pemerintah. UKG itu semata-mata untuk kebaikan pendidikan di Indonesia. Asal Anda membaca permendikbud yang mengatur pendidikan, misalnya permendikbud 103 dan 104 tahun 2014 tentang pembelajaran dan penilaian lalu ditambah dengan pengalaman Anda mengajar, tentu soal paedagogis dapat terjawab. Lebih jauh, guru harus membaca aturan lainnya untuk memperkaya. Memang salah satu ugas guru adalah membaca, bukan? 

Kemudian, guru tentu memunyai keahlian sesuai dengan bidangnya. Kuatkan keilmuan guru untuk menjawab soal berkait dengan bidang studi. Lalu, apanya yang susah? Soal tentu tidak dibuat untuk menyakitkan guru. Soal dibuat sesuai dengan standar seorang guru.
Jadi, jangan takut dengan UKG. Uji Kompetensi Awal (UKA) bagi guru adalah untuk mengukur kompetensi dasar tentang bidang studi (subject matter) dan pedagogik dalam domain content. Kompetensi dasar bidang studi yang diujikan sesuai dengan bidang studi sertifikasi (bagi guru yang sudah bersertifikat pendidik) dan sesuai dengan kualifikasi akademik guru (bagi guru yang belum bersertifikat pendidik). Kompetensi pedagogik yang diujikan adalah integrasi konsep pedagogik ke dalam proses pembelajaran bidang studi tersebut dalam kelas.
Bagaimanakah rincian soalnya? Pengembangan instrumen UKA terdiri atas kisi-kisi dan butir soal. Soal UKA dikembangkan oleh Tim Ahli dengan bentuk soal obyektif tes jenis pilihan ganda dengan 4 opsi pilihan jawaban. Komposisi instrumen tes adalah 30% kompetensi pedagogik dan 70% kompetensi profesional dengan waktu pengerjaan soal ujian adalah 120 menit dan jumlah soal maksimal 100 butir soal. Kecuali guru Tuna Netra waktu yang diberikan 180 menit.
Peserta UKA hanya mendapatkan soal ujian sesuai dengan mata pelajaran yang telah ditentukan seperti tersebut di atas. Informasi mata uji peserta UKA masing-masing peserta dan kisi-kisi dapat dilihat pada laman http://sergur.kemdiknas.go.id atau pada beberapa links alternatif dari beberapa materi pelajaran di bawah ini :
- Download Kisi-kisi UKA / UKG Tahun 2015 Administrasi Perkantoran
- Download Kisi-kisi UKA / UKG Tahun 2015 Bahasa Indonesia
- Download Kisi-kisi UKA / UKG Tahun 2015 Bahasa Inggris
- Download Kisi-kisi UKA / UKG Tahun 2015 Biologi
- Download Kisi-kisi UKA / UKG Tahun 2015 Broadcasting
- Download Kisi-kisi UKA / UKG Tahun 2015 Fisika
- Download Kisi-kisi UKA / UKG Tahun 2015 IPA
- Download Kisi-kisi UKA / UKG Tahun 2015 IPS
- Download Kisi-kisi UKA / UKG Tahun 2015 Kecantikan
- Download Kisi-kisi UKA / UKG Tahun 2015 Kimia
- Download Kisi-kisi UKA / UKG Tahun 2015 Matematika
- Download Kisi-kisi UKA / UKG Tahun 2015 Pariwisata
- Download Kisi-kisi UKA / UKG Tahun 2015 PAUD
- Download Kisi-kisi UKA / UKG Tahun 2015 Penjaskes
- Download Kisi-kisi UKA / UKG Tahun 2015 PKn
- Download Kisi-kisi UKA / UKG Tahun 2015 Sejarah
- Download Kisi-kisi UKA / UKG Tahun 2015 Sekolah Dasar / SD
- Download Kisi-kisi UKA / UKG Tahun 2015 Seni Budaya
- Download Kisi-kisi UKA / UKG Tahun 2015 Seni Patung
- Download Kisi-kisi UKA / UKG Tahun 2015 SLB
- Download Kisi-kisi UKA / UKG Tahun 2015 Sosiologi
- Download Kisi-kisi UKA / UKG Tahun 2015 Tata Boga
- Download Kisi-kisi UKA / UKG Tahun 2015 Tata Busana
- Download Kisi-kisi UKA / UKG Tahun 2015 TIK

Selamat mempersiapkan diri. Garduguru turut berdoa agar guru-guru senantiasa sukses segalanya. UKG jangan menjadi beban tetapi harus menjadi pemicu semangat untuk berkarya demi Indonesia yang lebih berjaya. Lakukan persiapan, baca segala informasi terkait dengan isi soal, latihan soal, dan berangkat dengan hati senang akan menguatkan keberhasilan Anda.

Cita-Cita Anak Bergantung pada Informasi yang Didapatnya

Benarkah cita-cita seorang anak murni datang dari seorang anak secara serta merta? Rasanya tidak serta merta tetapi berawal dari informasi keteladanan yang diperolehnya, baik dari mendengarkan, melihat, membaca, maupun berdisikusi dengan orang lain. Untuk itu, semakin anak mendapatkan informasi yang lengkap tentang keberhasilan seseorang dalam hidupnya, semakin anak akan bercita-cita dengan bagusnya. Sebaliknya, semakin anak tidak mendapatkan informasi apa-apa, semakin dia tidak mempunyai cita-cita yang jelas dan bagus.

Ada kisah nyata. Di siang hari, di Konjen RI Los Angeles, Oktober 2015, Kepala Konjen Bapak Umar Hadi menanyai cita-cita pramuka (anak-anak) yang datang ke Konjen itu. Hasilnya tidak ada satu pun yang menjawab tentang cita-cita sebagai diplomat. Bapak Umar Hadi menggeleng-gelengkan kepala sambil berucap, "Mengapa tidak ada yang bercita-cita sebagai diplomat?"

Lalu, Bapak Umar Hadi menjelaskan tugas seorang diplomat dengan menariknya. Setelah menjelaskan tugas seorang diplomat itu, Umar Hadi kembali menanyakan, "Ada nggak yang bercita-cita diplomat?" Langsung ada dua anak yang mengacungkan tangan kalau ia bercita-cita sebagai diplomat. Umar Hadi masih terus bercerita lagi tentang tugas juru damai atau sang diplomat. Kemudian, dia menanya lagi tentang cita-cita anak-anak terkait dengan diplomat. Yang mengangkat tangan lebih banyak lagi.

Nah, terlihat bahwa cita-cita anak-anak bergantung pada informasi yang diperolehnya. Semakin anak banyak menerima informasi tentang dunia pekerjaan ang bagus-bagus tentu semakin anak memunyai pilihan yang menarik. Untuk itu, berilah anak-anak ragam informasi pekerjaan.

Guru di kelas jangan sampai memberikan informasi ketokohan dengan cara terbatas. Berceritalah tentang aneka macam pekerjaan yang menyenangkan. Berilah keunikan yang muncul dari sebuah pekerjaan. Niscaya, pekerjaan anak kelak akan lebih beragam dan inovatif. Buku-buku tentang keteladanan berikan dengan baik.

Selasa, 27 Oktober 2015

Sang Profesor: Pedang di Kanan, Keris di Kiri



Oleh Suyatno

Chairil Anwar, dalam puisi Diponegoro, menggunakan pilihan kata pedang di kanan, keris di kiri untuk menggambarkan kesiapsediaan seseorang dalam menghadapi tantangan dengan senjata yang lengkap di semua lini. Menurut sastrawan dari Tanah Deli itu, semangat berjuang yang hebat harus meledak-ledak bagaikan bara menjadi api. Selayaknya, semangat seseorang dalam menghadapi situasi seberat apapun harus tangguh dengan jiwa berani. Masyarakat Jawa, jauh sebelum Chairil Anwar di tahun 1945-an, juga sudah mengenal semangat tinggi dengan pepatah rawe-rawe rantas, malang-malang putung. Penyanyi dangdut Meggie Z. melantunkan lagu percuma saja berlayar kalau kau takut gelombang, percuma saja bercinta kalau kau takut sengsara untuk menggambarkan keharusan seseorang untuk berani menghadapi tantangan. Orang Surabaya lebih mengenal kalah cacak, menang cacak untuk menguatkan keberanian dirinya.

Pedang di kanan, keris di kiri terasa layak jika disematkan ke sosok guru besar saat ini. Sosok yang berada di jabatan tertinggi dari komunitas dosen itu telah mempunyai senjata lengkap, selengkap kapal dengan lautnya. Senjata lengkapnya adalah predikat guru yang besar di pundaknya. Berkah pengiringnya adalah tunjangan yang berlebih daripada tunjangan pengajar mahasiswa di bawahnya. Situasi untuknya adalah peluang yang besar untuk melakukan penelitian sebidangnya. Lalu, mitosnya adalah penemu sesuatu yang berguna bagi masyarakatnya.

Sejarah tentu mewarnai dinamika sang guru besar. Dari waktu ke waktu, dari segala negara dan bangsa, sosok profesor diberikan arti yang mengunci predikatnya. Temuan demi temuan banyak yang berasal dari tangan ketekunannya. Teori demi teori mengalir deras dari sentuhan pikirannya. Konsep demi konsep terbingkai dari pandangannya. Pembaharuan memang selayaknya bersumber dari aliran deras gagasannya. Sebut saja, Prof. Charles Darwin dikenal karena teori evolusi. Prof. Enstein mengibarkan teori relativitas. Prof. Rene Wellek mengembang dengan teori intrinsik dan ekstrinsik sastra. Begitu pula, guru besar lainnya memberikan arti dalam dunia kehidupan akademik dan nonakademik.

Ibarat patah tumbuh hilang berganti, gerbong guru besar selanjutnya tentulah tidak akan pernah menapikkan arti sesungguhnya dari mitos yang telah berkembang di masyarakat. Gerbong itu adalah sosok guru besar baru atau muda yang seharusnya mempunyai rasa rindu dengan warna guru besar pendahulunya. Tangan akan ditutupkan ke muka jika tidak melakukan apap-apa padahal guru besar terdahulu memberikan apa-apa. Mereka rindu akan pertumbuhan kualitas hidup akibat kiprahnya. Mereka akan resah jika tidak memberikan sebungkus guna di gerbang penampakan orang lain. Lalu, mereka akan dimurkai oleh mitos sendiri jika tidak memberikan temuan apapun namanya. 

Air yang sibuk menandakan tidak dalam. Air yang tenang memberikan kedalaman. Jika kesibukan rutinitas bertubi-tubi dengan irama mekanik, tentu, kesibukan itu menandakan permukaan. Badan lelah, pikiran kusut, tulang nyeri, dan kaki kaku mengental dalam diri yang bertugas mekanikal yang rutin tanpa berada di kedalaman. Kesibukan lalu menjerat kiprah sang inovator dan kreator kehidupan. Janganlah sampai, sosok guru besar terlalu asyik dengan mekanikal yang menutup kelambu kesejatian fungsi dan manfaat penyandang yang dimilikinya. Ketenangan yang beriringan dengan konsentrasi keilmuan dalam gagasannya harus dimunculkan dengan kesengajaan agar didapat kedalaman. Ujung-ujungnya, kedalaman itu akan memberikan jalan bagi sebuah kapal besar yang akan melintasinya. 

Unesa adalah sebuah kapal besar yang memerlukan penanda-penanda besar pula. Penanda besar itu diharapkan sanggup menarik kepedulian khalayak untuk memanfaatkan Unesa. Penanda besar itu tentu akan dapat diberikan oleh orang yang berjiwa besar. Dia mempunyai pemikiran besar. Tatapan hidupnya untuk sebuah kebesaran lembaga. Dialah sang guru besar. 

Setakat ini, keberhasilan besar dari sebuah kiprah sosok guru besar sangat dinanti-nanti. Karena waktu memang menyatakan sudah saatnya, momentum kiprah memang juga seharusnya dikibarkan. Karena jalan sudah diperhalus, sudah saatnya mobil melintas sesuai fungsinya. Karena kolam sudah dibangunkan, sudah saatnya ikan memberikan gerakan menariknya. Itulah saat yang tepat untuk memberikan rasa mantap. Memang, guru besar sudah berada di saatnya memberikan manfaat yang sebenar-benarnya manfaat. **


Menanamlah Kau akan Memanen



Ibarat bertani, jika seseorang menanam tumbuhan produktif di ladang yang subur, kemungkinan besar dia akan memanen tumbuhan itu daripada orang lain yang tidak menanam sebiji pun tumbuhan produktif. Memang, kemungkinan tidak memanen juga ada meskipun sudah menanam karena kesalahan musim atau terkaman gangguan dari alam dan hewan. Namun, yang jelas, menanam itu lebih mungkin mendapatkan hasil dibandingkan yang tidak menanam. 

Pola memberi dan menerima seperti juga menanam dan memanen itulah yang juga diwarnakan kepada para pekerja yang berkinerja. Banyak pekerja tetapi belum tentu berkinerja. Banyak terjadi bahwa pekerja hanya sebagai label namun kenyataannya dia tidak bekerja sehingga tidak tampak kinerjanya. Secara hukum seseorang dikatakan pekerja karena dibuktikan oleh surat penunjukkan yang sah. Namun, dalam kenyataan, seseorang dapat lupa kalau label dirinya bekerja bukan berdiam diri tanpa rasa. 

Semua orang teramat paham jika kata pekerja itu merujuk pada label fungsi. Seseorang dikatakan pekerja karena bekerja. Sama juga dengan seseorang yang disebut petani jika dia bertani. Peternak karena berternak. Penulis karena menulis. Itulah label fungsi yang memunyai bentuk dan hasil yang dapat dicocokkan dengan fungsinya. 

Unesa kini masuk ke babak pemaknaan fungsi yang disesuaikan dengan bentuk dan hasilnya kepada para warganya. Jika berkinerja tinggi, warga Unesa akan mendapatkan penghargaan yang tinggi pula. Begitu pula sebaliknya, jika berkinerja rendah karena tidak ditunjukkan dari bekerja secara nyata, dia akan mendapatkan hasil panen yang tidak seberapa bagus dibandingkan kawan lainnya yang berkinerja tinggi. Itulah yang disebut remunerasi yang sebanding dan seimbang. 

Jadi, remunerasi yang sehat adalah penghargaan yang sebanding dan seimbang. Kata sebanding dan seimbang merujuk pada pengukuran dan penilaian yang akurat. Jika tidak akurat, kesebandingan dan keseimbangan akan luntur tanpa bermakna apa-apa. Untuk itu, pengukuran dan penilaian yang sebanding dan seimbang itu haruslah terlihat nyata dan jelas agar tidak terjadi multitafsir. 

Multitafsir tentu akan mendatangkan bencana baru karena sesama pekerja akan membandingkan dan menyeimbangkan kinerja satu dengan kinerja yang lain dengan persepsi masing-masing. Persepsi yang sangat berbeda itulah akan merusak kinerja seseorang sehingga semangat untuk berproduksi menjadi turun ke tingkat paling rendah. Multitafsir biasanya berasal dari kenyataan yang tidak berbanding lurus dengan peraturan sebagai bentuk perencanaan. 

Tentu, remunerasi di Unesa akan melampaui pusaran persepsi lama yang berujung pada cibiran karena biasanya seseorang lebih nyaman dengan pola yang lama. Jika memang yakin akan memberikan motivasi berkinerja lebih tinggi, remunerasi harus terus dijalankan sambil memperbaiki sistem yang diasakan kurang. Biasalah, semua hal baru akan mendapatkan perlawanan angin karena memang belum dikenali dan masih berkonsolidasi pikiran. Remunerasi Unesa harus jalan terus sesuai dengan harapan yang tersirat jelas. Siapa yang menanam, dia akan memanen.