Senin, 20 Desember 2010

Ujian Nasional 2011 dengan Formula Baru

Pemerintah dan Badan Standar Pendidikan Nasional telah siap dengan formula baru penilaian kelulusan siswa dari satuan pendidikan. Untuk itu, pelaksanaan ujian nasional tahun ajaran 2010/2011 hanya dilaksanakan satu kali pada bulan Mei 2011.
Ujian nasional (UN) utama untuk SMA/SMK digelar pada minggu pertama Mei 2011, sedangkan untuk SMP pada minggu kedua Mei 2011. Adapun UN susulan bagi mereka yang belum mengikuti UN utama dilaksanakan satu minggu kemudian. Pada tahun ini UN ulangan ditidakan. Adapun ujian sekolah diadakan sebelum pelaksanaan UN.
Demikian perubahan yang terungkap dalam sosialisasi kebijakan UN Tahun Pelajaran 2010/2011 yang dilaksanakan Kementerian Pendidikan Nasional (Kemendiknas) dan Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) di Jakarta, Kamis (17/12).
Kegiatan tersebut selain untuk mensosialisasikan juga meminta masukan soal perubahan UN dari dinas pendidikan kota/kabupaten dan perguruan tinggi.Pemerintah memang telah memegang formula baru. Namun, sebelum ditetapkan secara resmi, pemerintah dan BSNP meminta masukan dari daerah apakah perubahan dalam pelaksanaan UN 2011 bisa diterima dengan baik.
Menteri Pendidikan Nasional Mohammad Nuh mengatakan dengan adanya formula baru yang mengevaluasi siswa secara komprhensif selama tiga tahun belajar, polemik UN yang muncul tiap tahun diharapkan bisa berhenti. "Kita nantinya mesti lebih fokus pada apa yang perlu dikerjakan atau diperbaiki dari hasil UN," ujar Nuh.
Ketua BSNP Djemari Mardapi mengatakan penilaian kelulusan antara UN dan hasil belajar di sekolah tidak lagi saling memveto, namun bisa saling membantu. Untuk itu, penilaian UN digabung dengan nilai dari sekolah.
Kelulusan siswa dari sekolah dengan melihat nilai gabungan rencananya dipatok minimal 5,5. Nilai gabungan merupakan perpaduan nilai UN dan nilai sekolah untuk setiap mata pelajaran UN.
Rumus yang ditawarkan pemerintah untuk nilai gabungan = (0,6 x nilai UN) + (0,4 x nilai sekolah). Nilai sekolah dihitung dari nilai rata-rata ujian sekolah dan nilai rapor semester 3-5 untuk tiap mata pelajaran UN.
Nuh mengatakan bobot UN mesti lebih besar dari nilai sekolah untuk mengontrol hasil kelulusan. Pasalnya, dari data-data yang ada masih banyak sekolah yang me-mark up nilai siswa.
Dengan formula baru ini, rencananya akan dipatok nilai tiap mata pelajaran minimal 4,00. Integrasi nilai UN dan nilai sekolah ini diharapkan jadi pendorong untuk menganggap penting semua proses belajar sejak kelas 1 hingga kelas 3.
Adapun kriteria kelulusan ujian sekolah diserahkan kepada sekolah. Nilai sekolah merupakan nilai rata-rata dari ujian sekolah dan nilai rapor semester 3-5 setiap mata pelajaran yang tidak diujikan dalam UN.
Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kemendiknas Mansyur Ramli mengatakan penilaian kelulusan siswa tidak lagi hasil potret evaluasi sesaat. Penilaian dilakukan selama proses belajar siswa di sekolah. (sumber: Edukasi/Kompas.Com/2010

Guru di Mata Mbok Siti (91)

Kupegangi rinjing (keranjang dari bambu yang dianyam rapat stinggi 50 cm yang biasanya untuk belanja atau wadah sesuatu) dengan seksama. Maklum, selama ini tidak pernah menjumpai benda seperti itu. Yang aku tahu rangsel, keranjang pelastik, dan wadah pelastik lainnya. Ternyata, setelah aku tanya ke Mbok siti, sangat banyak hasil kebudayaan pendahulu kita yang nyaris punah karena ditinggalkan generasinya, termasuk saya yang hampir meninggalkan hasil kriya tesebut. Ada cikrak, bubu, tompo, dan yang lainnya.
"Benda-benda itu berasal dari bambu yang ada di sekitar rumah ini. Tumbuhan itu dekat dengan kita sehingga warga memanfaatkan untuk keberlangsungan hidupnya", jawab Mbok Siti sambil menunjukkan semua benda yang terbuat dari bambu. Aku manggut-manggut kagum.
"Awal mulanya adalah bambu, belum terlihat apa-apa, dan belum disebut apa-apa karena belum berubah bentuk sehingga memunculkan fungsi", kata Mbok Siti dengan tenang. Bambu berubah karena ada tujuan untuk mengubahnya. Perubahan itu tentu melalui proses berdasarkan fungsi apa yang akan dikehendaki. Semua siswa sama dan belum terlihat apa-apa. tetapi, jika siswa disentuh dengan tujuan mulia, siswa itu akan menjadi mulia. Jika disentuh dengan kebiadaban, siswa itu akan lebih biadab. Olahlah siswa dengan tujuan kemanusiawian agar benar-benar menjadi manusia beradab sehingga mempunyai nilai lebih menjadi seorang manusia. Begitulah bambu, jika diolah juga akan memberikan nilai lebih dan nilai tambah.

Guru di Mata Mbok Siti (90)

Aku terheran-heran melihat sangkar burung kepodang di dahan rimbun pohon belinjo belakang rumah Mbok Siti. Burung kepodang kuning itu terasa nyaman menentukan sarang di dahan itu sehingga menetaskan empat calon burung merdu itu karena memang lokasinya aman dan tenteram tanpa gangguan. Tampak keempat kepodang cilik mendongak sambil melebarkan parunya untuk menerima makanan nikmat dari sang induk. Terlihat begitu cepat, sang induk membawa bulir buah pisang kemudian melolohkannya ke anak-anaknya. Suara begitu riuh tanda mereka bahagia.
"Kok asyik sekali, anakku", sapa Mbok sambil berada di sebelahku dan ikut menonton tanpa kedip.
"Induk kepodang itu begitu telaten dan sabar membagi makanan secara rata ke semua anaknya", jawabku.
"Itulah modal kuat induk kepodang untuk membesarkan dan mengantarkan anak kepodang untuk bisa terbang mencari makan sendiri", sahut Mbok yang tangannya masih tampak lincah saat menunjuk sangkar burung.
Jika guru mempunyai ketelatenan, ketelitian, dan kesabaran dalam menumbuhkembangkan siswanya, niscaya siswa akan tumbuh dan berkembang dengan baik pula. Sabar bukan berarti lambat. Lihatlah induk burung itu yang membagi rata makanan ke semua anaknya. Kesempatan siswa sama antara satu dengan yang lainnya. Dengan begitu, layanan juga harus sama.

Guru di Mata Mbok Siti (89)

Tiba-tiba ban sepeda motorku kehilangan angin alias gembos saat aku hendak pulang dari rumah Mbok Siti. Terpaksa aku menuntunnya untuk kubawa ke tukang tambal yang jaraknya agak jauh. Tiba-tiba, Mbok Siti menghampiriku karena tahu aku menuntun sepeda motor dengan susah payah.

"Kok dituntun anakku?", tanya Mbok dengan lirih.
"Angin ban menghilang, Mbok", jawabku sambil memegangi ban yang gembos itu.
"Tidak apa-apa, Nak. Khan masih ada tukang tambal ban", jawab Mbok untuk menghiburku.
"Cobalah perhatikan, anakku. Kita tahu ban itu gembos karena kelihatan ban itu penyet dan kosong anginnya", kata Mbok yang selalu sabar dalam setiap kesempatan. Begitu pula, kita akan cepat tahu siswa di kelas belum ada isinya dengan penanda luarnya, seperti mata yang sayu, gerakan lambat, geleng-geleng kepala, atau tanda-tanda lainnya. Kalau sudah tehu begitu, siswa perlu diperhatikan dengan seksama. Guru hebat harus teramat paham dengan gejala seperti itu sehingga dapat dengan cepat membahagiakan siswa dengan mengembalikan kepercayaannya.

Selasa, 16 November 2010

Serial Guru di Mata Mbok Siti segera Dibukukan

Akibat banyak permintaan dari kawan-kawan yang turut menikmati serial Guru di Mata Mbok Siti, serial itu akan dibukukan sebagai kenangan dan bermanfaat bagi guru-guru lainnya. Tentu, buku serial itu akan menarik jika para pembaca memberikan komentar di sembarang seri. Komentar itu, nantinya juga akan turut dimasukkan ke dalam buku.

Garduguru yakin, para pembaca dan penikmat serial pendidikan itu mempunyai banyak persepsi dan pandangan yang berangkat dari serial itu. Untuk itu, sangat tepat jika komentar itu dituangkan ke dalam salah satu serial panjang.

Seri ke-100 sangat dekat untuk dinikmati. Jadi, mulai sekarang sudah ancang-ancang untuk menata serial itu agar segera terbit. Janji garduguru, jika sudah sampai 100 seri, serial akan diterbitkan.

Komentar Anda ditunggu.

Guru di Mata Mbok Siti (88)

Setelah air bergelombang keras dalam panci di atas tungku batu bata itu, Mbok Siti bergegas mengambilnya dengan gayung batok kelapa untuk dimasukkan ke gelas yang di dalamnya sudah terdapat bulir teh dan gula. Aku bergegas mengambil alih tugas itu dengan memasukkan ke gelas. Mbok Siti hanya tersenyum.

"Ini teh manis yang ternikmat, Mbok", pujiku. Lalu, aku mencoba untuk mendinginkan teh manis itu ke atas piring karena memang benar-benar panas. Kuseruput pelan-pelan dengan mulutku yang sudah tidak tahan untuk menikmati teh manis itu. Terasa segar air teh manis sedikit panas terasa di perut ini.

"Kalau masih ingin, buat lagi ya anakku", kata Mbok meminta agar aku membuat lagi. Aku tersipu. Namun, aku membuat lagi karena dorongan ingin menikmati teh manis kembali.

"Rasa teh ini sempurna", gumamku.

 "Teh manis itu memang nikmat jika di minum saat mendung begini, anakku", kata Mbok Siti. Kenikmatan seperti itulah yang juga harus diciptakan guru ketika meramu bahan ajar, media, tempat, dan kegembiraan murid-murid. Murid pasti akan ketagihan akan kenikmatan belajar yang diciptakan oleh guru. Kepandaian guru meramu sajian mengajar menjadi sebuah kekuatan yang mampu menanamkan kesan di ingatan murid. Sampai kapan pun, murid akan membawa kesan itu dan kesan yang dibawa ditambatkan dalam perilaku murid dalam kehidupan kelak.

Guru di Mata Mbok Siti (87)

Begitu hangatnya ketika mendung aku duduk di depan perapian di dapur berlantai batu bata tua rumah Mbok Siti. Di perapian itu, entah berapa kali masakan telah dimatangkan sehingga nikmat di santap. Sungguh nikmat memegang kayu untuk dimasukkan ke lorong kecil berabu dan merah jingga api bernapas di tungku tua itu. Aku membalik kayu berkali-kali untuk melihat pertama api memerahkan sinarnya dari dinding kayu belah.

"Tungku ini sudah teramat tua, setua rumah ini, anakku", kata Mbok Siti sambil tersenyum melihat tingkahku memegangi kayu bakar. Berkat tungku itu, api dan kayu bekerja sama untuk memberikan energi panas yang dapat mengubah makanan mentah menjadi matang. Andai tidak ada tungku ini, api di kayu bakar tidak akan terfokus sehingga panasnya ke mana-mana. Begitu pula, guru haruslah dapat menjadi tungku yang baik sehingga mampu menyatukan energi muridnya dengan energi materi pelajaran menjadi sebuah kekuatan yang dapat mematangkan jiwa dan pikiran murid itu sendiri.

Guru di Mata Mbok Siti (86)

"Anakku, jadilah guru yang mampu masuk ke relung hati muridmu bukan  mampu masuk hanya ke pikiran dan alat indra muridmu", kata Mbok Siti mantap sambil mengumpulkan kayu bakar. Aku hanya diam sambil memahami isi pernyataan bermakna itu. Pernyataan seperti inilah yang membuatku terus berguru ke Mbok Siti meskipun wanita tua itu tidak bergelar sarjana bahkan doktor. Menurutku, semua orang itu guru jika mampu memberikan sesuatu. Mbok Siti inilah sang guru pribadiku.

"Dalam relung hati murid terdapat jiwa yang berkembang dari waktu ke waktu sehingga membentuk karakter dasar muridmu", tegas Mbok Siti saat meletakkan kayu bakar di sisi dapur. Lalu, wanita berpakaian sederhana itu duduk beralaskan batu bata di depan perapian. Aku juga segera duduk dengan mengambil batu bata sebagai alas dudukku.

"Kemampuan masuk ke relung hati siswa merupakan hal yang teramat penting dikuasai guru dengan cara praktik langsung bukan menghapalkannya", ujarnya. Lihat saja, banyak orang yang pikiran dan fisiknya bagus tetapi tidak punya jiwa sehingga mudah terombang-ambing antara berbuat baik dan berbuat jahat. Pada akhirnya, orang itu lebih mengarah ke perbuatan jahat karena angin jahat lebih kuat daripada angin baik. Tugas guru adalah memantapkan jiwa anak untuk berkembang di jalur baik sehingga murid itu kuat karakter baiknya.

Guru di Mata Mbok Siti (85)

Aku curiga dengan keberadaan Mbok Siti hari ini setelah kulihat rumah tutup tapi lampu depan masih menyala. Ada apa? Tidak biasanya, pukul 10 siang, rumah Mbok Siti masih menutup diri dari campuran udara dan sinar matahari siang ini.

Aku ketuk pintu pelan-pelan dengan bersuara sedikit keras untuk menyampaikan salam. Tiba-tiba, ada suara dari dalam, "Masuk, Nak. Dorong saja pintu itu", ujar Mbok Siti lirih. Pasti ada apa-apa, gumamku. Benar juga, ternyata Mbok Siti berbaring sakit.

"Mbok. Sakit apa, Mbok?" tanyaku.

"Enggak sakit, nak. Hanya sedikit kelelahan", jawab Mbok sambil sedikit menutupi kalau sakit. Aku yakin, Mbok Siti sedang sakit karena wajahnya pucat buram, tubunya tergeletak seakan susah diangkat, dan suaranya sangat lemah.

"Tidak usah risau, anakku", katanya lagi. Kadang orang harus berada dalam kondisi istirahat untuk menempatkan diri pada posisi merenung, melihat, dan memelihara diri sendiri. Kalau tidak kita sendiri yang melihat dan merasakan, lalu, siapa yang akan merasakan? Begitu pula, guru juga sekali waktu perlu beristirahat untuk berada dalam posisi merenung sehingga dapat melihat, merasakan, dan mengenali perubahan diri. Lalu, ketika, sehat, hasil renungan diri itu menjadai penyegar tindakan guru dalam beraktivitas.

"Sudah minum obat, Mbok?" tanyaku menganjurkan.

"Sudah, anakku. Obat itu sudah saya minum sesuai anjuran dokter. Sekarang sudah agak lumayan perkembangan sakit ini", kata wanita yang tidak pernah mengeluh itu.

Kamis, 04 November 2010

Guru di Mata Mbok Siti (84)

Pohon mangga di kiri rumah Mbok Siti menggiurkan hati. Betapa tidak. Buah ranum besar-besar dan menua menantang tangan untuk memetiknya. Apalagi, buah itu sangat pendek yang dapat dijajah oleh tangan sependek apapun. Aduhai menantang untuk dikuasai rasa manisnya. Aku tertegun lama melihatnya namun tak jua mulut berucap meminta ke Mbok Siti.

"Kalau ingin buah mangga, ambil saja, anakku", kata Mbok Siti dengan kalem. Aku terkaget-kaget dan langsung memberikan mimik meminta tanpa ucap apapun. Aku langsung meraihnya.

"Buah itu wujud kebanggaan pohon mangga yang telah mampu menghasilkan buah untuk dinikmati manusia", ujar Mbok yang sederhana itu. Pohon mangga itu menampakkan keikhlasan ketika buah mangga tidak menjadi miliknya lagi. Begitu pula, guru harus mampu sampai taraf menghasilkan buah yang bermanfaat berupa siswa yang matang dengan ikhlas, sabar, dan melaju. Meskipun, pohon mangga itu, mungkin, sebelumnya tidak pernah berbuah. Pohon itu sangat sabar dan ikhlas melaju tumbuh bersama waktu.

Sastra Anak, Mau Dibawa ke Mana?

Inilah fakta yang membanggakan Indonesia dari sudut kekuatan potensi anak-anak dalam menulis. Betapa tidak. Saat ini, bermunculan sastra karya anak-anak secara menggila karena ada ratusan judul cerpen, puisi, dan novel karya anak-anak baik yang dibukukan maupun dimuat di media massa. Jika dikatakan revolusi, inilah revolusi menulis di Indonesia dari sisi usia dini sudah berkarya. Lihat saja, Fais sebagai penulis puisi, Ataka penulis novel berseri, Izzati penulis novel paling prduktif, Aini penulis cerpen, dan anak-anak lainnya. Mereka bertubi-tubi menghiasi jagat sastra anak di Indonesia.
Tentunya, semua pihak berharap bahwa di dunia anak harus terus bergulir karya-karya sastra sampai kapan pun sehingga mampu menghiasi dunia sastra anak di Indonesia. Jangan sampai, hadirnya sastra anak karya anak tersebut hanya sebatas euforia atau kegembiraan sesaat saja untuk saat ini. Lalu, ke depan, sastra anak karya anak menyusut bahkan tenggelam di makan perkembangan zaman. Perlu diingat, gangguan kreativitas juga menyerbu anak-anak Indonesia melalui budaya instan, konsumerisme, pragmatis, dan nina bobok. Gangguan kejam yang dapat memasung kreativitas anak itu perlu dihalangi bahkan dijauhkan dari kehidupan sejati anak-anak.
Lalu, resep apakah yang mampu melanggengkan kreativitas anak-anak dalam tulis-menulis sehingga muncul tersendiri aliran sastra karya anak? Bagaimanakah resep itu mampu menjawab secara jitu ketakutan akan perkembangan sastra anak karya anak? Jawabnya, ada di pundak generasi Indonesia semuanya. Ingatlah bahwa anak-anak merupakan pilar pelapis masa depan bangsa karena hidup selalu berkembang dan bergantian.

Kamis, 21 Oktober 2010

Guru di Mata Mbok Siti (83)

Tiba-tiba, ayam di belakang rumah Mbok Siti itu dikejar-kejar angsa sampai bulu-bulu indah ayam itu menangis-nangis di udara berdebu kusam itu. Aku berteriak mengusir angsa sambil mengayunkan lengan kanan dengan kuat. Angsa masih saja mengejar dengan suara ganas dan paruh menganga.

"Mbok, angsa itu galak", kataku sambil menunjuk angsa yang mengibaskan sayap tanda kemenangan dan ayam berlari seribu napas. Hebat sekali pancaindera angsa itu.

"Itulah alam kebinatangan, anakku", tukas Mbok Siti dengan kebaya lusuh meskipun di halaman belakang itu. Alam binatang adalah alam yang baik bagi hawa nafsu. Pada diri kita, juga terdapat alam kebinatangan yang mengungsi di panca indera, pikiran, dan kecerdasan karena memang tempat itu  mudah disusupi hawa nafsu. Melalui panca indera, pikiran, dan kecerdasan, hawa nafsu sering menutupi pengetahuan sejati seorang manusia. Oleh sebab itu, pada tahap awal langkah seorang guru yang juga sebagai manusia, kendalikanlah nafsu-nafsu itu.

"Anakku, jadilah guru yang berada di kedalaman roh keguruan sejati", jelas Mbok Siti. Panca indera bekerja secara lebih halus daripada alam material yang mati; pikiran bekerja lebih halus daripada panca indera; kecerdasan lebih halus lagi daripada pikiran; dan roh lebih halus dari kecerdasan. Oleh sebab itu, latihlah pikiranmu agar siap menerima roh keguruan sejati. Asahlah terus kecerdasanmu dalam alam guru sejati agar tingkat kecerdasan dan kesadaran rohanimu akan terus meningkat dan mantap sebagai seorang guru, dan engkau tidak bisa dibingungkan atau digoyahkan lagi oleh hawa nafsu. Itulah inti pengetahuan sejati turun-temurun yang harus mendarah dalam diri seorang guru.

Guru di Mata Mbok Siti (82)

Pagi ini, aku bimbang. "Apakah aku mengajar ke kelas atau istirahat di rumah?" wujud kebimbanganku. Perkaranya, badan ini agak lemas meski tidak panas. Ada kemalasan dalam diriku untuk melakukan sesuatu. Rasanya, aku malas mengajar untuk kali ini. Aku tidur sampai siang sehingga pilihan mengajar menjadi nomor dua. Tapi, sehabis tiduran, aku dimaki-maki oleh batinku sendiri. Aku tambah menggunungkan kebingungan. Cepat-cepat, aku menjulurkan kaki ke rumah Mbok Siti untuk menguatkan hati gundah ini.

"Mbok, hari ini aku gundah dan berdosa karena meninggalkan siswaku yang sudah menunggu demi diri sendiri", kataku pelan kepada Mbok Siti yang menampakkan senyum kekuatan.

"Anakku, kebimbangan antara dua pilihan itu wajar. Namun, berpeluklah pada pilihan  yang lebih besar", kata Mbok Siti pelan. Tanggung jawab kecil biasanya lebih tampak daripada tanggungjawab besar. Mengajarlah demi pembelajaran, tanpa mempertimbangkan suka-duka, untung-rugi, dan kalah-menang. Lakukanlah sebaik-baiknya apa yang mesti kamu lakukan, tanpa mengharapkan hasil atau pahala, agar engkau terbebas dari ikatan dengan pekerjaan. Orang yang ingin menikmati hasil dari pekerjaannya adalah orang pelit. Guru yang terbaik selalu menguatkan keikhlasan dengan rasa mendalam. Siswa segalanya bagi nurani guru. Dahulukanlah juluran tugasmu kepada yang membutuhkanmu demi masa depannya. Masukkan rasa dirimu ke ceruk tulang yang terdalam dan terumit dalam dirimu sehingga dapat menjangkau yang tidak pernah kamu jangkau dalam dirimu. Rasakanlah dengan rasa yang kuat. Itulah kesejatian dirimu sebagai seorang guru.

"Janganlah meratapi kebimbanganmu yang telah kamu lakukan namun ubahlah sari kebimbangan dalam dirimu untuk perbuatan ke depan, anakku" lanjut Mbok Siti dengan mantap.

Guru di Mata Mbok Siti (81)

Tiba-tiba Mbok Siti mengajakku ke sungai kecil seberang jalan depan rumahnya. Tanpa pikir panjang, aku bergegas menyetujui ajakan itu. Aku yakin, Mbok Siti yang masih bergegas dalam berjalan itu mempunyai maksud lain.

"Anakku, pasti kamu bertanya-tanya ketika aku ajak ke sini", tukasnya sambil merelakan telunjuknya mengarah ke aliran air yang tidak seberapa deras itu.

"Iya, Mbok. Ada apa, tiba-tiba aku digiring ke sini?" tanyaku ulang.

Ternyata, aku ditunjukkan telur burung puyuh yang tergeletak sebanyak empat di bawah semak di sela ilalang lereng sungai. Telur itu tampak terawat oleh induknya. Aku bidikkan mata ke sekeliling, tidak juga tampak induk burung puyuh. "Mengapa begitu tega induk burung puyuh meninggalkan calon anak puyuh itu?", gumamku sambil jongkok mengamati telur itu.

"Telur ini bukan tidak dirawat, anakku", kata Mbok yang jari-jarinya penuh kerut tanda tersurat perjuangan waktu mudanya. Induknya merawat dengan cara meninggalkan telur untuk tumbuh dan berkembang sesuai dengan waktunya. Induk itu, suatu saat pasti akan ke sini untuk mengerami agar terjadi hubungan batin burung puyuh dengan anaknya sehingga dapat emenetas menjadi burung puyuh pula.

"Induk puyuh itu dapat mengukur seberapa kuat telur itu untuk meretas anak puyuh", ujar Mbok Siti. Begitu pula, guru harus dapat mengukur seberapa kuat siswa menerima pelajaran dari gurunya. Guru hebat harus mampu mengatur menu perolehan siswa dengan pertimbangan gradasi, kedalaman, keluasan, dan ketepatannya. Jadi, guru tidak boleh asal memberikan menu tanpa takaran yang dapat dipercaya.

"

Kamis, 14 Oktober 2010

Sapardi Djoko Damono: Jadikan Sastra sebagai Seni Bukan Ilmu di Sekolah

Pendidikan formal yang berkaitan dengan bahasa dan kebudayaan harus ditata sedemikian rupa, sehingga mampu menawarkan dan memperkenalkan sebanyak mungkin hasil kebudayaan seperti dongeng kepada sebanyak mungkin khalayak lewat bahasa Indonesia.

Demikian ditegaskan oleh sastrawan dan guru besar emeritus Sapardi Djoko Damono pada seminar Strategi Kebudayaan dan Pengelolaannya, yang digelar oleh Ikatan Ahli Arkeologi Indonesia Komisariat Jabotabek, Senin (1/6) di Jakarta.

Sapardi mengatakan, dongeng, kitab klasik, dan berbagai konsep kebudayaan harus dikemas baik-baik untuk disebarluaskan lewat pendidikan. Sastra dikembalikan ke fungsi dan kedudukannya sebagai seni, yakni permainan yang mengasyikkan, bukan sebagai ilmu.

"Hanya dengan dikembalikannya sastra sebagai seni, mereka yang berminat menjadi sastrawan memiliki keleluasaan dalam proses kreatifnya. Hanya dengan demikian pula khalayak bisa menerima karya sastra Indonesia sebagai miliknya sendiri, bukan terjemahan," kata Sapardi.

Menurut Sapardi, sastra Indonesia adalah hibrid, hasil silangan dari begitu banyak kebudayaan, bahasa, dan dongeng. Mereka yang membiarkan berbagai hal itu berkembang dalam dirinya dan menjadikannya dorongan penting dalam proses kreatifnya, kita sebut sastrawan Indonesia. Kita, tambah Sapardi, boleh saja mengatakan bahwa dengan demikian ia (sastra) tidak memiliki identitas, atau kehilangan identitas. Namun, bisa juga kita nyatakan bahwa itulah identitasnya.

Sapardi menambahkan bahwa karya sastra yang dihasilkan oleh sastrawan non-Inggris bisa memiliki kekuatan yang melebihi karya sastra yang dihasilkan oleh penutur asli. Dalam hal kita, bahasa Indonesia tidak bisa dibandingkan dengan bahasa Inggris dalam hal ini.

"Sebab, bahasa kita ini adalah bahasa baru yang kita ciptakan bersama, bukan bahasa yang sebelumnya sudah ada dan masih tetap dipergunakan dengan aktif oleh pemiliknya," ungkap Sapardi. Strategi pengembangan sastra Indonesia, tandas dia, harus didasarkan pada kenyataan tersebut.
(Sumber : Kompas.com/14 Oktober 2010)

Guru di Mata Mbok Siti (80)

Hiduplah dalam kematian dan matilah dalam kehidupan. Kalimat itu yang terngiang di telingaku sampai saat ini setelah mendengarkan ucapan Mbok Siti kemarin sore sebelum aku pulang. Kalimat itu berkali-kali aku ucapkan dalam hati dan kutulis besar dan tebal dalam buku catatanku. Namun, belum juga aku menemukan makna sebenarnya dari kalimat itu. Hiduplah dalam kematian dan matilah dalam kehidupan.

Dengan terpaksa, ketika bertemu Mbok Siti lagi, kalimat itu kutanyakan maknanya meskipun aku merasakan malu bertanya ulang.

"Ketika segalanya tidak kunjung ada, kamu harus ada", jelasnya. Begitu pula, ketika segalanya riuh rendah dalam kehidupan, manusia harus mampu berada dalam kehampaan untuk menyerap kehidupan itu. Aku tambah bingung.

"Jangan bingung, anakku", tiba-tiba Mbok Siti mengatakan kepadaku saat aku melamunkan kebingungan. Guru sangatlah tidak layak jika berada dalam suasana kebingungan. Jika guru bingung, bagaimana dengan siswanya? Bukankah siswa tambah bingung?

"Kadang, guru memerlukan keadaan diam", lanjut Mbok yang masih tampak energis itu. Ketika diam, guru akan lebih mampu menggunakan telinga, mata, dan rasa dalam mengurai gejala alam yang pada akhirnya bermanfaat bagi siswanya.

Mengajar dengan Cara ATM itu Halal

Banyak guru yang dalam hati kecilnya ingin berubah seperti guru-guru lain yang dipandangnya cukup maju dalam mengajar. Namun, mereka enggan untuk meniru guru-guru yang sudah maju karena takut dicap sebagai si peniru. Apalagi, dalam diri guru itu sudah terlanjur menempel lemak kebiasaan mengajar dari gaya itu ke itu selamanya. Jadilah, angan-angan guru hanya sebatas terbayangkan di pikiran saja. Dengan kondisi itu, guru pembayang harus berhati-hati karena dapat merembet ke sakit stress dan berdampak stroke. He.he.He. Kalau memang guru itu sudah mengidap darah tinggi, kolestrol, lemak darah, dan diabet, malah stress dan stroke tambah cepat bergerilya ke diri guru. Kok ngeri ya.

Resepnya, guru jangan takut meniru. Bukankah dunia berkembang dengan tiruan. Lihat saja, sepeda motor pertama ditiru oleh perusahaan lain dengan merek yang berbeda? bukankah HP pertama ditiru oleh HP berikutnya dengan merek berbeda?  Jadi, resepnya cukup ATM. Apa itu ATM? A singkatan AMATI, T singkatan TIRU, M singkatan Modifikasi.

Langkah pertama guru harus mengamati guru lain yang telah berhasil sampai sedetail-detailnya. Bila perlu, tanyakan pernik-perniknya sampai dia menjadi berhasil. Lakukan pengamatan dengan setia, teliti, dan lengkap. Amati pula guru lain yang menjalankan keberhasilan senada.

Langkah kedua, guru melakukan peniruan seperti yang dilakukan guru yang diamati. Lakukan terus berulang-ulang. Jangan lupa, catatlah kejanggalan atau hambatan serta kekuatannya. Ingat, penyanyi hebat tidak mungkin berlatih hanya sekali dua kali.

Langkah ketiga, guru harus memodifikasi tiruan berdasarkan karakter siswa, tempat, dan situasi di kelas sendiri. Jangan takut memodifikasi. yang terpenting tujuan bukan prosesnya. Bila perlu, guru melakukan modifikasi berbagai bentuk sehingga justru mendapatkan model mangajar yang beraneka modifikasi.

Untuk memperkuat diri, guru perlu mengonfirmasikan hasil modifikasi ke guru yang diamati dan ditiru. jangan malu untuk melakukan itu. Selamat mencoba.

Gunakan Studi Kasus selain PTK dan Lesson Study

Saat ini, banyak guru yang hanya terfokus pada PTK semata untuk mengungkap permasalahan di kelas dengan alasan dapat meningkatkan dan memperbaiki pembelajaran. Padahal, studi kasus juga dapat digunakan guru untuk melihat dengan senyatanya problem pembelajaran di kelas. Dengan studi kasus, guru dapat dengan cepat memperbaiki problem yang mengganjal sehingga pembelajaran dapat berjalan dengan lancar.

Dalam Wikipedia disebutkan bahwa studi kasus adalah salah satu metode penelitian dalam ilmu sosial. Dalam riset yang menggunakan metode ini, dilakukan pemeriksaan longitudinal (secara terus menerus) yang mendalam terhadap suatu keadaan atau kejadian yang disebut sebagai kasus dengan menggunakan cara-cara yang sistematis dalam melakukan pengamatan, pengumpulan data, analisis informasi, dan pelaporan hasilnya. Sebagai hasilnya, akan diperoleh pemahaman yang mendalam tentang mengapa sesuatu terjadi dan dapat menjadi dasar bagi riset selanjutnya. Studi kasus dapat digunakan untuk menghasilkan dan menguji hipotesis.

Pendapat lain menyatakan bahwa studi kasus adalah suatu strategi riset, penelaahan empiris yang menyelidiki suatu gejala dalam latar kehidupan nyata. Strategi ini dapat menyertakan bukti kuatitatif yang bersandar pada berbagai sumber dan perkembangan sebelumnya dari proposisi teoretis. Studi kasus dapat menggunakan bukti baik yang bersifat kuantitatif maupun kualitatif. Penelitian dengan subjek tunggal memberikan kerangka kerja statistik untuk membuat inferensi dari data studi kasus kuantitatif.

Menurut Bogdan dan Bikien (1982) studi kasus merupakan pengujian secara rinci terhadap satu latar atau satu orang subjek atau satu tempat penyimpanan dokumen atau satu peristiwa tertentu . Surachrnad (1982) membatasi pendekatan studi kasus sebagai suatu pendekatan dengan memusatkan perhatian pada suatu kasus secara intensif dan rinci. SementaraYin (1987) memberikan batasan yang lebih bersifat teknis dengan penekanan pada ciri-cirinya. Ary, Jacobs, dan Razavieh (1985) menjelasan bahwa dalam studi kasus hendaknya peneliti berusaha menguji unit atau individu secara mendalarn. Para peneliti berusaha menemukan semua variabel yang penting.

Berdasarkan batasan tersebut dapat dipahami bahwa batasan studi kasus meliputi: (1) sasaran penelitiannya dapat berupa manusia, peristiwa, latar, dan dokumen; (2) sasaran-sasaran tersebut ditelaah secara mendalam sebagai suatu totalitas sesuai dengan latar atau konteksnya masing-masing dengan maksud untuk mernahami berbagai kaitan yang ada di antara variabel-variabelnya.


2. Jenis-jenis Studi Kasus

a. Studi kasus kesejarahan mengenai organisasi, dipusatkan pada perhatian organisasi

tertentu dan dalam kurun waktu tertentu, dengan rnenelusuni perkembangan organisasinya. Studi mi sening kunang memungkinkan untuk diselenggarakan, karena sumbernya kunang mencukupi untuk dikerjakan secara minimal.

b. Studi kasus observasi, mengutamakan teknik pengumpulan datanya melalul observasi peran-senta atau pelibatan (participant observation), sedangkan fokus studinya pada suatu organisasi tertentu.. Bagian-bagian organisasi yang menjadi fokus studinya antara lain: (a) suatu tempat tertentu di dalam sekolah; (b) satu kelompok siswa; (c) kegiatan sekolah.

c. Studi kasus sejarah hidup, yang mencoba mewawancarai satu onang dengan maksud mengumpulkan narasi orang pertama dengan kepemilikan sejarah yang khas. Wawancara sejarah hiclup biasanya mengungkap konsep karier, pengabdian hidup seseorang, dan lahir hingga sekarang. masa remaja, sekolah. topik persahabatan dan topik tertentu lainnya.

d. Studi kasus kemasyarakatan, merupakan studi tentang kasus kemasyarakatan (community study) yang dipusatkan pada suatu lingkungan tetangga atau masyarakat sekitar (kornunitas), bukannya pada satu organisasi tertentu bagaimana studi kasus organisasi dan studi kasus observasi.

e. Studi kasus analisis situasi, jenis studi kasus ini mencoba menganalisis situasi terhadap peristiwa atau kejadian tertentu. Misalnya terjadinya pengeluaran siswa pada sekolah tertentu, maka haruslah dipelajari dari sudut pandang semua pihak yang terkait, mulai dari siswa itu sendiri, teman-temannya, orang tuanya, kepala sekolah, guru dan mungkin tokoh kunci lainnya.

f. Mikroethnografi, merupakan jenis studi kasus yang dilakukan pada unit organisasi yang sangat kecil, seperti suatu bagian sebuah ruang kelas atau suatu kegiatan organisasi yang sangat spesifik pada anak-anak yang sedang belajar menggambar.


3. Langkah-Langkah Penelitian Studi Kasus

a. Pemilihan kasus: dalam pemilihan kasus hendaknya dilakukan secara bertujuan (purposive) dan bukan secara rambang. Kasus dapat dipilih oleh peneliti dengan menjadikan objek orang, lingkungan, program, proses, dan masvarakat atau unit sosial. Ukuran dan kompleksitas objek studi kasus haruslah masuk akal, sehingga dapat diselesaikan dengan batas waktu dan sumbersumber yang tersedia;

b. Pengumpulan data: terdapat beberapa teknik dalarn pengumpulan data, tetapi yang lebih dipakai dalarn penelitian kasus adalah observasi, wawancara, dan analisis dokumentasi. Peneliti sebagai instrurnen penelitian, dapat menyesuaikan cara pengumpulan data dengan masalah dan lingkungan penelitian, serta dapat mengumpulkan data yang berbeda secara serentak;

c. Analisis data: setelah data terkumpul peneliti dapat mulai mengagregasi, mengorganisasi, dan mengklasifikasi data menjadi unit-unit yang dapat dikelola. Agregasi merupakan proses mengabstraksi hal-hal khusus menjadi hal-hal umum guna menemukan pola umum data. Data dapat diorganisasi secara kronologis, kategori atau dimasukkan ke dalam tipologi. Analisis data dilakukan sejak peneliti di lapangan, sewaktu pengumpulan data dan setelah semua data terkumpul atau setelah selesai dan lapangan;

d. Perbaikan (refinement): meskipun semua data telah terkumpul, dalam pendekatan studi kasus hendaknya clilakukan penvempurnaan atau penguatan (reinforcement) data baru terhadap kategori yang telah ditemukan. Pengumpulan data baru mengharuskan peneliti untuk kembali ke lapangan dan barangkali harus membuat kategori baru, data baru tidak bisa dikelompokkan ke dalam kategori yang sudah ada;

e. Penulisan laporan: laporan hendaknya ditulis secara komunikatif, rnudah dibaca, dan mendeskripsikan suatu gejala atau kesatuan sosial secara jelas, sehingga rnernudahkan pembaca untuk mernahami seluruh informasi penting. Laporan diharapkan dapat membawa pembaca ke dalam situasi kasus kehiclupan seseorang atau kelompik.


4. Ciri-ciri Studi Kasus yang Baik

a. Menyangkut sesuatu yang luar biasa, yang berkaitan dengan kepentingan umum atau bahkan dengan kepentingan nasional.

b. Batas-batasnya dapat ditentukan dengan jelas, kelengkapan ini juga ditunjukkan oleh kedalaman dan keluasan data yang digali peneliti, dan kasusnya mampu diselesaikan oleh penelitinya dengan balk dan tepat meskipun dihadang oleh berbagai keterbatasan.

c. Mampu mengantisipasi berbagai alternatif jawaban dan sudut pandang yang berbeda-beda.

d. Keempat, studi kasus mampu menunjukkan bukti-bukti yang paling penting saja, baik yang mendukung pandangan peneliti maupun yang tidak mendasarkan pninsip selektifitas.

e. Hasilnya ditulis dengan gaya yang menarik sehingga mampu terkomunikasi pada pembaca.

Contohnya, guru mendapatkan kasus bahwa siswa sulit berbicara di depan bukan karena bahan yang dibicarakan tetapi karena tidak percaya diri. Berkali-kali, guru tidak dapat mengajak siswa ke depan secara merata. hanya siswa tertentu yang mau maju dan lancar bercerita. Sedangkan siswa lain malah tambah tidak percaya diri saat siswa lain maju. Fakta itu dapat menjadi bahan studi kasus yang menarik. Jika di PTK, tentu pembelajaran berbicara itu akan sangat memakan waktu lama dalam siklusnya.

Guru di Mata Mbok Siti (79)

Ketika aku memarkir sepeda motor butut kesayanganku di halaman depan rumah Mbok Siti, ada suara batuk-batuk dari arah dapur. Aku bergegas masuk dapur sambil menyapa salam seperti biasanya.

"Sakit apa, Mbok?" tanyaku dengan cepat.

"Enggak sakit, anakku. Aku hanya batuk pilek semata", jawabnya sambil tangannya menyilakan duduk. Aku lihat api di dapur menyala di atas tungku air. Di meja dapur terlihat racikan bumbu. Rupanya, Mbok Siti akan membuat sayur kesayangannya, daun bayam dan gambas.

"Kalau sakit, istirahat saja, Mbok. Jangan dipaksakan nanti malah tambah sakit", pintaku dengan kalem.

"Ini sebuah tanggung jawab, anakku", jawabnya. kalau tidak melakukan tanggung jawab diri, tentu, aku akan kehilangan kesempatan untuk minum dan makan yang sebenarnya memang diperlukan bagi tubuh. Begitu pula guru, tanggung jawab sebagai guru harus dipegang teguh. Meskipun sedikit sakit, jika siswa teramat memerlukan bantuan guru, sakit bukan menjadi penghalang. Guru itu harus menyegerakan tugas utamanya menumbuhkembangkan siswanya.

Guru di Mata Mbok Siti (78)

Entah berapa tumpuk rumput yang sudah dicabut dari sela-sela kencur subur itu. Mbok Siti di halaman belakang sedang asyik duduk di atas dingklik (tempat duduk dari papan kecil ukuran kecil) sambil tangannya sibuk merenggut rumput gulma yang menghalangi tumbuh kembang kencur. Aku dengan cepatnya membantu mengambil tumpukkan rumput untuk dipindahkan ke tempat sampah.

"Rumput ini memang harus dicabut agar tidak menghalangi akar kencur yang akan menghasilkan umbi kencur, anakku", kata Mbok Siti sambil menghapus bintik keringat di dahi.

"Berarti, saya sebagai guru, juga perlu menyingkirkan penghalang bagi tumbuh kembang siswa-siswaku?" tanyaku sambil menghentikan langkah mendekat di sisi Mbok Siti.

"Itu sebuah keharusan, anakku", jawabnya. Guru yang baik harus teramat paham tentang hambatan dan halangan yang muncul di sekeliling siswa ketika siswa itu belajar. Kadang, memang, hambatan itu tidak tampak kecuali guru pandai menangkap ketidaktampakkan itu. Guru harus sadar lingkungan dan sadar situasi yang mengelilingi siswa.

Guru di Mata Mbok Siti (77)

Cuaca cukup cerah di atas kepalaku. Aku seperti biasanya menyapa Mbok Siti tepat di depan pintu dapur yang kusam dan pecah-pecah itu. Seperti biasa pula, Mbok Siti menjawab sapa kunoku dengan kata yang itu-itu juga. Namun, justru sapaan dan jawaban yang itu-itu saja membuatku mempunyai kedekatan dan layaknya berada di rumah sendiri.

Tiba-tiba aku dikagetkan anak kucing berlari ke sana- ke mari dan cakar sana-cakar sini sementara induknya duduk malas terdiam sambil melirik anak kucing itu.

"Lihat kucing kecil belajar menggerakkan kaki dan mengasah kukunya ya?" tanya Mbok Siti sambil meletakkan kopi seperti sudah hafal dengan kesukaanku.

"Iya, Mbok. Anak kucing itu sangat lucu", jawabku.

"Anak kucing itu memang terlihat lucu karena dalam keadaan gembira dalam berlari dan mencakar-cakar tembok itu", sela Mbok Siti yang selalu mengenakan kebaya dengan rambut kecil digulung di belakang kepala seperti buah apokat itu.

"Induk kucing terlihat pasif tapi sebenarnya selalu memperhatikan", jelas Mbok Siti. Sesekali, seorang guru mampu membiarkan siswanya mengasah kemampuan dasar siswa sebagai bakal manusia dewasa. Awasi siswa tapi bukan mencampuri usaha dasarnya. Latihlah siswa sebagai manusia semestinya. Manusia mempunyai kaki berarti dia layak untuk berjalan, berlari, melompat, dan memanjat. Siswa yang akan menjadi manusia sempurna berarti berhak untuk berjalan, berlari, melompat, dan memanjat. Berilah kesempatan sepenuhnya kepada siswa untuk mengolah inderanya.

Guru di Mata Mbok Siti (76)

"Lihatlah ayam, burung, dan harimau, anakku", kata Mbok Siti dengan kalem.

"Maksudnya, Mbok?" tanyaku menyelidik sambil memandangi mata Mbok Siti yang dilapisi kerut ketuaan.

"Ayam membesarkan anaknya dengan cara mennyibakkan kakinya ke gundukan tanah lalu anak-anaknya berlarian mendekat untuk mematuk makanan yang terangkat. Induk burung mencari ulat atau lainnya untuk disuapkan ke anak-anaknya di sangkar. Harimau menunjukkan makanan di depan anaknya lalu mengajak jalan-jalan", jelas Mbok Siti yang tegar dan selalu bergembira itu.Ketiga binatang itu mempunyai cara berbeda mendidik anak-anaknya untuk tumbuh besar.

"Khan, memang karakternya berbeda sesuai jenis binatangnya, Mbok", selaku dengan pelan sambil menunggu jawaban berikutnya.

"Justru itu, perbedaan membuat mereka bertahan hidup sampai sekarang", jawab Mbok yang tinggal di kampung meneruskan jejak nenek moyangnya itu.

"Nah, guru juga harus mampu memberikan perbedaan cara mendidik", tambahnya. Guru baik tentunya mampu memberikan variasi metode mengajarnya sesuai dengan karakter siswa. Jangan sampai guru hanya bertahan dengan satu gaya mengajar, yakni gaya ceramah semata.

"Bukankah alam guru terbaik bagi kita?", tanyanya.

Kak Bambang Tedjo, Guru SMPN 21 Surabaya, Mulai Nge-Blog

Garduguru menyambut baik dengan blog baru berjudul Tedjo 21 yang diasuh oleh guru kawakan, mantan DKC Gerakan Pramuka Surabaya, penulis, dan tim pengembang kurikulum di Surabaya. Blog Tedjo 21 dikembangkan melalui wordpress dengan tampilan menarik yang dibubuhi foto diri di samping kanan. Ada tampilan halaman yang memberikan penunjuk pembaca untuk cepat membukanya.

Inisiatif Tedjo 21 untuk nge-blog tentunya disambut baik dan perlu diikuti oleh guru-guru lain. Ada satu keyakinan dari garduguru kalau setiap guru pasti mempunyai gagasan menarik yang dapat dipakai sebagai inspirasi bagi guru lain. Hanya saja, banyak blog yang seumur jagung karena kesibukan dan ketiadaan kesempatan untuk memperbarui. Syarat blog yang bagus, tentunya, tidak ditentukan oleh tampilan pertama saja tetapi juga ditentukan oleh keajegan menulis. Selain itu, blog bagus kalau bisa bertema atau bertopik sehingga tidak gado-gado isinya.

Jalan terus, Kak Bambang Tedjo. Garduguru yakin kalau gagasan tidak akan pernah berhenti meskipun sudah dituangkan ke dalam blog. Bravo, Bambang Tedjo.

Rabu, 13 Oktober 2010

Bagi Anak, Lebih 2 Jam Tonton TV Ganggu Kejiwaan

Ini adalah peringatan bagi para orangtua yang terlalu bebas dan longgar memberi waktu kepada anak-anak menonton televisi atau bermain komputer. Jangan membiarkan anak-anak terlalu lama di depan layar karena kebiasaan ini dapat menimbulkan risiko lebih besar bagi kejiwaan anak-anak.

Menurut sebuah riset di Inggris, kebiasaan anak nongkrong di depan TV atau main komputer lebih dari dua jam sehari akan menimbulkan efek negatif pada kesehatan psikologis mereka.

Hasil kajian para ahli dari Universitas Bristol terhadap sekitar 1.000 anak berumur 10 hingga 11 tahun menunjukkan, efek buruk tersebut muncul tanpa dipengaruhi seberapa aktif anak-anak tersebut bermain selama seharian.

Pada riset tersebut, pemantauan dilakukan selama lebih dari tujuh hari terhadap intensitas waktu yang dihabiskan anak-anak dalam di depan televisi atau komputer.

Dengan metode kuisioner, anak-anak juga harus menjawab pertanyaan yang menjelaskan keadaan jiwa mereka, termasuk emosi, tingkah laku, dan masalah lain yang berkaitan. Para peneliti juga menggunakan pengukur tingkah laku (accelerometer) yang memantau aktivitas fisik mereka.

Hasil kajian menunjukkan, anak yang menghabiskan waktu lebih dari dua jam sehari untuk salah satu kegiatan tersebut cenderung mengalami problem psikologis sekitar 60 persen lebih tinggi dibanding mereka yang menghabiskan waktu lebih sedikit. Selisih itu menjadi dua kali lipat bila anak-anak melakukan kedua-duanya (menonton TV dan main komputer) serta menghabiskan waktu lebih dari dua jam untuk tiap-tiap layar tersebut selama sehari. Menurut peneliti, hasil riset ini tidak dipengaruhi jenis kelamin, umur, tingkat pubertas, atau tingkat pendidikan dan kemampuan ekonomi.

"Kami menyadari, aktivitas fisik dibutuhkan untuk kesehatan jiwa dan fisik anak. Ada beberapa bukti bahwa menonton layar itu mengakibatkan perilaku negatif. Namun, masih belum jelas apakah tingkat aktivitas fisik dapat "menetralkan" tingginya intensitas menonton layar itu bagi anak," ujar dr Angie Page kepada Reuters Health.

Riset juga menunjukkan, problem psikologis terus meningkat jika anak-anak kehilangan waktu untuk berolahraga secara teratur minimal satu jam sehari akibat meningkatnya intensitas tontonan atau permainan komputer. Bagaimanapun, aktivitas fisik tidak dapat mengimbangi konsekuensi kejiwaan dari waktu untuk menonton TV atau main komputer. Walau begitu, Page dan timnya mengakui kalau penelitiannya juga memiliki beberapa keterbatasan, termasuk potensi ketidak-akuratan seorang anak saat mengisi jadwal kegiatan pada kuisioner. (sumber: Kompas.com/13 Oktober 2010)

Selasa, 12 Oktober 2010

Umur Berapa Anak Mulai Make-Up?

Tayangan televisi tentang anak putri pra-remaja yang cantik bergantian memenuhi layar kaca. Misal, tayangan Hannah Montana atau High School Musical, yang dibintangi oleh remaja-remaja remaja yang tampil cantik dengan dandanan. Tak heran, anak-anak putri penonton setia akan terpengaruh dan ingin terlihat mirip idolanya yang mengenakan makeup itu.

Penata rias kenamaan, Bobbi Brown mengatakan, bahwa saat ini tekanan para remaja untuk mengenakan riasan sangat tinggi. Menurutnya, dulu, yang ingin mengenakan riasan mata smoky eyes biasanya anak-anak usia 18 tahun ke atas. Saat ini, remaja usia 15-16 tahun sudah ingin berdandan seperti itu. Brown tidak menentang anak remaja untuk menggunakan riasan, namun, seharusnya setiap perempuan sadar, bahwa dirinya cantik. Yang dibutuhkan adalah waktu untuk berlatih menemukan sisi cantik dalam diri dan menonjolkan aset kecantikan pada wajah, bukan menambal wajah dengan riasan.

Menurut Brown, usia 13 tahun adalah usia yang cukup untuk remaja mau mencoba menggunakan riasan, tetapi tipis-tipis saja. Sekitar usia SMP adalah waktu yang tepat, bukan usia kelas 5 SD, menurutnya.

Berikut peraturan mengenai berdandan untuk anak remaja dari Bobbi Brown:
- Untuk riasan sehari-hari, jauhi foundation. Anak remaja belum butuh foundation yang menutup seluruh kulit wajahnya. Jika diperlukan, gunakan concealer di bagian bawah mata untuk menutupi kehitaman di sekitar mata.

- Jika mau kulit terlihat lebih mulus, gunakan moisturizer yang dilengkapi dengan pewarna (tinted moisturizer) yang mengandung SPF.

- Untuk menutupi noda kemerahan dan noda kecokelatan pada wajah, gunakan cover stick, cari yang warnanya senada dengan kulit wajah, cukup gunakan sedikit, lalu sapukan bedak bubuk pada wajah.

- Lipstik dan pipi bisa gunakan pewarna yang berbahan dasar krim. Anda bisa mencari produk semacam ini di L'Occitane. Jika terlalu tebal, cukup gunakan jari Anda untuk membuat warnanya menipis.

- Maskara, jika si remaja putri sudah siap dan untuk acara spesial saja. Eyeshadow shimmer bisa digunakan untuk acara-acara spesial.

- Lipgloss merah muda bisa menyempurnakan penampilan.

Sebaiknya, tata rias untuk remaja untuk meng-highlight kecantikannya, bukan menutupi. Bagi yang suka warna-warna terang, Bobbi menyarankan untuk bereksperimen dengan pewarna kuku saja, jangan pada makeup. Jangan lupa untuk mengajarkan anak Anda untuk selalu merawat kebersihan wajahnya agar kotoran dan makeup tidak menumpuk dan menyebabkan jerawat.

Menurut pendapat Anda, usia berapa anak remaja lumrah menggunakan makeup? Riasan seperti apa yang cocok dan wajar untuk anak remaja putri? (sumber: Kompas.com)

Mendiknas, M. Nuh: Jangan Telan mentah-Mentah Metode Asing

Metode-metode pengajaran yang dipraktikkan sekolah akan lebih baik jika tidak terlalu sering berubah apalagi jika sampai digantikan dengan metode asing yang diadopsi mentah-mentah. Metode pengajaran yang sukses di negara lain belum tentu sesuai dengan budaya dan karakter di Indonesia. Penggunaan suatu metodologi pengajaran tidak bisa gegabah karena metodologi akan berpengaruh pada cara berpikir, karakter, dan budaya suatu bangsa.

Hal ini dikemukakan Menteri Pendidikan Nasional Mohammad Nuh di hadapan guru-guru di Balikpapan, Kalimantan Timur, Senin (11/10/) kemarin. "Kita harus lebih sering introspeksi. Jangan mudah serta merta mengambil dari luar dan dipakai di Indonesia. Ada syarat-syarat khusus yang tidak selamanya cocok," ujarnya.

Imbauan ini disampaikan karena ada kekhawatiran pada banyaknya guru dan sekolah yang terlalu sering mengganti metode pengajaran dengan metode asing terutama yang dilakukan guru-guru yang baru pulang studi banding di negara lain. "Banyak teman-teman guru yang senang coba-coba metode asing yang mereka pelajari ketika dapat kesempatan ke luar negeri. Tapi hanya coba-coba saja," kata Sugeng, guru SMA di Balikpapan.

Penyesuaian metode pengajaran asing di sekolah terutama juga harus dilakukan sekolah Rintisan Sekolah Berta raf Internasional (RSBI) dan Sekolah Bertaraf Internasional (SBI) yang membeli lisensi akreditasi dari luar negeri seperti Cambridge. Jika metode asing dipraktikkan mentah-mentah tanpa disesuaikan terlebih dahulu dengan karakter budaya di dalam negeri, di khawatirkan akan terbentuk siswa yang tidak lagi mencerminkan karakter dan budaya Indonesia.

Ide RSBI/SBI juga bukan begitu. Apa yang dikembangkan di Indonesia sesuai dengan standar internasional. "Jadi, tidak selamanya dari luar negeri kita tarik ke sini tetapi bisa juga produk kita diakui sehingga memenuhi standar yang dikembangkan internasional," kata Nuh. (sumber: Kompas.com/edukasi/12 Oktober 2010)

Contoh Soal Psikotes Praktis

Psikotes itu menakutkan kata banyak orang. Lebih baik dites soal daripada psikotes kata banyak orang juga. Tidak. Psikotes itu mudah karena akan melihat kemampuan diri kita sebenarnya. Jalani saja, Anda tidak perlu gamang. Anda juga tidak perlu stres, sakit perut, dan pusing-pusing. Hadapi saja psikotes dengan biasa saja dan apa adanya.
Penguasaan terhadap soal psikotes sangat penting, terutama dalam dunia kerja. Berikut ini contoh soal psikotes yang bisa menjadi rujukan. Untuk menguasai soal psikotes anda harus sering berlatih sama dengan aktifiitas fisik kita. Karena sudah menjadi syarat mutlak dalam proses rekruitmen karyawan baik dalam lembaga pemerintahan maupun perusahaan swasta anda harus melalui tahapan ini.
Berikut ini contoh soal psikotes, semoga bisa membantu bagi yang sedang mencari pekerjaan.
Latihan Psikotes – Analogi Verbal (Korelasi Makna)

Latihan psikotes analogi verbal ini ditujukan untuk melihat pemahaman anda terhadap hubungan antar kata. Dampak positifnya adalah kemampuan memahami permasalahan 1. Mobil – Bensin = Pelari – …. a. Makanan b. Sepatu c. Kaos d. Lintasan
2. Dingin – Selimut = Hujan – …. a. Air b. Payung c. Dingin d. Basah
3. Semir – Sepatu = Sikat – …. a. Kuku b. Rambut c. Televisi d. Gigi
4. Kepala – Pusing = Perut – …. a. Batuk b. Pilek c. Mules d. Gemuk
5. Bugil – Pakaian = Gundul – …. a. Botak b. Kepala c. Cukur d. Rambut
6. Kayu – Pohon = Emas – …. a. Tambang b. Perhiasan c. Mahal d. Logam
7. Saya – Kami = Dia – …. a. Kamu b. Mereka c. Anda d. Kita
8. Kumis – Kucing = Belalai – …. a. Ular b. Harimau c. Gajah d. Hidung
9. Reguler – Senin = Karyawan – …. a. Selasa b. Rabu c. Minggu d. Jumat
10. Busur – Panah = Senapan – …. a. Peluru b. Senjata c. Berbahaya d. Tembakan
11. Ayah – Anak = Pohon – …. a. Daun b. Tunas c. Ranting d. Akar
12. Es – Dingin = Gula – …. a. Bubuk b. Kristal c. Tebu d. Manis
13. Pintar – Belajar = Bodoh – …. a. Cerdas b. Rajin c. Dosen d. Malas
14. Terbang – Burung = Jalan – …. a. Jauh b. Singa c. Lebah d. Kupu-kupu
15. Mobil – Roda = Rumah – …. a. Pondasi b. Tanah c. Jendela d. Atap
16. Bulan – Bumi = Yupiter – … a. Venus b. Orbit c. Matahari d. Bulan
17. Februari – April = Mei – …. a. Juli b. Agustus c. September d. Oktober
18. Ekspor – Pergi = Impor – …. a. Luar b. Dagang c. Masuk d. Asing
19. Mobil – Bensin = Perahu – …. a. Laut b. Angin c. Ombak d. Kayu
20. Mikroskop – Mikroba = Teleskop – …. a. Bakteri b. Bioskop c. Teropong d. Bintang__________________________________________________
Latihan Psikotes – Antonim (Lawan Kata) – Kemampuan Verbal

Latihan psikotes kemampuan verbal – antonim (lawan kata) ditujukan untuk mampu melihat kebenaran secara terbalik, sekaligus melihat wawasan seseorang. Yang dimaksud kebenaran secara terbalik, bahwa seseorang mengetahui sesuatunya benar atau salah tidak hanya secara fenomenologis, tetapi dapat juga secara dialektis.
1. ABOLISI >< …. a. Keringanan b. Pemberatan c. Pengurangan d. Pemotongan
2. ABSEN >< …. a. Sakit b. Masuk c. Ijin d. Hadir
3. AKTUAL >< …. a. Kadaluwarsa b. Nyata c. Lama d. Baru
4. AKURAT >< …. a. Teratur b. Sembarangan c. Ceroboh d. Meleset
5. ANTAGONIS >< …. a. Setingkat b. Selaras c. Seimbang d. Searah
6. ANTIPATI >< …. a. Apatis b. Peduli c. Simpati d. Acuh
7. ASLI >< …. a. Tiruan b. Orisinil c. Autentik d. Murni
8. CHAOS >< …. a. Labil b. Hancur c. Normal d. Kacau
9. DIALOG >< …. a. Monolog b. Prolog c. Epilog d. Interaktif
10. GAGAL >< …. a. Batal b. Bahaya c. Berhasil d. Berguna
11. GASAL >< …. a. Ganjil b. Semester c. Tunggal d. Genap
12. GERSANG >< …. a. Subur b. Kering c. Tandus d. Kemarau
13. GRATIS >< …. a. Bayar b. Hutang c. Tunai d. Lunas
14. HETEROGEN >< …. a. Harmonis b. Selaras c. Multi d. Homogen
15. INSIDENTAL >< …. a. Rutin b. Khusus c. Tertentu d. Istimewa
16. INTRODUKSI >< …. a. Pendahuluan b. Pengantar c. Preambul d. Penutup
17. JUMBO >< …. a. Besar b. Super c. Bangkok d. Kecil
18. KOHESI >< …. a. Agresi b. Adhesi c. Swadesi d. Asimilasi
19. KOLEKTIF >< …. a. Selektif b. Bersama-sama c. Individual d. Terpisah
20. KONDUKTOR >< …. a. Penerima b. Penyalur c. Penghambat d. Pemutus_________________________________________________
Latihan Psikotes – Antonim Sinonim

Latihan psikotes antonim (lawan kata) dan sinonim (persamaan/padanan makna/kata) merupakan bagian dari tes kemampuan verbal. Yang ditujukan untuk mengukur tingkat kewaspadaan dan kecermatan terhadap suatu indikasi yang sama/mirip, sekaligus mengukur wawasannya, dan mengukur kemampuan dalam melihat kebenaran secara terbalik Cobalah tandai mana yang antonim dan mana yang sinonim.
1. canda — kelakar
2. kebal — rentan
3. mukadimah — pembukaan
4. praktek — teori
5. pailit — bangkrut
6. elastis — kaku
7. imitasi — asli
8. institusi — lembaga
9. primitif — modern
10. pro — kontra
11. sel — bui
12. adaptasi — penyesuaian
13. jual — beli
14. maksimal — minimal
15. antipati — simpati
16. kandidat — calon
17. konvensi — kesepakatan
18. realitas — maya
19. analogi — persamaan
20. datang — pergi

Sabtu, 09 Oktober 2010

Tugas Guru: Pemahaman Siswa tentang Perbedaan Suku dan Agama masih Lemah

Berdasarkan penelitian Frida di Palu dan Poso tahun 2009, ditemukan bahwa pemahaman siswa akan perbedaan suku dan agama yang ada di masyarakat masih lemah. Masih ditemukan siswa dengan agresivitas tinggi, rasa dendam, dan enggan berinteraksi dengan teman yang berbeda agama. Hal itu berbahaya bagi kelangsungan bangsa Indonesia sebagai negara persatuan.

Di Palu, 35 persen anak menyatakan tidak mau berteman dengan mereka yang berbeda agama dan 14,2 persen tidak tahu. Di Poso, 10,8 persen anak tidak mau berteman dan 15 persen tidak tahu.

Berdasarkan penelitian itu, tindak lanjutnya adalah guru perlu memperkuat jiwa kebhinekaan siswa melalui pengenalan realitas bangsa Indonesia. Guru perlu aktif mempromosikan nilai-nilai kewarganegaraan, perdamaian, dan keberagaman. Sebab, guru mengemban misi menyiapkan generasi penerus bangsa yang bertanggung jawab. Guru juga harus membekali muridnya dengan ilmu pengetahuan dan keterampilan hidup.

Para guru berperan untuk membangun harapan bangsa yang ingin memiliki generasi cinta damai dan hidup harmonis dalam keragaman. Sebab, banyak anak-anak saat ini mengalami trauma akibat menyaksikan kekerasan yang ekstrem, mengalami kehancuran rumah, dan kehilangan anggota keluarga. Guru perlu ikut aktif memulihkan kondisi sosial masyarakat dengan mengampanyekan penghentian segala bentuk kekerasan dan konflik. Di sekolah, guru harus menerapkan sikap antidiskriminasi dan memahami keberagaman.

Pengamat pendidikan HAR Tilaar mengatakan, gesekan-gesekan sosial sering terjadi sebagai konsekuensi masyarakat Indonesia yang semakin tidak mengenal budaya Nusantara. Pendidikan nasional tidak lagi memperkuat kebudayaan bangsa yang seharusnya diajarkan di sekolah. Ini terjadi karena pemerintah tak lagi menyatukan kedua unsur itu dalam satu departemen: pendidikan dan kebudayaan.

Tilaar menegaskan perlunya memperkuat pendidikan multikulturalisme di sekolah. Upaya itu penting untuk membentuk generasi muda yang mampu menghargai perbedaan budaya, agama, dan suku, serta keragaman lainnya. ”Pendidikan yang didesentralisasikan justru bisa mengancam. Bagaimana mau menyatukan bangsa Indonesia kalau guru terpaku di satu daerah. Ini karena guru sekarang jadi milik bupati atau wali kota,” katanya. (sumber: Kompas.com)



Rabu, 06 Oktober 2010

Guru di Mata Mbok Siti (75)

"Tikar baru ya, Mbok", tanyaku setelah melirik tikar yang aku duduki.

"Iya, anakku. Kebetulan ada rejeki dari menjual seekor kambing", jawab Mbok yang murah senyum itu.

"Tikar ini bagus, Mbok", selaku memuji.

"Tikar ini bagus karena ada sentuhan pembuatnya yang menganyam penuh rencana, teratur, teliti, dan tekun", kata Mbok Siti sambil memegangi tikar yang beranyam warna merah dan hijau berpadu apik. Andai tidak ada rencana, bahan tikar ini hanya sekadar bahan tikar yang tidak berfungsi. Berkat kepedulian penganyam yang memanfaatkan bahan tikar menjadi alas duduk atau tidur, tikar ini berubah menjadi bermanfaat.

"Begitu pula, guru, anakku. Dia harus mempunyai rencana yang matang untuk mengembangkan siswanya menjadi manusia bermanfaat.

"Di samping mempunyai rencana, guru haruslah teratur, teliti, dan tekun menghadapi siswa demi siswa sesuai karakter dasarnya", jelasnya. Memang butuh waktu. Tapi waktu justru akan mengantarkan kinerja guru menjadi bermanfaat seperti tikar ini.

Guru Sidoarjo Mantapkan Diri dengan Media Pembelajaran

        Pengelola pendidikan Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur, tidak ingin guru-gurunya mengajar dengan gaya lama yang mengandalkan verbalistis alias ceramah. Perkembangan dan pergeseran gaya mengajar ke arah penggunaan media kreatif sesuai dengan kondisi siswa saat ini menjadi titik perhatian pendidikan di Sidoarjo. Secara bertahap, dari guru TK, SD, SMP, SMA, dan SMK dilatih memproduksi dan menggunakan media pembelajaran secara kreatif. Hal itu dilaksanakan secara bertahap sejak bulan Juni yang lalu kemudian tuntas pada 6 Oktober 2010.
        "Media kreatif, praktis, dan bermakna yang mengandung pendidikan ada di sekitar guru", ujar Suyatno, yang memandu workshop pembuatan dan pengembangan media kreatif itu. Media kreatif sangat dekat dengan siswa dan murah meriah. Betapa tidak. Batu kerikil di sekitar rumah dapat dijadikan media pembelajaran matematika atau pelajaran yang lain. Kardus bekas, kaleng bekas, atau apa saja dapat disulap menjadi media bermanfaat untuk memudahkan siswa cepat paham dan mampu mengausai pelajaran.
        Pada kesempatan pelatihan pembuatan media itu, guru-guru praktik langsung membuat media. Hasilnya, luar biasa bagus-bagus. Ada guru yang membuat kartu rumus untuk memudahkan siswa menguasai rumus matematika dengan cepat. Ada pula yang membuat miniatur paru-paru dari balon dan paralon kecil. Satu per satu media ciptaan guru itu dipamerkan di depan untuk dilihat, direviu, dan diamati bersama-sama. Bravo pendidikan Sidoarjo!

Guru di Mata Mbok Siti (74)

Hujan tiada hentinya meski menurut kebiasaan pada bulan-bulan September sampai Oktober tanah Mbok Siti dipastikan musim kering dan panas. Entah perubahan apa yang terjadi sampai-sampai musim kering menghilang dan bersembunyi di ketiak musim hujan. Tapi tak apalah, musim hujan pun justru menyegarkan udara meski banyak petani yang merugi.
"Mbok, mengapa tetap tersenyum simpul seperti itu? Padahal, hujan tiada berhenti", tanyaku. Mbok Siti masih saja asyik dengan menggelar tikar dan menunjukkan diri selalu ceriah.
"Nak, mengapa hujan membuat seseorang sedih dan sebaliknya mengapa musim panas juga membuat orang bersedih?" jawabnya enteng sambil menyilakan aku duduk di tikar ruang tengah yang tampak kokoh tapi terkesan lama itu.
"Musim itu anugerah dan bagian dari kehidupan yang dapat menuntun manusia hidup", katanya. Aku terdiam sambil melirik kopi yang diturunkan Mbok Siti. Lalu, Mbok Siti duduk di depanku.
"Memberikan berkah kehidupan, anakku" tambahnya.
"Anakku, begitu pula, seorang guru haruslah seperti hujan yang memberikan kesegaran bagi bumi dan seisinya", ujar Mbok Siti yang berbaju hitam seperti kemarin-kemarin.
Guru yang baik haruslah memberikan kesegaran dan kesejukan bagi pribadi siswanya. Siswa tumbuh dan berkembang akibat kesejukan yang diciptakan guru sesuai dengan porsi dan kondisi siswa. Jadilah hujan yang memberikan kesuburan bagi tanaman yang tumbuh berseri menghiasi bumi dan memberikan manfaat bagi kehidupan.

Jumat, 01 Oktober 2010

Demi Keutuhan NKRI, Pancasila Perlu Diajarkan Intensif

Dewan Harian Daerah (DHD) Angkatan 1945 Jawa Timur meminta Menteri Pendidikan Nasional (Mendiknas) Mohammad Nuh memasukkan kembali Pancasila ke dalam mata pelajaran di sekolah karena nilai-nilai Pancasila sudah mulai dilupakan masyarakat. "Pancasila harus dilestarikan lewat pendidikan mulai dari SD hingga perguruan tinggi," kata Ketua Bidang Infokom DHD 45 Jatim Ir Suhardi Djaharuddin di Surabaya, Jumat (1/10/2010).

Suhardi mengemukakan hal itu menanggapi Hari Kesaktian Pancasila yang cenderung dilaksanakan secara seremonial di berbagai daerah. Menurut dia, Pancasila yang sekarang cenderung dipinggirkan itu membuat perilaku pemerintah dan masyarakat akhir-akhir ini semakin jauh dari nilai-nilai Pancasila.

"Peminggiran Pancasila dalam segala aspek membuat pemerintah dan masyarakat semakin jauh dari nilai-nilai ketuhanan, kemanusiaan, persaudaraan, permusyawaratan, dan keadilan," katanya.

Oleh karena itu, ia menilai pengajaran Pancasila merupakan hal yang tak dapat ditawar lagi meski mungkin cara yang dilakukan harus menyesuaikan dengan kondisi sekarang, seperti dengan outbound atau wisata ke lokasi bersejarah.

Mantan Pembantu Rektor III Universitas 45 Surabaya itu menegaskan bahwa pengajaran Pancasila memang akan menarik bila diajarkan dengan pengalaman atau dengan kemasan kekinian.

"Yang penting, bukan justru diserahkan sekolah, tapi harus diwajibkan lagi sebab pelajaran Pancasila sudah semakin mendesak diajarkan lagi, apalagi konflik horizontal sudah terjadi di mana-mana karena unsur kedaerahan lebih menonjol daripada keindonesiaan," katanya. (sumber: Kompas.com/1 Oktober 2010)

Teroris, Tawuran, dan Perampokan Cermin Lunturnya Kebangsaan

Tiap hari, berita sibuk mengedepankan teroris, tawuran, dan perampokan yang bertubi-tubi terjadi di tanah air. Ada tangis. Ada duka. Ada geram. lalu, seolah-olah negara dipermainkan oleh mereka. Pindah-pindah merupakan lokus yang menyertai peristiwa bengis dan keji itu. Apakah harus tetap terjadi seperti itu? Tidak!

Semua warga, tidak terkecuali, miskin atau kaya, di desa atau kota, tua atau muda, compang-camping atau rapi, harus menyikapi peristiwa itu sebagai gangguan awal bagi negara. Untuk itu, persatuan dengan kesadaran tinggilah obatnya.

Peristiwa memalukan Indonesia itu jika dikaji lebih mendalam sebenarnya merupakan lunturnya nilai kebangsaan dalam dada rakyat ini. Akibatnya, rakyat tidak seberapa peduli dengan gejala dini sebelum peristiwa terjadi karena dianggap bukan urusannya. Jika sikap ini terus menumpuk, bukan tidak mungkin, akan terjadi peristiwa yang lebih besar dan mengkhawatirkan.

Tentunya, saat komplotan itu rapat mempersiapkan perbuatannya, ada masyarakat yang melihatnya. Tapi, masyarakat itu tidak sampai ke puncak kesadaran melapor ke orang lain. Bagi pelaku sendiri, mental untuk mencari keuangan dengan cara halal pun tertutup dengan sikapnya sendiri. Nah, dengan begitu, rasanya, perlu dirintis pendidikan kebangsaan dan nasionalisme perlu dipertajam, diperkuat, dan diharuskan. Bravo Indonesia.

Guru di Mata Mbok Siti (73)

Perbincangan siang yang panas ini cukup lama sehingga waktu pun serasa tidak ada batasnya. Mbok Siti memang layak berbicara lama untuk menelurkan gagasan yang tidak pernah habis dan gagasan itu bermakna. Sambil mengunyah singkong rebus, aku khidmat meletakkan telinga di tempatnya. Tiba-tiba, aku terhenyak melihat semut berbaris menyusul singkong di piring.

"Mbok, kok banyak semut?" tanyaku.
"Ya jelas banyak semut karena ada singkong dan daerah rumah ini tempat semut hidup", jawabnya ringan.
"Tapi, mengapa semut itu sangat berani?" kataku menunggu jawaban.

"Semut itu harus berani sehingga dapat meneruskan kehidupan semut selanjutnya", jawabnya. Andai saja semut itu takut dengan ayam karena akan dimakan, takut dengan trengiling karena juga dimakan, takut dengan air karena takut tenggelam, dan takut-takut yang lainnya, semut itu tidak akan pernah hidup.
Jadi, guru hebat tidak boleh pernah takut untuk mencapai pembelajaran yang sebenarnya. Guru beranilah yang ditunggu siswanya.

Rabu, 29 September 2010

Guru Dikelilingi Tembok Istana Kemalasan

Banyak guru yang tertutup oleh alasannya sendiri dalam menghadapi perubahan mengajar. Alasan itu seperti tembok istana sebuah kerajaan yang berdiri kokoh dan kuat sebagai penahan ampuh pengaruh luar yang kemungkinan masuk kapan pun. Mau tahu alasan guru tembok istana kerajaan? Berikut ini alasannya.
  1. 1.       Tidak Sempat karena Sibuk
    2.       Menyalahkan Orang Lain
    3.       Murid Tidak Pandai
    4.       Belum Ada Instruksi
    5.       Buat Apa Susah-Susah
    6.       Tidak Mungkin Dijalankan
    7.       Tidak Ada Contoh Nyata
    8.       Hanya Guru Pinggiran
    9.       Ingin Praktis Saja
    10.   Sarana Pendukung Tidak Ada
    Alasan di atas selalu berdengung keras ketika ada ajakan untuk berubah dari gaya mengajar klasik, kuno, dan tradisional ke mengajar yang mengasyikkan, menantang, dan mengarah pada potensi sejati siswa. Siapa yang salah? Janganlah kita meyalahkan dan mencari kambing hitam tetapi marilah dicari upaya mengubah alasan menjadi kekuatan untuk bergerak secara dinamis membangun citra mengajar guru.

Gerakan Pramuka Jangan Tinggal Kenangan

(Tulisan ini pernah dimuat di Harian Surya, 13 Agustus 2010)
Oleh Dr. Suyatno, M.Pd. 
Dosen Pascasarjana, Universitas Negeri Surabaya
  
Akankah Gerakan Pramuka yang besok (14 Agustus 2010) merayakan ulang tahun ke-49 menjadi sekadar kenangan bagi bangsa ini? Tentunya, semua pihak berharap agar Gerakan Pramuka selalu menjadi kendaraan penggemblengan anak bangsa  dan menjadi pilar pendidikan karakter kebangsaan. Gerakan Pramuka, sebagai salah satu wadah pendidikan kepramukaan yang mengutamakan satya darma dan kode kehormatan merupakan benteng pencegah masuknya pelunturan nilai kehidupan seperti ketidakjujuran, korupsi, apatis, asosial, manipulatif, dan sebagainya. Hal itu diakui oleh mereka yang pernah digembleng dalam wadah Gerakan Pramuka saat itu. Bahkan, mereka merindukan hal yang pernah dialami juga dialami oleh anak-anaknya. Hanya saja, saat ini sepertinya Gerakan Pramuka hilang ditelan bunyi akibat pengaruh berbagai hal yang mampu menutupi peran strategis Gerakan Pramuka.
Pengaruh buruk bagi Gerakan Pramuka  disebabkan pertama, pengelolaan organisasi kepramukaan satu-satunya itu masih banyak berjalan seperti biasanya, mengalir statis, dan klasik. Jika dua puluh tahun yang lalu pengelolaan kepramukaan berjalan seperti itu, saat ini, kepramukaan juga dikelola seperti itu juga. Dalam kepramukaan terlihat tanpa perubahan, tanpa gairah, dan tanpa nuansa baru. Hal itu dapat dibuktikan melalui kesamaan pola pengelolaan dan kegiatan dari dahulu sampai sekarang. Ketua Gerakan Pramuka sejak dahulu selalu dijabat oleh pejabat setempat yang kesibukan di kantornya menumpuk sehingga kurang perhatian terhadap berjalannya pengelolaan organisasi. Pada ujungnya, Gerakan Pramuka dikelola dengan cara sambilan. Apalagi, pendanaan kepramukaan banyak yang hanya sebagai pelengkap semata. Masih banyak kwartir cabang yang hidupnya dari dana pelengkap dan bergantung pada jumlah bantuan yang minimal yang diberikan tanpa kepastian dan ketetapan.
Kedua, rendahnya kepedulian orang dewasa saat ini dalam membangun generasi muda dibandingkan dengan orang tua yang dahulu membesarkan orang dewasa itu. Lihat saja, dahulu ketika orang dewasa masih disebut anak-anak, para orang tua mereka memberikan fasilitas kegiatan yang lumayan bagus dan beragam, memberikan kesempatan berkemah, berkegiatan praktis. Saat ini, jarang orang dewasa yang gantian memperhatikan anak-anak sebagai tanggung jawab sebagai manusia penerus peradaban akibat kesibukan kerja. Saat ini, yang peduli pada Gerakan Pramuka hanya tinggal pembina pramuka semata, yang lainnya tidak peduli seperti waktu dulu.
Ketiga, pergeseran minat anak. Anak-anak saat ini lebih berminat dengan hal-hal yang praktis, instan, bebas, membanggakan, dan tidak terikat. Lihat saja, anak lebih senang dengan video game atau handphone game sambil menyendiri di suatu tempat dalam waktu yang lama daripada harus berkegiatan yang mengeluarkan keringat, tenaga, dan gerakan. Padahal, nilai yang diperoleh bagi dirinya lebih banyak dari kegiatan di lapangan yakni kekuatan, keberhasilan, usaha, kejujuran, sosialisasi,  daripada dari game yang hanya bernilai kecerdasan saja. Sebuah kewajaran jika anak-anak mempunyai sikap seperti itu karena pengaruh budaya yang melandanya.
Keempat, muatan kepramukaan kurang kemasan yang menarik. Banyak kegiatan kepramukaan yang hanya menarik sesaat bagi anak-anak yang mengikutinya. Setelah beberapa minggu, anak-anak menemukan kebosanan karena menu kegiatan tidak memberikan daya konstan yang menarik. Akibatnya, banyak pramuka yang keluar dari lingkaran pendidikan kepramukaan. Menu kegiatan tidak dikelola oleh pembina secara menarik dan menantang.
Kelima, pembina pramuka berkualitas sangat kurang. Saat ini, bisa dihitung dengan jari pembina pramuka yang berkualitas sesuai dengan kemampuannya. Kebanyakan pembina pramuka yang ada tidak berlatarbelakang kepramukaan melainkan latar belakang keguruan karena banyak pembina pramuka yang berasal dari guru. Padahal, kepramukaan harus dikelola oleh pembina pramuka yang kuat pengalaman kepramukaannya. Anak-anak yang dahulunya aktif di kepramukaan, setelah besar, tidak mau kembali ke pramuka untuk mengabdikan dirinya demi generasi muda. Padahal, saat ini, banyak yang dahulunya pramuka menjadi manajer, guru besar, direktur, pengusaha, pedagang, dan seterusnya. Ke mana mereka?
Itulah lima problema kepramukaan yang mendesak untuk segera dipecahkan oleh berbagai kalangan jika tidak mau Gerakan Pramuka hanya tinggal kenangan. Solusi yang diharapkan dapat mengembalikan jati diri Gerakan Pramuka sebagai berikut. Pertama, revitalisasi Gerakan Pramuka dijalankan dengan secara matang, nyata, dan kuat. Perencanaan berdasarkan fakta di lapangan yang dilakukan untuk menunjang pelaksanaan sesuai perkembangan zaman. Revitalisasi menjadi sebuah keharusan.
Kedua, kesadaran orang dewasa, baik itu orangtua, pejabat, dan masyarakat harus bersatu padu membangun wadah pendidikan yang cocok bagi anak-anaknya yang kelak meneruskan kehidupan ini. Kepedulian itu harus tulus bukan kepedulian yang seakan-akan atau seolah-olah.
Ketiga, kemasan dan penyesuaian aktivitas kepramukaan terhadap kondisi dan situasi anak-anak sangat diperlukan. Semua aktivitas dikemas dengan nuansa yang menarik, menantang, praktis, membanggakan, dan bertujuan dalam konterks kekinian. Dunia anak sekarang memang berbeda dengan dunia anak waktu dahulu. Kondisi perbedaan dunia anak-anak itulah yang harus diperhatikan.
Keempat, perbanyak pembina pramuka yang berkualitas melalui berbagai kesempatan. Kesempatan untuk menjadi pembina pramuka harus diperluas tidak hanya sebatas dari kalangan guru tetapi disebar ke semua kalangan. Misalnya, pelatihan pembina pramuka dibuka untuk karyawan telkom, PLN, manajer perusahaan, dokter, jaksa, dan sebagainya. Memang selama ini, memang pembina pramuka terbuka untuk umum. Hanya saja, kepedulian dari pimpinan perusahaan, perkantoran, atau apa saja belum muncul untuk itu.
Bagaimanapun, Gerakan Pramuka harus bertahan dengan luka yang teramat menganga demi generasi muda bangsa ini. Minimal, masih ada generasi yang dibesarkan dari wadah pendidikan nilai dan sikap yang senyatanya. Pada kondisi bangsa yang penuh penyimpangan ini, tentu, Gerakan Pramuka menjadi wadah yang strategis dalam mencegah penyimpangan itu.######

Guru Resah, Bolehkah?

Karena guru juga manusia, tentu, resah juga akan dimiliki juga olehnya. Hanya saja, jika guru resah bertubi-tubi dan berkali-kali di depan siswanya, tentu, resah juga akan turut mengganggu hasil belajar siswa. Betapa tidak. Siswa akan tertulari resah juga. Oleh karena itu, meskipun guru resah, sedapatnya, keresahan itu dapat disembunyikan dari amatan siswa.

Jangan sampai, guru inginnya mencetak generasi yang gembira, semangat, dan optimis kustru berbalik menjadi generasi resah, pesimistis, penakut, dan perundung malu. Nah, sedapatnya juga, guru dapat memanajemeni resah miliknya.

Resah atas prestasi siswa yang dicapai selama ini yang menurun tentu diharapkan untuk segera diganti dengan tindakan yang positif. Resah yang semacam itu diperbolehkan. Yang tidak boleh adalah resah berkepanjangan dan tidak berkaitan dengan pendidikan bagi siswanya.

jadi, guru tidak boleh resah sentimentil yang berkepanjangan. Resah diperbolehkan asal untuk kemajuan pendidikan siswanya.

Selasa, 06 Juli 2010

Guru di Mata Mbok Siti (72)

Akulah orang yang bisa dikatakan sombong karena memang lama sekali tidak bertemu dengan MBok Siti hanya alasan kesibukan yang tiada habisnya. Kalau alasanku, bukan sombong, tetapi sedikit teralihkan dengan kesibukan lain.

Betul juga dugaanku. Kata yang pertama disuarakan Mbok Siti adalah kesombongan. "Sombong ya, baru sekarang dapat bertemu", kata Mbok sambil tersenyum. Lalu, cepat ditambahkan dengan kata, "Bukan sombong kok nak, hanya saja tidak punya waktu ke sini", elaknya.

"Anakku, penghalang utama seorang guru adalah kesombongan kepada siswanya", tukasnya. Kesombongan memunculkan pembatas dan jarak antara siswa dengan seorang guru. Kemudian, kedekatan seorang guru pelan-pelan akan sirna berubah menjadi awan pekat sebagai pembatas yang melahirkan siapa saya dan siapa kamu.

"Jadilah guru yang tidak ada wan kesombongan sedikit pun kepada siswa mana pun", kata MBok Siti tersenyum ramah.

Jumat, 25 Juni 2010

Perbedaan Metode Ceramah dengan Metode Permainan

Berikut ini perbedaan metode ceramah dengan metode permainan
• Memori seseorang akan lebih lama merekam sesuatu jika dia pernah mengalaminya, dibandingkan hanya dengan membaca/ mendengarkan. Memori dalam hal ini tidak sekedar proses, namun juga refleksi/ evaluasi terhadap suatu praktik/ simulasinya. Confuciuspun berujar,” Saya mendengar dan saya melupakannya. Saya melihat dan saya akan mengingatnya. Saya melakukan, maka saya akan mengerti,”
• Pada dasarnya, seseorang senang bermain. Sering kali, makin tua seseorang, dia (tanpa disengaja) makin berpikir dirinya tidak pantas lagi untuk bermain. Ketika bermain, kita bisa melepaskan segala beban pemikiran kita dan berkonsentrasi dalam permainan. Hal ini menyebabkan permainan bisa digeluti secara fisik dan nonfisik, hal yang bagus untuk penyampaian sebuah ide/ materi.
• Dalam menyelesaikan suatu dinamika, tidak banyak waktu untuk berandai – andai atau memperdebatkan suatu teori/ teknik. Tantangan di depan mata, waktu terus bergulir, sementara dinamika harus diselesaikan dengan maksimal. Dibandingkan dengan penyelesaian soal teori di kelas, kita bisa lama berandai–andai, bahkan bisa sampai berdebat kusir panjang lebar. Kemampuan melihat dan memahami dinamika/tantangan memberikan kontribusi yang besar dalam upaya penyelesaiannya.
• Metode simulasi/ praktik/ bermain dapat menjadi selingan yang menyegarkan bagi mereka yang dalam keseharian lebih banyak menerima materi melalui cara ceramah/ membaca. Sesuatu yang baru/ lain pasti akan menarik perhatian, sesuatu yang menarik perhatian biasanya akan lebih berkesan.
• Dinamika kelompok menuntut seorang peserta berinteraksi dengan orang lain. Hal ini dapat mengasah kepekaan dan toleransi terhadap (ide/ pendapat) orang lain. Kemampuan berkomunikasi juga sangat menentukan dalam keberhasilan proses dinamika.

Guru dan Pubertas Anak

Jangan terkejut ketika anak yang selama ini dianggap masih kecil mulai memiliki ketertarikan seksual atau menunjukkan beberapa perilaku seksual. Itu hal yang normal dan sebaiknya orangtua mempersiapkan anak menghadapi pubertas.

Pubertas membawa perubahan fisik dan emosi yang cukup dramatis, yang mungkin saja menakutkan bagi anak-anak yang belum siap.

Anak bisa tenang ketika anggota keluarga mulai menyadari perubahan dalam diri mereka. Bicara tentang bagaimana kau merasa dan bagaimana mengatasi situasi rumit seperti menstruasi atau mimpi basah perlu dilakukan agar anak tidak kaget menghadapi pubertas.

Seperti dilansir dari Better Health Channel, Rabu (23/6/2010), pada usia sekolah dasar, perilaku-perilaku tertentu yang muncul bisa berupa:
1. Anak merasa malu bila telanjang di depan orang tua mereka.
2. Anak mulai berkumpul dengan teman sesama jenisnya, dan mulai mengeluhkan 'gangguan anak perempuan' dan 'gangguan anak laki-laki' ketika membicarakan lawan jenis.
3. Permainan yang dilakukan bisa berupa permainan ciuman atau memerankan pernikahan.
4. Anak-anak penasaran mengenai perbedaan gender, hubungan seksual dan kehamilan. Dan mereka juga mulai membicarakan topik ini di antara mereka sendiri dengan berbagai tingkatan tertentu.
5. Permainan gender yang dimulai di awal masa kanak-kanak, seperti bermain 'dokter-dokteran', bisa saja terus berlanjut karena anak-anak usia ini tertarik untuk mengetahui lebih.

Bagaimana mempersiapkan anak menghadapai pubertas?
1. Mulailah pembicaraan mengenai pubertas saat anak berusia 9 tahun.
2. Bila Anda merasa tidak yakin atau tidak jelas mengenai perubahan pubertas, cari tahulah.
3. Gunakan alat-alat seks edukasi yang sesuai dengan usia, seperti buku, untuk menjelaskan pada anak Anda mengenai perubahan yang akan mereka alami.
4. Anak-anak perempuan bisa mulai menstruasi mereka saat usia 8 tahun. Pastikan kalau mereka tahu apa yang harus dilakukan. Tunjukkan padanya seperti apa itu pembalut. Semakin mendekatnya waktu, sediakan pembalut dalam kemasan kecil di tas mereka.
5. Anak lelaki perlu tahu mengenai ereksi dan mimpi basah yang tidak diinginkan, sebelum hal ini terjadi, sehingga kejadian ini tidak mengagetkan mereka.
6. Beritahu para anak perempuan mengenai perubahan pubertas laki-laki, begitu pula sebaliknya.

Selain masalah pubertas, anak juga mendapat informasi mengenai hubungan seksual agar tidak salah langkah. Hal-hal yang sebaiknya anda lakukan dalam berbicara dengan anak mengenai topik seksual ini antara lain:
1. Jangan tunggu anak anda untuk bertanya. Jika usia anak anda sudah mencapai 10 tahun, tetapi mereka belum pernah menanyakan apapun pada anda, namapaknya rasa malu membuatnya berhenti pada poin ini.

2. Beberapa anak mungkin merasa lebih sederhana saat usia 6 tahun dan mungkin menginginkan keleluasaan pribadi di kamar mandi. Hal ini merupakan kesempatan yang baik untuk membuatnya yakin kalau mereka bisa mengatakan 'tidak' atas apa yang tidak mereka inginkan.

3. Masturbasi adalah hal normal dan sehat
untuk anak-anak dan bisa saja sudah terjadi jauh sebelum masa pubertas dimulai. Yang perlu diketahui anak-anak, masturbasi adalah suatu hal yang dilakukan secara pribadi.

4. Banyak orang tua yang mulai membicarakan tentang kehamilan ketika anak mereka masih berusia pra-sekolah. Tentunya, sangat penting untuk memulai pembicaraan ketika usia mereka 8 atau 9 tahun. Jika anak Anda belum pernah bertanya, Anda bisa mulai dengan pertanyaan, 'Pernahkah kau bayangkan bagaimana kau lahir?'. Cari kesempatan untuk memulai pembicaraaan, contohnya menggunakan buku atau mengomentari saudara yang sedang hamil.

5. Beberapa anak perempuan akan mulai berkembang dadanya dan berakhir pada usia 8 tahun. Pada usia 9 tahun, mulai bercakap-cakap dengan laki-laki dan perempuan mengenai pertumbuhan dan perubahan tubuh.

6. Pastikan anak Anda tahu pada siapa mereka bisa bicara mengenai hal memalukan. Beritahukan padanya, ke mana mereka harus bertanya bila mereka membutuhkan bantuan orang dewasa, di saat mereka segan untuk mendatangi Anda.

(ir/ir)

PPG Masih Digodog Persiapan Pelaksanaannya

Rasanya, calon guru sudah tidak tahan lagi menunggu kelahiran PPG. Hal itu terbukti dengan adanya SMS dan komentar ke garduguru. Sabar ya.

Menurut rencana, entah kapan pelaksanaannya, PPG tahap pertama, yakni 2010 sampai 2014 diperuntukkan bagi guru dalam jabatan dengan masa kerja di bawah lima tahun. Sedangkan, untuk calon guru yang sekarang masih menempuh S-1, dapat mengikuti jalur prajabatan pada 2015. Itu jika berdasarkan rencana. Namun, jika memang ada perubahan, ya bisa saja PPG diikuti oleh guru dalam jabatan maupun prajabatan.

Selasa, 25 Mei 2010

PPG Berdasarkan Permeniknas

Peserta PPG yang dapat diterima ialah yang memiliki potensi dasar memadai, memunyai basis keilmuwan yang kuat, mau belajar terus, pebelajar cepat yang inovatif, open minded, dan menguasai ICT.

Perlu diketahui bahwa dasar hukum penyelenggaraan PPG ini adalah Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No.8 Tahun 2009 tentang Program Pendidikan Profesi Guru Prajabatan. Sementara itu, dasar hukum Unesa sebagai penyelenggara PPG diatur dalam Surat Keputusan Direktur Jenderal Pndidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 6/Dikti/Kep/2007 Tanggal 2 April 2007.

Dalam program PPG itu, kuota mahasiswa PPG diidealkan dengan kebutuhan guru di suatu tempat. Hal ini dilakukan agar tidak ada mahasiswa lulusan PPG yang tidak mendapat pekerjaan sebagai guru. Satu hal penting yang perlu diketahui adalah bahwa tidak secara otomatis guru yang sudah bersertifikat lantas mendapat tunjangan profesi. Tunjangan profesi hanya akan diperoleh jika guru tersebut lolos dalam usulan yang dilakukan sekolah.

Lalu, bagaimana pendaftaran program PPG? Proses seleksi mahasiswa akan dilakukan program studi atau jurusan di bawah koordinasi LPTK penyelenggara dan calon peserta yang lolos seleksi akan dilaporkan kepada Dirjen Dikti untuk mendapatkan nomor registrasi program PPG. Struktur kurikulum PPG yang digunakan sama, baik yang bagi lulusan S-1 kependidikan maupun nonkpedidikan. Struktur kurikulumnya meliputi pengemasan materi bidang studi untuk pembelajaran (student specific pedagogic) dan Praktik Pengalaman Lapangan (PPL)kependidikan,” jelas Ketut.

Kuota tiap kelas dibatasi sebanyak 25 orang. Pelatihan pengembangan perangkat pembelajaran dilakukan pada semester pertama senangyak 20 sks, kemudian dilanjutkan dengan PPL yang ditempuh sebanyak 18 sks dalam satu semester di sekolah mitra.
Jalur pendidikan profesi guru dapat ditempuh calon pendaftar dalam tiga kategori, yaitu jalur portofolio, jalur pendidikan dalam jabatan bagi guru PNS, dan pendidikan prajabatan bagi calon pendaftar dari nonkependidikan. Kurikulum tambahan dalam bentuk matrikulasi pada program PPG didasarkan pada kualifikasi akademik calon mahasiswa PPG, yakni (a) S1 kependidikan yang sesuai, (b) S1 kependidikan yang serumpun ditambah matrikulasi, (c) S1/D4 nonkependidikan yang sesuai ditambah matrikulasi, (d) S1/D4 nonkependidikan yang serumpun ditambah matrikulasi, dan (e) S1 Psikologi untuk PAUD atau SD ditambah matrikulasi, kecuali lulusan non-LPTK yang mengambil akta IV karena dianggap sudah tidak relevan. Yang dimaksud matrikulasi dalam hal ini penyamaan persepsi tentang ilmu kependidikan dalam bentuk semester pendek.

PPG sebagai Syarat Menjadi Guru

Sebentar lagi, PPG akan diluncurkan menjadi program baru bagi calon guru bersertifikat. Lolos PPG, seseorang diakui sebagai guru profesional tanpa harus mengikuti portofolio atau diklat PLPG. Program PPG direncanakan berjalan selama setahun yang terdiri atas dua semester, 40 kredit SKS.

Dalam PPG, semua peserta dilibatkan ke dalam workshop dan praktik tanpa ada teori seperti di bangku kuliah. Praktik berjalan selama satu semester setelah peserta PPG praktik membuat perencanaan berupa silanus dan RPP. Asyiknya, calon guru mendiagnosis permasalahan pembelajaran lalu mempraktikkan solusi pembelajaran secara nyata.

Sampai saat ini, yang kebelet untuk ikut PPG sangat banyak. Hanya saja, pelaksanaan PPG belum diberlakukan. Saat ini hanya sebatas visitasi tim untuk menilai kelayakan perguruan tinggi dalam menyelenggarakan PPG yang tidak teoretis itu. Mungkin, sebentar lagi ada kejelasan tentag PPG ini. Untuk itu, semua calon guru bersabar.

Kepala Sekolah Buruk: Guru Baik Dinilai Jelek, Guru Jelek Dinilai Baik

Tidak semua kepala sekolah itu baik dan tidak semua kepala sekolah itu buruk. Kepala sekolah yang baik biasanya didasari oleh mental dan motivasi baik dalam mengembangkan sekolah menjadi unggul. Sebaliknya, kepala sekolah buruk adalah sosok yang merasa bahwa semuanya berjalan dengan baik meski tanpa sentuhannya.

Kepala sekolah buruk biasanya suka jungkir balik berpikir dan berbuatnya. Dia tidak dapat melihat guru apa adanya. Dia buta akan fakta dan bukti yang sebenarnya. Kelakuan buruk menjadi kebiasaannya tetapi menurutnya kelakuan buruk merupakan tindakan baik. "Ah, yang mengatakan buruk khan orang lain", ujar kepala sekolah buruk.

Ciri kepala sekolah buruk kalau berbuat selalu memunculkan konflik dan kelompok partisan guru. Guru yang dianakemaskan akan memujanya sedangkan guru yang dianaktirikan mencibir dan membentuk kelompok perlawanan meski sebatas kasak-kusuk. Guru yang mengajar dengan baik tetapu tidak mendukung kepala sekolah selalu dinilai buruk. Begitu sebaliknya, guru jelek selalu dinilai baik meski sebenarnya juga jelek. Penilaian adalah sulap bagi kepala sekolah. Benarkah?

Usia 1 s.d. 5 Tahun Masa Terbaik untuk Otak Berkembang

Masa usia 0 s.d. 5 tahu sekitar 80 persen otak anak berkembang sehingga peran orangtua sangat dibutuhkan dalam mengawasi tumbuh dan berkembangnya otak anak. Pada rentang usia itu disebut masa golden age otak anak berkembang sangat cepat sehingga informasi apapun akan diserap, tanpa melihat baik atau buruk. Tugas orangtua adalah mengarahkan anaknya lebih baik, dengan rasa cinta dan kasih sayang.

Selain berperan sebagai pengawas tumbuh dan berkembangnya anak-anak mereka, orangtua bertugas menambah pengetahuan, terutama seputar pertumbuhan anak. Namun, orangtua tidak bisa memaksakan pertumbuhan anak sesuai kemauannya, seperti menyuruh belajar di luar kemampuan anak dengan maksud agar anak mereka kelak menjadi pintar. Orangtua harus menunjukkan sikap dan perilaku yang baik karena anak suka meniru orang-orang terdekatnya.

Orangtua harus mengawasi anak mereka ketika menonton acara televisi. Karena saat ini banyak sekali program televisi yang tidak cocok bahkan tidak layak ditonton bagi anak-anak karena dikhawatirkan akan ditiru, seperti acara gosip yang menonjolkan isu-isu perceraian selebritis. Lebih baik televisi dimatikan saja agar anak tidak terkontaminasi dengan program-program televisi tersebut. Kalaupun harus menonton, usahakan kita juga ikut menonton sehingga bisa menjadi sensor acara televisi yang sedang ditonton anak kita. Bagi orangtua yang mempunyai waktu singkat untuk berkumpul dengan anak-anaknya, usahakan anak diasuh oleh orang yang tepat dan harus tetap meluangkan waktu untuk sang buah hati.

Mendiknas Muh. Nuh: Persebaran Guru Tidak Merata

Sampai saat ini distribusi guru di Indonesia masih belum merata. Sebanyak 68 persen sekolah di kota kelebihan guru, sementara 37 persen sekolah di desa dan 66 persen sekolah di daerah terpencil masih sangat kekurangan guru.

Belum meratanya distribusi tersebut merupakan persoalan disparitas yang perlu disadari sebagai satu dari sekian banyak persoalan pendidikan yang belum tertuntaskan. Demikian diungkapkan Mendiknas Mohammad Nuh seusai memberikan sambutan pembukaan pada Kongres Guru Indonesia (KGI) 2010 di Balai Kartini, Jakarta, Kamis (20/5/2010).

"Ini akan menjadi bagian dari reformasi birokrasi pendidikan yang perlu dibenahi karena faktanya ada distribusi yang tidak bagus. Padahal, pilar kita selama ini kan ketersediaan, yaitu ketersediaan guru," ujar Mendiknas.

Untuk itu, kata Nuh, tengah disiapkan surat keputusan bersama tiga menteri, yaitu Menteri Pendidikan Nasional, Menteri Dalam Negeri, dan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara, yang dibutuhkan sebagai mekanisme baru untuk memperbaiki pemerataan distribusi guru.(sunber: Kompas.com)

Masalah Pendidikan di Provinsi NTB

Gubernur Nusa Tenggara Barat M. Zainul Majdi mengakui, pendidikan di daerah tersebut masih menghadapi banyak masalah yang perlu diatasi bersama. Masalah tersebut antara lain masyarakat yang belum memahami pentingnya pendidikan bagi anak usia dini, baik formal maupun nonformal, serta mutu pendidikan kejuruan yang relatif sangat kurang.

Demikian dikemukakan Zainul dalam Laporan Keterangan Pertanggungjawaban (LKPJ) 2009 Gubernur NTB, di Mataram, Senin (24/5/2010), di hadapan sidang paripurna DPRD NTB. Dia menjelaskan, masalah lain yang dihadapi adalah tenaga pendidik mata pelajaran tertentu yang masih kurang.

"Selain itu minat masyarakat melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi relatif masih rendah serta masih tingginya angka buta huruf," kata Zainul.

Menurutnya, di NTB hingga kini terdapat sekitar 417.991 warga yang masih menyandang buta aksara. Untuk mengatasi berbagai masalah tersebut, kata Zainul, pemerintah daerah melaksanakan sejumlah upaya antara lain memberikan bantuan alat/sarana bermain untuk merangsang minat masyarakat belajar.

"Selain itu menambah gedung dan ruang kelas baru serta mengembangkan SMP terbuka, SD dan SMP satu atap yang berlokasi di kecamatan, serta melengkapi sarana laboratorium IPA, biologi, bahasa dan komputer," katanya.

Pemerintah daerah juga terus mengangkat guru bidang studi tertentu yang langka, meningkatkan jumlah dana dan penerima beasiswa serta meningkatkan proses pembelajaran dengan 32 kali pertemuan melalui sistem blok.(sumber: kompas.com)

Selasa, 18 Mei 2010

Memanfaatkan Stres untuk Hal Positif

erlalu banyak stres memang bisa memberikan pengaruh kesehatan yang negatif, seperti penambahan berat badan, atau depresi. Namun, kita terlalu sering berfokus pada cara mengatasi stres dalam pekerjaan, hubungan dengan pasangan, atau dalam keluarga, sehingga akhirnya stres itu rasanya normal saja. Selama kita hidup, kita harus menghadapi stres tersebut.

Namun, bila Anda memandang stres dengan cara berbeda, hal itu sebenarnya akan membuat kita lebih sehat, lebih bahagia, dan mendorong kita untuk menjadi lebih baik. Ingin tahu sebabnya? Coba kita simak penjelasan dari beberapa pakar berikut ini.

1. Lebih kreatif. Anda pernah mendengar orang-orang yang merasa bisa bekerja lebih baik ketika berada di bawah tekanan? Umumnya mereka adalah orang-orang yang bekerja di bidang kreatif. Menurut Larina Kase, PhD, psikolog di Pennsylvania, dan penulis buku The Confident Leader: How the Most Successful People Go from Effective to Exceptional, hal ini bukan sekadar sugesti.

“Jika pikiran kita benar-benar tenang dan rileks, tidak ada alasan untuk memandang hal-hal secara berbeda. Kita cenderung merasa ada peningkatan stres ketika kita melalui jalan yang baru, karena perubahan sering dikaitkan dengan tekanan yang baru. Output Anda secara kreatif terasa menakutkan karena berbeda untuk Anda, dan Anda tidak tahu bagaimana respons orang lain," katanya.

2. Baik untuk sistem kekebalan. Penelitian menunjukkan bahwa stres akan menguntungkan sistem kekebalan, karena menimbulkan mekanisme perlawanan kita.

“Stres yang datangnya tiba-tiba bisa membantu sistem kekebalan," ujar Mark Goulston, MD, psikiater klinis dan penulis buku Get Out of Your Own Way: Overcoming Self-Defeating Behavior.

Ketika kortisol (hormon stres) dilepaskan, hal itu meningkatkan kekebalan dalam tubuh. Namun meskipun stres membuat tubuh kuat, bersemangat, dan bahkan menyehatkan, terlalu banyak stres juga bisa membuat kortisol berlebihan. Kelebihan hormon stres bisa menyebabkan obesitas pada perut. "Obesitas di bagian tengah ini sering dihubungkan dengan pengembangan penyakit kardiovaskular, diabetes melitus tipe 2, dan penyakit otak," kata Goulston.

3. Bikin tubuh prima. Angkat beban, lari, atau bersepeda statis selama 45 menit adalah bentuk stres pada tubuh. Namun, jenis stres yang baik, demikian pendapat Jessica Matthews, MS, personal trainer yang juga koordinator pendidikan untuk American Council on Exercise (ACE).

“Stres yang dihasilkan dari olahraga tingkat sedang cukup sehat, dan memberikan beberapa efek positif," katanya. “Dari perspektif fisiologis, tuntutan yang dibebankan pada tubuh selama latihan membantunya menjadi lebih efisien dalam menyelesaikan aktivitas harian."

Latihan teratur juga mampu mengurangi tingkat hormon stres dalam tubuh, dan secara bersamaan meningkatkan tingkat endorfin, sehingga menciptakan sensasi yang nyaman. Penelitian juga membuktikan bahwa latihan itu sendiri bisa membuat kita tahan terhadap stres.

4. Mampu memecahkan masalah. Ketika dihadapkan pada dilema, atau harus membuat keputusan besar, stres berperan menerangi nilai-nilai kita. Dr Kase menyarankan untuk mendengarkan apa yang ingin disampaikan oleh stres itu pada kita.

"Penelitian menunjukkan bahwa ktia cenderung paling bahagian ketika menggunakan keberanian kita," katanya. Namun khawatir secara berlebihan kadang-kadang bisa menjadi senjata makan tuan. “Akan sulit mendengar intuisi Anda ketika Anda berada dalam siklus kekhawatiran dan stres, jadi beri waktu untuk berpikir. Jalan-jalan dulu, tidur yang nyenyak, atau makan bareng."

5. Membuat anak merasa aman. Menurut para ahli, ibu yang merasa stres cenderung akan lebih melindungi anaknya. Misalnya, ketika sedang ramai berita penculikan anak, tentu Anda akan memberikan pengawasan lebih untuk anak Anda, bukan?

Penelitian dari Johns Hopkins University menyatakan bahwa anak-anak dari ibu yang menunjukkan peningkatan hormon kortisol selama kehamilan akan lebih berkembang dibandingkan dengan anak-anak dari ibu yang tidak begitu tertekan. Namun, tentu saja, ibu yang terlalu stres juga tidak akan memberikan pengaruh baik untuk anaknya. Sedikit stres tentu normal dan alami.

"Bila stres bisa meningkatkan kewaspadaan Anda, itu lebih baik," ungkap Dr Goulston. Tetapi, hati-hati juga jangan sampai Anda terlalu waspada, karena bisa menyebabkan Anda rapuh dan kaku. Hal ini disebut-sebut bisa menyebabkan perilaku impulsif.

6. Kenaikan gaji. Tekanan terlalu berat dalam pekerjaan tentu tidak sehat. Namun jenis stres yang membuat Anda tegar dalam lingkungan profesional bisa memberikan pengaruh baik bagi karier Anda.

“Tingkat stres dan kegelisahan akan membuat Anda tetap berenergi, fokus, dan termotivasi," ujar Dr Kase. “Tanpa stres yang cukup, Anda mungkin tak akan memberikan upaya maksimal, dan Anda cenderung membuat kesalahan. Ketika Anda terlalu nyaman, hal itu akan menjadi tanda bahwa Anda tidak mendorong diri Anda keluar dari zona nyaman, dan mengambil risiko yang diperlukan untuk mengembangkan karier Anda, seperti melakukan marketing atas diri Anda, atau meminta promosi." (sumber: Kompas.com)

Sekali lagi, terlalu stres juga tidak akan baik. Anda bisa mengurangi kemampuan untuk melihat solusi yang inovatif, dan menguras energi dan efisiensi.