Selasa, 29 Oktober 2013

Siswa SMP Surabaya Dilatih Kepemimpinan

Sebanyak 510 siswa SMP/Mts se-Surabaya dilatih kepemimpinan di bumi Komando Latihan Komando Armada Timur (Kolat Koarmatim) TNI AL Surabaya, pada 28 Oktober hingga 1 November 2013. Acara  yang dikemas ke dalam Latihan Dasar Kepemimpinan Siswa (LDKS) 2013 dibuka oleh  Dr. Ikhsan, S.Psi, M.M. Pelatihan kepemimpinan itu berkat kerja sama  Dinas Pendidikan Kota (Dispendik) Surabaya dengan Kolatkoarmatim di Surabaya
"Kegiatan ini bertujuan sebagai pembentukan mental dan karakter anak bangsa yang siap menghadapi tantangan di masa depan," ujar Ikhsan saat memberikan sambutan. Selain itu, para siswa dapat menimba ilmu, mempelajari banyak hal, dan memperat rasa persatuan antarpelajar Surabaya. "Kegiatan ini sangat bermanfaat bagi para siswa," tambahnya.
Komandan Kolatkoarmatim Kol. (P). Budiyanto menjelaskan bahwa kegiatan LDKS 2013akan mendapatkan materi PBB, pembinaan fisik, anti anarkis, narkoba, bela negara, pengetahuan tentang bahaya AIDS, sejarah perjaungan bangsa, materi jungle survivor, serta kunjungan ke kapal perang. (syt)
   

Kesibukan Orang Tua Picu Anak Berkebutuhan Khusus

Hati-hati, orang tua dapat menjadi pemicu anaknya mempunyai kelainan khusus. Kesibukan orang tua merupakan faktor dominan tumbuh kembangnya anak ke arah berkebutuhan khusus. Dua faktor lain yang turut mempengaruhi ialah polusi makanan yang dikonsumsi sebelum terbentuk janin, serta hereditas (keturunan).

“Tapi fator utamanya terletak pada pola asuh orang tua,” kata Sri Sedyaningsih, Ketua Yayasan sekaligus pendiri Sekolah Inklusi Galuh Handayani di Surabaya kepada Tempo, Sabtu, 21 September 2013. Didirikan pada 1995, Galuh Handayani merupakan sekolah buat anak berkebutuhan khusus pertama di Indonesia.

Menurut Sri, faktor pertama menunjukkan kecenderungan yang makin banyak belakangan ini. Karena sibuk bekerja, orang tua sering tidak tanggap terhadap kekurangan yang dialami anaknya. Indikasinya, sekolah yang ia kelola sampai kuwalahan menerima murid baru. “Banyak orang tua yang pasrah ke kami, padahal kapasitas kelas terbatas,” kata dia.

Umumnya, kata Sri, orang tua baru menyadari anaknya berkebutuhan khusus setelah dia merasa tak nyaman berada di sekolah umum. Setelah anaknya mogok tak mau sekolah barulah dipindahkan ke sekolah inklusi. “Padahal, sejak dini anak tersebut memerlukan terapi khusus,” kata Sri.

Kendati telah diserahkan ke sekolah inklusi, kata Sri, bukan berarti tanggung jawab orang tua otomatis berkurang. Sebab sekolah tetap membutuhkan kolaborasi dengan orang tua anak dalam melakukan terapi, baik oleh terapis khusus, psikolog, guru, maupun dokter. “Jika kolaborasinya kurang baik, hasilnya bisa kurang efektif,” kata dia.

Anak yang gagal ditangani, kata Sri, bisa berakibat terjerumus ke tindakan kriminal, khususnya kasus narkoba. Dengan kekurangan yang disandang, anak tuna grahita rawan dimanfaatkan pengedar narkoba saat dia menginjak dewasa. “Rawan dimanfaatkan sebagai kurir, karena dia tidak paham dengan apa yang diperbuat. Kami pernah punya pengalaman soal itu,” imbuh Sri.

Menurut Sri, jenis anak berkebutuhan khusus ada 16 tingkatan, dari yang paling ringan disleksia (learning disabilities) hingga yang berat autis. Masing-masing jenis memerlukan penanganan khusus serta ketelatenan. “Semua masih bisa diarahkan, apalagi kalau anak tersebut dasarnya memang cerdas,” kata Sri. (Sumber: Tempo.co; KUKUH S. WIBOWO)

Wanita 99 tahun Berhasil Lulus SMA

TEMPO.CO, Iowa – Seorang wanita berusia 99 tahun asal Iowa, AS, berhasil lulus SMA. Audrey Crabtree, dari Iowa, AS, tersenyum sumringah pada Senin, 23 September 2013, saat menerima ijazah kehormatan di Waterloo East High School.

“Aku merasa jauh lebih pintar,” ujar Audrey, seperti dilaporkan AP, Rabu, 25 September 2013. Meski sudah putus sekolah sejak 80 tahun lalu, ia bersikukuh untuk melanjutkan studinya. Pasalnya, ia hanya membutuhkan satu kredit saja untuk menuntaskan sekolahnya itu.

Audrey meninggalkan sekolah tinggi pada 1932 karena kecelakaan saat menyelam yang mengakibatkannya harus absen dari sekolah. Selain itu, ia juga harus merawat neneknya yang sakit.

Pada 1957, ia menikah dan memulai bisnis toko bunga. Ia juga semakin sibuk setelah kedua anaknya mulai sekolah. Namun, dua bulan sesudah memulai toko bunganya, suaminya meninggal akibat serangan jantung. Setelah itu, ia menikah lagi hingga dua kali.

Kehidupannya yang begitu sibuk membuat pendidikannya terabaikan. Ia seringkali menyesalkannya. Tapi kemudian cucu Audrey memutuskan untuk menghubungi sekolah tempat neneknya dulu menuntut ilmu untuk memberikannya ijazah dan mengatur acara wisuda.

Pihak sekolah menyetujui. Nenek itu pun diberi salinan rapor terakhir dan memorabilia. Ia juga menerima lebih dari 100 kartu ucapan selamat. Pihak sekolah berharap, Audrey bisa memotivasi siswa muda lainnya. Audrey menunjukkan, usia bukanlah penghalang untuk meraih gelar SMA.(AP | ANINGTIAS JATMIKA)

Matthew Lieberman: Guru Jangan hanya Memahamkan Pelajaran tetapi juga Memaknai Kehidupan dari Pelajaran itu



Matthew Lieberman, profesor psikologi dan psikiatri dari Universitas California Los Angeles menyebutkan bahwa sebagai makhluk sosial, manusia sangat tidak bisa lepas dari kehidupan sosialnya. Dalam berbagai aspek kehidupan, mulai dari keluarga, bermasyarakat, hingga pendidikan, kebersosialan manusia sangatlah penting. Kehidupan perlu dipandu dengan prinsip-prinsip sosial. 

Namun, kesempatan bagi anak-anak untuk bermain secara bebas telah menurun. Penurunan ini terus berlanjut dengan konsekuensi negatif yang serius bagi fisik, mental, dan sosial anak-anak. Penurunan bermain bebas dan bersosialisasi di negara maju dapat menimbulkan depresi, bunuh diri, perasaan tidak berdaya, dan narsisme pada anak-anak, remaja, dan dewasa muda.

Guru tidak pernah menanyakan apakah Napoleon Bonaparte berpikir dan bagaimana ia bisa mencatatkan namanya dalam sejarah. Guru lebih senang menjelaskan batas-batas teritorial dan bersifat hapalan, serta menyingkirkan sesuatu yang nonsosial sejauh mungkin. Segala sesuatu yang bersifat sosial dapat mengembangkan motivasi anak, tidak hanya dalam memahami pelajaran, tapi juga dalam memaknai kehidupan. Oleh sebab itu, sosial tidak akan pernah bisa dilepaskan dari kehidupan manusia dalam aspek apa pun, termasuk pendidikan. udahkah Anda mengutamakan jiwa sosial anak? (sumber: Tempo.co)

Guru Kreatif Bentuk Pribadi Siswa Unggul

Cobalah bertanya kepada salah satu orang di sekitarmu tentang pengalaman yang paling berkesan saat sekolah dahulu. Mereka rata-rata akan menjawab kesan saat bersama guru. Namun, tidak semua guru yang disimpan dalam otak mereka. Yang disimpan hanyalah guru kreatif sehingga mampu melejitkan pribadi siswa menjadi unggul. Guru jahat memang diingat sampai mati tetapi ingatatn itu hanya bersifat negasi. Kalau guru kreatif, dia selalu diingat karena memberikan inspirasi dalam hidup.
Guru kreatif senantiasa menyadari bahwa siswa sangat jenuh berada di kelas. Menurut guru kreatif, siswa memerlukan variasi belajar, keteladanan yang menarik, dan gaya layanan guru yang pas bagi siswa. Guru kreatif selalu berubah gaya saat berada di dalam kelas. Perubahan itu disesuaikan dengan suasana yang melingkupi siswa.
Bagamiana untuk menjadi kreatif? Inilah resepnya. (1) menjadi komunikator yang baik; (2) menganggap siswa senantiasa berubah; (3) mencari bahan untuk bumbu kreatif; (4) menganggap siswa sebagai generasi ke depan; (5) mengubah gaya mengajar setiap masuk; (6) jangan takut untuk berkreasi; (7) laksanakan kreativitas bukan hanya mengangan-angankannya; (8) menganggap siswa sebagai kawan.

Artis Panas itu Kehilangan Harta Karun Peduli Diri Sendiri

Banyak artis porno dengan bangga menunjukkan videonya atau fotonya ke orang lain. Mereka seolah mampu menembus zaman. Mereka seolah mempunyai keberanian melakukan sesuatu yang ditabukan. Tidak ada batasan bagi dirinya kecuali kesenangan nafsu dan uang. Kepribadian utuhnya kalah dengan pengaruh hedonis dan kegemerlapan nafsu.

Peduli diri sendiri itu adalah harta karun yang tidak terhingga. Pendidikan keutamaan terletak pada kepedulian pada diri sendiri. Peduli diri sendiri bukan masalah egoisitas tetapi masalah tanggung jawab akan eksistensi diri dalam menjalani hidup. Dapat pula diartikan bahwa peduli pada diri sendiri itu wujud dari dimensi kemanusiawian bukan hewani. Oleh karena itu, peduli pada diri sendiri adalah kekuatan yang utama dalam pendidikan.

Berangkat dari peduli pada diri sendiri, seseorang dapat meraih cita-citanya. Mereka akan menggunakan rambu kemanusiawian untuk memperkuat diri sendiri. Untuk itu, jangan sekali-kali menympang dalam mendidik diri sendiri. Salah satu penyimpangan itu adalah menjadi artis porno.


Guru SMA Swasta Se-Surabaya Berlatih Menulis Jurnal Ilmiah

Surabaya memang tidak ingin guru-gurunya hanya mengajar di depan kelas. Guru harus dapat menuliskan pengalaman mengajarkannya ke dalam jurnal ilmiah dan di wapikweb.org. Itulah yang menjadi harapan selama ini. Harapan itu dibuktikan dalam pelatihan menulis jurnal ilmiah serentak di semua wilayah.
Guru SMA swasta di wilayah timur lebih dahulu berlatih menulis. Mereka diajari menulis jurnal ilmiah secara langsung. Garduguru mengajak mereka untuk langsung menulis tanpa diberi teori menulis terlebih dahulu. Model praktik langsung melalui Lembar Kerja Peserta (LKP) sangat ampuh. Selang seminggu, mereka langsung mengirimkan artikel ilmiah. Beberapa hasilnya dapat dilihat di jurnal online laman dinas pendidikan Surabaya.
Kemudian, guru SMA Swasta wilayah selatan di Surabaya juga mengikuti pelatihan jurnal ilmiah. Sehari mereka dilatih menulis jurnal. Lalu, seminggu berikutnya, pelatihan diadakan di wilayah barat. Mereka sangat asyik mengikuti pelatihan. Dr. Suyatno, M.Pd. sangat tabah mendampingi peserta untuk menulis.

Kamis, 24 Oktober 2013

Siswa yang Berolahraga Teratur, Nilai Studinya akan Meningkat

Olahraga teratur bagi siswa bisa meningkatkan nilai anak di sekolah. Guna meningkatkan prestasi anak di sekolah, banyak orang tua yang berusaha memberi anaknya berbagai macam les. Padahal, olahraga teratur juga bisa meningkatkan prestasi anak, lho.

Adalah penelitian di Inggris yang menemukan bahwa olahraga teratur bisa meningkatkan nilai anak di sekolah. Temuan studi yang dipublikasikan di British Journal of Sports Medicine itu mengatakan bahwa semakin aktif fisik anak-anak, maka performa mereka di sekolah juga makin baik.

Aktivitas fisik sudah lama diklaim bisa meningkatkan kekuatan otak, tapi hanya sedikit bukti ilmiah yang mendukung hal itu. Pada studi ini, peneliti dari Inggris, Skotlandia, dan Amerika Serikat mengukur tingkat aktivitas fisik 5.000 anak usia 11 tahun dengan memakai alat pengukur gerak, accelerometer, selama seminggu.

Prestasi akademik mereka di mata pelajaran Bahasa Inggris, matematika, dan science dinilai pada usia 11, 13, dan 16. Anak-anak yang sudah aktif pada usia 11 tahun memiliki nilai yang lebih baik di tiga mata pelajaran tersebut, dibandingkan dengan anak yang aktif di usia 13 dan 16 tahun.

Latihan 17 menit per hari, bisa meningkatkan kemampuan anak laki-laki berumur 11 tahun. Sedangkan, pada anak perempuan, olahraga 12 menit per hari bisa berpengaruh sampai ia berusia 16 tahun.

"Namun yang mengkhawatirkan, rata-rata anak laki-laki melakukan olahraga rutin selama 29 menit dan perempuan sekitar 18 menit. Itu jauh lebih rendah dari waktu yang disarankan yaitu 60 menit," kata salah satu peneliti dalam sebuah pernyataan, demikian dilansir The News, Kamis (24/10/2013).

Temuan ini mendorong peneliti untuk merekomendasikan sekolah-sekolah menerapkan olahraga rutin selama 60 menit guna membantu meningkatkan prestasi murid-muridnya. Meski begitu, peneliti juga menyesuaikan hasil studi dengan faktor lain misanya berat lahir anak, apakah ibunya merokok saat hamil, berat badan, dan latar belakang ekonominya. (Sumber\; detik.com/up/vit)

Rabu, 23 Oktober 2013

Di Jerman, Guru Dilarang Berkomunikasi Melalui Facebook dengan Muridnya

TEMPO.CO, Berlin – Sebuah negara bagian Jerman melarang kontak antara murid dan guru lewat facebook. Negara bagian Rhineland-Palatinate juga khawatir jarak profesional antara guru dan murid akan rusak jika mereka berkomunikasi secara online, atau saling bertukar akses atas foto dan informasi pribadi.

“Kian lama, di sekolah tertentu, ada guru dan murid yang mendiskusikan masalah sekolah di Facebook, dan kami tidak inginkan hal itu,” kata juru bicara Kementerian Pendidikan negara bagian itu, Wolf-Juergen Karle, Selasa, 22 Oktober 2013. Percakapan semacam itu seharusnya dilakukan di platform pendidikan yang aman, tambah Karle.

Kementerian juga mengatakan model bisnis Facebook dalam mengumpulkan data personal untuk kepentingan bisnis juga tidak sesuai dengan misi pendidikan sekolah.Beberapa negara di Jerman lainnya telah menerapkan atau tengah mempertimbangkan pembatasan kontak antara guru dan murid di jejaring media sosial. Pada musim panas ini, negara bagian Saxony mengumumkan rencana tersebut. Baden-Württemberg juga membatasi penggunaan jejaring media sosial di sekolah.

Sedangkan di Schleswig-Holstein, para guru telah dilarang merencanakan perjalanan sekolah atau memberi nilai di jejaring media sosial, ungkap kantor berita pemerintah Jerman, DPA. Namun, baru Rhineland-Palatinate yang mengeluarkan larangan resmi, tidak saja antara guru dan murid, tetapi juga sekaligus di antara para staf pendidikan.

Tahun 2011, negara bagian Missouri, Amerika Serikat mengesahkan undang-undang yang melarang guru berhubungan dengan siswanya lewat Facebook. Meski demikian, undang-undang itu tidak pernah berlaku dan akhirnya dicabut setelah serikat guru mengajukannya ke pengadilan. (sumber: tempo.co)

Media Pembelajaran Kreatif Dikembangkan Dosen UTM

"Saya termotivasi untuk menjadi dosen yang inovatif," ujar dosen Ekonomi Universitas Trunojoyo Madura (UTM) saat memberikan refleksi di akhir pelatihan pengembangan media perkuliahan inovatif yang difasilitatori Dr. Suyatno, M.Pd., pengelola blog ini, Rabu, 23 Oktober 2013 di Kantor Pusat UTM itu. Dosen lainnya juga menyatakan hal yang hampir sama. Mereka menginginkan perkuliahan harus inovatif agar tujuan dapat tercapai. "Saya berharap mahasiswa dapat menyerap materi perkuliahan 100%," ujar Wachid, dosen MKU UTM.

Suyatno, dengan lincahnya menyampaikan materi media perkuliahan inovatif. Aneka contoh media inovatif itu ditunjukkan secara langsung. Amplop drama, kartu tokoh, kartu konsep, kalung tokoh, batu kata, topi raja, dan seterusnya dipraktikkan di depan peserta yang berjumlah 30 dosen muda itu. Sulaiman, selaku panitia menyatakan puas. "Kegiatan seperti ini harus ditindaklanjuti dengan produksi langsung," ujarnya. Dengan begitu, dosen mempunyai media inovatif lebih banyak lagi.

Peserta berjanji akan mengembangkan media inovatif itu. "Ternyata banyak ragam metode perkuliahan dari masa konservatif sampai liberalistik," tambah salah satu peserta. Untuk itu, perlu upaya serius untuk mengembangkannya. Mahasiswa saat ini dengan kultur yang berbeda dengan yang lalu, harus dihadapi dengan media yang inovatif.

Jakarta Latih Siswa untuk Menjadi Informan HIV dan AIDS

Salah satu target Millenium Development Goals (MDGs) adalah meningkatkan pengetahuan dan pemahaman HIV dan AIDS di masyarakat. Untuk itu, DKI Jakarta akan melatih ratusan remaja dan guru sekolah sebagai penyebar informasi.

Pemerintah Provinsi DKI Jakarta melalui Komisi Penanggulangan AIDS Provinsi (KPAP) menggelar pelatihan tentang HIV dan AIDS dengan nama Training of Fasilitator Participatory Action Reserch (ToF PAR). Pelatihan ini rencananya akan dibagi menjadi 3 angkatan.

Angkatan pertama dilaksanakan tanggal 23-25 Oktober 2013, melibatkan 45 orang perwakilan dari 6 agama, 20 orang dari remaja karang taruna, dan 20 orang remaja pendidikan informal. Para peserta ToF PAR angkatan pertama mewakili masyarakat umum.

Angkatan kedua terdiri dari para pelajar dari 40 Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA), masing-masing diwakili 2 orang, berpasangan laki-laki dan perempuan. Angkatan ketiga adalah para guru dari 40 sekolah, masing-masing diwakili oleh 2 orang.

Para peserta pelatihan akan dilepas oleh Wakil Gubernur DKI, Basuki Tjahaya Purnama alias Ahok di Balaikota, Rabu (23/10/2013). Sekretaris KPAP DKI Jakarta, Dra Hj Rohana Manggala, MSi berharap, pelatihan ini bisa meningkatkan pemahaman remaja usia 15-24 tahun tentang HIV dan AIDS.

"Semua tidak akan tercapai tanpa partisipasi masyarakat dan lembaga-lembaga. Untuk itu informasi HIV dan AIDS perlu dipahami secara benar," kata Rohana dalam rilisnya yang diterima detikHealth, Selasa (22/10/2013).

Rohana berharap peserta pelatihan ini dapat lebih mengetahui dan memahami informasi yang komprehensif tentang HIV dan AIDS dan menyebarkannya ke masyarakat. Diharapkan pula materi tersebut bisa masuk dalam kurikulum sekolah dan dibahas juga di masyarakat. (sumber: detik.com)