Kamis, 28 April 2011

Menteri Pendidikan, Muh Nuh: Anak Bangsa ini Harus Diisi Mental Kebangsaan

Terkait dengan NII, Menteri pendidikan Muh. Nuh juga geram. Berikut ini wawancara wartawan dengan M Nuh di sela-sela acara Musyarawah Perencanaan Pembangunan Nasional 2012 di Gedung Bidakara, Jl Gatot Soebroto, Jakarta, Kamis (28/4/2011):

Terkait NII, Anda akan memanggil rektor-rektor?

Ada atau tidak ada urusan dengan NII atau hal-hal yang lain kita sudah punya
mekanisme pertemuan dengan pimpinan perguruan tinggi. Itu salah satu agenda yang menarik yang akan dibahas dalam pertemuan rektor ke depan ini yaitu membangun
karakter.

Jadi pada intinya, pembangunan karakter akan kecintaan terhadap negara yang berbasis pada kasih sayang dan toleransi. Diyakinkan bahwa di negara ini sudah ada empat pilarnya (Pancasila, UUD 1945, Negara Kesatuan Republik Indonesia dan Bhinneka Tunggal Ika).

Ada kerjasama dengan Kementerian Agama?

Tentu itu juga merupakan bagian. Jadi kan ada materi-materi yang penanggungjawabnya
itu adalah Kementerian Agama yaitu pelajaran-pelajaran agama. Karena itu pada waktu rapat di Wapres, sepakat untuk melakukan revitalisasi pelajaran agama, bukan hanya agama Islam tetapi semua agama, itu coba dilakukan revitalisasi. Itu bukan hanya pengetahuan berbasis agama semata tetapi juga harus diterjemahkan dalam perilaku. Hal-hal yang sifatnya pemikiran, terutama yang radikal itu tidak bisa dilawan atau dicegah dengan yang bukan pemikiran. Jadi pemikiran itu harus dilawan dengan pemikiran.

Oleh karena itu, di kampus-kampus sudah saatnya dibuka ruang untuk berdiskusi secara
akademik, karena memang di kampus itu medianya akademik, keilmuan. Oleh karena itu, harus dibuka dialog. Dari dialog itulah kemudian muncul pemikiran-pemikiran yang lebih fresh. Sekarang ini kan seakan-akan kita dikejutkan, seakan-akan pemikiran yang empat pilar itu sudah selesai, tetapi tiba-tiba ada aliran yang sangat bertentangan dengan 4 pilar itu. Itu menunjukkan pentingnya ruang dialog. Sekarang kan tidak ada dialog-dialog tiba tiba mbledos (meletup).

Akan ada edaran di kampus-kampus untuk mengawasi NII?

Tidak harus dalam bentuk surat edaran tapi nanti di pidato saya pas tanggal 2
Mei (Hardiknas) yang besok itu sudah saya sampaikan, bukan hanya ke perguruan tinggi tetapi juga sekolah-sekolah untuk memberikan ruang aktivitas positif dan memberikan
perhatian yang lebih. Jadi saya kan sering mengibaratkan kalau kita punya lahan, itu kita biarkan kosong kan nanti bisa diisi macam-macam karena lahannya mengganggur.

Pemikiran juga begitu, anak-anak kan juga punya lahan pemikiran kalau nanti tidak diisi, tidak dijaga maka mesti ada yang mengisi, menjaga kelompok-kelompok 'liar'. Oleh karena itu, ini yang harus kita lakukan supaya kampus, sekolah membuka aktivitas yang lebih banyak termasuk ekstra-ekstra. Salah satu yang kita canangkan revitalisasi Pramuka. Pramuka itu jelas mengajarkan kesetiakawanan, kreativitas.

Sebagai Mendiknas, Anda melihat banyaknya generasi muda yang terpengaruh dengan aliran radikalisme sebagai gejala apa?

Satu yaitu gejala tentang lemahnya pemahaman prinsip-prinsip dasar bernegara. Seakan-akan negara itu pilarnya bisa diganti setiap saat tergantung siapa penduduknya padahal negara ini adalah suatu yang tempatnya sudah fixed. Yang boleh berubah-ubah yang dinamis itu isinya tapi bentuk wilayahnya itu sudah dengan 4 pilar itu.

Oleh karena itu, bentuk perdebatan seperti pada tahun 1980-an, perdebatan azas tunggal, itu diskusinya ramai sekali. Beberapa organisasi keagamaan telah menyampaikan bahwa itu sudah final, kalau debat tentang bentuk negara, falsafah hidupnya yang berkaitan dengan negara itu terus diperdebatkan, itu tidak akan selesai, kita tidak sempat mengisi.

Perdebatan itu sudah selesai 50 tahun yang lalu. Sekarang fasenya adalah fase mengisi, tetapi generasi ini kan ganti terus. Orang-orang tua dulu yang sepakat memang sudah sepakat tetapi generasi yang baru ini kan belum tentu sepakat. Karena itulah diperlukan satu diskusi yang bisa menumbuhkan pemikiran-pemikiran yang terkait dengan bentuk, falsafah negara, prinsip-prinsip negara. Tidak usah malu-malu, kalau itu memang ada perbedaan itu bisa diperdebatkan, bisa didiskusikan akademik.

Kalau tidak ada ranah diskusi secara akademik tahu-tahu penyimpangan-penyimpangan, nggak pakai ngomong, mbledos. Itu kan jauh lebih berbahaya. Oleh karena itu, sebelum terjadi, dibukalah ruang itu. Karena kampus itu kan basisnya keilmuan, menanamkan nilai-nilai kenegaraan.

Apakah maraknya pemikiran radikal di kampus itu sebagai bentuk kegagalan dari dunia pendidikan?

Saya tidak mengatakan apakah ini gagal atau tidak gagal. Karena urusan ini bukan urusan di dunia pendidikan tapi masyarakat keseluruhan. Sejak reformasi, istilah-istilah yang berkaitan dengan nilai-nilai kenegaraan kan jarang dibahas, seakan-akan sudah ditinggalkan. Oleh karena itu, sudah saatnya dengan fenomena yang sekarang ini kita harus waspada bahwa masih ada saudara-saudara kita yang menghendaki empat pilar itu coba diganti dengan pilar yang lain.

Itu yang harus dilakukan dan tidak boleh berhenti karena generasinya terus berganti.
Generasi dulu mungkin sudah paham tapi yang baru kan tidak paham lagi. Oleh karena itu, kita harus melakukan secara rutin.

Tadi malam saya rapat sampai pukul 23.00 WIB untuk melakukan review tentang pelajaran mulai dari PPKN, kewarganegaraan, dan seterusnya dalam rangka memantapkan isi dari prinsip-prinsip bernegara itu.

Konkretnya bagaimana? Apa perlu ditambah jamnya?

Belum perlu ditambah. Tapi pendekatannya harus lebih ditingkatkan. Lalu ada penambahan kegiatan-kegiatan yang lebih menumbuhkan kecintaan pada Tanah Air. Kegiatan di kemahasiswaan harus diisi, kalau tidak diisi orang.

Kalau pesantren bagaimana kurikulumnya?

Pesantren besar-besar sudah lama aman. Kalau di bawah naungan NU atau Muhammadiyah itu aman. Dulu NU, soal azas tunggal tentang pentingnya Pancasila. Fatwa dari muktamar NU sudah jelas. Sekarang ini kan trennya ada yang mencoba perdebatan untuk mengubah 4 pilar itu.

Ada pengawasan Al Zaytun?

Saya tidak tahu urusan yang sangat spesifik.(sumber: detikNews.com)

Rabu, 27 April 2011

NII Perusak Bangsa Indonesia, Inilah Modusnya (1)


 Modus perekrutan yang digunakan kelompok Negara Islam Indonesia (NII) pada umumnya menyasar mahasiswa-mahasiswa baru untuk bergabung. Hal ini ditunjukkan pula oleh testimoni sejumlah alumni dan mahasiswa Universitas Indonesia yang disampaikan kepada Kompas.com. Mereka mengaku pernah dibujuk untuk menjadi anggota, saat baru menjejak bangku kuliah. Ada yang hanya sebatas diajak berdiskusi hingga dibaiat. Seperti yang dialami lulusan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, sebut saja Andi. Pada tahun 2006, saat ia baru memasuki dunia perkuliahan, Andi sempat menjadi korban NII. Bahkan ia sempat dibaiat dan berganti namanya.
Sayangnya Andi tidak ingat lagi kalimat baiat apa yang dimaksud. Ia menuturkan, perkenalannya dengan NII berawal dari ajakan seorang teman yang baru dikenalnya. Teman wanita yang baru dikenal Andi itu mengenalkannya dengan teman lelaki si wanita yang mengaku butuh bantuan untuk seminar penelitian."Saat dibaiat, disuruh pakai baju putih celana hitam, di hadapan jenderal-jenderalnya, ditunjukin kata-kata gitu," ungkap Andi, Selasa (26/4/2011).
"Akhirnya kita bertiga ketemuan, diajak ngobrol, berkenalan di tempat makan di Cilandak Town Square," ujarnya.
Namun, pada pertemuan tersebut, si teman lelaki, sebut saja bernama Rudi, tidak membahas soal  seminar yang dijadikan dalih pertemuan. Rudi, tutur Andi, malah mengajaknya berdiskusi tentang agama, ibadah dengan merujuk pada kitab suci Al Qur'an yang dibawanya. "Kalau orang masih awam, akan iya-iya saja, manggut-manggut saja dengar ceritanya," kata Andi.
Lelaki itu, lanjutnya, menjelaskan bahwa ibadah yang dilakukan Andi di Indonesia selama ini tidak sah. Karena, menurutnya, Indonesia adalah tempat yang kotor untuk beribadah. "Indonesia kotor, banyak korupsinya, lingkungannya enggak sehat, macam-macam, pokoknya jelek-jelekin Indonesia," kisah Andi.
Lantas, lelaki itu menyarankan Andi untuk berpindah ke negara yang bersih, yakni Negara Islam Indonesia agar ibadahnya sah. "Nah, dia bilang, kalau mau ibadah, ada di NII, itu jelas, bersih, sah ibadahnya," tutur Andi.
Mendengar hal itu, Andi mulai merasakan kejanggalan. Namun, rasa penasarannya menuntun Andi untuk melanjutkan diskusi hingga pertemuan berikutnya. Selang beberapa hari, Andi, Rudi, dan seorang lelaki lain yang menurut Andi adalah supervisornya Rudi, mengadakan pertemuan di sebuah tempat makan. Kali ini, lokasinya di sebuah mall di kawasan Lebak Bulus. Pembicaraan dalam pertemuan tersebut, kata Andi, pada intinya sama seperti sebelumnya. Hanya saja, lelaki yang menjadi supervisor Rudi itu lebih meyakinkan Andi untuk hijrah dari NKRI ke NII.
"Di sana digodok lagi, seperti usaha sampai korbannya enggak sadar," ucap Andi.
Masih merasa penasaran, Andi setuju untuk mengikuti pertemuan selanjutnya dan berjumpa dengan orang yang disebut komandan NII. Kemudian, ia diminta menunggu giliran untuk bertemu. "Katanya kalau mau hijrah, nunggu giliran, nunggu kloter," ungkapnya.
Ketika ada kloter yang kosong, Rudi menghubungi Andi. "Ya sudah, akhirnya saya bareng kloter yang dekat rumah saya, Ciledug," tuturnya.
Andi pun menuju tempat baiat dengan terlebih dahulu berjanji bertemu dengan Rudi di sebuah tempat di kawasan Ciledug. Di tempat itu, Rudi dan lima kawannya telah menunggu dengan mengendarai mobil. "Akhirnya saya masuk dalam mobil," ucap Andi.
Di dalam mobil, lanjutnya, sudah ada 10 orang calon anggota lain yang siap dibaiat. "Semuanya laki-laki," katanya.
Sekitar pukul 21.00, mereka berangkat menuju lokasi Baiat. Andi menuturkan, dalam perjalanan, ia dipesankan untuk menutup mata ketika ada perintah. "Nanti kalau sudah dekat tempatnya, merem (memejamkan mata) ya," ujarnya menirukan Rudi.
Namun, Andi tidak menutup mata saat diperintah. Ia kemudian melihat bahwa rombongan menuju sebuah rumah yang masih berada di kawasan Ciledug. Sesampainya di sebuah rumah itu, semua calon anggota diperintahkan untuk shalat kemudian tidur. Menjelang tengah malam, tutur Andi, mereka dibangunkan untuk bertemu dengan petinggi NII.
"Di situ kembali diyakinkan," ucap Andi.
Setelah itu, mereka kembali diperintahkan untuk tidur. Kemudian, Andi dibangunkan kembali dari tidurnya untuk mengikuti proses penggantian nama. "Namanya dipilihin tapi saya lupa namanya. Terus tidur lagi, besok Subuh bangun, dan berangkat lagi," lanjutnya.
Keesokan harinya, Andi bersama 10 orang calon anggota NII lainnya diberangkatkan ke tempat lain. Di tempat itu, kata Andi, mereka akan dipertemukan dengan komandan NII dan dibaiat. "Ke daerah yang agak jauhan tapi saya tahu itu masih di Wilayah Ciledug," katanya.
Di tempat kedua yang juga merupakan rumah kontrakan itu, Andi diperintahkan memakai baju putih dan celana hitam, kemudian dibawa ke ruangan komandan NII. Memasuki ruangan, kata Andi, ia bertemu dengan lima orang komandan NII yang duduk berjajar seperti panelis. Kelima orang itu, menurut Andi, berpakaian biasa saja. Tidak mengenakan peci atau atribut apapun. Selanjutnya, di dalam ruangan itu, Andi beserta 10 orang calon anggota NII lainnya kembali dijelaskan tentang NII dan diyakinkan.
"Di-brain wash lagi ramai-ramai, lebih detil omongannya. Makan siang, sholat, terus dibaiat," ungkapnya.

NII Perusak Bangsa Indonesia, Inilah Modusnya (2)


Bermula dari perkenalannya dengan Rudi yang mengajak berdiskusi tentang sebuah seminar, Andi pun diajak untuk mengenali ajaran sebuah kelompok, Negara Islam Indonesia. Suatu malam, ia diajak ke suatu tempat dan menjalani prosesi pembaiatan. Kelompok Negara Islam Indonesia memang memberlakukan sumpah setia atau baiat kepada para calon anggotanya. Seperti yang dituturkan Andi (nama samaran), alumni Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, yang sempat dibaiat NII saat memasuki tahun pertama kuliah sekitar tahun 2006. Namun, Andi tidak terjerumus hingga menjadi anggota NII karena menilai adanya kejanggalan pada ajaran-ajaran NII. Apa saja ajaran yang dinilainya janggal?
"Pokoknya di sini (di NII) hidup terjamin, selalu dapat uang," kata Andi kepada Kompas.com, Selasa (26/4/2011).Menurut Andi, di setiap kesempatan, anggota NII yang berupaya merekrutnya menjanjikan keuntungan-keuntungan materi kepadanya. Ia dijanjikan akan mendapatkan penghasilan tanpa harus bekerja dan segala kebutuhan hidupnya akan terjamin.
Lebih anehnya lagi, kata Andi, NII mengajarkan anggotanya untuk tidak perlu melaksanakan ibadah shalat lima waktu. Menurut ajaran NII, shalat hanya dilakukan dua waktu. "Shalat besar dan shalat kecil," kata Andi.
Akan tetapi, ia mengaku lupa mengenai apa yang dimaksud dengan shalat besar dan shalat kecil. Seingatnya, yang dimaksud shalat kecil adalah mengajak orang lain untuk bergabung. "Mengajak orang masuk NII itu ibadah," ucapnya.
Lalu, jika anggota NII melakukan dosa, kata Andi, cukup dibayar dengan sejumlah uang. Setelah membayar, dosa-dosanya diyakini akan hilang. "Itu tidak masuk akal," ucap Andi.
Lainnya, setiap anggota NII, menurut Andi, diwajibkan membayar iuran kepada negara. Untuk mencari uang, dihalalkan cara apa pun, termasuk mencuri. "Terus, uangnya dimasukin ke kas negara untuk membiayai negara," tuturnya.
Menurut Andi, tiap anggota dijanjikan akan mendapat bagian dari uang yang disetorkannya. Andi lupa berapa persen bagian yang akan didapatkan seorang anggota dari setoran yang dimasukkan. Setoran kepada negara tersebut, lanjut Andi, mulai dibayarkan di awal menjadi anggota. Setelah dibaiat, Andi mengaku dimintai iuran berkisar Rp 400.000-Rp 500.000. Iuran-iuran tersebut disetorkan kepada seseorang yang berwenang, tidak melalui transfer rekening.
Mengetahui adanya sejumlah iuran yang harus dibayarkan, Andi mengaku tidak memiliki uang untuk itu. Namun, Rudi, orang yang merekrutnya, kemudian membujuk dengan menawarkan diri untuk membayarkan sementara kewajiban Andi.
"Mereka pintar, mereka bilang, 'Gw bayarin dulu, asal lo yakin'," kata Andi menirukan ucapan Rudi saat itu.
Berusaha lepas dari bujukan Rudi, Andi berkilah bahwa ia merasa tidak yakin dengan ajaran NII. Menanggapinya, lagi-lagi Rudi mengerahkan kemampuan komunikasinya untuk meyakinkan Andi. "Kalau masalah enggak yakin, kamu lihat saja dulu, masalah yakin enggak yakin belakangan," kata Andi menirukan Rudi.
Pascabaiat, Andi pulang ke rumah. Ia menuturkan, karena merasa ragu dengan ajaran NII, Andi kemudian membaca-baca Al Quran lengkap dengan terjemahan yang ada di rumahnya. Dari situlah Andi sadar bahwa ayat-ayat Al Quran yang disampaikan anggota NII kepadanya telah ditafsirkan secara berbeda.
"Saya baca ayatnya, ternyata penafsirannya beda, pintar banget dia (orang NII), pakai ayat Al Quran," ungkapnya.
Selanjutnya, Andi semakin yakin untuk meninggalkan NII ketika mendengar nasihat temannya. "Kata teman saya, cara orang menyembah Tuhan berbeda-beda. Enggak perlu sampai pindah negara segala," tuturnya.
Apalagi, setelah Andi mengikuti seminar tentang NII yang kebetulan digelar di kampus tidak lama setelah ia dibaiat. Andi juga menceritakan, meskipun tidak merasa yakin dengan NII, ia tidak dilepaskan begitu saja. Pasca-dibaiat, anggota NII terus berupaya menghubunginya. Anggota NII juga sempat mendatanginya ke kampus.
"Dari awal dia ngancem sih, kalau keluar bakal kena musibah besar. Namun, buktinya sampai sekarang saya enggak kenapa-kenapa," ungkapnya.
Andi pun memilih untuk mengganti nomor ponselnya demi menghindari "gangguan" para anggota NII. "Dua minggu kemudian, sudah enggak dihubungi lagi," katanya.
Meskipun demikian, setelah dibaiat, Andi mengaku sempat diperkenalkan dengan anggota NII lainnya yang sekampus dengannya. "Ternyata di UI banyak, di bawah tanah, enggak keliatan, ada anak Komunikasi 2005 juga, anak FISIP, dan anak FIB," ungkapnya.
Bahkan, ada seorang anggota NII yang merupakan senior Andi, sejurusan dengan Andi di Departemen Ilmu Komunikasi. Andi juga mengungkapkan, menurut para anggota NII yang sempat dikenalnya, saat itu Presiden NII adalah mahasiswa Fakultas Ekonomi UI.

NII Perusak Bangsa Indonesia, Inilah Modusnya (3)


Kelompok Negara Islam Indonesia (NII) selalu menyasar para mahasiswa yang baru memasuki jenjang perkuliahan. Modus perekrutannya juga sama, dengan menawarkan korban menjadi responden penelitian. Setidaknya, hal itu diungkapkan korban perekrutan NII, seperti dituturkan Sulaiman (24). Ia pernah dua kali direkrut, yakni pada tahun pertama dan tahun terakhir ia berkuliah di Universitas Indonesia.
Ia menuturkan, pada perekrutan pertama, Sulaiman dimintai tolong oleh teman SMA-nya untuk mengisi kuesioner penelitian. Kemudian, mereka bertemu di sebuah mushala. Anehnya, kata Sulaiman, temannya itu tidak membahas soal kuesioner sama sekali. "Diangakunya lupa bawa lembar survei," ucapnya."Modusnya dua-duanya sama. Minta tolong isi kuesioner survei," kata Sulaiman ketika dihubungiKompas.com, Selasa (26/4/2011) malam.
Temannya itu malah mengajak Sulaiman berdiskusi tentang Pancasila. "Dia tanya menurut saya Pancasila sah gak sih. Saya jawab, menurut saya sah, " ujarnya.
Selanjutnya, sang teman memperkenalkan Sulaiman dengan seorang temannya. Menurut teman SMA Sulaiman, seseorang yang diperkenalkan itu akan mempresentasikan hasil seminar yang didapatnya di Singapura tentang Pancasila. "Terus, temannya itu datang ke masjid, bawa laptop, dia presentasi," lanjut Sulaiman.
Dalam presentasinya, lelaki teman dari teman SMA Sulaiman itu menggunakan dalil-dalil Al Quran. Untungnya, kata Sulaiman, ia juga membaca ayat Al Quran yang sama. Merasa tidak sependapat dengan penafsiran lelaki itu, Sulaiman mendebatnya. Hingga akhirnya, saat baru mempresentasikan beberapa slide, lelaki itu pergi.
"Tiba-tiba dia pura-pura terima telepon, pergi, alasannya bokapnya minta dijemput. Teman SMA saya juga pergi," tambahnya.
Belakangan, Sulaiman tahu bahwa teman SMA-nya tersebut dikabarkan telah bergabung dengan NII. Lebih jauh Sulaiman menceritakan, pada perekrutan kedua, sekitar tahun 2008, ia juga diminta mengisi kuesioner oleh orang yang baru dikenalnya. Orang itu mengaku mahasiswa Fakultas Psikologi UI. Karena memiliki pengalaman serupa, Sulaiman lebih waspada.
"Tetapi yang ini lebih ilmiah, ada surveinya, ada kuesionernya. Saya curiga ini NII, tapi saya terusin, pengen tahu saja," tuturnya.
Orang yang mengaku mahasiswa psikologi itu menanyakan pertanyaan di luar kuesioner, misalnya apakah ia  sering mengikuti pengajian, aktif di organisasi Islam atau tidak, dan apakah memiliki saudara TNI atau polisi.
"Pertanyaannya sama dengan yang disampaikan di seminar tentang NII," tambahnya.
Seusai pertemuan, orang tersebut berusaha mengajak Sulaiman bertemu, namun selalu ditolaknya. Dan akhirnya orang tersebut tak menghubunginya lagi.
Pengalaman senada dituturkan Bayu, mahasiswa Vokasi Kehumasan Universitas Indonesia. Pada 2008, saat baru memasuki bangku perkuliahan, Bayu dikenalkan kepada seorang perempuan bernama Tania oleh teman satu jurusan. Tania mengaku sebagai mahasiswa Fakultas Psikologi UI yang sedang menyusun skripsi. Kemudian, saat pertemuan, Tania sama sekali tidak membahas skripsinya. "Malahngobrol tentang Indonesia seperti apa," ujar Bayu, Rabu (27/4/2011).
Selanjutnya, Tania mengenalkan Bayu kepada teman lelakinya yang kemudian menjelaskan kepada Bayu lebih rinci tentang konsep hijrah yang merujuk pada ayat-ayat Al Quran. "Sampai akhirnya saya diajak bertemu di tempat dia (laki-laki) itu, di rumah kontrakan," lanjutnya.
Untungnya, kata Bayu, pada akhirnya ia tidak terjerumus ke dalam NII karena merasa tidak yakin. "Orang itu enggak bisa jelasin maunya apa. Saya gebrak meja, saya tanya maunya apa, terus dia bilang mau pertemukan saya sama kepala negara NII. Tapi sampai sekarang enggak muncul lagi," papar Bayu. (sumber: Kompas.com)

Kuasai Passing Grade untuk Mempermudah Masuk Perguruan Tinggi

Jika ingin lolos ke perguruan tinggi yang didam-idamkan dengan mulus, kajilah passing grade jurusan yang akan dimasuki. Semakin kita paham tentang PG itu, tentu akan semakin mudah mencpai cita-cita. 


Maksudnya, sebelum mengikuti tes masuk perguruan tinggi, cobalah tes diri untuk mengetahui kemampuan diri untuk melihat PG diri. Setelah itu dicocokkan dengan PG yang ada sesuai informasi PG jurusan. Logikanya, jika PG diri lebih tinggi dengan PG jurusan, dapat dipastikan Anda lolos ke pertin.


Berikut ini adalah 100 urutan teratas dari passing grade tertinggi di universitas negeri yang ada di Indonesia untuk SPMB dan SNMPTN 2009/2010. Tersedia untuk jurusan IPA dan IPS. Indikator dalam passing grade adalah persen, semakin tinggi persennya maka semakin banyak soal yang harus dijawab benar oleh peserta.
ini hanya sekedar gambaran dan bahan rujukan saja , karena pasti akan ada hal dan pertimbangan lain , seperti Di ITB itu penjurusan dilakukan pada tahun kedua (tahun pertama masih di Fakultas) jadi tidak akan ada di buku SNMPTN pilihan jurusan Teknik informatika atau Teknik elektro tapi STEI (Sekolah Tinggi Elektronika dan Informatika).
ITB mempunyai Fakultas sekarang, jadi kalo T.Informatika dan T elektro itu digabung didalam STEI(Sekolah Tinggi Elektro dan Informatika) Jurusannya ada 5
1. T Informatika (IF)
2. T Elekfro (EL)
3. T Tenaga Listrik /Elektro Power (EP)
4. T Telekomunikasi /Elektro Telkom (ET)
5. T Sistem Teknologi dan Informasi (STI)
 



TOP 100 PASSING GRADE TERTINGGI JURUSAN IPA
1. Teknik Informatika – ITB (65,9%)
1 Teknik Elektro – ITB (62,5%)
2 Teknik Kimia – ITB (61,8%)
3 Pendidikan Dokter – UI (59,8%)
4 Teknik Informatika – ITS (59,5%)
5 Pendidikan Dokter – UGM (59,3%)
6 Teknik Industri – ITB (58,8%)
7 Teknik Elektro – UI (58,6%)
8 Pendidikan Dokter – UNAIR (58,6%)
9 Farmasi – UI (58,4%)
10 Pendidikan Dokter – UNPAD (58%)
11 Teknik Elektro – ITS (57,7%)
13 Pendidikan Dokter – UNDIP (57,5%)
14 Teknik Kimia/TGP – UI (57,4%)
15 Farmasi – ITB (57,4%)
16 Teknik Elektro – UGM (57,4%)
17 Teknik kimia – ITS (56,6%)
18 Ilmu Komputer – UGM (56,5%)
19 Pendidikan Dokter – UNSRI (56,5%)
20 Teknik Perminyakan – ITB (55,2%)
21 Teknik Fisika – ITB (55,1%)
22 Pendidikan Dokter – UNBRAW (55,1%)
23 Teknik Lingkungan – ITB (54,8%)
24 Teknik Kimia – UGM (54,8%)
25 Matematika – ITB (54,6%)
26 Teknik Pertambangan – ITB (54,2%)
27 Teknik Elektro – UNDIP (54,1%)
28 Teknik Industri – UI (54%)
29 Teknik Industri – ITS (53,8%)
30 Farmasi – UNAIR (53,8%)
31 Teknik Mesin – ITB (53,4%)
32 Teknik Penerbangan – ITB (52,9%)
33 Teknik Industri – UNDIP (52,9%)
34 Teknik Elektro – UNBRAW (52,9%
35 Ilmu Komputer – UI (52,8%)
36 Teknik Lingkungan – ITS (52,4%)
37 Pendidikan Dokter – USU (52,1%)
38 Teknik Mesin – UI (52%)
40 Farmasi – UNPAD (51,5%)
41 Teknik Mesin – ITS (51,5%)
42 Arsitektur – UGM (51,4%)
43 Teknik Mesin – UGM (51,4%)
44 Pendidikan Dokter Gigi – UI (51,2%)
45 Pendidikan Dokter – UNAND (50,6%)
46 Arsitektur – ITB (50,3%)
47 Teknik Planologi – ITB (50,1%)
48 Pendidikan Dokter Gigi – UGM (50%)
49 Pendidikan Dokter – UNHAS (50%)
51 Teknik Material – ITB (49,2%)
52 Arsitektur – UNDIP (49,2%)
53 Kimia – ITB (49,1%)
54 Pendidikan Dokter Gigi – UNAIR (49%)
55 Teknik Sipil – ITB (48,7)
56 Teknik Elektro – UNUD (48,5%)
58 Biologi – ITB (47,8%)
59 Teknik Geologi – ITB (47,8%)
60 Pendidikan Dokter Gigi – UNPAD (47,8%)
61 Teknik Mesin – UNDIP (47,8%)
62 Psikologi – UNPAD (47,7%)
63 Teknik Metalurgi dan Material – UI (47,4%)
64 Sistem Informasi – ITS (47,4%)
65 Arsitektur – UI (47,2%)
66 Statistika – UNPAD (47,2%)
67 Biologi – UGM (47,2%)
68 Arsitektur – UNBRAW (47,1%)
 



TOP 100 PASSING GRADE TERTINGGI JURUSAN IPS Tahun 2008
1. Akuntansi – UI (63,9%)
2 Ilmu Hubungan Internasional – UI (63,1%)
3 Akuntansi – UGM (62,1%)
4 Akuntansi – UNPAD (61,2%)
5 Manajemen – UI (61%)
6 Psikologi – UI (60,6%)
7 Ilmu Komunikasi – UNPAD (59,4%)
8 Psikologi – UGM (58,7%)
9 Ilmu Hubungan Internasional – UGM (58,5%)
10 Ilmu Komunikasi – UI (58,3%)
11 Ilmu Hubungan Internasional – UNPAD (58,1%)
12 Manajemen – UGM (57,9%)
13 Akuntansi – UNAIR (57,5%)
14 Ilmu Komunikasi – UGM (57,4%)
15 Ilmu Komunikasi – UNAIR (57,4%)
16 Akuntansi – UNBRAW (57,3%)
17 Sastra Inggris – UGM (56,6%)
18 Ekonomi Pembangunan – UI (56,4%)
19 Psikologi – UNAIR (56,4%)
20 Ilmu Hukum – UI (56,2%)
21 Manajemen – UNAIR (56%)
22 Eko. dan Studi Pembangunan – UGM (55,6%)
23 Akuntansi – UNDIP (55,2%)
24 Manajemen – UNPAD (55,1%)
25 Manajemen – UNBRAW (54,5%)
26 Ekonomi Pembangunan – UNPAD (54,2%)
27 Ilmu Hukum – UGM (54,1%)
28 Manajemen – Univ. 11 Maret Solo (53,9%)
29 Sastra Inggris – UI (53,8%)
30 Ilmu Administrasi Niaga – UI (52,9%)
31 Ilmu Administrasi Niaga – UNPAD (52,2%)
32 Manajemen – USU (52,1%)
33 Ilmu Komunikasi – UNDIP (51,6%)
34 Manajemen – UNDIP (51,5%)
35 Ilmu Hukum – UNPAD (51,4%)
36 Ekonomi Pembangunan – UNAIR (51,1%)
37 Ilmu Hukum – UNAIR (50,7%)
38 Ilmu Administrasi Negara – UGM (50,5%)
39 Ilmu Pemerintahan – UGM (50,4%)
40 Sastra Perancis – UI (50,1%)
41 Sastra Jepang – UGM (50%)
42 Manajemen – UNS (49,9%)
43 Kriminologi – UI (49,6%)
44 Ekonomi Pembangunan – USU (49,5%)
45 Ilmu Administrasi Publik – UNBRAW (49,3%)
46 Ilmu Administrasi Negara – UI (49%)
47 Ilmu Hukum – UNDIP (48,8%)
48 Akuntansi – UNHAS (48,6%)
49 Ilmu Administrasi Negara – UNAIR (48,5%)
50 Ilmu Pemerintahan – UNDIP (48,3%)
51 Ilmu Hukum – UNBRAW (48,3%)
52 Ilmu Hukum – USU (48,2%)
53 Akuntansi – UNSRI (48,1%)
54 Ilmu Hubungan Internasional – UNAIR (47,9%)
55 Manajemen – UNAND (47,9%)
56 Ilmu Politik – UI (47,8%)
57 Sastra Cina – UI (47,8%)
58 Ilmu Hukum – UNSRI (47,7%)
59 Ilmu Komunikasi – UNILA (47,7%)
60 Ilmu Administrasi Negara – UNPAD (47,4%)
61 Sastra Perancis – UGM (47,1%)
62 Akuntansi – Univ. 11 Maret Solo (46,9%)
63 Sastra Rusia – UI (46,7%
64 Sastra Inggris – USU (46,6%)
65 Ilmu Administrasi Fiskal – UI (46,6%)
66 Ilmu Filsafat – UI (46,6%)
67 Manajemen – Univ. Negeri Semarang (46,6%)
68 Akuntansi – USU (46,5%)
69 Sastra Jerman – UI (46,4%)
70 Manajemen – UNHAS (46,4%)
71 Ilmu Hukum – UNAND (46,2%)
72 Ekonomi Pembangunan – UNILA (46,1%)
73 Sastra Inggris – UNPAD (46%)
74 Ilmu Hubungan Internasional – UNHAS (46%)
75 Sastra Inggris – UNAIR (45,8%)
76 Desain Komunikasi Visual – Univ. 11 Maret Solo (45,7%)
77 Sastra Inggris – UNHAS (45,6%)
78 Ilmu Kesejahteraan Sosial – UI (44,9%)
79 Arkeologi – UI (44,7%)
80 Ilmu Hukum – UNSRI (44,7%)
81 Ilmu Administrasi Bisinis – UNBRAW (44,7%)
82 Sosiologi – UI (44,5%)
83 Ilmu Pemerintahan – UNHAS (44,2%)
84 Ekonomi Pembangunan – UNDIP (44%)
85 Ilmu Hukum – UNHAS (44%)
86 Sastra Arab – UI (43,8%)
87 Ilmu Administrasi Negara – Univ. 11 Maret Solo (43,5%)
88 Ilmu Sejarah – UI (43,2%)
89 Desain Interior – Univ. 11 Maret Solo (43,2%)
90 Manajemen – UNUD (43,2%)
91 Ekonomi Pembangunan – UNBRAW (43,1%)
92 Ilmu Pemerintahan – UNPAD (43%)
93 Ilmu Administrasi Niaga – UNDIP (43%)
94 Pend. B. Inggris – UNSRI(42,9%)
95 Ilmu Administrasi Negara – USU (42,7%)
96 Ilmu Administrasi Niaga – UNILA (42,6%)
97 Ekonomi Pembangunan – UNHAS (42,6%)
98 Sastra Inggris – UNBRAW (42,3%)
99 Antropologi Sosial – UI (42%)
100 Akuntansi – UNUD (41,9%)
PASSING GRADE TERTINGGI IPA VERSI LAINNYA :
Passing Grade Regional III
Arsitektur I T S 42.77 IPA
Biologi I T S 31.5 IPA
Desain Produk Industri I T S 33.22 IPA
Fisika I T S 35.69 IPA
Kimia I T S 34.16 IPA
Matematika I T S 36.11 IPA
Statistika I T S 38.91 IPA
Teknik Elektro I T S 49.13 IPA
Teknik Fisika I T S 40.19 IPA
Teknik Geodesi I T S 38.16 IPA
Teknik Industri I T S 48.22 IPA
Teknik Informatika I T S 49.94 IPA
Teknik Kelautan I T S 42.47 IPA
Teknik Kimia I T S 48.80 IPA
Teknik Lingkungan I T S 39 IPA
Teknik Material I T S 35.16 IPA
Teknik Mesin I T S 44.27 IPA
Teknik Perkapalan I T S 47.36 IPA
Teknik Sipil I T S 45.33 IPA
Teknik Sistem Perkapalan I T S 43.47 IPA


PASSING GRADE TERTINGGI IPS VERSI LAINNYA
Antropologi Sosial UNAIR 32.28 IPS
Biologi UNAIR 31.80 IPA
Ekonomi Akuntansi UNAIR 46.81 IPS
Ekonomi Manajemen UNAIR 44.40 IPS
Ekonomi Pembangunan UNAIR 42.87 IPS
Farmasi UNAIR 37.02 IPA
Fisika UNAIR 32.22 IPA
Ilmu Administrasi Negara UNAIR 40.31 IPS
Ilmu Hubungan Internasional UNAIR 43.21 IPS
Ilmu Hukum UNAIR 39.5 IPS
Ilmu Komunikasi UNAIR 41.75 IPS
Ilmu Politik UNAIR 34.75 IPS
Ilmu Sejarah UNAIR 31.71 IPS
Kedokteran Hewan UNAIR 36.25 IPA
Kesehatan Masyarakat UNAIR 35.69 IPA
Kimia UNAIR 32.30 IPA
Matematika UNAIR 33.66 IPA
Pendidikan Dokter UNAIR 43.81 IPA
Pendidikan Dokter Gigi UNAIR 37.97 IPA
Psikologi UNAIR 39.62 IPS
Sastra Indonesia UNAIR 31.03 IPS
Sastra Inggris UNAIR 31.18 IPS
Sosiologi UNAIR 32.12 IPS

Selasa, 26 April 2011

Seto Mulyadi: Ujian Nasional Melanggar Etika dan Kejujuran


Praktisi pendidikan anak, Seto Mulyadi, mengatakan, banyak hal perlu diperhatikan dalam menentukan standar kelulusan nasional. Sangat salah menjadikan ujian nasional sebagai penentu kelulusan tersebut.

"Saya tak setuju UN dijadikan standar kelulusan nasional karena sebaiknya UN dibatasi sebagai upaya pemetaan, bukan penentu kelulusan," kata Seto, Selasa (26/4/2011) di Jakarta.
Pengamat pendidikan yang akrab disapa Kak Seto ini mengatakan, pemetaan yang dimaksud berguna sebagai upaya pemerintah dalam memonitor pemerataan pendidikan nasional. Sebab, saat ini, standar pendidikan di Indonesia belum merata dalam banyak hal, terutama di daerah-daerah pedalaman. Jika UN ditetapkan sebagai penentu kelulusan nasional, katanya, yang terjadi adalah seperti saat ini, yaitu siswa dipaksa tidak jujur dan secara sadar telah melupakan etika dalam dunia pendidikan.

"Coba lihat, sekarang UN telah melanggar etika, kejujurannya tidak ada. Bukan hanya pada siswa, tetapi juga terjadi pada tingkat-tingkat di atasnya karena ini menyangkut kredibilitas, gengsi," ujarnya. UN seharusnya menjadi tolok ukur kualitas pendidikan nasional. UN, kata Seto, sebaiknya tidak dilihat hanya dari sisi kognitif karena banyak pihak melakukan pembenaran yang sebetulnya jauh dari semangat meningkatkan mutu pendidikan.

"Gara-gara UN akhirnya mereka melakukan pembenaran-pembenaran dengan membocorkan soal dan mencontek. Ini sangat jauh dari semangat dan tujuan meningkatkan mutu pendidikan. Untuk itu, semua pihak, termasuk media, perlu mengkritisi UN secara serius," ungkap Seto. (sumber: Kompas.com/2642011)

Walikota Surabaya, Tri Rismaharini: Prestasi Tidak Bisa Dijadikan Alasan Pelanggaran

Prestasi SDN Tandes Lor meningkat selama kepala sekolahnya dipegang Wahyuningsih sekitar 8 tahun lebih. Namun bagi Walikota Surabaya Tri Rismaharini, hal itu tidak bisa dijadikan alasan melakukan pelanggaran. Prestasi yang diraih Wahyuningsih selama memimpin SDN Tandes Lor selama 8 tahun lebih cukup moncer. Selain mendapat bantuan dan penghargaan dari negara Jepang dan Inggris, para siswa juga meraih prestasi di ajang lomba.

Dari catatan prestasi yang ditempel di dinding sekolahan, diantaranya lomba penyuluhan lingkungan hidup tingkat kota menjadi penampilan terbaik tahun 2010. Penghargaan itu merupakan ururtan yang ke 133. Meski prestasi Wahyuningsih selama memimpin SDN Tandes Lor bersinar, rupanya di balik itu para siswa maupun guru dicekam rasa ketakutan terhadap perlakuan kasar yang dilakukan kasek. Selain melakukan kekerasan verbal seperti menghina siswi sebagai anak perex (pelacur) juga melakukan kekerasan fisik seperti memukul dan mencakar siswa.

Para guru pun juga ada yang mendapatkan hukuman disuruh berdiri menghadap ke tiang bendera dengan alasan yang tidak mendasar dan banyak perlakuan kasar lainnya. "Tidak ada kaitannya antara prestasi dengan pelanggaran. Justru dia punya prestasi harus menjaga. Apalagi ini kan seorang pendidik, yang dia harus memberikan contoh yang baik untuk anak-anaknya. Bukan prestasi dia bisa melakukan sesuai dengan keinginannya," kata Walikota Surabaya Tri Rismaharini kepada wartawan usai sidang paripurna di gedung DPRD Surabaya, Jalan Yos Sudarso, Selasa (26/4/2011).

Saat ditanya, apakah Wahyuningsih akan dicopot dari jabatannya sebagai kepala sekolah, Risma mengaku menunggu hasil pemeriksaan yang dilakukan inspektorat dan psikolog. "Makanya nanti kita lihat sejauh mana laporannya. Taruhlah dia, mungkin dia punya beban psikolog atau apa, sehingga keluar kata-kata seperti itu. Nanti kita cek ke psikolog," tuturnya.

Jika hasil dari inspektorat dan psikolog turun, tidak menutup kemungkinan Wahyuningsih akan dicopot dari jabatannya dan akan ditempatkan di bagian administrasi. "Setelah laporan dari inspektorat, kemudian psikolog merekomendasikan untuk tidak menjadi pengajar, dia kita rekomendasikan untuk menjadi administrasi," tegas Rismar: Gresnews.com)

Kelemahan Pengawas Surabaya Benamkan Prestasi Kepala Sekolah Wahyuningsih

Tiba-tiba, kasus Wahyuningsih dibawa ke sidang dewan melalui pola hearing atau dengar pendapat yang dihadiri oleh banyak pihak, dewan, guru, orangtua, siswa, dan dinas pendidikan dengan satu tujuan mendengarkan keluhan siswa dan komentar kepala sekolah. Karuan saja, karena fokusnya untuk membicarakan kepala sekolah, dan semua tertuju ke kepala sekolah, lalu kepala sekolah itu tidak punya kawan untuk membantu berbicara, pastilah ujungnya Wahyuningsih sang kepala sekolah Tandes Lor menjadi bulan-bulanan atau objek sangkaan. Cobalah sedikit berpikir jernih dengan cara behind two side dengan kondisi yang tidak bersifat mendakwa, tentu akan diperoleh jawaban yang lebih bernuansa dunia pendidikan.

Taruhlah Wahyuningsih telah melakukan kesalahan dalam menerapkan disiplin bagi siswa-siswanya, tentu  pengawas setempat tahu dan memberikan teguran atau para guru menyampaikan keluhan. Bila saja keluhan itu memuncak, tentu tidak dibawa ke dewan yang bernuansa politik tetapi dibawa ke dinas pendidikan. Kalau begitu, kerja pengawas di Kecamatan Tandes apa saja? Sampai-sampai tindakan Wahyuningsih tidak diketahui sebelumnya. Lalu, dinas pendidikan mengapa tidak bergerak untuk menyelesaikan sebelum ke dewan? Apakah jika ada tindakan seperti itu selalu dibawa ke hearing dewan?

Jika kasus-kasus pengelolaan pendidikan langsung dibawa ke dewan, betapa kasihannya dewan karena terhambat dalam peran legislasinya. Cobalah diperankan para pengawas untuk cegah dini. Pengawas pendidikan tentunya mempunyai segudang pengalaman dalam mengantisipasi tindakan guru atau kepala sekolah. Wahyuningsih adalah korban bagi ketidakjalanan pola pendidikan di Surabaya.

Seolah-olah pengawas pendidikan Surabaya telah membenamkan prestasi kepala sekolah. lalu, kepala sekolah mana yang mau melangkah demi kebaikan jika sedikit salah saja langsung di sidang ke dewan. Garduguru bukannya setuju atas tindakan Wahyuningsih karena tindakan itu manyalahi asasi pendidikan. Namun, sebagai pelaksana pendidikan, Wahyuningsih juga mempunyai hak dasar manusiawi yang sedang menjalankan tugas.

Sertifikasi Guru 2011

Bagi yang belum tersertifikasi atau belum mempunyai sertifikat pendidik, bulan-bulan ini amatlah cemas karena menjelang penilaian sertifikasi. lalu, bagaimana sistem tahun ini?

Tahun ini pada hakikatnya sangat sama dengan pola tahun lalu. Hanya saja, tahun ini, kuota untuk portofolio sangat sedikit atau sekitar 1% dari kuota 300.000. Kesempatan untuk portofolio sangat sempit. Apalagi, yang akan portofolio harus benar-benar berprestasi dan mempunyai kesiapan diri. Guru yang akan menempuh portofolio haruslah mengikuti uji tes secara on-line terlebih dahulu. Jika lolos uji tes itu, guru yang bersangkutan barulah menyusun berkas portofolionya. Jika tidak lolos uji tes on-line, guru tersebut langsung mengikuti PLPG.

Berarti sangat enak ikut PLPG saja? Belum tentu. memang PLPG tidak perlu menyusun portofolio lagi. Namun, guru yang ikut PLPG haruslah siap untuk mengikuti proses pendidikan dan pelatihan selama 20 hari dengan waktu yang benar-benar terjadwal. Guru dinilai dari empat aspek, yakni aspek tes, peer teaching, penugasan, dan teman sejawat.

Jika tidak lolos PLPG, guru yang bersangkutan diberi kesempatan untuk ulang uji selala dua kali. Jika masih saja tidak lolos, guru tersebut pembinaannya diserahkan ke dinas pendidikan kabupaten tempat asal guru yang bersangkutan.

Artinya, sertifikasi guru harus diikuti dengan maksimal, serius, dan penuh motivasi agar didapatkan hasil yang maksimal pula. Selamat mengikuti program seritifikasi guru 2011

Job Creation di Negara Lain


Di Indonesia, job creation atau penciptaan lapangan kerja lebih banyak diisi oleh masyarakat sendiri dengan segala kemampuannya. Pemerintah hanya memfasilitasi namun tidak dapat menjangkau ke tingkat yang lebih bawah. Banyak sarjana menganggur karena dalam masa studinya tidak pernah dirambah pola penciptaan lapangan pekerjaan. Seolah-olah, penciptaan lapangan pekerjaan merupakan sesuatu yang sangat sulit. Banyak sarjana maunya menjadi pegawai negeri sedangkan yang bercita-cita menciptakan lapangan kerja sendiri hanya segelintir orang kalau tidak boleh dikatakan tidak ada. 

Lalu, bagaimana dengan negara lain? Berikut ini sedikit kisah dari negara lain.

Kanada

Kanada memiliki banyak program penciptaan lapangan kerja baik di tingkat federal dan provinsi. Pada tingkat federal ditangani oleh bagian dari Pengembangan Sumber daya Manusia Kanada (HRDC). Ada beberapa program penciptaan lapangan kerja bagi banyak kelompok seperti mahasiswa, nelayan, dan kelompok minoritas. Instansi pemerintah mensubsidi organisasi HRDC  yang menawarkan kesempatan kepada peserta yang memenuhi syarat  untuk memelihara atau meningkatkan keterampilan kerja. Para pekerja pemula bisa bertahan hingga satu tahun, serta peserta memperoleh pengalaman kerja baru dan jaringan dengan orang lain. Hal ini meningkatkan kemungkinan peserta dapat mencari pekerjaan jangka panjang.


Cina

Sebagai salah satu penerima FDI terbesar di dunia, Cina tak diragukan lagi memiliki keuntungan dari perusahaan multinasional asing dalam berbagai hal. Namun, salah satu tantangan utama bagi Cina adalah penciptaan pekerjaan, karena pengaruh FDI terhadap penciptaan lapangan kerja dapat dikatakan tidak pasti. Efeknya tergantung pada jumlah pekerjaan yang diciptakan di dalam perusahaan asing serta pengaruh FDI terhadap penciptaan lapangan kerja di perusahaan-perusahaan domestik. Dampak positif dari penciptaan lapangan kerja di perusahaan asing dikaitkan dengan karakteristik perusahaan mereka dan, khususnya, akses mereka ke pasar ekspor. 


Jerman

Meskipun Hitler di awal 1930-an melihat pembangunan sistem kerja dengan nama autobahn sebagai keunggulan militer, pembangunan  sistem kerja autobahn yang disediakan juga untuk massa yang terkena dampak krisis JermanPembangunan Autobahn memiliki manfaat dari sisi penciptaan industri wisata baru.


Selandia Baru

Sejarah penciptaan lapangan kerja di Selandia Baru dimulai pada  awal 1930-an. Selama periode stagnasi ekonomi, solusi yang lebih konstruktif muncul. Contoh adalah TEP (Temporary Employment Program) dan PEP (Proyek Kerja Program) tahun 1970-an. Uang disediakan olehpemerintah daerah untuk menutupi beberapa biaya bahan dan administrasi, untuk proyek-proyek seperti konstruksi trotoar dan jalan setapak. Kalau di Indonesia semacam padat karya.


Amerika Serikat

Skala besar pertama program penciptaan lapangan kerja di Amerika Serikat diperkenalkan sebagai bagian dari New Deal selama resesi . Departemen seperti pekerjaan administrasi sipil, pekerjaan administrasi umum,Korps Konservasi Sipil dan yang paling menonjol dalam kemajuan pekerjaan administrasi  yang dapat menciptakan ribuan pekerjaan bagi para penganggur.

Senin, 25 April 2011

Perbedaan Penelitian Tindakan Kelas dengan Lesson Study

Apa sih perbedaan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan Lesson Study (LS)? Perbedaan kedua penelitian itu terletak pada proses pelaksanaannya di kelas. PTK sebagai penelitian tindakan untuk memperbaiki kondisi kelas guru yang bersangkutan menitikberatkan pada peningkatan kondisi belajar dari kondisi rendah bergeser ke kondisi tinggi sesuai dengan yang diharapkan guru. Sedangkan LS lebih mengarah pada penerapan perencanaan pembelajaran yang mampu diterapkan di kelas sehingga diperoleh hasil yang maksimal. PTK dilaksanakan oleh guru kelas yang bermasalah sedangkan LS dapat dilaksanakan oleh guru lain yang akan melaksanakan perbaikan.

Kata kunci PTK adalah tindakan guru dalam memperbaiki problematika yang muncul dari kelasnya. Guru yang sering merefleksikan kondisi kelasnya akan dengan cepat menemukan problematika untuk PTK. Namun, sebaliknya, guru yang tidak pernah melihat kembali pembelajaran yang dilakukannya tidak akan pernah mampu memunculkan problematika pembelajaran di kelasnya.

Kata kunci LS adalah problematika pembelajaran yang perlu dikaji melalui plan, do, see. LS perlu direncanakan dengan sebaik-baiknya yang melibatkan banyak orang untuk memberikan masukan perencanaan itu. Setelah rencana dianggap matang, guru melakukan pembelajaran di kelas dengan diamati oleh beberapa orang yang sebelumnya telah mengikuti perencanaan bersama dengan guru kelas. Kemudian, di ruangan tersendiri, guru bersama para pengamat berdiskusi tentang pembelajaran yang telah dilaksanakan. Kebenaran pelaksanaan LS berdasarkan masukan pada pengamat dan hasil guru dalam melaksanakan pembelajaran.

Tim Robot UGM, ITB, dan UNIKOM Juara di Negeri Obama


Inilah kebanggan bangsa Indonesia. Ternyata dari generasi mudanya terlahir darah prestasi. Tim robot dari Indonesia berhasil menjuarai kompetisi robot Trinity College Fire Fighting Home Robot Contest di Hartford, Connecticut, AS, 9-10 April 2011. Tidak tanggung-tanggung, semua robot yang dikirim oleh Institut Teknologi Bandung, Universitas Gajah Mada, dan UNIKOM berhasil menggondol gelar juara. "Semua robot perwakilan Indonesia juara semua. Membanggakan," tulis Kusprasapta Mutijarsa, pembimbing tim robot dari ITB, dalam akun Twitter miliknya, @kusprasapta.

Tiga robot buatan mahasiswa UNIKOM, Bandung, yang mewakili Indonesia untuk kategori RoboWaiter menang pada hari pertama. Robot DU99 RWE juara pertama untuk level advancedserta juara pertama dan meraih posisi kedua pada level standar.

RoboWaiter dalam kompetisi ini merupakan kategori robot yang dirancang menjalankan aktivitas simulasi membantu manusia. Dua robot buatan mahasiswa ITB yang mewakili jenis robot berkaki (legged robot) meraih kemenangan pada hari kedua. Kedua robot yang diberi nama Zarqun dan ASA masing-masing juara pertama dan meraih posisi kedua untuk kategori Walking Robot.

Sementara itu, dua robot buatan mahasiswa UGM yang mewakili Indonesia di kategori Senior Wheeled Robot juga meraih juara. Dua robot beroda yang diberi nama Koplax dan Iron masing-masing juara pertama dan meraih posisi kedua. (Sumber: Kompas.com)

Mendiknas, Muhammad Nuh: Ada 500 Ribu Anak Putus Sekolah


Pendidikan di Indonesia mempunyai permasalahan besar karena masih ada anak-anak putus sekolah karena terkait masalah ekonomi. "Faktanya dari 321 juta jumlah siswa SD di tanah air, terdapat 1,7 persen atau sekitar 500 ribu siswa putus sekolah", kata Mendiknas Prof Dr Ir Muhammad Nuh, DEA ketika tampil sebagai keynote speaker pada seminar nasional peringatan satu abad KH Abdul Wahid Hasyim, Sabtu (23/4) di kampus II UMA Jalan Sei Serayu Medan.
Lebih lanjut,Mendiknas mengatakan, banyaknya anak SD putus sekolah dan banyaknya siswa yang tak dapat melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi karena akses perguruan tinggi masih sulit dijangkau. Perguruan tinggi kita, kata M Nuh kalah bersaing dengan perguruan tinggi negara lain karenanya menjadi tugas bersama untuk membenahinya.

Pusdiklatda Kepramukaan Jawa Timur Loloskan 101 Pembina Pramuka

Sebanyak 101 pembina baru diloloskan Pusdiklatda Kepramukaan Jawa Timur setela mereka menempuh KMD (Kursus Mahir Dasar) pada 21--24 April 2011 di  pusdiklat kepramukaan Argasonya Jawa Timur. KMD itu diselenggarakan oleh gugusdepan 413-414 yang berpangkalan Universitas Negeri Surabaya. Para peserta berasal dai berbagai perguruan tinggi di Jawa dan gudep yang berpangkalan di sekolah. Kelas KMD dibagi menjadi tiga, yakni kelas Argasonya 112, 113, dan 114.

Pola kursus dilaksanakan dengan cara baru, yakni pola integratif dan menggunakan metode kepramukaan sebenarnya. Selama ini, KMD biasanya dijalankan dengan pola jam dan pola kelas. Maksudnya, pelatih bergantian memberikan materi di kelas berdasarkan jam yang terjadwal. "KMD kali ini sangat lain karena menggunakan pola integratif", kata Suyatno. Pelatih siaga secara penuh memandu kesiagaan dari awal sampai akhir sehingga peserta dapat dengan maksimal mendalami materi.

Job Creation bagi Pramuka: Pendidikan Karakter Sekaligus Enterpreuner

Sebanyak 50 pamong satuan karya (special troop leader) melakukan pendidikan pamong saka di Koarmatim AL di Kompleks AL Ujung Surabaya pada 22--23 April 2011. Mereka dipandu langsung oleh beberapa pelatih pembina pramuka Kwarda Jawa Timur dan pelatih Kolatarmatim, TNI-AL.

Pramuka yang bergabung dalam satuan karya merupakan sosok yang berintegrasi dengan pendidikan karakter dan sekaligus enterpreuner jika ditangani serius oleh pembinanya. "Pembina atau pamong saka harus dapat membuat peserta didiknya berpeluang untuk kaya. Kaya pikirannya, kaya jiwanya, kaya hatinya, dan kaya hidupnya", kata Dr. Suyatno, M.Pd., selaku pelatih yang memandu para pamong tersebut. Peserta diajak membuat kaya peserta didiknya melalui job creation dengan penciptaan lapangan kerja yang begitu luas dan beragam.

Malamnya, peserta melakukan uji diri agar mempunyai kepercayaan diri berbasis disiplin dengan cara caraka malam. Kegiatan itu dipandu oleh para perwira sebagai pelatih kolatarmatim TNI-AL. Caraka malam berlangsung seru dan mengesankan bagi peserta. Ada peserta yang keluar rute karena kurang cermat dan tidak disiplin diri. Paginya, peserta berkunjung ke kapal Dewa Ruci. Setelah itu, peserta bermain senjata untuk melatih konsentrasi diri.

Kamis, 21 April 2011

Doakan Kartini dengan Khidmat

Tidak ada ruginya, semua bangsa Indonesia yang saat ini masih hidup mendoakan Ibu Pahlawan kita, Kartini dengan khidmat. Soalnya, ibu kita bisa membaca lalu mengajari kita untuk sekolah karena inspirasi Sang Kartini.

Tidak ada ruginya, semua warga Indonesia menuliskan kata terima kasih untuk Ibu Kartini besar-besar di sebuah buku tulis yang memang khusus disiapkan untuk tulisan itu. Agar pikiran kita tidak akan pernah lari dari sebuah sejarah Indonesia.

Tidak ada ruginya, semua insan Indonesia mematikan aliran listrik di rumah saat malam tiba selama sepuluh menit kemudian nyalakanlah lilin di kegelapan itu. Pastilah akan terjadi terang yang memberikan cahaya mata bersinar. Lalu, biar kita dapat memaknai gelap yang ditutup dengan terang.

Tidak ada ruginya, semua manusia Indonesia memberikan cerita ke orang lain tentang kekuatan jiwa Kartini dalam menghadapi zamannya. Kekuatan seorang wanita dalam situasi kungkungan pria dalam zaman penjajahan.

Tdak ada ruginya, kita semua mengajari membaca generasi baru agar kelak dapat memaknai bacaan kehidupan yang sebenarnya. Sang Kartini juga melalui membaca sebagai langkah awal menuju terang.

Pahlawan Ibu Kita Kartini Masih di Kegelapan karena Belum Habis Terang

Memang sebuah harapan yang mencerahkan jika semua berharap habis gelap terbitlah terang. Tidak ada satupun orang yang berharap habis gelap lalu gelap lagi. Nah, isi surat-surat Kartini mengindikasikan cita=cita terang dari sebuah kegelapan. Namun sayangnya, kaum perempuan saat ini lebih berada di kegelapan, yakni gelap akan sinar kebebasan karena lebih terikat dengan mal dan gaya kaum nasistis. 


"Habis Gelap Terbitlah Terang"  layaknya perlu dibaca oleh semua perempuan dan warga laki-laki agar terdapat dunia terang yang tidak akan pernah gelap lagi. Surat Kartini sangat menginspirasi pembaca untuk meyakini bahwa dunia terang sudah dicita-citakan oleh nenek moyang Indonesia. Surat Kartini pertama kali diterbitkan dalam sebuah buku berjudul "Door Duisternis Tot Licht" pada tahun 1911. Buku tersebut disusun oleh JH Abendanon, salah seorang sahabat pena Kartini yang saat itu menjabat sebagai menteri (direktur) kebudayaan, agama, dan kerajinan Hindia Belanda. Buku ini dicetak sebanyak lima kali, dan pada cetakan terakhir terdapat tambahan surat Kartini. Dalam bahasa Inggris, surat-surat Kartini juga pernah diterjemahkan oleh Agnes L Symmers.

Pada 1922, oleh Empat Saudara, Door Duisternis Tot Licht disajikan dalam bahasa Melayu dengan judul "Habis Gelap Terbitlah Terang; Boeah Pikiran". Buku ini diterbitkan oleh Balai Pustaka. Armijn Pane, salah seorang sastrawan pelopor Pujangga Baru, tercatat sebagai salah seorang penerjemah surat-surat Kartini ke dalam "Habis Gelap Terbitlah Terang". Ia pun juga disebut-sebut sebagai Empat Saudara. Pada 1938, buku "Habis Gelap Terbitlah Terang" diterbitkan kembali dalam format yang berbeda dengan buku-buku terjemahan dari Door Duisternis Tot Licht. Buku terjemahan Armijn Pane ini dicetak sebanyak sebelas kali. Selain itu, surat-surat Kartini juga pernah diterjemahkan ke dalam bahasa Jawa dan Sunda.

Kartini sangat kritis pada zamannya terhadap situasi yang berkembang di lingkungan hidupnya. Daya serap pengamatannya sangat kuat terhadap kondisi rakyat yang sebenarnya.  Pengamatan itu terlihat pada tulisan kartini tentang Dirundung cita- cita, dihambar kasih sayang. Surat-surat Kartini pada bagian ini terutama berisi harapannya untuk memperoleh "pertolongan" dari luar. Pada perkenalan dengan Estelle "Stella" Zeehandelaar, Kartini mengungkap keinginan untuk menjadi seperti kaum muda Eropa. Ia menggambarkan penderitaan perempuan Jawa akibat kungkungan adat, yaitu tidak bisa bebas duduk di bangku sekolah, harus dipingit, dinikahkan dengan laki-laki yang tak dikenal, dan harus bersedia dimadu.

Pandangan-pandangan kritis lain yang diungkapkan Kartini dalam surat-suratnya adalah kritik terhadap agamanya. Ia mempertanyakan mengapa kitab suci harus dilafalkan dan dihafalkan tanpa diwajibkan untuk dipahami. Ia ungkapkan juga tentang pandangan: dunia akan lebih damai jika tidak ada agama yang sering menjadi alasan manusia untuk berselisih, terpisah, dan saling menyakiti. "...Agama harus menjaga kita daripada berbuat dosa, tetapi berapa banyaknya dosa diperbuat orang atas nama agama itu..." (hlm 45).

Kartini juga mempertanyakan tentang agama yang dijadikan pembenaran bagi kaum laki-laki untuk berpoligami. Bagi Kartini, lengkap sudah penderitaan perempuan Jawa yang dunianya hanya sebatas tembok rumah dan "tersedia" untuk dimadu pula. Pada bab awal ini, gugatan-gugatan Kartini ditampilkan untuk menggambarkan kekritisannya sebagai perempuan Jawa.

Kartini sangat mencintai sang ayah. Namun ternyata, cinta kasih terhadap sang ayah tersebut juga pada akhirnya menjadi kendala besar dalam mewujudkan cita-cita. Sang ayah, dalam surat, juga diungkapkan begitu mengasihi Kartini. Ia disebutkan akhirnya mengizinkan Kartini untuk belajar menjadi guru di Betawi, meski sebelumnya tak mengizinkan Kartini untuk melanjutkan studi ke Belanda ataupun untuk masuk sekolah kedokteran di Betawi.

Keinginan Kartini untuk melanjutkan studi-terutama ke Eropa-memang diungkap dalam surat-surat. Beberapa sahabat penanya mendukung dan berupaya mewujudkan keinginan Kartini tersebut. Dan ketika akhirnya Kartini membatalkan keinginan yang hampir terwujud tersebut, terungkap adanya kekecewaan dari sahabat-sahabat penanya. Niat dan rencana untuk belajar ke Belanda tersebut akhirnya beralih ke Betawi saja setelah dinasihati oleh Nyonya Abendanon bahwa itulah yang terbaik bagi Kartini dan adiknya Rukmini.

Kemudian, pada pertengahan tahun 1903 saat berusia sekitar 24 tahun, niatan untuk melanjutkan studi menjadi guru di Betawi pun pupus. Dalam sebuah surat kepada Nyonya Abendanon, Kartini mengungkap tidak berniat lagi karena ia sudah akan menikah. "...Singkat dan pendek saja, bahwa saya tiada hendak mempergunakan kesempatan itu lagi, karena saya sudah akan kawin..." (hlm 193). Padahal saat itu pihak departemen pengajaran Belanda sudah membuka pintu kesempatan bagi Kartini dan Rukmini untuk belajar di Betawi.

Pada saat menjelang pernikahan, terdapat perubahan penilaian Kartini soal adat Jawa. Ia menjadi lebih toleran. Ia menganggap pernikahan akan membawa keuntungan tersendiri dalam mewujudkan keinginan mendirikan sekolah bagi para perempuan bumiputra kala itu. Kartini akhirnya menikah dengan bupati Rembang pada tanggal 12 November 1903. Dalam surat-suratnya, Kartini menyebutkan bahwa sang suami tidak hanya mendukung keinginannya untuk mengembangkan ukiran Jepara dan sekolah bagi perempuan bumiputra saja, tetapi juga disebutkan agar Kartini dapat menulis sebuah buku.

Kartini wafat pada 13 September 1904 setelah melahirkan seorang anak laki-laki. Pada surat-surat terakhir kepada suami istri Abendanon, Kartini sudah mengetahui perihal ajal yang hampir tiba. Surat terakhir ditujukan pada Nyonya Abendanon, 7 September 1904. Kartini wafat pada usia 25 tahun. Demikian surat-surat Kartini yang dirangkai oleh Armijn Pane dalam "Habis Gelap Terbitlah Terang".


Guru Perlu Tahu Ciri Anak Autis agar Cepat Menanganinya

Autisme adalah salah satu dari kelompok masalah perkembangan yang serius dan disebut autism spectrum disorder (ASD) yang terjadi pada awal masa kanak-kanak –biasanya sebelum umum 3 tahun.  Gejala dan tingkat keparahannya bervariasi, semua autisme mempengaruhi kemampuan anak-anak dalam berkomunikasi dan berinteraksi dengan orang lain. Tidak ada penyembuh untuk kondisi autisme ini, perawatan dini dan intensif dapat membuat perubahan besar dalam hidup banyak anak dengan gangguan ini.

Anak dengan autisme umumnya memiliki masalah pada tiga area krusial perkembangannya –interaksi social, bahasa dan kebiasaan. Tetapi karena gejala autisme sangat berbeda-beda, dua anak dengan diagnosis yang sama dapat memiliki kebiasaan dan kemampuan yang berbeda. Pada banyak kasus, autisme yang parah ditandai dengan ketidakmampuan secara total untuk berkomunikasi atau berinteraksi dengan orang lain.


Beberapa anak menunjukkan gejala autisme pada awal masa pertumbuhannya. Anak lain tumbuh secara normal pada beberapa bulan atau tahun pertama kemudian secara tiba-tiba mengalami kemunduran, menjadi agresif atau hilang kemampuan berbahasa yang telah mereka miliki. Meskipun anak dengan autisme memiliki pola masing-masing yang unik, ada beberapa gejala autisme yang umum, antara lain:

Kemampuan bersosialisasi:
•    Gagal menyebutkan namanya
•    Kontak mata yang sedikit
•    Sering tidak mendengarkan orang yang berbicara kepadanya
•    Tidak mau dipeluk atau digenggam
•    Muncul ketidaksadaran akan perasaan lain
•    Suka bermain sendiri –tenggelam di dalam “dunia”nya

Bahasa
•    Mulai berbicara setelah berusia 2 tahun, dan memiliki penundaan kemampuan dalam 30 bulan
•    Hilang kemampuan yang telah dimiliki sebelumnya untuk berkata
•    Tidak membuat kontak mata ketika meminta sesuatu
•    Berbicara dengan nada atau ritme yang tidak normal –mungkin menggunakan suara seperti menyanyi atau seperti robot
•    Tidak dapat memulai pembicaraan atau mempertahankan pembicaraan
•    Mungkin mengulang kata atau ucapan, tetapi tidak mengerti bagaimana menggunakannya

Kebiasaan
•    Menunjukkan gerakan yang berulang, seperti berayun, berputar atau bertepuk tangan
•    Menunjukkan ritual atau rutinitas tertentu
•    Bergerak secara konstan
•    Kagum terhadap bagian benda tertentu, seperti roda mobil mainan yang berputar

Anak dengan autisme juga memiliki waktu yang sulit untuk berbagi pengalaman dengan orang lain. Pengembangan kemampuan bersosialisasi di usia dini krusial pada perkembangan berbahasa dan bersosialiasi di kemudian hari.

Setelah dewasa, beberapa anak dengan autisme menjadi lebih akrab dengan orang lain dan menunjukkan sedikit gangguan pada kebiasaannya. Beberapa diantaranya biasanya telah menjadi hidup secara normal atau mendekati normal dengan berakhirnya masalah yang parah saat sebelumnya. Beberapa yang lain memiliki kesulitan pada kemampuan berbahasa atau bersosialisasi, dan usia dewasa dapat berarti memburuknya masalah ini.

Banyak anak dengan autisme lambat untuk meningkatkan kemampuan atau pengalaman baru, dan beberapa memiliki tanda rendahnya kecerdasan. Anak lain dengan autisme normal untuk memiliki kecerdasan tinggi. Anak ini belajar dengan cepat saat memiliki kesulitan berkomunikasi, menerapkan apa yang mereka ketahui dalam hidup setiap hari dan menyesuaikan diri pada situasi sosial.  Sejumlah kecil diantara anak dengan autisme adalah “sarjana autistic” dan memiliki kemampuan luar biasa pada hal tertentu yang spesifik, seperti seni, matematika atau musik.
Penyebab
Autisme adalah masalah yang kompleks. Dua anak dengan autisme tidaklah serupa. Pada banyak kasus penyebab kondisi ini antara lain:
•    Masalah genetik. Beberapa gen menunjukkan keterkaitan dengan autisme. Beberapa mungkin membuat anak lebih rentan terkena gangguan; mempengaruhi perkembangan otak atau cara sel otak berkomunikasi.
•    Faktor lingkungan. Banyak masalah kesehatan terjadi akibat faktor genetik dan lingkungan. Sebagai contoh para ahli menemukan bahwa infeksi virus dan polusi udara memainkan peran terhadap autisme.

Faktor risiko
Autisme mempengaruhi anak-anak dari semua ras dan bangsa, tetapi faktor tertentu meningkatkan risiko. Antara lain:
•    Anak laki-laki tiga atau empat  kali lebih mungkin terkena autisme daripada anak perempuan.
•    Keluarga yang memiliki satu anak dengan autisme mengalami peningkatan risiko memiliki anak lain dengan gangguan ini. 
•    Anak dengan kondisi medis tertentu memiliki risiko lebih tinggi mengalami autisme. Kondisi tersebut antara lain fragile X syndrome, faktor keturunan yang menyebabkan masalah kecerdasan, tuberous sclerosis, kondisi dimana tumor jinak terjadi di otak, gangguan neurological Tourette syndrome dan epilepsi yang menyebabkan kejang.
•    Memiliki anak pada usia tua meningkatkan risiko memiliki anak dengan autisme.

Pencegahan
Tidak ada cara untuk mencegah autisme. Autisme dapat dilakukan perawatan dan anak-anak dapat memperbaiki kemampuan berbahasa dan bersosialiasi dengan perawatan tersebut. Jika anak anda didiagnosis dengan autisme, katakan pada dokter anak anda mengenai mengenai membuat strategi perawatan untuk anak anda. Tetap ingat bahwa anda mungkin perlu mencoba beberapa perawatan yang berbeda sebelum menemukan kombinasi terbaik untuk anak anda.  (sumber: Kompas Health.com)