Rabu, 27 Mei 2015

Pekan Gerakan Indonesia Membaca dan Menulis di Maluku Berlangsung Lancar dan Memukau



               Orang tidak akan lihai dengan teks jika hanya memahami teks melalui mendengarkan ceramah dari sebuah pelatihan atau membaca buku tentang teks. Jika ingin lihai memproduksi teks, seseorang perlu langsung memproduksi teks sehingga akan lebih menguasai teks karena berpraktik langsung. Konsep itulah yang dilakukan Kantor Bahasa Provinsi Maluku dalam rangka melatihkan penulisan teks ke para guru di Ambon dan Maluku Tengah. Ternyata, konsep itu lebih mengena dan disukai oleh para guru bahasa Indonesia yang menjadi pesertanya.
               Pelatihan penulisan teks bagi guru di Ambon dan Leihitu Maluku Tengah dikemas dalam acara Pekan Gerakan Indonesia Membaca dan Menulis yang berlangsung pada 18—26 Mei 2015 di empat lokasi, yakni SMAN 1 Ambon, SMAN 5 Ambon, SMPN 14 Ambon, dan SMAN 1 Leihitu,  Maluku Tengah. Dalam kegiatan tersebut terdapat empat kegiatan yang dilaksanakan sekaligus di setiap tempat, yakni Lomba Baca Puisi bagi Siswa, Lomba Membaca Berita TV bagi Siswa, Pelatihan Menulis Cerpen bagi Siswa, dan Pelatihan Penulisan Teks bagi Guru Bahasa Indonesia. Di setiap sekolah, kegiatan dilaksanakan selama dua hari.
               Kantor Bahasa Provinsi Maluku cukup cermat ketika memilih fasilitator dan juri untuk mengawal kegiatan tersebut. Hal itu dibuktikan dengan hasil yang maksimal. Untuk penulisan Cerpen bagi siswa, rata-rata peserta menyatakan puas dan senang karena dapat menghasilkan 1 sampai 4 cerpen akibat cara memfasilitasi narasumber sangat mantap. Metode berbasis siswa diterapkan dengan motivasi yang disenangi anak. Narasumber penulisan cerpen adalah Puji Santosa dari Badan Bahasa Jakarta yang telah menulis puluhan buku. Kemudian, narasumber kedua adalah Prof. Dr. Wahyudi yang sangat lihai dalam memfasilitasi anak-anak. Hasilnya, banyak cerpen siswa yang terkumpul dengan ciri khas bahasa remaja.
               Dalam pelatihan penulisan teks, narasumber yang dipasang adalah Prof. Dr. Suyatno, M.Pd. yang berpengalaman dalam memfasilitasi guru dalam memproduksi teks. Hasilnya, dalam dua hari, guru mampu memproduksi lima teks, yakni esai, puisi, anekdot, eksemplum, dan cerita pendek. Peserta merasakan betapa mudahnya menulis teks. Cara memfasilitasi narasumber ini cukup unik karena dengan permainan dan metode yang baru. Guru-guru merasakan baru kali ini mampu membuat teks dengan sesungguhnya. “Tidak terasa, kami menulis teks dengan sendirinya,” ujar salah satu peserta.
               Lomba baca puisi juga meriah karena puisi yang dibacakan sangat kontekstual dan dipandu langsung oleh sastrawan Ambon, Rudy Pofid dan guru yang berpengalaman. Kemudian, lomba membaca berita TV langsung ditangani oleh praktisi dari TVRI Maluku. Kedua lomba itu memukau karena di setiap kesempatan selalu penuh dengan peserta dan penonton.
               Kegiatan seperti di atas tampaknya perlu dilaksanakan se-Indonesia sehingga lebih banyak lagi guru yang berpengalaman langsung dalam membuat teks. Siswa akan lebih banyak yang membaca puisi dan berita. Untuk itu, para pemangku kantor bahasa atau balai bahasa di Indonesia perlu mengadopsi kegiatan serupa dengan caranya sendiri.
               Bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan dan negara memang harus dikawal sehingga benar-benar di hati penggunanya. Bahasa Indonesia harus terus-menerus dikenalkan secara mendalam agar muncul kebanggaan yang serta-merta. Apalagi, saat ini, muncul perusak bahasa yang jika dibiarkan akan menggrogoti kualitas bahasa Indonesia. Perusak itu adalah harga diri bangsa Indonesia yang mulai bergeser ke penggunaan bahasa Inggris. Penjungkirbalikkan kata bahasa Indonesia untuk memenuhi keperluan bermedia sosial. Liha saja, pesan pendek di ponsel para anak muda, kebebasan menggunakan kata semakin banyak penyimpangan. Kata dan kalimat seenaknya saja diubah-ubah.
               Inisitatif Toha Maksum, selaku kepala Kantor Bahasa Provinsi Maluku cukup diacungi jempol karena mampu mewujudkan pesta berbahasa yang berbasis peserta. Apalagi, kru Kantor Bahasa Maluku sangat kompak dan bertanggung jawab sehingga kegiatan berjalan lancar. Panitia saling mengisi dan membantu dalam melancarkan kegiatan. Rasa senang panitia menulari kesenangan peserta dalam mengikuti kegiatan. Dukungan mitra juga terlihat maksimal. Hal itu dapat dilihat dari keterlibatan secara langsung dalam memfasilitasi tempat, ruang, birokrasi, dan moral saat pelaksanaan. Suyatno