Rabu, 30 April 2008

Ketika Guru Tidak Benar-Benar Menjadi Guru


Oleh Suyatno

Ketika guru tidak benar-benar menjadi guru, bumi rasanya terbalik menumpahkan segala amarahnya. Termasuk penghuninya, siapapun dia, serasa melampaui batas etis untuk meloncati wilayah kehormatan dengan sang guru. Polisi dengan bebasnya masuk ke wilayah paling hakiki kerja guru, yakni wilayah mengevaluasi murid-muridnya. Sekitar 16 guru disergap polisi saat mencoba untuk tidak benar-benar menjadi guru. Kemudian, secara paksa digiring ke kantor polisi untuk dikeluarkan fakta sebenarnya setelah menjawab soal yang mestinya soal itu untuk siswa. Gambar itu tertayang jelas dari kawan guru di Lubukpakam, Deli Serdang, Sumatera Utara. Di wilayah lain, tepatnya di India, detik.com melaporkan bahwa seorang guru menelanjangi puluhan siswa hanya untuk menggeledah pada april 2008 ini. Belum lagi, informasi lain tentang polah-tingkah menyimpang guru.

Apakah bumi benar-benar marah kepada guru yang menyimpang itu? Memang, ketika sesuatu melampaui batas hakikatnya, tak peduli bumi, penyimpangan pun akan tampak sekali di depan mata. Lalu, hawa mana yang mampu mengembalikan jati diri guru yang menyimpang itu?

Adalah sebuah sistem yang mengikat kuat gerak kebebasan akademis guru, yang menjadi salah satu pembakarnya. Sistem mengendaki guru nmempertaruhkan kualitasnya melalui UAN. Sistem memaksa guru menyerahkan evaluasi sebagai tanggung jawabnya mendidik selama kurun tertentu kepada tim soal yang tidak pernah tahu warna asli murid guru tersebut. Lalu, sistem memaksa guru berkutat di arena kognitif semata karena UAN hanyalah lingkaran kognitif yang menjadi garapannya. Lalu, guru lepas kendali dari tumpuan afektif dan psikomotor hakiki murid-muridnya.

Oleh karena itu, batas afektif dan psikomotor guru juga turut terabaikan secara sadar dan tidak sadar untuk keluar dari koridornya. Guru menjadi sangat tidak berafektif saat menghadapi persoalan kognitif. Etis sejati guru berubah menjadi emik. Batas-batas kinerja terhormat guru luntur demi sistem yang merajai keadaan.

Kalau sudah begitu, deretan panjang ketidakhormatan guru kepada nilai-nilai mendidik telah antri untuk direalisasikan. Ke depan, bisa jadi akan banyak kejadian penyalahgunaan batas etis guru akan mencuat. Kasus demi kasus akan tampak jelas dalam berita yang akan kita baca. Entah berapa guru lagi akan masuk bui.

Mumpung belum terjadi, marilah kawan-kawan guru kembali ke wilayah kesejatian menjadi benar-benar guru. Memang susah. Namun, dari kesusahan itu, kenikmatan bekerja akan diraih. Lampaui sistem dengan cantik dan segaris dengan tugas guru. Kenali sistem itu dan jalankan dengan tugas yang harus dijalankan. Janganlah berupaya untuk menyimpang, polisi siap untuk menerawang.

Selasa, 29 April 2008

Lima Kebohongan Seks untuk Guru SMA

Guru SMA atau sederajat sering berhadapan dengan para siswa berkaitan dengan pendidikan seks. Banyak guru tersebut yang tidak tahu resep menasihati siswanya. Nah, berikut ini, bekal menasihati bagi guru untuk pendidikan seks sehingga siswa lebih cerdas dan mampu menggapai masa depannya dengan gemilang. Ada 5 kebohongan yang perlu disampaikan oleh guru kepada siswanya.

Siswa harus cerdas seksual. Cerdas secara seksual berarti siswa berani bersikap kritis dengan menolak kebohongan yang sering dilontarkan seputar hubungan seksual. Berikut ini beberapa kebohongan seks yang biasa ditemui para remaja dan anak muda yang masih belajar tentang arti cinta dan seks menurut Paulus Subiyanto (kompas.com, 10 januari 2008), konsultan pemberdayaan relasi suami-istri. Berikut ke-5 kebohongan tersebut.

1. Seks Sebagai Bukti Cinta
Gadis-gadis muda biasanya ditipu agar menyerahkan dirinya untuk melakukan hubungan seks pranikah dengan alasan cinta. Di sisi lain, si gadis yang masih hijau ini jadi merasa geer, karena menganggap dirinya diinginkan. Padahal, cinta tidak bisa dibuktikan lewat hubungan seks. Seks hanya mengungkapkan cinta sejauh ada komitmen dan tanggung jawab. Di luar itu, tak ada jaminan apa-apa.

2. Seks untuk Merasa Mampu
Tidak sedikit remaja pria merasa bahwa dengan berhubungan seks dirinya mampu. Semakin banyak melakukan seks, semakin hebat. Padahal, peningkatan harga diri seperti itu tidak ada artinya, bahkan menjerumuskan kepada kesia-siaan. Bisa jadi membawa malapetaka, dengan munculnya penyakit kelamin atau merasa makin tak berharga.

Tidak dipungkiri bahwa manusia memiliki kebutuhan untuk diakui. Namun, pengakuan itu muncul dari kualitas pribadi yang dibangun lewat banyak hal. Kalau Anda mau menggali diri, setidaknya ada satu hal positif yang bisa dibanggakan dan membuat Anda merasa berharga serta berguna. Hal itulah yang sebaiknya dikembangkan.

3. Seks Harus Dicoba
Ada kalangan remaja dan kaum muda yang menganggap bahwa seks sama dengan keterampilan atau alat yang perlu dicoba sebelum digunakan secara terus-menerus.
Tentu saja, anggapan semacam itu sangat merendahkan seksualitas manusia. Seks pada dasarnya adalah insting setiap makhluk hidup. Dengan mudah akan bisa dilakukan tanpa perlu dipelajari lebih dahulu. Justru yang perlu dicoba dan diuji adalah komitmen dan tanggung jawab.

4. Seks Memperkokoh Hubungan
Sebagian orang menilai bahwa dinamika kehidupan rumah tangga atau hubungan antarpasangan akan mandek tanpa seks. Sayang, pendapat ini tidak benar. Seks memang penting, tetapi bukan segala-galanya dalam sebuah hubungan. Mungkin ada pasangan yang pisah atau cerai hanya karena suaminya tidak bisa lagi memenuhi kebutuhan biologisnya. Sikap ini tentu saja mereduksi arti pentingnya cinta dan relasi.

5. Seks Mendewasakan
Di sebagian kalangan remaja dan kaum muda pernah muncul semacam prinsip yang menyebutkan bahwa dengan berhubungan seks, orang semakin dewasa. Kaum muda usia ini lalu berlomba-lomba melakukan uji coba, berkelana, dan menikmati seks tanpa komitmen.

Jelas, kedewasaan diri tidak ditentukan oleh apakah seseorang sudah berhubungan seks atau belum. Atau apakah seseorang banyak berhubungan seks atau tidak.Kedewasaan seseorang ditentukan oleh banyak hal. Kualitas pribadi yang menentukan apakah seseorang bisa disebut dewasa, misalnya berani bertanggung jawab.

Guru tampaknya perlu tahu hal di atas dan mengemasnya sebagai bahan berbincang dengan siswa di kelas.

Senin, 28 April 2008

Pembelajaran dengan Peta Pikiran


Oleh Suyatno

Banyak guru menyebut bahwa mereka berhasil dalam pembelajaran penguatan konsep melalui teknik peta pikiran. Apa sih peta pikiran itu? Mind Mapping atau Peta Pikiran adalah metode mempelajari konsep yang ditemukan oleh Tony Buzan. Konsep ini didasarkan pada cara kerja otak kita menyimpan informasi.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa otak kita tidak menyimpan informasi dalam kotak-kotak sel saraf yang terjejer rapi melainkan dikumpulkan pada sel-sel saraf yang berbercabang-cabang yang apabila dilihat sekilas akan tampak seperti cabang-cabang pohon. Dari fakta tersebut maka disimpulkan apabila kita juga menyimpan informasi seperti cara kerja otak, maka akan semakin baik informasi tersimpan dalam otak dan hasil akhirnya tentu saja proses belajar kita akan semakin mudah.

Dalam peta pikiran, kita dapat melihat hubungan antara satu ide dengan ide lainnya dengan tetap memahami konteksnya. Ini sangat memudahkan otak untuk memahami dan menyerap suatu informasi. Mengapa ? Karena cara kerjanya mirip dengan cara kerja koneksi di dalam otak. Di samping itu, peta pikiran juga memudahkan kita untuk mengembangkan ide karena kita bisa mulai dengan suatu ide utama dan kemudian menggunakan koneksi-koneksi di otak kita untuk memecahnya menjadi ide-ide yang lebih rinci.

Otak manusia terdiri dari 2 belahan, kiri (left hemisphere) dan kanan (right hemisphere) yang disambung oleh segumpal serabut yang disebut corpuss callosum. Belahan otak kiri terutama berfungsi untuk berpikir rasional, analitis, berurutan, linier, saintifik seperti membaca, bahasa dan berhitung. Sedangkan belahan otak kanan berfungsi untuk mengembangkan imajinasi dan kreativitas. Kedua belahan otak tersebut memiliki fungsi, tugas, dan respons berbeda dan harus tumbuh dalam keseimbangan.

Dalam proses menuangkan pikiran, manusia berusaha mengatur segala fakta dan hasil pemikiran dengan cara sedemikian rupa sehingga cara kerja alami otak dilibatkan dari awal, dengan harapan bahwa akan lebih mudah mengingat dan menarik kembali informasi di kemudian hari. Sayangnya, sistem pendidikan modern memiliki kecenderungan untuk memilih keterampilan-keterampilan “otak kiri” yaitu matematika, bahasa, dan ilmu pengetahuan dari pada seni, musik, dan pengajaran keterampilan berpikir, terutama keterampilan berpikir secara kreatif.

Dari penjelasan di atas, bisa disimpulkan cara kerja Peta Pikiran adalah menuliskan tema utama sebagai titik sentral/tengah dan memikirkan cabang-cabang atau tema-tema turunan yang keluar dari titik tengah tersebut dan mencari hubungan antara tema turunan. Itu berarti setiap kali kita mempelajari sesuatu hal maka fokus kita diarahkan pada apakah tema utamanya, poin-poin penting dari tema yang utama yang sedang kita pelajari, pengembangan dari setiap poin penting tersebut dan mencari hubungan antara setiap poin. Dengan cara ini maka kita bisa mendapatkan gambaran hal-hal apa saja yang telah kita ketahui dan area mana saja yang masih belum dikuasai dengan baik.

Untuk mengajak anak membuat peta pikiran, diperlukan beberapa hal, yaitu kertas kosong tak bergaris, pena atau spidol berwarna, otak dan imajinasi. Tujuh langkah dalam membuat Peta pikiran : (1) Mulailah dari bagian tengah kertas kosong yang sisi panjangnya di letakkan mendatar, (2) Gunakan gambar atau foto untuk ide sentral, karena gambar melambangkan topik utama (3) Gunakan warna, karena bagi otak warna sama menariknya dengan gambar sehingga peta pikiran lebih hidup, (4) Hubungkan cabang-cabang utama ke gambar pusat dan hubungkan cabang-cabang tingkat dua dan tiga ke tingkat satu dan dua, dan seterusnya, (5) buatlah garis hubung yang melengkung , (6) Gunakan satu kata kunci untuk setiap cabang atau garis, (7) Gunakan gambar, karena setiap gambar bermakna seribu kata.

Kegiatan membuat peta pikiran dapat dimulai dengan pertanyaan, misalnya tema binatang “Kalau kamu mendengar kata binatang apa yang terlintas di pikiranmu?” Biarkan anak menggambar atau menuliskan apa yang menjadi imajinasinya. Tidak ada jawaban atau pendapat anak yang salah, karena semua pendapat adalah benar. Ini akan terlihat dari cabang yang akan mereka buat yang memperinci pendapat sebelumnya.

Bahasa gambar adalah cara penyampaian informasi dengan menggunakan gambar. Bahasa gambar digunakan pada peta pikiran karena otak memiliki kemampuan alami untuk pengenalan visual, bahkan sebenarnya pengenalan yang sempurna. Inilah sebabnya anak akan lebih mengingat informasi jika menggunakan gambar untuk menyajikannya. Peta pikiran menggunakan kemampuan otak akan pengenalan visual untuk mendapatkan hasil yang sebesar-besarnya. Dengan kombinasi warna, gambar, dan cabang-cabang melengkung, peta pikiran lebih merangsang secara visual daripada metode pencatatan tradisional, yang cenderung linear dan satu warna.

Para jenius kreatif menggunakan bahasa gambar untuk menyusun, mengembangkan, dan mengingat pikiran mereka. Sebagai contoh, Leonardo da Vinci. Leonardo menggunakan gambar, diagram, simbol, dan ilustrasi sebagai cara termurni untuk menangkap pikiran-pikiran yang bermunculan di otaknya dan mencurahkannya di kertas. Baginya, bahasa kata-kata berada di tempat kedua sesudah bahasa gambar dan digunakan untuk memberi label, menunjukkan atau menjelaskan pikiran dan penemuan kreatifnya. Gambar-gambar membantu Leonardo menjelajah pikirannya dalam berbagai bidang, seni, ilmu faal, permesinan, akuanautik, dan biologi. Contoh lain adalah Richard Feynman, fisikawan pemenang Hadiah Nobel, ketika masih muda menyadari bahwa imajinasi dan visualisasi adalah bagian terpenting dari proses pemikiran kreatif. Dengan begitu ia memainkan permainan-permainan imajinasi dan belajar menggambar. Ia menempatkan seluruh teori kuantum elektrodinamik ke bentuk visual dan diagramatik yang baru. Ini menjurus ke pengembangan diagram Feynman yang sekarang terkenal itu – representasi gambar dari interaksi partikel, yang sekarang digunakan murid di seluruh dunia untuk membantu mereka memahami, mengingat, dan menciptakan ide-ide dalam realisme fisika dan ilmu umum.

Dalam segala hal peta pikiran dapat diguanakan. Ajak anak membuat peta pikiran setiap saat. Seperti dalam bukunya, “Mind map untuk anak” Tony Buzan mengajak untuk menggunakan peta pikiran di setiap kesempatan. Misalnya membuat peta pikiran tentang “Aku”. Dengan mengajak anak mengenal dirinya sendiri, gambar dirinya, kegiatan yang dilakukannya, kesukaannya, kesayangannya, orang terdekatnya, cita-cita, khayalannya, binatang peliharaan atau lainnya. Contoh lainnya yaitu mengajak anak membuat peta pikiran untuk merencanakan liburan. Menentukan kapan waktu pelaksanaannya, tempat, siapa yang ikut, transportasi yang digunakan, akomodasi yang perlu disiapkan, barang yang akan dibawa, dokumentasi, dan seterusnya menggunakan gambar dan kata-kata kunci. Peta pikiran juga dapat dibuat misalnya untuk menyelesaikan tugas-tugas sekolah, mengajak anak membuat cerita, membuat surat, atau mencari tahu kado yang tepat diberikan kepada ayah atau ibu di hari ulang tahun mereka .

Pastikan tema utama terletak ditengah-tengah
Contohnya, apabila kita sedang mempelajari pelajaran sejarah kemerdekaan Indonesia, maka tema utamanya adalah Sejarah Indonesia.
Dari tema utama, akan muncul tema-tema turunan yang masih berkaitan dengan tema utama
Dari tema utama "Sejarah Indonesia", maka tema-tema turunan dapat terdiri dari : Periode,Wilayah, Bentuk Perjuangan ,dll.

Cari hubungan antara setiap tema dan tandai dengan garis, warna atau simbol
Dari setiap tema turunan tertama akan muncul lagi tema turunan kedua, ketiga dan seterusnya. Maka langkah berikutnya adalah mencari hubungan yang ada antara setiap tema turunan. Gunakan garis, warna, panah atau cabang dan bentuk-bentuk simbol lain untuk menggambarkan hubungan diantara tema-tema turunan tersebut..
Pola-pola hubungan ini akan membantu kita memahami topik yang sedang kita baca. Selain itu Peta Pikiran yang telah dimodifikasi dengan simbol dan lambang yang sesuai dengan selera kita, akan jauh lebih bermakna dan menarik dibandingkan Peta Pikiran yang "miskin warna".

Gunakan huruf besar
Huruf besar akan mendorong kita untuk hanya menuliskan poin-poin penting saja di Peta Pikiran. Selain itu, membaca suatu kalimat dalam gambar akan jauh lebih mudah apabila dalam huruf besar dibandingkan huruf kecil. Penggunaan huruf kecil bisa diterapkan pada poin-poin yang sifatnya menjelaskan poin kunci.

Buat peta pikiran di kertas polos dan hilangkan proses edit
Ide dari Peta Pikiran adalah agar kita berpikir kreatif. Karenanya gunakan kertas polos dan jangan mudah tergoda untuk memodifikasi Peta Pikiran pada tahap-tahap awal. Karena apabila kita terlalu dini melakukan modifikasi pada Peta Pikiran, maka sering kali fokus kita akan berubah sehingga menghambat penyerapan pemahaman tema yang sedang kita pelajari.

Sisakan ruangan untuk penambahan tema
Peta Pikiran yang bermanfaat biasanya adalah yang telah dilakukan penambahan tema dan modifikasi berulang kali selama beberapa waktu. Setelah menggambar Peta Pikiran versi pertama, biasanya kita akan menambahkan informasi, menulis pertanyaan atau menandai poin-poin penting. Karenanya selalu sisakan ruang di kertas Peta Pikiran untuk penambahan tema.

Saat otak menerima suatu informasi, ia akan berusaha menghubungkannya dengan informasi lain yang sudah ada sebelumnya. Setiap hubungan ini akan menciptakan koneksi baru di dalam otak. Itulah sebabnya kita lebih mudah mempelajari ilmu di bidang yang akrab bagi kita daripada di bidang yang asing bagi kita. Otak dapat lebih mudah dan lebih cepat menciptakan koneksi untuk ilmu yang sudah akrab bagi kita.

Sebenarnya, anak-anak dapat menuangkan pikiran dengan caranya masing-masing. Proses menuangkan pikiran menjadi tidak beraturan atau malah tersendat ketika anak-anak terjebak dalam model menuangkan pikiran yang kurang efektif sehingga kreativitas tidak muncul. Model dikte dan mencatat semua yang didiktekan pendidik, mendengar ceramah dan mengingat isinya, menghafal kata-kata penting dan artinya terjadi dalam proses belajar dan mengajar di sekolah atau di mana saja menjadi kurang efektif ketika tidak didukung oleh kreativitas pendidik atau anak itu sendiri. Masalah-masalah lain muncul ketika anak berusaha mengingat kembali apa yang sudah didapatkan, dipelajari, direkam, dicatat atau yang dahulu pernah diingat. Beberapa anak mengalami kesulitan berkonsentrasi, atau ketika mengerjakan tugas. Ini terjadi dikarenakan catatan ataupun ingatannya belum teratur. Untuk itu dibutuhkan suatu alat untuk membantu otak berpikir secara teratur.

Menggunakan Peta Pikiran untuk Keluar dari Masalah
Sistem berpikir secara teratur sebenarnya sudah mulai dikembangkan para ahli Yunani. Sistem ingatan yang dikembangkan oleh orang-orang Yunani yang memungkinkan mereka untuk mengingat kembali ratusan dan ribuan fakta dengan sempurna. Sistem ingatan dari Yunani ini berdasarkan Imajinasi dan Asosiasi. Berdasarkan kekuatan Imajinasi dan Asosiasi ini, Toni Buzan menemukan suatu alat berpikir yang berdasarkan cara kerja alamiah otak, alat yang sederhana, yang benar-benar mencerminkan kreativitas dan kecemerlangan alamiah dalam proses berpikir, yaitu dengan peta pikiran (mind map®).

Peta pikiran adalah cara termudah untuk menempatkan informasi ke dalam otak dan mengambil informasi ke luar dari otak, yang merupakan cara mencatat yang kreatif dan efektif. Peta pikiran merupakan alat yang membantu otak berpikir secara teratur. Semua peta pikiran mempunyai kesamaan. Semuanya menggunakan warna. Semuanya memiliki struktur alami yang memancar dari pusat. Semuanya menggunakan garis lengkung, simbol, kata dan gambar yang sesuai dengan satu rangkaian yang sederhana, mendasar, alami, dan sesuai dengan cara kerja otak. Secara harfiah peta pikiran akan “memetakan” pikiran-pikiran.

Manfaat Peta Pikiran
Peta pikiran memberikan banyak manfaat. Peta pikiran, memberi pandangan menyeluruh pokok masalah atau area yang luas, memungkinkan kita merencanakan rute atau membuat pilihan-pilihan dan mengetahui ke mana kita akan pergi dan di mana kita berada. Keuntungan lain yaitu mengumpulkan sejumlah besar data di suatu tempat, mendorong pemecahan masalah dengan membiarkan kita melihat jalan-jalan terobosan kreatif baru, merupakan sesuatu yang menyenangkan untuk dipandang, dibaca, direnungkan dan diingat.

Untuk anak-anak, peta pikiran memiliki manfaat, yaitu : membantu dalam mengingat, mendapatkan ide, menghemat waktu, berkonsentrasi, mendapatkan nilai yang lebih bagus, mengatur pikiran dan hobi, media bermain, bersenang-senang dalam menuangkan imajinasi yang tentunya memunculkan kreativitas.

Prinsip Penelitian Tindakan Kelas

Oleh Suyatno

Banyak guru yang tidak tahu tentang Penelitian Tindakan Kelas (PTK) sangat mudah dan gampang. Dipikirnya, PTK milik dosen dan para pakar pendidikan. Padahal, PTK itu sebenarnya hanya catatan mengajar yang ditulis guru untuk direviu menjadi dasar perbaikan pembelajaran berikutnya. Guru yang terbiasa mencatatsetiap pembelajaran yang dilaksanakan akan dengan mudah membuat PTK. PTK merupakan ragam penelitian pembelajaran yang berkonteks kelas yang dilaksanakan oleh guru secara langsung untuk memecahkan masalah-masalah pembelajaran yang dihadapi oleh guru, memperbaiki mutu dan hasil pembelajaran dan mencobakan hal-hal baru pembelajaran demi peningkatan mutu dan hasil pembelajaran.

PTK dapat dilaksanakan secara individual dan kaloboratif, yang dapat disebut PTK individual dan PTK kaloboratif. Dalam PTK individual seorang guru melaksanakan PTK di kelasnya sendiri atau kelas orang lain, sedang dalam PTK kaloboratif beberapa orang guru secara sinergis melaksanakan PTK di kelas masing-masing dan diantara anggota melakukan kunjungan antar kelas.

Berikut prinsip PTK.
Bersifat siklis, artinya PTK terlihat siklis-siklis (perencanaan, pemberian tindakan, pengamatan dan refleksi), sebagai prosedur baku penelitian.

Bersifat longitudinal, artinya PTK harus berlangsung dalam jangka waktu tertentu (misalnya 2-3 bulan) secara kontinyu untuk memperoleh data yang diperlukan, bukan "sekali tembak" selesai pelaksanaannya.

Bersifat partikular-spesifik jadi tidak bermaksud melakukan generalisasi dalam rangka mendapatkan dalil-dalil. Hasilnyapun tidak untuk digenaralisasi meskipun mungkin diterapkan oleh orang lain dan ditempat lain yang konteksnya mirip.

Bersifat partisipatoris, dalam arti guru sebagai peneliti sekali gus pelaku perubahan dan sasaran yang perlu diubah. Ini berarti guru berperan ganda, yakni sebagai orang yang meneliti sekali gus yang diteliti pula.

Bersifat emik (bukan etik), artinya PTK memandang pembelajaran menurut sudut pandang orang dalam yang tidak berjarak dengan yang diteliti; bukan menurut sudut pandang orang luar yang berjarak dengan hal yang diteliti.

Bersifat kaloboratif atau kooperatif, artinya dalam pelaksanaan PTK selalu terjadi kerja sama atau kerja bersama antara peneliti (guru) dan pihak lain demi keabsahan dan tercapainya tujuan penelitian.

Bersifat kasuistik, artinya PTK menggarap kasus-kasus spesifik atau tertentu dalam pembelajaran yang sifatnya nyata dan terjangkau oleh guru; menggarap masalah-masalah besar.

Menggunakan konteks alamiah kelas, artinya kelas sebagai ajang pelaksanaan PTK tidak perlu dimanipulasi dan atau direkayasa demi kebutuhan, kepentingan dan tercapainya tujuan penelitian.

Mengutamakan adanya kecukupan data yang diperlukan untuk mencapai tujuan penelitian, bukan kerepresentasifan (keterwakilan jumlah) sampel secara kuantitatif. Sebab itu, PTK hanya menuntut penggunaan statistik yang sederhana, bukan yang rumit.

Bermaksud mengubah kenyataan, dan situasi pembelajaran menjadi lebih baik dan memenuhi harapan, bukan bermaksud membangun teori dan menguji hipotesis.

Tujuan PTK sebagai berikut :

Memperbaiki dan meningkatkan mutu praktik pembelajaran yang dilaksanakan guru demi tercapainya tujuan pembelajaran.

Memperbaiki dan meningkatkan kinerja-kinerja pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru.

Mengidentifikasi, menemukan solusi, dan mengatasi masalah pembelajaran di kelas agar pembelajaran bermutu.

Meningkatkan dan memperkuat kemampuan guru dalam memecahkan masalah-masalah pembelajaran dan membuat keputusan yang tepat bagi siswa dan kelas yang diajarnya.

Mengeksplorasi dan membuahkan kreasi-kreasi dan inovasi-inovasi pembelajaran (misalnya, pendekatan, metode, strategi, dan media) yang dapat dilakukan oleh guru demi peningkatan mutu proses dan hasil pembelajaran.

Mencobakan gagasan, pikiran, kiat, cara, dan strategi baru dalam pembelajaran untuk meningkatkan mutu pembelajaran selain kemampuan inovatif guru.

Mengeksplorasi pembelajaran yang selalu berwawasan atau berbasis penelitian agar pembelajaran dapat bertumpu pada realitas empiris kelas, bukan semata-mata bertumpu pada kesan umum atau asumsi.

Manfaat PTK

Menghasilkan laporan-laporan PTK yang dapat dijadikan bahan panduan guru untuk meningkatkan mutu pembelajaran. Selain itu hasil-hasil PTK yang dilaporkan dapat menjadi bahan artikel ilmiah atau makalah untuk berbagai kepentingan, antara lain disajikan dalam forum ilmiah dan dimuat di jurnal ilmiah.

Menumbuhkembangkan kebiasaan, budaya, dan atau tradisi meneliti dan menulis artikel ilmiah di kalangan guru. Hal ini telah ikut mendukung professionalisme dan karir guru.

Mampu mewujudkan kerja sama, kaloborasi, dan atau sinergi antar-guru dalam satu sekolah atau beberapa sekolah untuk bersama-sama memecahkan masalah pembelajaran dan meningkatkan mutu pembelajaran.

Mampu meningkatkan kemampuan guru dalam menjabarkan kurikulum atau program pembelajaran sesuai dengan tuntutan dan konteks lokal, sekolah, dan kelas. Hal ini memperkuat dan relevansi pembelajaran bagi kebutuhan siswa.

Dapat memupuk dan meningkatkan keterlibatan , kegairahan, ketertarikan, kenyamanan, dan kesenangan siswa dalam mengikuti proses pembelajaran di kelas yang dilaksanakan guru. Hasil belajar siswa pun dapat meningkatkan.

Dapat mendorong terwujudnya proses pembelajaran yang menarik, menantang, nyaman, menyenangkan, dan melibatkan siswa karena strategi, metode, teknik, dan atau media yang digunakan dalam pembelajaran demikian bervariasi dan dipilih secara sungguh-sungguh.

Prosedur Pelaksanaan PTK.
1. Menyusun proposal PTK. Dalam kegiatan ini perlu dilakukan kegiatan pokok, yaitu; (1) mendeskripsikan dan menemukan masalah PTK dengan berbagai metode atau cara, (2) menentukan cara pemecahan masalah PTK dengan pendekatan, strategi, media, atau kiat tertentu, (3) memilih dan merumuskan masalah PTK baik berupa pertanyaan atau pernyataan sesuai dengan masalah dan cara pemecahannya, (4) menetapkan tujuan pelaksanaan PTK sesuai dengan masalah yang ditetapkan, (5) memilih dan menyusun persfektif, konsep, dan perbandingan yang akan mendukung dan melandasi pelaksanaan PTK, (6) menyusun siklus-siklus yang berisi rencana-rencana tindakan yang diyakini dapat memecahkan masalah-masalah yang telah dirumuskan, (7) menetapkan cara mengumpulkan data sekaligus menyusun instrumen yang diperlukan untuk menjaring data PTK, (8) menetapkan dan menyusun cara-cara analisis data PTK.

2. Melasanakan siklus (rencana tindakan) di dalam kelas. Dalam kegiatan ini diterapkan rencana tindakan yang telah disusun dengan variasi tertentu sesuai dengan kondisi kelas. Selama pelaksanaan tindakan dalam siklus dilakukan pula pengamatan dan refleksi. baik pelaksanaan tindakan, pengamatan maupun refleksi dapat dilakukan secara beiringan, bahkan bersamaan. Semua hal yang berkaitan dengan hal diatas perlu dikumpulkan dengan sebaik-baiknya.

3. Menganalisis data yang telah dikumpulkan baik data tahap perencanaan, pelaksnaan tindakan, pengamatan, maupun refleksi. Analisis data ini harus disesuaikan dengan rumusan masalah yang telah ditetapkan. Hasil analisis data ini dipaparkan sebagai hasil PTK. Setelah itu, perlu dibuat kesimpulan dan rumusan saran.

4. Menulis laporan PTK, yang dapat dilakukan bersamaan dengan kegiatan menganalisis data. Dalam kegiatan ini pertama-tama perlu ditulis paparan hasil-hasil PTK. Paparan hasil PTK ini disatukan dengan deskripsi masalah, rumusan masalah, tujuan, dan kajian konsep atau teoritis. Inilah laporan PTK.

Guru Itu Manusia, Ah

Oleh Suyatno

Entah berapa kali guru dihujat, dicaci, dijerat, dan dibantai habis-habisan oleh khalayak akibat perbuatan mereka sendiri. Lihat saja, baru-baru ini, UAN masih berlangsung, belasan guru ditangkap polisi karena mengganti lembar jawaban siswa. Hal itu terjadi di SMA Deli Serdang, Medan. Di belahan lain, guru diancam para orangtua jika tidak meluluskan anak-anaknya. Di tempat lain pula, guru dituntut orang tua karena telah melukai anaknya. Aduh, beginikah perjalanan kisah guru di INdonesia ke depan?

Memang sudah menjadi konsekuensi logis jika guru tidak bertindak sebagai guru, dia akan digurui oleh khalayak ramai. Untuk itu, guru perlu benar-benar memosisikan diri sebagai guru meskipun dibayar rendah atau sengsara dalam tugas. Sudah menjadi garis bahwa guru harus berperilaku halus budi. Benarkah?

Minggu, 27 April 2008

Guru Harus Punya Metode Bermakna

Minggu, 27 Apr 2008, Jawa Pos,
SURABAYA - Dinas Pendidikan Kota (Dispendik) Surabaya kembali menghelat semiloka pendidikan bagi guru. Setelah guru SMA digarap di Universitas Adi Buana pekan lalu, kemarin (26/4) giliran guru SMP dilatih metode bermakna di SD Al Hikmah.

Sebanyak 438 guru SMP negeri dan swasta se-Surabaya dicerahkan menuju pengajaran yang tak terlupakan. "Setiap guru harus memiliki kekhasan saat mengajar sebuah materi pelajaran. Sehingga siswa dapat mengingatnya terus," kata Drs Suyatno MPd, narasumber dari Universitas Negeri Surabaya (Unesa).

Sesuai dengan program Dispendik, dalam semiloka tindak lanjut bersama Jawa Pos tersebut, target yang dikejar adalah menumbuhkan perspektif baru bagi guru dalam mengajar.

Menurut Suyatno, selama ini masih banyak guru yang mengajarkan pelajaran dengan cara konvesional. Misalnya, hanya duduk di depan dan membaca buku. "Atau juga guru yang galak dan statis," ujar ketua Jurusan Bahasa Indonesia Fakultas Bahasa dan Seni (FBS) Unesa itu.

Nah, kata dia, bagaimana siswa dapat tertarik untuk belajar dan mengingat setiap materi yang diberikan apabila pembelajaran yang disampaikan guru membosankan? Itulah penekanan yang disampaikan Suyatno kepada seluruh peserta.

Dia lantas berbagi pelajaran. Agar pembelajaran lebih bermakna dan materi dapat bertahan lama di memori siswa, harus ada pemantik. Salah satunya adalah lewat metode baru atau bahkan atribut yang digunakan.

Metode yang dimaksud adalah cara transfer ilmu yang tidak konvensional. Misalnya, lewat bermain bola. "Guru menerangkan dari belakang. Bagaimana guru bisa membuat kenangan khusus saat pelajaran berlangsung sehingga siswa selalu mengingat," tegasnya.

Para guru yang hadir bersemangat mendengarkan paparan Suyatno. Apalagi ketika dia memutarkan contoh-contoh pembelajaran yang bermakna dan tak bermakna.

Guru bahasa Inggris SMPN 12 Sayida Dina mengaku beruntung dapat mengikuti semiloka tersebut. "Sebetulnya, sudah ada beberapa hal yang saya lakukan juga. Tetapi, setelah mengikuti semiloka ini, bisa up-date pengetahuan," tuturnya.

"Kalau ada kesalahan, juga bisa langsung diperbaiki biar lebih mawas diri," lanjutnya.

Ketua Pelaksana Edy Hartolo Rayes menjelaskan, semiloka pendidikan itu dibagi ke dalam dua sesi. Yakni, sesi pemaparan oleh narasumber, Suyatno dan Joko A.W. (Unipa), serta sesi parktik. Dalam kegiatan tersebut, peserta dikumpulkan per rayon untuk melakukan diskusi langsung dan diminta menyusun metode pembelajaran bermakna. (ara/hud)

Jumat, 25 April 2008

Hati-Hati dengan Guru Palsu


Oleh Suyatno

Jika saat ini terdapat obat palsu, madu palsu, uang palsu, merek palsu, dan kepalsuan lainnya, di masyarakat pun telah beredar guru palsu. Berhati-hatilah, jika kita akan memasukkan anak ke sekolah. Ciri-ciri guru palsu sama dengan ciri-ciri sesuatu yang palsu lainnya, yakni kemasan mirip tetapi jika dicermati lebih mendalam sangat tampak perbedaannya, biasanya lebih murah, kemasan ala kadarnya, tidak manjur (karena tidak asli), dan mudah rusak. Bisa jadi, jumlah guru palsu lebih banyak dibandingkan guru yang asli. Hanya saja, sampai saat ini belum diadakan pendataan dan penelitian lebih mendalam tentang guru palsu.

Guru palsu sangat mudah dikenali dengan kasat mata tanpa harus dibawa ke laboratorium untuk diteliti. Berikut ini tips untuk mengenali guru palsu.

Pertama, lihatlah cara mengajarnya. Guru asli cara mengajarnya sangat variatif, dinamis, melibatkan anak, dan bertujuan. Sedangkan guru palsu, cara mengajarnya tidak bergairah, selalu memegang buku sambil menerangkan, duduk saja di meja, murid jenuh, dan kelas tidak bergairah. Besoknya, guru asli akan mengubah cara mengajarnya karena kondisi berubah, materi berubah, dan perkembangan anak mengalami peningkatan. Sedangkan guru palsu, besoknya, dia akan tetap mengajar dengan cara yang sama dari hari sebelumnya. Dia tetap saja pegang buku sambil menerangkan, duduk saja, datar, menjenuhkan, dan murid tidak bergairah.

Kedua, lihatlah medianya. Guru palsu biasanya tidak mempunyai media pembelajaran karena media satu-satunya bagi dirinya adalah alat ucap. Bandingkan dengan guru asli yang selalu memperbarui media pembelajaran berdasarkan perkembanagan siswa dan zamannya, guru palsu sangat jauh dari sisi media. Media bagi guru palsu tidak pentinmg karena menurutnya lebih penting menerangkan dari mulut guru langsung.

Ketiga, lihatlah RPP-nya (rencana pelaksanaan pembelajaran). Guru palsu memang mempunyai RPP namun RPP itu hanya prasyarat saja sehingga RPP dibuat berdasarkan milik temannya atau beli di toko buku. Guru palsu tinggal memfotokopi atau menulis ulang. Guru asli pasti selalu membuat RPP sendiri berdasarkan kondisi siswa, ruang, dan kemasan materi yang akan disajikan. Guru asli sadar bahwa RPP merupakan acuan dasar dalam mengajar sehingga perlu dibuat dengan baik dan teliti. Saat mengajar, guru palsu tidak membawa RPP karena RPP hanya untuk kepala sekolah dan pengawas saja. Bagi guru palsu, mengajar tidak perlu RPP karena sudah hafal.

Keempat, lihatlah sorot matanya. Guru palsu kebanyakan mempunyai sorot mata sayu karena tidak jujur dalam melihat kondisi siswa sebenarnya, kebutuhakn siswa, kemasan materi, dan situasi belajar di kelas. Mata sayu itu terjadi karena menumpuknya kepalsuan itu sendiri. Guru asli selalu mempunyai mata berbinar karena bergairah melihat siswanya berubah dan berkembang secara dinamis.

Kelima, lihatlah bukunya. Guru palsu biasanya tidak mempunyai buku referensi kecuali buku paket saja. Cobalah bermain ke rumahnya, pasti tidak ada satu judul buku pun berkaitan dengan bidang ilmunya. Berbeda dengan guru asli, buku aneka judul ada di rak bukunya untuk satu bidang studi yang diasuhnya. Tiap bulan, guru asli biasanya mendatangi toko buku untuk mencari buku baru. Bahkan, guru asli selalu menjelajah internet untuk keperluan mengisi gelas pengalamannya.

Keenam, lihatlah pengalaman hidupnya. Guru palsu tidak pernah mengisi hidupnya melalui berbagai pertemuan, pelatihan, diskusi, dan komuniats tertentu. Bagi guru palsu, mengikuti kegiatan pertemuan, pelatihan, dan sebagainya merupakan sesuatu yang tidak penting karena mengajarnya ya tetap ceramah dengan alat ucap saja.

Nah, masyarakat harus hati-hati untuk menyekolahkan anaknya ke sekolah tertentu. Lihatlah gurunya apa palsu atau asli. Mumpung belum terlanjur anak diracuni guru palsu, sebaiknya lakukan konsultasi dengan pakarnya, amati guru-guru sekolah yang akan dimasuki, lihat reputasi sekolah, dan yakinkan bahwa sekolah yang akan dituju sangat cocok untuk anak kita.

Kamis, 24 April 2008

Memaknai Coretan Iseng Anak di Kelas

Bagi guru, kemampuan mengidentifikasi coretan anak sangat bermanfaat untuk mengetahui posisi dan kondisi anak saat di kelas. Guru sangat paham bahwa di sela-sela pelajaran berlangsung, banyak anak yang iseng coret-coret bukunya sehingga membentuk gambar. Apalagi, kalau guru saat mengajar banyak ceramahnya, siswa visual akan semakin banyak menggoreskan pena ke bukunya, bangku, tangan, bahkan ke baju seragamnya.

Berikut ini, makna coretan yang perlu diketahui guru.
Corat-coret sambil mengerjakan sesuatu yang lain, misalnya mengikuti pelajaran di kelas, rapat atau menelepon memang sering dilakukan tanpa sadar. Gambar corat-coret ini sebenarnya merupakan ungkapan bawah sadar anak. Sama seperti mimpi, corat-coret ini menggunakan bahasa gambar dan bisa kita cari maknanya. Lalu, apa ya artinya?

GAMBAR BENTUK
PANAH
Menunjukkan Anda orang yang ambisius dan agresif. Tanda panah ke kiri berarti senang mengenang masa lalu. Tanda panah ke kanan berarti siap untuk menyongsong masa depan. Tanda panah ke suatu objek berarti marah atau penasaran dengan objek tersebut.

LINGKARAN
Gambar ini sering dikaitkan dengan keramahan, senang bicara dan senang berteman. Artinya Anda fleksibel, mudah beradaptasi dan menyesuaikan diri. Anda juga memiliki iman yang kuat sehingga berjiwa optimis dan pantang menyerah.

BENTUK GEOMETRIS
Gambar segitiga, segi empat, persegi panjang dan formasi pola lain menunjukkan pikiran yang logis. Gambar ini juga menandakan pikiran yang teratur, proses pemikiran yang jernih dan ketrampilan dalam membuat perencanaan efisiensi dan tujuan. Meski orang menilai Anda kolot, Anda mampu menyelesaikan pekerjaan dalam situasi kritis sekalipun.

BENANG KUSUT
Lingkaran kusut yang besar melambangkan keinginan akan gaya hidup bebas yang menggelinding begitu saja. Sementara lingkaran kusut yang kecil melambangkan perasaan marah yang terpendam.

GAMBAR ABSTRAK
Gambar ini sering melambangkan ketegangan, kesulitan dan gangguan dalam konsentrasi.

KOTAK
Gambar ini memang lebih banyak digambar kaum lelaki. Kotak yang ditumpuk menunjukkan pemikiran yang metodis dan konstruktif. Kotak tertutup menandakan Anda orang yang menghargai privasi. Sementara kotak terbuka mencerminkan harapan untuk menyambut seseorang atau sebaliknya keinginan lari dari situasi yang menekan.

GAMBAR BENDA HIDUP
BINATANG
Mencerminkan bagaimana memandang diri sendiri. Jika menggambar hewan peliharaan, kucing misalnya, berarti Anda memiliki pribadi yang ramah dan sensitif. Gambar burung, artinya Anda memiliki daya imajinasi yang tinggi, penuh pertimbangan, cinta kasih, dan menyukai kebebasan. Jika Anda menggambar hewan kecil, ini mengindikasikan perasaan takut yang tersembunyi. Juga menggambarkan lemah, pasif, kurang percaya diri dan introvert. Sedangkan gambar hewan liar mencerminkan agresivitas dan ketegasan. Gambar hewan yang suka bersenang-senang, misalnya anjing menunjukkan Anda orang yang senang bermain. Gambar hewan berjalan pelan, misalnya kura-kurang menunjukkan kpribadian yang senang merenung.

BUNGA
Melambangkan sisi feminin dan keinginan melihat pertumbuhan, alam dan reproduksi. Gambar bunga juga menunjukkan keinginan berkembang dan menghasilkan sesuatu dalam hidup. Bunga dalam rangkaian bisa menggambarkan rasa kekeluargaan dan kebersamaan. Sementara gambar bunga dan tumbuhan menunjukkan Anda orang yang sensitif, manusiawi, hangat dan terbuka.

POHON
Gambar ini melambangkan ego dan ambisi. Jika pohon itu memiliki daun yang lebat dan buah, ini menunjukkan Anda orang yang mendambakan cinta, seks dan anak. Pohon tanpa daun dan buah, dengan daun terkulai menunjukkan depresi dan kurang semangat juang. Lalu, kalau pohon digambar dengan akar, menunjukkan orang yang mementingkan asal-usul.

HATI
Ini sering digambar orang yang sedang jatuh cinta. Hati melambangkan pikiran orang yang menggambarnya dipenuhi cinta dan sentimentil.

WAJAH CANTIK
Menggambarkan rasa kasih sayang kepada orang lain. Orang yang senang menggambar wajah cantik melihat hal-hal positif dalam diri seseorang, situasi, optimistik, manusiawi, bersifat baik, sensitif terhadap sesama. Ia juga mampu menunjukkan empati, ramah dan senang bergaul.

WAJAH JELEK
Artinya Anda penuh curiga, tidak suka dan tidak percaya pada orang lain. Anda memiliki jiwa pemberontak, kurang percaya diri, senang melihat hal-hal buruk dalam diri setiap orang dan situasi. Anda juga defensif, cenderung mengubah fakta karena pandangan Anda yang 'gelap' dan sempit.

GAMBAR LAINNYA
RUMAH
Coretan ini banyak digambar perempuan. Gambar ini menunjukkan perasaan terhadap lingkungan rumah. Coba perhatikan pintu depannya terbuka atau tertutup? Apakah cerobong asap mengeluarkan asap? Rumah yang tidak bahagia biasanya dilambangkan dengan rumah berbentuk asimetris tanpa jendela. Sementara rumah dengan cerobong asap yang mengeluarkan asap menunjukkan Anda orang yang bahagia dengan sikap positif terhadap kehidupan di rumah. Rumah yang dingin tanpa hiasan menunjukkan rasa tidak senang dengan kehidupan di rumah.

BENDA LANGIT
Gambar bintang dan benda-benda langit menunjukkan perasaan penuh harapan, optimisme, ambisi dan kebutuhan untuk membuktikan serta mempromosikan diri.

KENDARAAN
Gambar alat transportasi dalam bentuk apa pun melambangkan hasrat untuk pergi atau mencapai tujuan. Makin cepat jenis kendaraan yang digambar artinya Anda ingin cepat-cepat menyampaikan pendapat atau pergi.

MAKANAN
Gambar ini memiliki tiga makna. Pertama, kebutuhan akan cinta. Kedua, hasrat yang ingin dipenuhi. Dan ketiga haus akan sesuatu. Mana yang sesuai dengan Anda?

SENJATA
Gambar pistol, senapan dan anak panah menunjukkan sikap persaingan dan kebutuhan untuk membuktikan diri.

TANGGA
Menunjukkan banyak ambisi, dorongan yang kuat untuk membuktikan diri, tidak sabar terhadap proses yang panjang dan berusaha untuk mencapai tujuan terdekat.

ALAT VITAL
Memang ini lebih banyak digambar kaum Adam. Jika ada lelaki yang menggambarkan payudara besar atau vagina, artinya hidup lelaki itu sedang terancam oleh perempuan. Namun, jika ia senang menggambarkan alat vital dari kaum sejenisnya, artinya ia memiliki kelainan seksual. Lalu, bagaimana jika Anda menggambarkan penis? Bukan tidak mungkin Anda tiba-tiba menggambarkannya kan? Jika Anda melakukannya, ini berarti Anda sedang merasa dikucilkan laki-laki.

CORETAN NAMA
Jika Anda senang menulis nama sendiri dengan bentuk tulisan berbeda maka Anda adalah seorang yang sedang mengalami krisis kepribadian. Anda tidak yakin dengan arah kehidupan Anda sendiri.

TANDA TANGAN
Lalu bagaimana dengan goresan tanda tangan yang berulang-ulang secara tak sadar? Ini menandakan konflik emosional dan intelektual sedang meningkat sehingga Anda berada dalam kesulitan.(sumber: Erma Dwi Kusumastuti. www.kompas.com, 24 April 2008)

Ayat-Ayat Cinta Seorang Guru


Oleh Suyatno

Adakah cinta guru kepada siswanya melebihi cintanya kepada anak kandungnya? Pertanyaan tersebut hanya untuk menggambarkan bahwa guru perlu menumbuhkan dan memelihara cinta tulusnya kepada siswa di kelas. Seberapa besar jumlah siswa di kelas, sebesar itu pula cinta tulus dibalutkan dalam alam pikiran siswa. Malam hari menjelang tidur, sang guru berdoa untuk diri, keluarga, dan siswa-siswa yang tadi pagi dijumpai di kelas. Pagi hari, semangat berangkat kerja adalah semangat para siswa yang tersenyum lembut pertanda masih membutuhkan cinta guru.

Saat masuk kelas, senyum tulus guru menebar ke semua diri siswa. Tidak satupun anak yang terlewatkan dari sorot tulus dan jangkauan kasih sayang dari guru. Guru langsung membenamkan diri dalam suasana anak secara alami. Cara seperti itu menurut Quantum Learning, disebut bawalah dunia kita ke dunia mereka dan tariklah dunia mereka ke dunia kita.

Guru mengenali tipikal dan ciri khas siswa satu per satu sebagai bahan untuk mengemas materi.Kemudian, materi disajikan dengan kemasan yang menarik sesuai dengan kemampuan dan pemahaman siswa. Suatu saat materi dikemas dalam cerita dongeng yang menarik karena siswa pada tahun itu, setelah diidentifikasi di awal tahun, didominasi dengan kecerdasan linguistik. Padahal, materi pelajaran yang disajikan berupa matematika. Tahun berikutnya, materi yang sama, oleh guru dikemas dalam gerakan simbolis karena siswa pada tahun itu berciri kecerdasan kinestetis. Begitulah seterusnya, guru mengganti-ganti kemasan materi dan metodenya. Tiap tahun ada upaya sang guru untuk berpikir dan berinovasi meskipun tidak diperintahkan oleh atasannya.

Cinta guru adalah cinta yang seutuhnya yang keluar dari pori-pori keikhlasan dan ketulusan. Semua daya dan upaya hanya semata untuk menumbuhkembangkan siswanya. Tidak ada kerinduan yang paling hebat bagi diri kecuali rindu pada siswanya. Mata batin guru adalah mata batin siswa yang menapaki alam untuk meneruskan perjuangan kehidupan berikutnya.

Andai terdapat guru yang mempunyai ketulusan dan keikhlasan tinggi, dialah guru yang hidup pada zaman ini berdasarkan hidup diri Mahatma Ghandi. Andai ada guru yang mempunyai motivasi tinggi dan semangat bergairah, dialah wujud Sukarno yang menjelma dalam guru itu. Andai ada guru yang sabar dengan kasih sayang, dialah kesabaran yang membuncah dalam diri guru berjiwa Bunda Theresa.

Padang yang harus dilewati untuk menjadi guru penuh cinta adalah padang yang terjal dan tandus. Di ceruk padang itu, terdapat bebatuan yang sering mengganjal perjalanan guru untuk mencpai telaga kesegaran dirinya. Kemudian, dalam padang itu, terdapat duri yang meski kecil menyakitkan. Belum lagi suasana saat melewati padang itu sangat panas karena belum ada perlindungan yang pantas untuk guru agar tidak kepanasan dan gundah berkeringat.

Namun, seganas apapun padang yang harus dilewati, jika guru itu bertekad kuat sekuat matahari menyinari bumi, tidak ada jalan yang tidak dapat ditempuh. Modal dasarnya adalah niat dalam diri, cinta sejatinya, dan ketulusan. Siswa ada dalam diri guru dan guru menyatu dalam kerling siswa yang menawan.

Rabu, 23 April 2008

Melihat Pertanggungjawaban Guru Melalui UAN

Oleh Suyatno

UAN (Ujian Akhir Nasional)melaju di pusaran pelaksanaan meskipun banyak pro dan kontra mengiringinya. Pusaran itu terjadi pada minggu ini, 23--25 April 2008, untuk SMA/MA/SMK yang kemudian disusul SMP dan SD. Ujian nasional yang berarti serentak se-Indonesia, soal dari pusat, penjagaan ujian berstandar, dan sistem berlaku untuk nasional memang menjadi pusat perhatian para siswa yang berada pada pintu kelas akhir di sekolahnya.

Pada UAN inilah, wujud pertanggungjawaban guru dilihat dan diperlihatkan baik secara sengaja maupun tidak sengaja. Andai siswa menjawab soal dari materi yang pernah dipelajari bersama guru pada waktu sebelumnya dengan mudah, berarti terjadi pemaknaan kuat dalam diri siswa setelah bertemu dengan guru di kelas. Begitu juga sebaliknya, andai banyak siswa yang kalang kabut, tidak dapat menjawab, berskor rendah, dan pada akhirnya tidak lulus, berarti tidak terjadi pemaknaan materi pelajaran dalam diri siswa meskipun telah bertemu dengan gurunya.

UAN merupakan sebuah indikator dari sebuah ketercapaian pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru. Oleh karena itu, UAN dapat dijadikan sebuah tolok ukur bagi keberhasilan proses pembelajaran di sekolah. Nah, dalam penerapan peran sebagai indikator itulah, guru perlu menjalani refleksi diri. Sudah benarkah cara mengajar saya?

Guru sejati tidak akan cepat menyalahkan orang lain. Dia tidak akan sepola dengan peribahasa "Buruk muka cermin dibelah". UAN sekarang ini merupakan moment yang sangat tepat untuk instropeksi dan refleksi diri. Rangkai ulang apa yang pernah dilakukan terhadap siswa yang sekarang ujian nasional. Kemudian, temukan simpul penyebab siswa berhasil dan tidak berhasil.

Memang, banyak guru yang cuci tangan dengan melempar handuk ke dalam tubuh siswa. UAN gagal bukan salah guru tetapi salah siswa. Pernyataan itu merupakan pernyataan yang dipakai guru untuk tameng. Walhasil, pada pembelajaran berikutnya, untuk siswa yang akan di pusaran waktu UAN tahun depan, gaya mengajar guru akan tetap dan semakin tetap karena tidak pernah merngevaluasi diri dan tidak pernah merefleksi guru. Yang dilakukan selalu berulang-ulang, yakni try out turunan dari tahun ke tahun.

Bagi guru sejati, kondisi pasca-UAN digunakan sebagai dasar untuk berbuat di tahun depan. Guru sejati tersebut akan tahu bahwa UAN merupakan wujud pertanggungjawaban dirinya terhadap pembelajaran yang pernah dilakukan. Guru sejati tidak akan pernah melempar handuk basah ke orang lain. Dia akan selalu kreatif dalam pembelajaran.

Banyak cara untuk membangun siswa agar lolos UAN selain try out. Misalnya saja melalui permainan pohon konsep, banding soal, puzzle konsep, kartu soal, lagu soal, bedah jawab, dan sebagainya yang justru disukai oleh anak. Memang, pola try out bagus untuk siswa cerdas. lalu bagaimana dengan siswa yang di bawah standar dalam kecerdasan kognitifnya?

Inilah waktu yang teramat tepat bagi guru untuk mempertanggungjawabkan kinerja pribadinya. Kemudian, sekaranglah waktu yang bagus untuk instropeksi diri bagi guru.

Sabtu, 19 April 2008

Kartini, Sang Guru Hebat


Oleh Suyatno

Guru biasa menjelaskan, guru baik mendemontrasikan, dan guru hebat menginspirasikan. Kartini termasuk guru segalanya karena mampu menjelaskan ke pihak luar tembok tentang narasi kehidupan masyarakatnya. Dia juga mampu mendemontasikan diri ke dalam kehidupan senyatanya sebagai seorang anak bupati dan istri pejabat. Kemudian, dia merupakan guru hebat karena mampu menginspirasikan kaumnya untuk terus berkembang bersama waktu.

Lalu, mengapa inspirasi kartini hanya ditangkap sebagai sanggul dan konde bagi anak-anak perempuan yang bersekolah? Sanggul dan konde boleh saja untuk mengenal simbol kekartinian hanya saja perlu diperdalam dan diperluas maknanya dengan banyak diskusi tentang gagasan Kartini lainnya. Perlu kajian tentang inspirasi Kartini. Perlu dorongan kekuatan untuk masuk ke relung filsafati Kartini.

Nah, Hari Kartini tahun 2008 ini merupakan tahun penguak jejak yang mendalam tentang bagaimana kiprah Kartini. Banyak inspirasi Kartini seperti berikut yang memberikan kesan mendalam bagi kita.

Setelah membaca surat-surat Kartini, di antaranya yang ditujukan kepada Estelle Zeehandelaar saat dia berusia 20 dan 21 tahun, di tahun 1899 dan 1990, mungkin Anda pun akan berkomentar

"Dia begitu gundah sebagai pribumi dan perempuan"

Orang-orang Belanda itu mentertawakan dan mengejek kebodohan kami, tapi kami berusaha maju, kemudian mereka mengambil sikap menantang terhadap kami. Aduhai! Betapa banyaknya duka-cita dahulu semasa masih kanak-kanak di sekolah.
(Kartini, 21 thn, menulis kepada Estelle 12 Januari 1900)

Kasihan benar orang-orangtua yang bernasib buruk mempunyai anak-anak perempuan seperti kami. Kami berharap dan berdoa, panjanglah usianya hendaknya, dan semoga kelak mereka bangga pada kami, sekalipun kami tiada kan berjalan di bawah payung keemasan yang berkilauan. (Kartini, 20 thn, menulis kepada Estelle Zeehandelaar, 25 Mei 1899)


Ia begitu semangat belajar, dan ia tahu, bahwa tiada batasnya banyaknya yang dapat dipelajarinya di luar yang dapat dipelajarinya di sekolah rendah. Ia seorang yang gila hormat; di dalam hal “kecakapan” dia tidak mau kalah dari kawan-kawannya kulit putih, yang berangkat ke Eropa; atau dari abang-abangnya, yang mengunjungi sekolah HBS.
(Kartini, 20 thn, menulis kepada Estelle Zeehandelaar, 6 November 1899)


"Penghaayatnnya tentang sastra ... hmmm"

Pikiran adalah puisi, pelaksanannya adalah seni! Tapi di mana bisa ada seni tanpa puisi? Segala yang baik, yang luhur, yang keramat, pendeknya segala yang indah di dalam hidup ini, adalah puisi!
(Surat Kartini dengan tahun tak dikenal tanggal 2 April)


"Dia seorang spiritualis"

Aku adalah seorang Muslimat karena leluhurku beragama Islam. Bagaimana mungkin aku bisa mencintai agamaku, kalau aku tidak mengenalnya? Tidak boleh mengetahuinya?
(Surat kepada Estelle Zeehandelaar, 6 November 1899)


"Dia pun sudah memikirkan kesehatan masyarakat"

Di bumi Jawa atau di seluruh Hindia hanya terdapat kira-kira 20.000 bidan, dan 30.000 bayi yang baru dilahirkan terpaksa tewas karena kurang mendapat pertolongan kedokteran.
(Surat kepada Estelle Zeehandelaar, 6 November 1899)

Akhirnya, kita pun akan mengatakan, "Pemikiran Kartini lebih luas daripada keempat tembok yang mengungkungnya." Jadi, sayang sekali jika guru penerus Kartini tidak pernah berkorespondensi dengan siapapun. Sebaiknya, guru juga perlu berkomunikasi dengan orang lain untuk menguatkan jati diri sebagai guru.



Pada zamannya, Kartini sangat terbuka alam pikirnya untuk berkomunikasi dengan orang lain untuk memformulasikan konsep hidupnya. Nah, guru saat ini mengapa tidak kuat dalam berkomunikasi? Marilah kita lihat surat Kartini lainnya.

SURAT KEPADA STELLA(tertanggal 18 Agustus 1899)
"Sesungguhnya adat sopan santun kami orang Jawa amatlah rumit. Adikku hrs merangkak, bila hendak berlalu dihadapanku. kalau adikku duduk di kursi, saat aku lalu, hrslah ia turun duduk di tanah dengan menundukkan kepala sampai aku tak terlihat lagi. Mereka hanya boleh menegurku dgn bahasa kromo inggil. Tiap kalimat haruslah diakhiri dgn "sembah". Berdiri bulu kuduk, bila kita berada dlm lingkungan keluarga Bumiputera yg ningrat. Bercakap-cakap dgn orang lain yg lebih tinggi derajatnya haruslah perlahan-lahan, jalannya langkah-langkah pendek-pendek, gerakannya lambat-lambat spt siput. Bila berjalan cepat dicaci orang, disebut sbg kuda liar. Peduli apa aku dgn segala tata cara itu.....Segala peraturan itu buatan manusia dan menyiksa diriku saja. Kamu tdk dapat membayangkan bagaimana rumitnya etiket keningratan di dunia Jawa itu....

Tapi sekarang mulai dgn aku, antara kami (kartini, Roekmini dan Kardinah) tdk ada tatacara itu lagi. Perasaan kami sendirilah yg akan menunjukkan atau menentukan sampai batas mana cara Liberal itu boleh dijalankan.

Bagi saya hanya ada dua macam keningratan, keningratan pikiran (fikroh), dan keningratan budi (akhlaq). Tdk ada manusia yg lebih gila dan bodoh menurut persepsi saya daripada melihat org membanggakan asal keturunannya. Apakah berarti sdh beramal sholeh org yg bergelar macam Graaf atau Baron..? Tidaklah dapat dimengerti oleh pikiranku yg picik ini,.."

Sebelum kita melanjutkan surat-surat Kartini yg lain ada baiknya kita melihat sahabat pena Kartini yg merupakan musuh-musuh dlm selimut yg berusaha mempengaruhi Kartini dgn cara dan pahamnya masing-masing.

Mereka itu adalah :

1. Mr. J.H Abendanon
Datang ke Hindia tahun 1900. Ditus oleh pemerintah Belanda utk melaksanakan politik Ethis. Tugasnya adalah sbg Direktur Departemen Pendidikan, Agama dan Kerajinan. Karena masih baru ia meminta nasehat teman sehaluan politiknya yaitu Snouck Hurgronje. Snouck memiliki konsepsi politik Asosiasi, menurutnya memasukkan peradaban BArat dlm masyarakat pribumi adalah cara yg paling ampuh utk membendung dan mengatasi Islam di Hindia Belanda. Tapi tdk mungkin mempengaruhi rakyat sebelum kaum ningratnya dibaratkan akan semakin mudah membaratkan rakyat Bumi putera. Untuk itu maka langkah pertama yg hrs diambil adalah mencari orang-orang ningrat yg Islamnya tdk teguh lalu dibaratkan. Dan pilihan pertama adalah Kartini.

2. Annie Glassor
Seorang guru yg mempunyai akte bahasa dan mengajar secara privat bahasa Perancis kpd Kartini. Annie Glasser dikirim oleh Abendanon utk memata-matai dan mengikuti perkembangan Kartini. Melalui Annie Glasser-lah Abendanon mendidik, mempengaruhi dan menjatuhkan Kartini.

3. Stella (Estalle Zeehandelaar)

Sewaktu dlm masa pingitan ( + 4 tahun ) Kartini banyak membaca utk menghabiskan menghabiskan waktunya. Tetapi Kartini tdk puas mengikuti perkembangan pergerakan wanita di Eropa hanya melalui majalah & buku-buku. Krn ingin mengetahui keadaan sesungguhnya maka Kartini memasang iklan disebuah majalah negeri Belanda, yaitu Hollandsche Lelie. Dgn segera iklan itu disambut oleh Stella, wanita Yahudi anggota pergerakan Feminis di Belanda yg bersahabat karib dgn gembong Sosialis, Ir H. VAn Kol.

4. Ir H Van Kol
Pernah tinggal di Hindia Belanda selama 16 tahun. Ia berkenalan dgn Kartini dan berusaha memperjuangkan Kartini agar dpt pergi ke Belanda atas biaya pemerintah Tinggi Belanda. Tapi rupanya ada udang di balik batu. Ia berharap dpt mengajak Kartini ke Belanda sbg saksi hidup tentang kebobrokan pemerintah Hindia Belanda di tanah jajahan. Melalui Kartini, Van Kol ingin mengungkapkan penyelewengan yg dilakukan para pejabat Hindia Belanda. Sehingga partai Sosialis, tempatnya bercokol, dpt berkuasa di parlemen & menjatuhkan partai yg berkuasa.

5. Ny Van Kol (Nellie Van Kol)

Seorang penulis berpendirian humanis dan progresif. Org yg paling berperan mendangkalkan aqidah Islamiah Kartini. Pada mulanya ia bermaksud menjadikan Kartini sbg seorang Kristen tapi gagal. Mulanya ia berbuat seolah-olah sbg penolong yg mengangkat Kartini dari keadaan tdk mempedulikan agama menjadi penuh perhatian. Bahkan ia berhasil mengakhiri "Gerakan mogok sholat dan mogok ngaji" yang dilakukan Kartini.

Kita buka kembali beberapa cuplikan surat Kartini yg sedikit membuka siapa dan mau apa ia.
"...Orang kebanyakan meniru kebiasaan orang baik-baik, orang baik-baik itu meniru perbuatan orang yang lebih tinggi pula, dialah orang Eropa " (kepada Stella, 25 Mei 1899)

" Aku mau meneruskan pendidikan ke Holland, karena Holland akan menyiapkan aku lebih baik untuk tugas besar yg telah aku pilih ". (kepada Ny Ovinksoer, 1900)

" Sekarang kami merasakan badan kami lebih kokoh, segala sesuatu tampak lain sekarang. Sudah lama cahaya itu tumbuh dalam hati kami. Kami belum tahu waktu itu dan Ny Van Kol yg menyibak tabir yg tergantung dihadapan kami. Kami sangat berterimakasih kepadanya, " (kepada Ny Ovinksoer, 12 Juli 1902)

" Ny Van Kol banyak bercerita kepada kami tentang Yesus yg Tuan muliakan itu, tentang rasul-rasul Petrus dan Paulus, dan kami senang mendengar itu semua," (kepada Dr Adriani, 5 Juli 1902)

" Malaikat yg baik beterbangan disekeliling saya dan Bapak yg ada dilangit membantu saya dlm perjuangan saya dengan bapakku yg ada di dunia ini," (kepada Ny Ovink Soer, 12 Juli 1902)

Kamis, 17 April 2008

Sapu Tangan untuk Calon Guru Berbobot



Oleh Suyatno

Calon guru adalah bagian dari siklus kehidupan yang akan menggantikan posisi guru yang telah uzur dimakan waktu. Sebagai pengganti, calon guru tentu teramat tahu bahwa perannya kelak berada dalam dimensi sebuah perubahan yang lebih maju. Dengan begitu, gaya mengajarnya sudah seharusnya berdimensi maju juga. Jika tidak, akan terjadi setali tiga uang alias sama saja dengan gaya guru uzur.

Alam guru yang uzur adalah alam lama, tradisional, klasik, dan dunia lisan karena memang situasi perkembangan zaman menjebaknya untuk seperti itu. Betapa tidak, guru uzur yang akan digantikan kelak adalah generasi yang dahulunya, saat sekolah, berkutat pada aspek lisan semata. Saat itu, TV belum ada, koran belum menyebar, video game tidak ada, dan HP masih di bawah alam sadar. Satu-satunya media bagi mereka yang uzur saat sekolah dahulu adalah tradisi lisan dengan gaya sentralisitis guru. Guru teramat dominan mengatur anak untuk menjadi. Lalu mau apa dalam kondisi tersebut?

Berbeda dengan calon guru saat ini, dalam dunianya terdapat segala fasilitas modern dengan alam pikiran yang terbuka dan bebas. Alam calon guru yang akan menjadi pengganti didominasi oleh teknologi canggih, terbuka, bebas, dan segalanya ada. Tentunya, tidaklah mungkin akan terjadi "tikus mati di lumbung padi" dalam diri calon guru.

Buka berarti guru uzur jelek dan calon guru akan lebih hebat dalam mengajarnya. Bisa jadi calon guru yang akan menggantikan posisi itu justru tampah buruk, menjenuhkan, dan "memble" cara mengajarnya. Apalagi, calon guru tersebut hanya duduk diam, pulang, tidur, dan bermain saja saat berkuliah. Calon guru yang semacam itu justru calon guru yang mandul, cacat, dan daun semangka berdaun sirih. Masyarakatlah yang akan menilai kepiawaian calon guru itu baik atau buruk.

Meskipun begitu, guru uzur sangat memberikan hasil bagi generasi yang dididiknya. Buktinya, saat ini dapat dilihat jenderal, guru besar, insinyur, dokter, dosen, guru, arsitek, direktur, praktisi handal. mereka adalah pengisi alam Indonesia dengan segala perkembangannya. Calon guru tentunya, pada 20 tahun mendatang akan dapat menghasilkan tokoh-tokoh tersebut dengan lebih handal pula. Jika tidak lebih handal, berarti memang tidak ada perubahan dalam diri calon guru.

Guru uzur juga turut memberikan warna kehidupan gelap seperti, pelacur, perompak, pembunuh, pengangguran, pembalak, gelandangan, koruptor, penjilat, dan lainnya. Betapa tidak. Mereka juga dibesarkan dalam watu yang sama dengan jumlah tokoh berprestasi seperti yang telah disebutkan di atas. Calon guru yang handal tentunya dapat meminimalkan jumlah generasi hitam tersebut dengan gaya mendidik yang terbarui. Mampukah calon guru melakukan hal itu? Ya, tentunya harus mampu jika tidak berarti tidak akan terjadi perjalanan siklus.

Calon guru saat ini teramat berat menangung beban jika bercermin kepada guru uzur. Jika dikatakan berat beban itu. Namun, jika calon guru memandangnya sebagai sebuah keharusan untuk menajadi lebih baik, tidak ada beban dalam karier calon guru mendatang asalkan bersikap secara piawai untuk terjun dalam dunia pendidikan. Pendidikan adalah sebuah siklus yang terbarui.

Banyak cara yang perlu dilakukan calon guru untuk bereksistensi dalam dunia pendidikan di alam maju ini. Cara tersebut adalah (1)niat dan percaya diri, (2) maju terus pantang mundur, (3) perbanyak membaca dan berdiskusi agar terbuka cakrawala diri, (4) senantiasa melakukan perubahan, (5) tidak malu bertanya, (6) lihatlah guru yang ada selama ini, (7) hormati guru uzur, (8) bergeraklah dalam tim, (9) berpikirlah inovatif dan kreatif, (10) ala bisa karena biasa, maksudnya, pembiasaan diri untuk mendidik dan mengajar dengan baik merupakan jalan untuk menjadi bisa.

Andai saja calon guru dalam bersilat di dunia mengajar menggunakan gaya yang lama, usang, dan tradisional, calon guru itu bukanlah seorang pengganti terbarui melainkan pengganti yang hanya wujud bukan isi. Jika berniat menjadi guru, jadilah guru sejati. Tidak ada kata lain, selain "terlanjur basah ya sudah mandi sekali". Jika sudah masuk di rumah pendidikan jadilah pendidik hebat sekalian.

Rabu, 16 April 2008

Guru Versi Ki Hajar Dewantara



Menurut Ki Hajar Dewantara, upaya menjunjung derajad bangsa akan berhasil, apabila dimulai dari bawah. Rakyat sebagai sumber kekuatan, harus mendapatkan pengajaran agar pandai melakukan upaya bagi kemakmuran negeri. Pendidikan anak-anak berarti pendidikan rakyat. Pendidikan harus disesuaikan dengan hidup dan penghidupan rakyat agar lebih berfaedah bagi perikehidupan bersama. Pendidikan harus bisa memerdekakan manusia dari ketergantungan kepada orang lain dan bersandar pada kekuatan sendiri.

Pendidikan merupakan tuntunan di dalam hidup tumbuhnya anak-anak. Berarti pendidikan menuntun segala kekuatan kodrat yang pada anak-anak itu, agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapatlah mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya. Pendidikan hanyalah suatu tuntunan di dalam hidup tumbuhnya anak-anak kita. Hidup tumbuhnya anak-anak itu terletak di luar kecakapan atau kehendak kaum pendidik. Anak-anak itu sebagai makhluk, sebagai manusia, sebagai benda hidup, tentu saja hidup dan tumbuh menurut kodratnya sendiri. kekuatan kodrati yang ada pada anak-anak itu ialah segala kekuatan di dalam hidup batin dan hidup lahir anak-anak itu yang ada karena kodrat. Para pendidik hanya dapat menuntun tumbuh dan hidupnya kekuatan-kekuatan itu agar dapat memperbaiki lakunya, (bukan dasarnya) hidup dan tumbuhnya.

Misalnya : Seorang petani, dia tidak bisa mengubah sifat-sifat dasar padi. Seorang petani hanya dapat menumbuhkan padi dengan memperbaiki tanahnya, memelihara tanamannya, memberi rabuk atau air, memusnahkan hama-hamanya. Ia tidak dapat mengubah kodrat tanaman. Ia tidak dapat merubah tanaman padi menjadi jagung dalam tempo tiga bulan. Pak tani harus takhluk pada kodrat padi. Seorang petani hanya dapat menjadikan padi tersebut tumbuh berkembang dan menghasilkan panen yang besar.

Tugas seorang petani hampir sama dengan seorang guru. Pendidikan hanya bisa menuntun pertumbuhan anak didiknya. Pertumbuhan anak-nak tergantung kodrat dan keadaan masing-masing. Anak yang tak baik dasar jiwanya dan tidak mendapat tuntunan pendidikan, dikhawatirkan akan menjadi orang jahat kalau tidak ada tuntunan. Dengan tuntunan tersebut seorang anak akan mendapat kecerdasan yang lebih tinggi dan luas, akan menjauhnya dirinya dari pengaruh jahat, buruk.

Pengaruh-pengaruh tidak baik yang datang kepada anak-anak boleh jadi berasal dari keluarganya. Anak-anak yang serba kekurangan tentu akan menghalangi ambisinya untuk mendapatkan pendidikan, sehingga kecerdasannya tidak bisa tumbuh seperti yang diharapkan. Mungkin juga mungkin perangai dari anggota keluarganya yang kurang menunjukkan keluhuran budipekerti.

Mengenai perlu tidaknya tuntunan di dalam tumbuhnya manusia, samalah keadaannya dengan soal perlu tidaknya pemeliharaan dalam pertumbuhan tanaman. Misalnya kalau jagung yang baik dasarnya jatuh pada tanah yang baik, banyak airnya, dan dapat sinar matahari, maka pemeliharaan-pemeliharaan dari Pak Tani akan menambah pertumbuhan dan hasil panen menjadi lebih baik. Kalau tidak ada pemeliharaan, sedangkan keadaan tanahnya tidak baik, atau tempat jatuhnya biji jagung itu tidak baik, kurang sinar matahari, maka tetap saja jagung itu tidak bisa tumbuh dengan baik. Sebaliknya apabila jagung itu bibitnya tidak baik, tetapi selalu dipelihara dengan baik oleh Pak Tani tentu saja hasilnya akan lebih baik daripada biji jagung yang tidak baik lainnya. (syt)

Selasa, 15 April 2008

Mengenali Siswa dengan Sepenuh Hati



Oleh suyatno

Banyak guru yang tidak mengenal karakter siswa ketika di kelas. Ynag dilakukan guru tersebut hanyalah sekadar menyampaikan materi sesuai dengan targetnya. Guru menerangkan panjang lebar, mengulas jauh, dan menganalisis materi dengan sangat lama tanpa pernah tahu murid paham atau tidak. Sesekali guru bertanya ke siswa tentang materi yang telah disampaikan kemudian meminta siswa untuk bertanya. Tidak ada pertanyaan dari siswa berarti semua siswa paham dan mendalami. Setelai itu usailah pelajaran kali itu.

Padahal, dari 40 siswa di kelas, bisa jadi yang paham dan mengerti hanya 10%-nya, lainnya kurang paham dan bahkan tidak mengerti. Mengapa hal itu terjadi? Hal itu terjadi karena titik sentuh siswa berbeda-beda. Siswa yang kuat dalam gaya belajar auditori sangat senang dan mampu membenamkan konsep ke dalam memorinya. Siswa yang bergaya belajar visual juga bisa jadi sangat paham karena guru di samping bercerita juga mencatatkan materi inti di papan. Namun, siswa yang bertumpu pada gaya belajar kinestetis tidak akan pernah paham akan konsep yang diberikan oleh guru kecuali konsep itu diperagakan dalam gerak.

Itu masih karakter gaya belajar siswa belum lagi karakter kecerdasan siswa yang multidimensi. Anak yang cerdas secara spasial atau pemahaman ruang dan waktu, tidak akan pernah paham materi yang diterangkan dengan bercuap-cuap. Anak spasial akan paham jika materi dikemas dengan memainkan ruang dan waktu, yakni materi dikembanghkan dengan cara gambar atau peta. Anak matematis akan paham jika guru menerangkan dengan cara melibatkan angka dalam penanaman konsepnya. Begitulah seterusnya.

Secara alamiah, siswa mempunyai kekuatan sesuai dengan jati dirinya. Lihatlah siswa sehari-hari, dia akan cepat memahami sesuatu jika melakukan secara langsung. Anak dapat dengan gembira berkelakar di luar kelas karena bahasa yang digunakan adalah bahasa mereka untuk kalangan mereka. Andai saja guru masuk kelas dengan bahasa siswa seperti siswa berbahasa di kerumunannya, pembelajaran tentu akan lebih menarik. Masuklah ke kelas bukan dengan gaya guru atau gaya orang dewasa tetapi gaya siswa yang penuh keriangan, celoteh, dan bersahabat. Pastilah, siswa akan menerima guru dengan segala keterbukaan.

Jika kita dapat mengenali siswa dengan sepenuh hati, siswa juga akan menanggapinya dengan sepenuh hati. Masuklah ke dunia anak dengan dunia anak. Bawalah hati yang sesuai dengan hati anak. Jangan pernah masuk dengan gaya orang dewasa yang berciri penguasa jika tidak akan mengalami kegagalan dalam mengajar.

Kalau dicermati, komentar siswa tentang guru favorit di surat kabar Jawa Pos Februari yang lalu (2008), dapat ditemukan bahwa ternyata guru favorit adalah guru yang suka humor, mengerti akan kebutuhan anak, santun, gaya menerangkan sangat enak, bersahabat, ramah, dekat dengan anak, dan tidak jahat. Komentar anak tersebut tentunya merupakan cermin diri bahwa menjadi favorit sangat mudah asalkan guru dapat menjalani gaya mengajar seperti yang ditulis anak dalam komentar di Jawa Pos itu.

Semua guru dapat menegenali siswa dengan sepenuh hati asalkan terbuka, tahu peran, dan yakin akan dirinya sebagai guru yang sepenuh hati. Guru tersebut dapat dikatakan sebagai guru yang berhati. Guru yang selalu mengasah diri demi perkembangan siswa-siswanya. Tiap hari dan tiap waktu, guru tersebut senantiasa mengisi gelas memorinya dengan segala perubahan pembelajaran.

Sabtu, 12 April 2008

Goyang Inul untuk Inovasi Pembelajaran



Oleh Suyatno

Masih ingatkah Anda dengan goyang Inul? Berkat goyang Inul, penyanyi dangdut yang disebut raja, Rhoma Irama, mengajak kawan-kawan sealiran untuk mencekal aksi goyang Inul. Namun, Inul jalan terus untuk menggoyang alam bawah sadar manusia sehingga masyarakat tetap saja mengakui kehebatan goyang Inul yang saat ini ditiru oleh entah berapa banyak pedangdut lainnya. Gerak tubuh dieksploitasi total untuk mendapatkan lentur tubuh indah memesona yang memantik decak positif dan negatif penikmatnya.
Inovasi pembelajaran pun tampaknya perlu bergoyang selentur tubuhnya agar memberikan decak bagi siswa sehingga dapat berkesan dan bertahan lama dalam memori anak. Sementara ini, banyak pembelajaran yang numpang lewat dari alam memori siswa. Hari ini diberikan sajian guru, besok siswa sudah lupa apalagi seminggu, sebulan, atau seterusnya. Pembelajaran disajikan hanya untuk memenuhi waktu yang disediakan, target yang digariskan, dan kurikulum yang dipayungkan. Dari 40 siswa dalam satu kelas, mungin hanya 10%-nya yang menyimpan sajian pembelajaran dalam otaknya. Ujung-ujungnya, siswa dipersalahkan, dituding, dan dicap sebagai siswa yang tidak pandaim, statis, dan rendah prestasi.
Cobalah guru "bergoyang Inul" saat di kelas. Goyangkan sajian materi dengan memadukan semua komponen pembelajaran secara total. Materi dikemas dengan metode dan teknik kemudian dibumbui pengaturan kelas yang menyenangkan bagi anak. Olahlah intonasi suara guru sesuai dengan tekanan yang diperlukan. Mainkan pandangan mata, anggukan kepala, kinestetis tangan, dan langkah kaki yang bertujuan. Goyangkan dengan indah sajian tersebut sampai pada titik sentuh yang berkesesuaian dengan inspirasi siswa. Kata Boby DePorter "orkestrakanlah kelas".
Totalitas mengajar dalam kelas perlu diwujudkan dengan sempurna. Konsentrasilah pada pembelajaran yang inovatif. Janganlah terjebak oleh lagu lama pembelajaran, yakni ceramah, pemberian contoh, dan penugasan. Laukanlah perubahan sejalan dengan pertumbuhan pemikiran siswa. Pembelajaran yang sukses ditandai oleh menyatunya guru dengan murid dalam satu goyangan.
Banyak guru yang ingin inovatif namun sudah dihantui terlebih dahulu oleh bayangan ketakutan. Alasan yang sering terlontar sebagai berikut. Pembelajaran inovatif akan (1) memakan waktu banyak, (2) murid terlalu banyak, (3) kelasku belum waktunya diinovatifkan, (4) guru lain tidak melakukan, (5) kepala sekolah diam saja kok, (6) buat apa "neko-neko" (aneh), dan (7) anak tidak akan dapat mengikuti karena kondisinya masih seperti ini.
Padahal, sangat mudah berinovasi asalkan guru berani keluar dari anggapan yang salah di atas. Jangan pedulikan alasan dalam melangkah maju. Lakukan dan nikmati. Niscaya siswa akan suka, senang, termotivasi, perhatian, dan berprestasi. Apapun dapat digunakan untuk bergerak dengan label inovatif.
Percayalah bahwa sebenarnya siswa adalah orang yang inovatif dan kreatif sehingga pembelajarannya juga harus inovatif dan kreatif. Tidak percaya? Cobalah anak-anak diberi kursi dan piring, selang beberapa menit muncul imajinasi bermobil, beberapa detik jadilah perahu, kemudian jadilah tempat tidur yang semuanya berdasarkan pikiran anak sendiri. Ingatlah bahwa semua anak berpotensi sesuai dengan karakternya masing-masing. Hanya saja, potensi itu tidak sempat muncul karena tertutup oleh memori yang formal dan tegang saat di bangku kelas.
Inovasi merupakan sebuah wujud dari sebuah perubahan yang tidak sekadar berubah menjadi lebih baik. Inovasi merupakan langkah pembaruan yang tersistem dan terstruktur dari berbagai aspek. Dengan inovasi, segalanya akan terbarui untuk tujuan yang lebih baik. Jadilah guru berinovasi yang mampu membuka cakrawala siswa inovatif.
Goyanglah semua potensi guru di kelas sehingga muncul decak siswa yang selanjutnya menanamkan fakta atau konsep ke memori yang terdalam siswa. Tanamlah biji kebenaran mengajar sehingga suatu saat akan memanen generasi yang menakjubkan bagi kemuliaan bangsa. Jangan gentar berinovasi. Segalanya dapat membantu Anda dalam berinovasi asalkan bersedia melakukan wujud nyata di kelas. Selamat bergoyang Inul. Meski Inul sudah lama tidak terdengar lagi, tidak ada salahnya goyangannya digunakan untuk menginspirasikan dalam pembelajaran.

Jumat, 11 April 2008

Guru, Keluarlah dari Zona Aman

Oleh Suyatno

Zona aman adalah kawasan yang dinyatakan tidak ada bahaya, aman, dan bergerak secara nyaman karena tidak ada tantangan, gangguan, hambatan, dan marabahaya. Orang yang berada di zona aman biasanya merasakan kenyamanan, kedamaian, dan kenikmatan yang terus menerus akibat perbuatan yang bersifat statis, dari itu ke itu, dan tanpa perubahan. Menurut orang zona aman, berubah berarti mendapatkan tantangan dan memerlukan pemikiran. Dengan begitu, berubah merupakan sesuatu yang tidak aman karena pasti akan muncul gangguan.
Ketika seorang guru merasakan bahwa gaya mengajar saat ini sama dengan sepuluh tahun lalu saat dia menjadi guru pertama kali dapatdikatakn sebagai guru zona aman. Guru tersebut dapat dikatakan statis, tidak ada perubahan, merasa nyaman dalam kondisi yang ada, dan tidak mau hal baru karena dianggap akan mengganggu pikiran, tenaga dan dana. Yang ada dalam pikirannya adalah sesuatu yang tetap dan biasa dijalani. Guru zona aman merasakan bahwa keberhasilan adalah kebiasaan yang terus-menerus dilakukan.
Menurut pandangannya, keberhasilan kemarin adalah keberhasilan hari ini dan masa mendatang.
Guru zona aman tidak akan pernah peduli dengan perubahan yang terjadi meskipun usia dan fisik juga turut berubah. Keluar dari zona aman berarti sebuah permasalahan yang justru akan mengganggu rasa nyaman dan bahagia saat ini. Baginya, jalan terbaik adalah jalan untuk meneruskan gaya yang sudah melekat dalam pembelajaran selama ini. Dia tidak akan peduli dengan teman lain yang telah berubah demi pembelajaran dan prestasi siswa. Menurutnya, dengan gaya statis saja siswa sudah dapat melanjutkan ke jenjang berikutnya. Perubahan tidak terjadi dan tidak menghinggapinya.
Hal itu berbeda dengan guru dinamis yang selalu berubah sejalan dengan perubahan zaman. Bagi guru dinamis, kondisi statis akan merusak perkembangan pembelajarannya. Guru yang demikian itu berlandaskan masa depan, gaya berpikir otak kanan, dan proses yang senatiasa berubah. Perubahan adalah jalan yang terbaik bagi siswa yang penuh dengan warna kreativitas itu. Itulah pernyataan yang selalu dipegang guru dinamis.
Kalau guru zona aman bergerak dengan gaya berpikir otak kiri yang bercirikan statis, linear, terstruktur, dan takut salah, guru dinamis bercirikan berpikir dengan otak kanan yang lateral, dinamis, selalu berubah, dan berani menerima tantangan.
Kondisi saat ini menuntuk kreativitas dan inovasi guru dalam mengajar di kelas karena siswa mengalami perubahan kondisi. Lihat saja. Siswa saat ini telah dirasuki dunia elektronis yang menjebak mereka juga harus berdimensi elektronis. Untuk itu, guru juga harus berorientasi terhadap pola siswa yang demikian itu. Jalan yang terbaik bagi pembelajaran saat ini adalah jalan yang bernuansa dinamis. Guru harus senantiasa memperbarui gaya mengajarnya sehingga siswa semakin tertarik, termotivasi, dan tergugah jiwa belajarnya.
Oleh karena itu, mau tidak mau, guru harus keluar dari zona amannya. Guru senantiasa mengubah paradigma berpikir dari gaya statis ke gaya dinamis. Guru, keluarlah dari zona aman agar dunia semakin terang disingkap oleh siswanya.
Banyak jalan menuju Roma, banyak cara untuk menjadi guru dinamis. Ingat bahwa justru zona aman akan menjadi tidak aman ketika yang lainnya berubah. Cara untuk keluar dari zona aman adalah (1) kuatkan hati dan pikiran bahwa dunia sudah berubah, (2) tanamkan dalam pikiran bahwa semua orang mampu keluar dari zona aman asalkan ada komitmen kuat dari dalam diri, (3) cobalah sedikit demi sedikit memikirkan gaya mengajar yang perlu diperbaiki, (4) ajaklah teman lain berdiskusi tentang gaya mengajar saat ini, (5) cobalah siswa diminta untuk mengomentari gaya mengajar, (6) perbanyak membaca dan melek elektronis, (7) datangilah pertemuan guru-guru yang berbicara tentang masa depan, dan (8) yakinlah bahwa guru dapat bergaya mengajar dinamis. Guru, keluarlah dari zona aman mumpung hidup masih hidup.

Kamis, 10 April 2008

Mengajar dengan Lagu


Oleh Suyatno

Masuklah ke kelas dengan lagu yang disenangi anak-anak kemudian syairnya diubah dengan materi inti yang akan disajikan. Bernyanyilah bersama dengan anak-anak dalam kondisi riang dan senang. Ulangilah lagu itu. Kemudian, ajaklah anak untuk memakanai isi lagu berkaitan dengan pengalamannya.
Setelah itu, ajaklah anak untuk membuka buku berkaitan dengan isi lagu. Siswa mengaitkan isi lagu dengan isi buku. Lalu, siswa membuat deskripsi dengan bahasa sendiri. Deskripsi tiap siswa direviu dalam kelompok sehingga muncul satu deskripsi kelompok.
Setelah, muncul deskripsi kelompok, siswa melaporkan dan saling membandingkan isi deskripsi yang satu dengan yang lainnya dalam kelompok. Simpulkan bersama siswa. Jangan lupa, kuatkan pemahaman konsep siswa denagan penyajian poin-poin isi materi.
Hasil dari penguatan perlu dirayakan dengan tepuk tangan. Kemudian, nyanyikan lagi lagu tadi dengan riang.
Cobalah dites siswa yang baru saja mengamai pembelajaran dengan bernyanyi itu. Hasilnya, siswa pasti lebih banyak mengerjakan dengan benar. Dengan syarat, guru harus menjaga irama agar inti materi benar-benar terlampaui dengan baik. Guru memperhatikan perkembanagan tiap individu.
Kunci agar guru dapat melaksanakan teknik lagu adalah (1) guru harus mampu menyanyikan dengan berlatih di rumah, (2) yakinlah bahwa anak dapat menyanyikan lagu tersebut, (3) rencanakan dengan baik termasuk menuliskan kata kunci pembelajaran, (4) akui setiap usaha anak, (5) jika layak dipelajari layak pula dirayakan, (6) sabar dan hindari ceramah terlebih dahulu, dan (7) kenali karakter siswa dengan baik. Selamat mencoba.
Ingat, cobalah dahulu baru mengomentari artiekel ini. Jangan dibayangkan karena tidak akan mendapatkan fakta yang sesungguhnya.

Rabu, 09 April 2008

Tanpa Siswa, Guru Tidak Ada Apa-Apanya



Oleh Suyatno

Tanpa siswa, guru tidak ada apa-apanya. Bayangkan saja, andai guru telah merencanakan pembelajaran dengan baik, mengemas materi, memformulasikan proses, namum apabila siswa tanpa perhatian, tanpa motivasi, dan tanpa keseriusan terhadap pembelajaran, tentunya tidak akan terjadi perubahan apa-apa. Kelas hanya berjalan sesuai dengan rel waktu yang disediakan. Kelas terlihat kering tanpa rasa dan hati.
Oleh karena itu, peran siswa sangat menentukan dalam pembelajaran. Memusatkan perhatian anak, memotivasi daya belajarnya, dan membuat pikiran serius berarti juga merupakan hal utama yang perlu dilakukan oleh guru. Kepiawaian guru diuji dengan mengenali perkembangan siswa secara rinci, menyeluruh, dan mendalam.
Selama ini, guru hanya disibukkan dengan RPP dan pengemasan materi tanpa pernah mengasah diri untuk lebih jauh mengenal karakteristik siswa. Jarang guru paham terhadap keunikan siswanya. Semua siswa dianggap sama.
Padahal, siswa itu unik. Siswa satu dengan yang lainnya berbeda dalam segala rasa, segala tindak, dan segala sifatnya. Untuk itu, perlakuan terhadap siswa satu dengan yang lainnya juga harus berbeda. Ada siswa yang hanya dilirik saja termotivasi untuk belajar. Namun, ada pula siswa yang dilirik malah ganti melirik tanpa termotivasi untuk belajar.
Guru bermutu hendaknya juga teramat paham dengan keberagaman perkembangan siswa meskipun mereka berada dalam satu kelas. Begitu pula, kelas yang satu akan berbeda dengan kelas yang lainnya meskipun kelas itu paralel. Guru yang demikian itu pastilah menggunakan metode pembelajaran yang berbeda untuk kelas yang berbeda meski berada dalam paralel.
Guru bermutu juga mampu menyelami karakter khusus yang ditampakkan siswa seperti mata lelah, kepala digoyang-goyangkan, tangan menjuntai terus, kaki disilangkan, dan kinestetis lainnya yang ditunjukkan siswa. Guru adalah pemain orkestra yang paling bagus yang mampu mengenali satu demi satu pemainnya, bunyi musiknya, dan arah suaranya.
Perlu diingat bahwa siswa mempunyai ragam kecerdasan yang utuh meskipun kadang salah satu kecerdasan dapat menonjol. Gagner, pakar kecerdasan majemuk, menyebutkan bahwa anak mempunyai delapan kecerdasan yang apabila disentuh dengan baik akan muncul dan menjadi kekuatan dahsyat bagi anak itu. Kecerdasan anak itulah yang perlu digali oleh guru untuk dijadikan titik berangkat dalam pembelajaran.
Agar guru ada apa-apanya dalam mengajar tentunya guru perlu mengidentifikasi karakter kecerdasan anak di kelas. Bisa jadi, kelas yang akan diajar didominasi anak-anak yang cerdas bahasa sedangkan kelas lainnya yang paralel mempunyai kecerdasan matematika. Jadi, metode mengajar kelas satu dengan lainnya berbeda.
Ingatlah bahwa tiap anak kreatif dan cerdas dalam kondisi apapun. Kekreatifan dan kecerdasan itu harus diangkat ke dalam proses pembelajaran melalui berbagai cara yang menyenangkan. Pada akhirnya, perhatian, motivasi, dan ketertarikan anak dalam keadaan optimal saat guru memainkan pembelajaran. Bagaimana menurut Anda?

Senin, 07 April 2008

Melejitkan Pembelajaran Melalui Lesson Study


Oleh Suyatno

Lesson Study kini banyak diperbincangkan sebagai pelengkap dari perkembangan Penelitian Tindakan Kelas. Lesson Study adalah suatu proses kolaboratif sekelompok guru untuk mengidentifikasi suatu masalah pembelajaran, merancang suatu skenario pembelajaran (yang meliputi kegiatan mencari buku dan artikel mengenai topik yang akan dibelajarkan), membelajarkan siswa sesuai skenario (salah seorang guru melaksanakan pembelajaran sementara yang lain mengamati), mengevaluasi dan merevisi skenario pembelajaran, membelajarkan lagi skenario pembelajaran yang telah direvisi, mengevaluasi lagi pembelajaran dan membagikan hasilnya dengan guru-guru lain.
Konsep dan praktik Lesson Study pertama kali dikembangkan oleh para guru pendidikan dasar di Jepang, yang dalam bahasa Jepang-nya disebut dengan istilah kenkyuu jugyo. Adalah Makoto Yoshida, orang yang dianggap berjasa besar dalam mengembangkan kenkyuu jugyo di Jepang. Keberhasilan Jepang dalam mengembangkan Lesson Study tampaknya mulai diikuti pula oleh beberapa negara lain, termasuk di Amerika Serikat yang secara gigih dikembangkan dan dipopulerkan oleh Catherine Lewis yang telah melakukan penelitian tentang Lesson Study di Jepang sejak tahun 1993. Sementara di Indonesia pun saat ini mulai gencar disosialisasikan untuk dijadikan sebagai sebuah model dalam rangka meningkatkan proses pembelajaran siswa, bahkan pada beberapa sekolah sudah mulai dipraktikkan. Meski pada awalnya, Lesson Study dikembangkan pada pendidikan dasar, namun saat ini ada kecenderungan untuk diterapkan pula pada pendidikan menengah dan bahkan pendidikan tinggi.

Lesson Study bukanlah suatu strategi atau metode dalam pembelajaran, tetapi merupakan salah satu upaya pembinaan untuk meningkatkan proses pembelajaran yang dilakukan oleh sekelompok guru secara kolaboratif dan berkesinambungan, dalam merencanakan, melaksanakan, mengobservasi dan melaporkan hasil pembelajaran. Lesson Study bukan sebuah proyek sesaat, tetapi merupakan kegiatan terus menerus yang tiada henti dan merupakan sebuah upaya untuk mengaplikasikan prinsip-prinsip dalam Total Quality Management, yakni memperbaiki proses dan hasil pembelajaran siswa secara terus-menerus, berdasarkan data. Lesson Study merupakan kegiatan yang dapat mendorong terbentuknya sebuah komunitas belajar (learning society) yang secara konsisten dan sistematis melakukan perbaikan diri, baik pada tataran individual maupun manajerial. Slamet Mulyana (2007) memberikan rumusan tentang Lesson Study sebagai salah satu model pembinaan profesi pendidik melalui pengkajian pembelajaran secara kolaboratif dan berkelanjutan berlandaskan pada prinsip-psrinsip kolegalitas dan mutual learning untuk membangun komunitas belajar.

Lesson Study dapat memberikan sumbangan terhadap pengembangan keprofesionalan guru, yaitu dengan menguraikan delapan pengalaman yang diberikan Lesson Study kepada guru sebagai berikut. Lesson Study memungkinkan guru untuk:

1) memikirkan dengan cermat mengenai tujuan dari pembelajaran, materi pokok, dan bidang studi,
2) mengkaji dan mengembangkan pembelajaran terbaik yang dapat dikembangkan,
3) memperdalam pengetahuan mengenai mengenai materi pokok yang diajarkan,
4) memikirkan secara mendalam tujuan jangka panjang yang akan dicapai berkaitan dengan siswa,
5) merancang pembelajaran secara kolaboratif,
6) mengkaji secara cermat cara dan proses belajar serta tingkah laku siswa,
7) mengembangkan pengetahuan pedagogis yang kuat/penuh daya, dan
8) melihat hasil pembelajaran sendiri melalui mata siswa dan kolega.

Lesson study mentargetkan pencapaian berbagai kualitas siswa yang mempengaruhi kegiatan belajar mengajar. Kegiatan belajar adalah kebiasaan berpikir dan bersikap (the habbits of mind and heart that are fundamental to success in school). Kebiasaan berpikir dan bersikap itu berupa ketekunan (peristence), kerjasama (cooperation), tanggung jawab (responsibility), dan kemauan untuk bekerja keras (willingness to work hard). Oleh karena itu, guru harus bekerja sama sebagai satu tim untuk menciptakan lingkungan belajar yang baik.

Tim guru, dapat dibentuk di Kelompok Kerja Guru (KKG) dan Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) tingkat sekolah maupun tingkat kabupaten. Sehingga, Lesson Study merupakan salah satu cara efektif untuk meningkatkan kegiatan MGMP dan dapat memperbaiki belajar mengajar guru melalui pengembangan pengetahuan keprofesionalan bersama-sama berdasarkan praktik pembelajaran.

Menurut Lewis (2006), tahap-tahap yang perlu di lakukan dalam menerapkankan suatu Lesson Study adalah sebagai berikut, pertama membentuk grup Lesson Study, anggota kelompok Lesson Study dapat direkrut dari guru, dosen, pejabat pendidikan, dan/atau pemerhati pendidikan. Yang sangat penting adalah mereka yang mempunyai komitmen, minat, dan kemauan untuk melakukan inovasi dan memperbaiki kualitas pendidikan.

Kedua, memfokuskan Lesson Study, yang perlu dilakukan guru yaitu memilih mata pelajaran, serta memilih topik (unit) dan pelajaran (Lesson).

Ketiga, Merencanakan Research Lesson, dalam merencanakan suatu Research Lesson (a teacher-led instructional improvement), di samping mengkaji pelajaran-pelajaran yang sedang berlangsung, kita perlu mengembangkan suatu rencana untuk memandu belajar (plan to guide learning). Rencana itu akan memandu pengajaran, pengamatan, dan diskusi tentang research lesson serta mengungkap temuan yang muncul selama lesson Study berlangsung.

Keempat, mengajar dan mengamati Research Lesson, guru anggota kelompok yang sudah di tunjuk dan disepakati melaksanakan tugas untuk mengajar materi yang telah ditetapkan, sedangkan anggota kelompok yang lain mengamati Lesson tersebut. Pengamat akan mengumpulkan data yang diperlukan selama pelajaran berlangsung. Untuk mendokumentasikan Research Lesson dilakukan dengan menggunakan kamera, karya siswa, dan catatan observasi naratif

Kelima, mendiskusikan dan menganalisis Research Lesson. Research Lesson yang sudah diimplementasikan perlu didiskusikan dan dianalisis. Hal itu perlu dilakukan sebagai bahan untuk perbaikan atau revisi Research Lesson. Dengan demikian research Lessson diharapkan akan menjadi lebih sempurna, efektif dan efisien.

Keenam, merefleksikan Lesson Study dan merencanakan tahap-tahap berikutnya. Dalam merefleksikan lesson study hal yang perlu dilakukan adalah memikirkan tentang apa-apa yang sudah berlangsung dengan baik sesuai dengan rencana dan apa-apa yang masih perlu diperbaiki.

Berkenaan dengan tahapan-tahapan dalam Lesson Study ini, dijumpai beberapa pendapat. Menurut Wikipedia (2007) bahwa Lesson Study dilakukan melalui empat tahapan dengan menggunakan konsep Plan-Do-Check-Act (PDCA). Sementara itu, Slamet Mulyana (2007) mengemukakan tiga tahapan dalam Lesson Study, yaitu : (1) Perencanaan (Plan); (2) Pelaksanaan (Do) dan (3) Refleksi (See). Sedangkan Bill Cerbin dan Bryan Kopp dari University of Wisconsin mengetengahkan enam tahapan dalam Lesson Study, yaitu:

Form a Team: membentuk tim sebanyak 3-6 orang yang terdiri guru yang bersangkutan dan pihak-pihak lain yang kompeten serta memilki kepentingan dengan Lesson Study.
Develop Student Learning Goals: anggota tim memdiskusikan apa yang akan dibelajarkan kepada siswa sebagai hasil dari Lesson Study.
Plan the Research Lesson: guru-guru mendesain pembelajaran guna mencapai tujuan belajar dan mengantisipasi bagaimana para siswa akan merespons.
Gather Evidence of Student Learning: salah seorang guru tim melaksanakan pembelajaran, sementara yang lainnya melakukan pengamatan, mengumpulkan bukti-bukti dari pembelajaran siswa.
Analyze Evidence of Learning: tim mendiskusikan hasil dan menilai kemajuan dalam pencapaian tujuan belajar siswa
Repeat the Process: kelompok merevisi pembelajaran, mengulang tahapan-tahapan mulai dari tahapan ke-2 sampai dengan tahapan ke-5 sebagaimana dikemukakan di atas, dan tim melakukan sharing atas temuan-temuan yang ada.
Untuk lebih jelasnya, dengan merujuk pada pemikiran Slamet Mulyana (2007) dan konsep Plan-Do-Check-Act (PDCA), di bawah ini akan diuraikan secara ringkas tentang empat tahapan dalam penyelengggaraan Lesson Study

1. Tahapan Perencanaan (Plan)

Dalam tahap perencanaan, para guru yang tergabung dalam Lesson Study berkolaborasi untuk menyusun RPP yang mencerminkan pembelajaran yang berpusat pada siswa. Perencanaan diawali dengan kegiatan menganalisis kebutuhan dan permasalahan yang dihadapi dalam pembelajaran, seperti tentang: kompetensi dasar, cara membelajarkan siswa, mensiasati kekurangan fasilitas dan sarana belajar, dan sebagainya, sehingga dapat ketahui berbagai kondisi nyata yang akan digunakan untuk kepentingan pembelajaran. Selanjutnya, secara bersama-sama pula dicarikan solusi untuk memecahkan segala permasalahan ditemukan. Kesimpulan dari hasil analisis kebutuhan dan permasalahan menjadi bagian yang harus dipertimbangkan dalam penyusunan RPP, sehingga RPP menjadi sebuah perencanaan yang benar-benar sangat matang, yang didalamnya sanggup mengantisipasi segala kemungkinan yang akan terjadi selama pelaksanaan pembelajaran berlangsung, baik pada tahap awal, tahap inti sampai dengan tahap akhir pembelajaran.

2. Tahapan Pelaksanaan (Do)

Pada tahapan yang kedua, terdapat dua kegiatan utama yaitu: (1) kegiatan pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan oleh salah seorang guru yang disepakati atau atas permintaan sendiri untuk mempraktikkan RPP yang telah disusun bersama, dan (2) kegiatan pengamatan atau observasi yang dilakukan oleh anggota atau komunitas Lesson Study yang lainnya (baca: guru, kepala sekolah, atau pengawas sekolah, atau undangan lainnya yang bertindak sebagai pengamat/observer)

Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam tahapan pelaksanaan, diantaranya:

Guru melaksanakan pembelajaran sesuai dengan RPP yang telah disusun bersama.
Siswa diupayakan dapat menjalani proses pembelajaran dalam setting yang wajar dan natural, tidak dalam keadaan under pressure yang disebabkan adanya program Lesson Study.
Selama kegiatan pembelajaran berlangsung, pengamat tidak diperbolehkan mengganggu jalannya kegiatan pembelajaran dan mengganggu konsentrasi guru maupun siswa.
Pengamat melakukan pengamatan secara teliti terhadap interaksi siswa-siswa, siswa-bahan ajar, siswa-guru, siswa-lingkungan lainnya, dengan menggunakan instrumen pengamatan yang telah disiapkan sebelumnya dan disusun bersama-sama.
Pengamat harus dapat belajar dari pembelajaran yang berlangsung dan bukan untuk mengevalusi guru.
Pengamat dapat melakukan perekaman melalui video camera atau photo digital untuk keperluan dokumentasi dan bahan analisis lebih lanjut dan kegiatan perekaman tidak mengganggu jalannya proses pembelajaran.
Pengamat melakukan pencatatan tentang perilaku belajar siswa selama pembelajaran berlangsung, misalnya tentang komentar atau diskusi siswa dan diusahakan dapat mencantumkan nama siswa yang bersangkutan, terjadinya proses konstruksi pemahaman siswa melalui aktivitas belajar siswa. Catatan dibuat berdasarkan pedoman dan urutan pengalaman belajar siswa yang tercantum dalam RPP.
3. Tahapan Refleksi (Check)

Tahapan ketiga merupakan tahapan yang sangat penting karena upaya perbaikan proses pembelajaran selanjutnya akan bergantung dari ketajaman analisis para perserta berdasarkan pengamatan terhadap pelaksanaan pembelajaran yang telah dilaksanakan. Kegiatan refleksi dilakukan dalam bentuk diskusi yang diikuti seluruh peserta Lesson Study yang dipandu oleh kepala sekolah atau peserta lainnya yang ditunjuk. Diskusi dimulai dari penyampaian kesan-kesan guru yang telah mempraktikkan pembelajaran, dengan menyampaikan komentar atau kesan umum maupun kesan khusus atas proses pembelajaran yang dilakukannya, misalnya mengenai kesulitan dan permasalahan yang dirasakan dalam menjalankan RPP yang telah disusun.

Selanjutnya, semua pengamat menyampaikan tanggapan atau saran secara bijak terhadap proses pembelajaran yang telah dilaksanakan (bukan terhadap guru yang bersangkutan). Dalam menyampaikan saran-saranya, pengamat harus didukung oleh bukti-bukti yang diperoleh dari hasil pengamatan, tidak berdasarkan opininya. Berbagai pembicaraan yang berkembang dalam diskusi dapat dijadikan umpan balik bagi seluruh peserta untuk kepentingan perbaikan atau peningkatan proses pembelajaran. Oleh karena itu, sebaiknya seluruh peserta pun memiliki catatan-catatan pembicaraan yang berlangsung dalam diskusi.

4. Tahapan Tindak Lanjut (Act)

Dari hasil refleksi dapat diperoleh sejumlah pengetahuan baru atau keputusan-keputusan penting guna perbaikan dan peningkatan proses pembelajaran, baik pada tataran indiividual, maupun menajerial.

Pada tataran individual, berbagai temuan dan masukan berharga yang disampaikan pada saat diskusi dalam tahapan refleksi (check) tentunya menjadi modal bagi para guru, baik yang bertindak sebagai pengajar maupun observer untuk mengembangkan proses pembelajaran ke arah lebih baik.

Pada tataran manajerial, dengan pelibatan langsung kepala sekolah sebagai peserta Lesson Study, tentunya kepala sekolah akan memperoleh sejumlah masukan yang berharga bagi kepentingan pengembangan manajemen pendidikan di sekolahnya secara keseluruhan. Kalau selama ini kepala sekolah banyak disibukkan dengan hal-hal di luar pendidikan, dengan keterlibatannya secara langsung dalam Lesson Study, maka dia akan lebih dapat memahami apa yang sesungguhnya dialami oleh guru dan siswanya dalam proses pembelajaran, sehingga diharapkan kepala sekolah dapat semakin lebih fokus lagi untuk mewujudkan dirinya sebagai pemimpin pendidikan di sekolah.

Lesson study memiliki peran yang cukup besar dalam melakukan perubahan secara sistemik. Menurut Lewis (2006) lesson study tidak hanya memberikan sumbangan terhadap pengetahuan keprofesionalan guru, tetapi juga terhadap peningkatan system pendidikan yang lebih luas.

Melalui Lesson Study, guru secara kolaboratif berupaya menterjemahkan tujuan dan standar pendidikan ke alam nyata di kelas. Mereka berupaya merancang pembelajaran sedemikian sehingga siswa dapat dibantu untuk mengetahui kompetensi dasar yang diharapkan. Selain itu, mereka berupaya merancang suatu scenario pembelajaran yang memperhatikan kompetensi dasar dan pengembangan kebiasaan berpikir ilmiah, dimana siswa diajak untuk mengendalikan variable dan juga memperoleh pengetahuan tertentu yang terkait dengan materi yang dibelajarkan. Setelah itu rancangan pembelajaran dilaksanakan, diamati, didiskusikan, direvisi, dan jika perlu dibelajarkan lagi dikelas lainnya.

Penyelenggaraan proses belajar mengajar menutut guru untuk menguasai isi atau materi bidang studi yang akan diajarkan serta wawasan yang berhubungan dengan materi tersebut. Sebagai penyelenggara proses belajar-mengajar guru juga harus bersikap profesional. Guru harus dapat mengembangkan sikap positif dalam pembelajaran dan dapat merespon ide-ide siswa. Melalui lesson study, guru dapat mengamati pelaksanaan pembelajaran yang diteliti (research lesson) dan juga dapat mengadopsi pembelajaran yang sejenis setelah mengamati respon siswa yang tertarik dan termotivasi untuk belajar dengan cara seperti yang dilaksanakan melalui pengamatan langsung terhadap pembelajaran yang diteliti maupun laporan tertulis, video, ataupun berbagi pengalaman dengan kolega. Sehingga dengan adanya Lesson Study, guru dapat memperbaiki mutu pengajarannya di kelas serta meningkatkan profesionalisme guru.