Rabu, 19 Agustus 2015

Suara sebagai Modal Keberhasilan Mengajar di Kelas

Oleh Suyatno

Guru itu pasti memunyai suara layaknya manusia lainnya karena didukung oleh alat ucap yang memadai. Namun, suara guru tidak hanya sekadar menyampaikan gagasan diri sendiri tetapi memberikan makna lain bagi siswa yang mendengarkannya. Suara guru berarti sama dengan suara inspirasi bagi siswanya.

Jika suara guru lantang tanpa jeda, makna yang diperoleh berbeda dengan suara lantang dengan jeda. Guru yang bersuara lirih akan menimbulkan makna lain dibandingkan dengan suara yang lantang. Siswa yang duduk paling belakang akan susah menerima dan memaknai isi suara gurunya jika tidak terdengar oleh telinga sang siswa. Itulah kehebatan suara yang disandang oleh seorang guru.

Lalu, seperti apa hendaknya suara guru saat mengajar di kelas? Berikut saran yang diperlukan agar guru selalu bersuara mantap sehingga mengandung nilai keguruan, kebijaksanaan, dan memotivasi siswa dalam belajar.
1. Jagalah suara dari gangguan berupa makanan atau kelelahan fisik sehingga saat mengajar suara guru tetap prima.
2. Gunakan intonasi dengan tepat sesuai dengan keinginan pembelajaran, seperti meminta, menyuruh, mengajak, menekankan, menarik perhatian, menguatkan, menegur, menyanjung, memberikan penghargaan, memfokuskan, dan sebagainya.
3. Variasikan pilihan kata dengan tepat sehingga tidak ditandai oleh siswa sebagai sosok yang "itu-itu saja".
4. Gunakan kalimat yang menarik dan menyenangkan bagi siswa untuk melakukan sesuatu sesuai dengan yang diharapkan guru.
5. Sekali-kali rekamlah suara guru sebagai bahan untuk mengevaluasi dan merefleksikan diri.

Dalam dunia pembelajaran, suara guru disebut juga sebagai bahasa guru. Bahasa guru memunyai porsi yang sangat besar bagi keberhasilan mengajar dan mampu membuat siswa memasuki dunia keberhasilan. Guru pandai secara akademis belum tentu mampu memandaikan siswa akibat suara yang tidak diolah dan dikemas dengan baik sesuai dengan tujuan pembelajaran.

Banyak guru yang hanya bersudut pandang dari diri sendiri saja tanpa melihat kebutuhan siswanya. Dia egoistis dengan suara yang juga egoistis. Suara datar tanpa nada, suara yang tidak berenergi, dan gerakan badan yang statis sering ditunjukkan oleh guru yang semaunya sendiri itu. Mereka selalu marah jika diingatkan. Siswa selalu menjadi korban kemarahan.

Sebaliknya, guru yang senantiasa bersudut pandang siswa selalu berbicara dengan suara yang tepat sesuai dengan keinginan siswanya. Dia berintonasi suara dengan baik. Dia tahu kapan harus bersuara meninggi dan kapan harus bersuara lirih. Pilihan kata selalu digunakan untuk kepentingan pendidikan sesuai dengan ciri siswa yang dihadapinya. Kadang suaranya lantang, cepat, dan mantap. Kadang suaranya lirih, tersedih, dan mengiris hati. Senyum mengembang mengiringi suara bernada positif. Lalu, simpul terdiam mewarnai suara yang sedih lirih. Dialah guru yang jago dalam mengendalikan kelas.