Selasa, 07 Agustus 2012

Enam Faktor Anak Menindas Kawannya (Bullying)

Perilaku bullying atau suka menindas orang lain, tanpa disadari kerap kali dialami anak-anak atau remaja. Sayangnya, para pelaku bullying ini acapkali bukanlah anak atau remaja yang biasa dinilai punya perilaku nakal dalam kesehariannya terutama di rumah. Tak heran jika banyak orangtua yang kaget karena anak mereka terlibat bullying sementara di rumah mereka menunjukkan perilaku yang baik.

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Douglas Gentile dan Brad Bushman dalam Psychology of Popular Media Culture, disebutkan bahwa anak-anak yang terlihat baik juga memiliki risiko untuk menjadi seorang pengganggu dan memiliki beberapa perilaku yang agresif.

Penelitian ini dilakukan dengan memantau perkembangan dari 430 anak usia 7-11 tahun di kelas 3-5 dari lima sekolah di Minnesota. Dalam studi ini, anak-anak dan guru disurvei dua kali per enam bulan. Agresifitas fisik ini diukur dengan laporan perkembangan diri, laporan teman sebaya, dan juga laporan guru tentang kekerasan yang dilakukan anak. Penelitian ini dilakukan untuk menentukan beragam faktor yang bisa mengubah pribadi anak menjadi negatif .

Dalam laporan diri, anak-anak dinilai melalui tayangan televisi yang mereka sukai, video game, dan film. Penelitian dilakukan dengan seberapa sering mereka menonton dan bermain video game yang berhubungan dengan kekerasan. Mereka berpendapat bahwa televisi dan video game memegang peranan penting bagi anak untuk mem-bully teman-temannya, karena dianggap seperti permainan.

Berdasarkan penelitian ini, Gentile dan Bushman mengungkapkan, ada enam faktor yang bisa menyebabkan anak menjadi seorang pengganggu atau melakukan bullying pada temannya. "Ketika semua faktor risiko ini dialami anak, maka risiko agresi dan perilaku bullying akan tinggi. 1-2 faktor risiko bukan masalah besar bagi anak, namun tetap butuh bantuan orang tua untuk mengatasinya," ungkap Gentile.

1. Kecenderungan permusuhan
Dalam hubungan keluarga maupun pertemanan, permusuhan seringkali tak bisa dihindari. Merasa dimusuhi akan membuat anak merasa dendam dan ingin membalasnya.

2. Kurang perhatian
Rendahnya keterlibatan dan perhatian orang tua pada anak juga bisa menyebabkan anak suka mencari perhatian dan pujian dari orang lain. Salah satunya pujian pada kekuatan dan popularitas mereka di luar rumah.

3. Gender sebagai laki-laki

Seringkali orang menilai bahwa menjadi seorang laki-laki harus kuat dan tak kalah saat berkelahi. Hal ini secara tak langsung menjadi image kuat yan menempel pada anak laki-laki bahwa mereka harus mendapatkan pengakuan bahwa mereka lebih kuat dibanding teman laki-laki lainnya. Akhirnya perilaku ini membuat mereka lebih cenderung agresif secara fisik.

4. Riwayat korban kekerasan
Biasanya, anak yang pernah mengalami kekerasan khususnya dari orang tua lebih cenderung 'balas dendam' pada temannya di luar rumah.

5. Riwayat berkelahi
Kadang berkelahi untuk membuktikan kekuatan bisa menjadikan seseorang ketagihan untuk tetap melakukannya. Bisa jadi karena mereka senang karena memperoleh pujian oleh banyak orang.

6. Ekspos kekerasan dari media
Televisi, video game, dan film banyak menyuguhkan adegan kekerasan, atau perang. Meski seharusnya, orang tua melakukan pendampingan saat menonton atau bermain video game untuk anak di bawah umur, nyatanya banyak yang belum melakukan ini. Ekspos media terhadap adegan kekerasan ini sering menginspirasi anak untuk mencobanya dalam dunia nyata. "Sebaiknya dampingi dan beri pengertian pada anak saat menonton film beradegan kekerasan atau bermain video game perkelahian. Karena pengaruh media inilah yang 80 persen bisa membuat perilaku anak menjadi negatif dan terinspirasi untuk melakukannya," sarannya. (sumber: KOmpas.com)

Mendikbud: Calon Guru akan Diasramakan dan Diberi Ikatan Dinas

Mahasiswa calon guru akan diasramakan dan ikatan dinas selama empat tahun. Untuk tahun ini, dicobakan hanya setahun untuk mahasiswa calon guru di tingkat akhir. Demikian ungkap Mendikbud Mohammad Nuh di Jogjakarta (6/8). "Perbaikan kualitas guru tidak hanya cukup dengan meningkatkan kualitas guru yang sudah mengajar saja. Tetapi meningkatkan kemampuan dan profesionalitas sejak mahasiswa itu juga tidak kalah penting," ucap dia.

Di antara formulasi untuk menggenjot kualitas guru sejak dini adalah, Kemendikbud akan mengasramakan para mahasiswa calon guru. Tidak tanggung-tanggung, mahasiswa calon guru tadi diasramakan selama empat tahun. Untuk tahun ini, Kemendikbud akan mulai proyek pemanasan dengan mengasramakan mahasiswa calon guru untuk yang sudah tingkat akhir.

Selain menjalankan sistem asrama bagi mahasiswa calon guru, Nuh juga menuturkan Kemendikbud sedang menyusun skema untuk menjalankan ikatan dinas. Dengan demikian, mahasiswa calon guru yang diasramakan tadi sudah meneken kontrak ikatan dinas sebagai seorang guru. Sistem ikatan dinas ini berlaku seperti di Sekolah Tinggi Akutansi Negara (STAN) yang dikelola Kementerian Keuangan (Kemenkeu), Sekolah Tinggi Ilmu Statistik (STIS) milik Badan Pusat Statistik (BPS), dan Sekolah Tinggi Pemerintahan Dalam Negeri (STPDN) milik Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri).

Nuh menegaskan tidak bisa semua mahasiswa FKIP (Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan) bisa masuk diasramakan. Kuota memang dibatasi di antaranya karena disesuaikan dengan anggaran pemerintah dan kebutuhan guru di lapangan. Dengan pertimbangan tadi, pemerintah lantas akan memberlakukan seleksi ketat bagi mahasiswa calon guru yang ingin masuk program asrama dan ikatan dinas tadi. Selain itu, calon mahasiswa yang berminta juga harus menandatangani semacam kontrak ikatan dinas yang bunyinya bersedia ditempatkan di manapun. (JPNN/syt)

Senin, 06 Agustus 2012

Mendikbud: Sudah Waktunya Belajar Fair

Melihat hasil sementara uji komptensi guru (UKG) yang jeblok, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) langsung merancang agenda pembinaan. Guru-guru peserta yang mendapatkan nilai UKG jelek, wajib mengikuti pembinaan khusus tahun depan.

Di sela safari Ramadan di Yogyakarta, Minggu (5/8) Mendikbud Mohammad Nuh mengakui jika rata-rata hasil sementara UKG yang hanya 44,5 adalah hasil cukup jelek. Nuh mengatakan para guru peserta UKG tidak perlu meratapi berlebihan hasil UKG tersebut.
 
"Dengan hasil tadi, mari kita belajar untuk mengakui hal yang sesungguhnya. Kita sudah waktunya belajar fair," ucap Nuh.

Dia mengatakan hasil rata-rata UKG yang hanya 44,5 itu harus digenjot. Dia menuturkan guru yang memperoleh nilai jelek wajib mengikuti pelatihan khusus tahun depan. Sedangkan guru yang sudah mendapatkan nilai bagus, dilepas untuk kembali mengajar.

Mantan Menkominfo itu mengatakan, jika sampai saat ini nilai ambang batas kewajaran atau standar guru harus ikut pelatihan khusus masih dalam kajian. Kemungkinan besar guru-guru yang nilainya kurang dari 50 atau 60 akan diikutkan dalam pelatihan khusus tahun depan.

Materi-materi dalam pelatihan khusus ini nantinya akan disesuaikan dengan hasil UKG masing-masing guru. Rata-rata Nuh mengatakan jika para guru kesulitan menghadapi materi soal kependidikan atau pedagogik.

Nuh mengatakan guru yang sangat jago atau menguasai mata pelajaran yang diampu saja tidak cukup. Tetapi guru itu wajib menguasai juga soal teori-teori kependidikan dan prakteknya.

Upaya Kemendikbud dalam meningkatkan kualitas dan kinerja guru tidak berhenti pada pelatihan khusus tersebut. Setelah guru-guru bernilai jelek tadi menjalani pelatihan khusus, akan dikembalikan lagi ke sekolah masing-masing untuk mengajar.

Selanjutnya guru-guru yang memperoleh nilai UKG bagus maupun jelek wajib menjalani penilaian kinerja secara berjangka. "Penilaian kinerja ini diantaranya menyangkut urusan kedisiplinan," tutur Nuh.

Dia menuturkan, penilaian kinerja ini nantinya akan mengetahui hingga detail kinerja guru dalam mengajar. Mulai dari urusan absensi mengajar, keterlambatan datang ke sekolah, dan urusan teknis lainnya.

"Ibarat dokter, profesi guru juga harus dipantau secara berkala. Tidak bisa dilepas begitu saja," katanya.

Terkait urusan keberlanjutan UKG, Nuh mengatakan UKG tahap pertama terus dijalankan hingga 12 Agustus mendatang. "Walaupun ada yang macet di beberapa tempat, jalan terus," katanya.

Untuk itu, Nuh meminta para guru yang akan menghadapi UKG untuk menyiapkan diri dengan matang. Sehingga tidak kesulitan dalam mengerjakan soal ujian. (Sumber: wan/JPNN)

Skor Guru Melalui UKG Jeblok

Skor guru dalam UKG jeblok. Mereka hanya mampu berada di rata-rata 40--50. Pelaksanaan Uji Kompetensi Guru (UKG) gelombang pertama yang dimulai 31 Juli lalu tetap dilanjutkan. Dari total 4.158 tempat uji kompetensi (TUK), sebanyak 2.344 TUK aktif dan 937 TUK akan mulai diaktifkan tanggal 8 Agustus mendatang, sedangkan 877 nonaktif.

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Mohammad (Mendikbud) Mohammad Nuh menyampaikan, sampai dengan hari ketiga (1/8) pelaksanaan UKG telah diikuti 373.415 peserta. Dari jumalah tersebut sebanyak 243.619 peserta yang datanya sudah diolah.

“Memang ada yang ngadat, tetapi prinsipnya jalan. TUK yang tidak jalan distop, sedangkan yang normal tetap berjalan,” terangnya saat memberikan keterangan pers di Kemdikbud, Jakarta, Jumat (3/8) sore.

Nuh menyampaikan, guru-guru yang direncanakan mengikuti UKG di TUK yang dinonaktifkan tidak perlu datang. Mereka dijadwalkan ulang untuk mengikuti UKG pada gelombang kedua bulan Oktober mendatang.

Berdasarkan  data yang telah masuk di Kemdikbud, rata-rata nilai UKG adalah 44,55. Untuk nilai tertinggi mencapai  91,12 dan terendah 0. “Peta ini kalau kita lihat dengan UKA (uji kompetensi awal) tidak jauh beda, yakni 4,2. Nilai UKG sementara yang paling tinggi diraih DI Yogyakarta (DIY) yang mencapai 51.03,” jelas Nuh.

Nuh  merinci, untuk guru kelas sekolah dasar rata-ratanya 40.87, sedangkan untuk Penjaskes 42.59. Sementara mata pelajaran Bahasa Indonesia guru Sekolah Menengah Pertama (SMP) rata-ratanya paling rendah dibanding mata pelajaran lain seperti IPA, IPS, dan matematika.

“Ada sesuatu yang harus kita rombak dalam kemampuan bahasa Indonesia para guru kita,” katanya.

Untuk sekolah menengah atas, mata pelajaran kimia paling rendah 37.9, sedangkan paling tinggi fisika 58,7.

Mendikbud menambahkan, penggunaan bandwith di server pusat hanya 2,34 persen, dan hambatan terjadi bukan bandwith di server, tetapi lebih banyak di terminal user. “Solusinya pendampingan pelaksanaan,” ucapnya. (Sumber: Cha/jpnn)

Buta Huruf dari Perantauan

Sekitar 59.000 anak-anak tenaga kerja Indonesia di Malaysia yang masuk dalam usia sekolah belum terlayani pendidikan sehingga terancam buta huruf. Hingga saat ini, penanganan pendidikan anak-anak TKI di Malaysia yang berusia 4-16 tahun dari Pemerintah Indonesia belum optimal.

”Anak-anak tenaga kerja Indonesia (TKI) itu umumnya di ladang sawit. Dari data yang kami himpun, baru sekitar 14.000 anak-anak TKI di tingkat SD dan SMP yang bisa dilayani pemerintah,” kata Ahmad Rizali, Direktur Program Pendidikan Pertamina Foundation di Jakarta, akhir pekan lalu.

Menurut Ahmad, Pertamina Foundation bekerja sama dengan Ikatan Guru Indonesia (IGI) hendak membantu penanganan pendidikan anak-anak TKI di Malaysia. Selain menyalurkan buku-buku pelajaran dan alat bantu belajar jarak jauh, kerja sama ini juga meliputi pengiriman guru ke Malaysia.

Mengutip data Konsulat Jenderal RI di Kota Kinabalu, Ahmad menyebutkan, anak-anak TKI buta huruf di Sabah, Malaysia, yang sudah tertangani 14.032 orang. Mereka terdiri dari 423 anak SD di Sekolah Indonesia Kota Kinabalu (SIKK) dan 4.548 anak di 42 di community learning center (CLC), 74 anak di SMP SIKK dan 1.201 anak di 35 CLC SMP terbuka, serta 7.796 anak di Pusat Pembelajaran LSM Humana Borneo Child Aid (kerja sama Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan sejak 2006).

Masih ada sekitar 40.000 anak yang belum terurus dan buta huruf di Sabah. Belum ditambah yang di Sarawak dan Semenanjung, jumlahnya diperkirakan 59.000 anak.

Sekretaris Jenderal IGI Mohammad Ihsan mengatakan, anak-anak TKI di Malaysia terkendala mengakses pendidikan formal karena ada kebijakan Pemerintah Malaysia yang melarang anak-anak warga negara asing bersekolah di sekolah milik Pemerintah Malaysia. (Sumber: ELN/kompas.com)

Sabtu, 04 Agustus 2012

UGM Terbaik di Webometrik Juli 2012

Universitas Gadjah Mada kembali menjadi perguruan tinggi terbaik di Indonesia versi Webometrics. Menurut pengumuman yang dirilis pada akhir Juli 2012, UGM berada di peringkat kesembilan dalam daftar 100 besar perguruan tinggi (PT) terbaik di Asia Tenggara dan peringkat ke-379 dunia.
Menanggapi hasil peringkat UGM yang dirilis Webometrics, Kepala Humas UGM Wijayanti, SIP, MSc, mengatakan, peringkat yang dicapai UGM tersebut sebagai salah satu parameter untuk mengukur capaian dari upaya yang telah dilakukan UGM selama ini. "Artinya, penyebaran ilmu pengetahuan dan informasi menggunakan laman (website) UGM semakin membudaya," kata Wijayanti kepada wartawan, Kamis (2/8/2012). Dengan bandwith sebesar 250 mbps yang disediakan oleh PPTIK UGM, tambahnya, civitas akademika mempunyai keleluasaan untuk mengunggah karya-karyanya agar dapat dimanfaatkan oleh masyarakat luas.
Dalam daftar 100 besar PT terbaik Asia tenggara, setidaknya ada 32 PT dari Indonesia yang masuk daftar Webometrics. Selain UGM, di antaranya UI yang masuk peringkat ke-15, diikuti ITB (18), ITS (19), Universitas Pendidikan Indonesia (22), Universitas Gunadarma (24), IPB (25), Universitas Brawijaya  (29), Universitas Sebelas Maret (30), dan Universitas Diponegoro (32).          
Kriteria penilaian yang digunakan oleh Webometrics kali ini berbeda dari sebelumnya. Bila selama ini Webometrics menggunakan kriteria size, visibility, rich text, dan scholary, tetapi kali ini Webometrics menggunakan presence, impact, openness, dan excellent sebagai kriteria penilaian.
Presence adalah volume konten global yang terindeks oleh commercial search engine terbesar (Google). Impact adalah kualitas konten yang dievaluasi dari tautan eksternal dari pihak ketiga dengan data visibility-nya menggunakan dua mesin pencari, Majestic SEO dan Ahrefs. Openness adalah jumlah rich file (pdf, doc, docs, dan ppt) yang terindeks di google scholar, sedangkan excellence memperhitungkan karya akademik yang dipublikasikan di jurnal internasional yang tergolong high-impact dengan sumber datanya diambil dari Scimago.(sumber: kompas.com)

Kamis, 02 Agustus 2012

Media Pembelajaran Kreatif untuk Bahasa Indonesia

Berkat bimbingan Suyatno, pengasuh www.garduguru.blogspot.com ini, mahasiswa Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia JBSI Unesa lahirkan lebih dari 200 media pembelajaran lewat workshop kelas.



   
 
Salah satu kelemahan guru adalah mengajar tanpa media, sehingga ceramah menjadi satu-satunya metode mengajar yang dikuasai oleh guru. Saya tidak ingin mahasiswa keguruan ketika menjadi guru, mereka menjadi guru yang yang miskin media dan apa adanya, terang Pak Yatno di sela-sela pertemuan akhir mata kuliah media pembelajaran di Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia Unesa.
Sejak pukul 07.00 WIB mahasiswa kelas A mulai berdatangan di Joglo Fakultas Bahasa dan Seni FBS Unesa. Mereka datang hampir bersamaan dengan membawa kotak media masing-masing. Ada yang memanggul kotak medianya, ada yang mengangkat satu kotak dua orang, dan ada pula yang mengangkut kotak medianya dengan sepeda motor.

Pagi itu suasana joglo FBS ramai dengan stand-stand mahasiswa JBSI yang siap menggelar media pembelajaran karya mereka. Setelah sebelumnya mereka menyulap joglo menjadi tempat workshop, mereka mengorganisir sendiri persiapan workshop pagi itu. Setelah PK (pemimpin kelas) A,B, dan C angkatan 2010 dibrifing oleh Pak Yatno seminggu sebelumnya.

Perkuliahan media pembelajaran di JBSI memang yang paling unik dan asyik, kuliah tidak selalu di kelas, dan hebatnya satu mahasiswa mampu menghasilkan minimal 20 media pembelajaran Bahasa Indonesia. Kuliah workshop kali ini untuk unjuk hasil karya mahasiswa setelah pada pertemuan sebelumnya Pak Yatno telah mengenalkan ragam media pembelajaran kepada mahasiswanya, mulai media elektronik sampai media kreatif.

Pada workshop ini, mahasiswa menampilkan ragam media kreatif yang telah dibuat. Pak Yatno, dengan teliti mendatangi satu per satu stand media mahasiswanya. Terjadi tanya jawab intensif antara Pak Yatno dan mahasiswanya tentang media yang dibuat, sehingga masing-masing mahasiswa mengerti betul letak kekurangan dan kelebihan media yang dibuat. Dengan demikian, para mahasiswa dapat mengevaluasi dan memperbaiki kualitas media buatannya.

Di luar dugaan, dari tiga kelas yang dibimbing Pak Yatno tercipta lebih dari 200 media kreatif Bahasa Indonesia. Hal ini menunjukkan sisi kreativitas mahasiswa meningkat pesat dari belum mengenal media pembelajaran sampai bisa membuat sendiri media kreatifnya. Hadir pula saat itu mahasiswa angkatan 2008, Mila panggilannya. Saat saya tanya tentang dampak perkuliahan media pembelajaran yang diterapkan Pak Yatno kepada mahasiswanya, ia menyampaikan “ Saya beruntung mengikuti kuliah media pembelajaran dengan Pak Yatno, ketika PPL semester lalu saya tidak bingung ketika masuk kelas karena saya telah siap dengan media yang saya buat ketika menempuh mata kuliah media pembelajaran, karena ada teman saya jurusan lain yang sampai menangis karena tidak mampu menghadapi siswanya”.
Di akhir workshop, Pak Yatno merefleksikan kepada mahasiswanya bahwa membuat media pembelajaran tidak boleh berhenti sampai di sini, tetapi harus selalu dikembangkan sampai para mahasiswa menjadi guru. (sumber: www.wapikweb.org)

Pembelajaran Olahraga memang Penting

Pelajaran Olahraga di sekolah teramat penting bagi tumbuh kembang anak-anak. Kompas.com melaporkan bahwa olahraga tak hanya bermanfaat untuk menjaga kesehatan dan menurunkan berat badan bagi orang dewasa. Selebihnya, olahraga juga punya segudang manfaat untuk anak-anak. Mulailah ajak anak untuk gemar berolahraga sedini mungkin, agar ia mendapatkan manfaatnya segera.

1. Meningkatkan kesehatan

Para peneliti di Centers for Disease Control mengungkapkan, salah satu masalah yang dialami anak-anak di Amerika adalah obesitas. Masalah kelebihan berat badan ini akan meningkatkan faktor risiko penyakit diabetes dan darah tinggi tiga kali lipat saat dewasa. Salah satu cara yang paling dianjurkan untuk mencegahnya adalah dengan berolahraga. Aktivitas fisik ini akan membantu membakar kalori yang tak dibutuhkan tubuh, dan mencegah obesitas.

2. Meningkatkan kecerdasan
Menurut para peneliti di Michigan State University's Institute, anak yang gemar berolahraga terbukti lebih cerdas dibandingkan yang tidak. Mereka mengungkapkan, olahraga bisa membantu mengajarkan anak untuk konsentrasi pada tugas, dan mengatur waktu lebih efektif.

3. Lebih sportif
Kalah dan menang merupakan hal yang biasa dalam permainan. Namun dalam olahraga, mereka diajarkan untuk bisa menghargai kalah dan menang dengan sportif. Mereka bisa berjabat tangan dengan lawannya, tidak peduli apa pun hasil pertandingannya. Ketika dewasa, sikap sportif ini akan terbawa dan membuat mereka lebih menghargai teman dan berusaha melakukan yang terbaik dan sportif.

4. Sarana sosialisasi

Olahraga bisa menjadi sebuah jaringan sosial instan bagi anak-anak. Bagi anak-anak yang cenderung tertutup dan minder, olahraga bisa jadi cara yang baik untuk meningkatkan kepercayaan diri dan pergaulan mereka. Tim olahraga menawarkan persahabatan dan kekompakan antaranggota, dan ini akan membantu anak untuk menjalin persahabatan.

5. Membangun percaya diri
Olahraga bisa membantu meningkatkan kepercayaan diri anak, apalagi jika mereka bisa menghasilkan sebuah prestasi. Olahraga memberikan kesempatan anak untuk belajar, berprestasi, dan berpikir positif tentang diri sendiri melalui pengembangan keterampilan. Aktivitas fisik ini akan menumbuhkan citra diri yang sehat dan penilaian positif terhadap diri sendiri.

6. Mengajarkan kerjasama
Beberapa jenis olahraga berkelompok seperti sepakbola membutuhkan kerjasama tim yang baik. Olahraga akan membantu anak untuk bisa bekerjasama dengan anggota lain, memahami aturan, dan mendengarkan pelatih agar berprestasi. Menjadi bagian dari kelompok dan belajar melakukan apa yang terbaik untuk tim menjadi salah satu manfaat berolahraga.

7. Membantu menentukan target

Dalam olahraga, target akhir yang ingin dicapai adalah membawa pulang piala kejuaraan, memenangkan turnamen, dan mencetak skor maksimal. Namun, sebelum meraih itu semua, para pemain harus menguasai teknik dasar dan keterampilan olahraga. Melalui proses ini, olahraga memberikan pengalaman berharga bagi anak-anak untuk menentukan tujuan jangka panjang dan pendek dalam hidup mereka.

8. Membina ketekunan

Anak-anak yang mengikuti berbagai kelas olahraga pasti punya kata-kata tertentu untuk menyemangati dirinya sendiri. Dan kata-kata ini biasanya  terbawa untuk menyemangati dirinya saat gagal melakukan berbagai hal. Anak yang gemar berolahraga sudah terlatih untuk menghadapi luka, kekecewaan, dan kekalahan. Mereka diajarkan untuk menghadapi kegagalan mereka dengan tenang, dan berusaha lebih tekun di pertandingan berikutnya.

9. Menghindarkan tindak kriminalitas
Kosongnya beberapa jam di sore hari tak jarang membuat anak cepat bosan. Daripada keluyuran tak jelas, sebaiknya ajak mereka berolahraga karena hal ini bisa menghindarkan mereka dari pergaulan tidak benar, dan juga tindak kriminal.

10. Memberi kebahagiaan
Bagaimanapun juga, olahraga adalah permainan. Permainan bertujuan untuk memberikan kegiatan yang menyenangkan bagi anak. Sebagai langkah awal memperkenalkan olahraga pada anak, ajak mereka berlari, melompat, melempar, menangkap, menyelam, berenang, dan lain-lain. Lakukan ini agar mereka tahu bahwa olahraga itu menyenangkan, sehingga lebih mudah membuat mereka berolahraga. (Sumber: Kompas.com)