Minggu, 19 Juni 2011

Kesadaran Tugas Mulia Guru SMAN 18 Surabaya Terkukuhkan Melalui Outbound

"Kita harus semangat dan tanggung jawab", kata seorang guru saat refleksi setelah permainan bola bergulir. "Kelompok kami hampir putus asa tetapi karena keikhlasan teman kelompok akhirnya kelompok kami berhasil", papar guru lain yang merefleksikan untuk mewakili kelompok. Itulah salah satu refleksi yang diungkapkan oleh guru SMA Negeri 18 Surabaya saat mengikuti kegiatan Workshop Pengembangan Wawasan Manajemen Mutu Internal yang dikemas melalui kegiatan workshop dan outbound di Murnajati Lawang, pada 18--19 Juni 2011.

Sebelum melakukan outbound, peserta menerima materi tentang ESQ, Sekolah Unggul, dan Motivasi Berprestasi yang disajikan oleh tim Target. Guru-guru sangat antusias saat menerima materi karena penyajinya sangat piawai dalam memfasilitasi. Kemudian, guru-guru merumuskan cara menjadi sekolah unggul dengan berbasis siswa sebagai subjek.

Pak Khairil Anwar, selaku kepala sekolah, mengatakan bahwa kegiatan semacam ini teramat penting untuk membangun kesadaran tugas mulia seorang guru. "Sekolah unggul harus menjadi target kinerja sekolah yang mau berubah". Gurulah yang harus menguatkan mental siswa agar unggul. "Untul itu, optimalisasi keunggulan sekolah harus diawali dari seorang guru", ujar kepala sekolah yang juga sebagai guru bahasa Indonesia.

Kegiatan yang menyenangkan itu dikelola oleh Tim Target. Sebuah tim pelaksana outbound yang berpusat di Surabaya. Target merupakan lembaga pengembangan pendidikan yang cukup berpengalaman karena telah menangani kegiatan semacam itu berkali-kali. "Kami sangat puas difasilitasi tim Target karena mereka cukup paham tentang pendidikan pola outbound", kata Bu Mamik, guru Biologi SMAN 18 Surabaya. "Sebaiknya, kegiatan semacam ini harus rutin dilaksanakan", kata Pak Anang, guru yang senang bermain elekton.

Sabtu, 18 Juni 2011

Universitas Indonesia Kerjasama dengan Universitas di Eropa

Dalam kunjungan ke empat negara itu, 4-16 Juni 2011, delegasi UI menandatangani MoU dengan Universitas Pantheon Sorbonne (Paris 1), Universitas Pierre et Marie Curie (Paris 6), Universitas Le Havre, Universitas Toulouse, Inalco Paris, Universitas Paul Sabatier, Toulouse (Perancis), Universitas Darmstadt, Universitas Braunschweig, Universitas Duisburg, Universitas Essen (Jerman), Universitas Politecnico de Milano, Universitas Roma tor Vergata, Universitas Sapienza, Universitas Napoli (Italia), dan Universitas Complutence de Madrid (Spanyol).
Delegasi UI terdiri dari Rektor UI Prof. Dr. der Soz. Gumilar Rusliwa Somantri, Dekan Fakultas Teknik Prof. Dr. Bambang Sugiarto, Dekan Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Dr. Bambang Wibawarta, Dekan Fakultas Kedokteran Gigi Prof. Dr. Bambang Irawan, Direktur Umum dan Fasilitas Dr. Dhonanta Dhaneswara dan Kepala Kantor Sekretariat Pimpinan UI Devie Rahmawati, M.Hum
Kunjungan kerja ini dimaksudkan untuk membuka peluang kerjasama pendidikan, diplomasi budaya, pertukaran dosen dan mahasiswa serta kerja sama riset antar universitas di empat Negara dan peluang menambah devisa bagi Indonesia.
Kehadiran delegasi UI bertujuan membuka keran kerja sama bagi seluruh universitas di Indonesia. Dalam kerja sama antara UI dan Universitas Toulouse, Perancis, UI mengirim 70 mahasiswa doktor yang merupakan mahasiswa UI yang berasal dari berbagai politeknik di Indonesia. Mereka menempuh pendidikan doktor di UI untuk dual degree program. Tak hanya itu, UI juga akan mengirim 20 mahasiswa doktor ke berbagai universitas lain di Perancis. Tahun 2011 ini UI juga mengirim 76 mahasiswa doktor ke Universitas di Eropa (Jerman, Inggris, Belanda, Itali, Spanyol, Rusia) Amerika dan Asia (Jepang, Korea Selatan, Australia, Selandia Baru) .
UI juga merintis program Fast Track, di mana para mahasiswa sarjana UI dapat langsung menempuh program doktor di Universitas di Jerman dan Perancis dalam waktu 3 tahun. Sehingga dalam usia 23 – 25 tahun, para mahasiswa Indonesia sudah menyandang gelar doktor. Sebagai ilustrasi, di Israel, per 50 penduduk terdapat 1 orang doktor. Sumber daya manusia yang berkualitas dan kompeten akan sangat dibutuhkan oleh bangsa ini, dalam upaya turut membangun peradaban Asia yang maju di masa datang.
Dengan ditandatanganinya payung kerja sama (MoU) dengan universitas-universitas tersebut, Indonesia berpeluang menambah devisa negara dengan hadirnya para dosen dan mahasiswa asing ke Indonesia. Total mahasiswa asing di UI saat ini ialah sejumlah 1000 mahasiswa. Tahun depan UI menargetkan pertambahan hingga 2.000 mahasiswa asing.
Tahun 2011 ini, 20 mahasiswa dan dosen arsitektur dari Universitas Politecnico de Milano, Itali mengirim untuk melakukan workshop dan riset kolaboratif dengan departemen arsitektur di Fakultas Teknik UI selama 1 bulan di Indonesia.
Kerja sama lainnya yang akan terus dikembangkan ialah, program summer school oleh Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya yang diikuti oleh 50 – 100 peserta dari berbagai Negara di Asia dan Eropa untuk durasi 2 hingga 3 Bulan studi di Universitas Indonesia.
Dengan kerja sama pendidikan ini, jumlah konferensi internasional yang akan diselenggarakan di Indonesia, khususnya UI, diharapkan akan meningkat. Setiap tahunnya UI menyelenggarakan kurang lebih 50 seminar dan konferensi berskala internasional yang menghadirkan lebih dari 1000 peserta dari Amerika Serikat, Jerman, Perancis, Inggris, Cina, Jepang, Korea Selatan, Malaysia, Singapura, Thailand dan sebagainya.
Kerja sama penting lainnya yang terus dirintis oleh UI adalah melakukan diplomasi budaya di berbagai Negara dengan membentuk Indonesian Studies (program studi) atau Indonesian Center (pusat riset) di 4 negara tersebut. Melalui program studi dan pusat riset tersebut, masyarakat Jerman, Perancis, Itali dan Spanyol akan mengenal lebih jauh tentang masyarakat dan kebudayaan Indonesia. Kerjasama budaya ini dibuka di antaranya di Inalco, Perancis; Universitas Napoli, Itali; Universitas Humbolt, Jerman.
Di Universitas Le Havre, Perancis, akan ditawarkan program master dengan spesialisasi Indonesia. Dalam program master ini, para peserta dari Negara lain diwajibkan untuk melakukan riset di Indonesia dan menguasai bahasa Indonesia.
Kunjungan Rektor UI ke Eropa ini merupakan undangan dan biaya pemerintah Perancis. Hal ini terkait dengan tingginya angka dosen UI yang akan menempuh studi di Eropa, khususnya Perancis dan Jerman. Hal yang membanggakan ialah, dosen dari Indonesia, khususnya UI banyak yang merupakan dosen di Universitas di Eropa. Ada 464 dosen UI yang melakukan riset dan mengajar di universitas mitra UI di negara lain.
Pertemuan di 15 Universitas tersebut, tidak lepas dari dukungan besar pemerintah melalui Kementrian Pendidikan Nasional dengan skema beasiswa yang luas, sehingga membuka peluang para dosen UI menempuh studi master dan doktor di Luar Negeri.
Peran Kedutaan Besar RI (KBRI) di Perancis, Jerman, Spanyol dan Itali sangat besar dalam memfasilitasi dan mendorong kerjasama yang luas dengan universitas patner di luar negeri. Selain kunjungan ke berbagai universitas, delegasi UI difasilitasi oleh KBRI di Perancis, Spanyol dan Itali untuk bertemu dengan wakil dari universitas lain di luar universitas yang dikunjungi, untuk memperluas kerjasama pendidikan. Tahun 2010 UI memiliki 149 kerjasama pendidikan internasional aktif dengan 26 negara di dunia.
Kerja sama yang dirintis oleh UI ini tidak hanya diperuntukkan bagi para mahasiswa UI. Kerjasama ini terbuka juga bagi universitas lain di Indonesia. (Sumber: Kompas.com)

Rabu, 15 Juni 2011

Siswa di Jepang Peringkat Pertama dalam Kesopanan

Seberapa sopankah siswa Anda? Anda pasti mengatakan siswanya sopan atau sebaliknya. Ternyata, siswa paling sopan sedunia adalah siswa di Jepang. Menurut hasil penelitian, siswa di Jepang menempati posisi tertinggi dalam peringkat perilaku baik.
Peringkat Siswa Sopan
  1. Jepang
  2. Kazakhstan
  3. Shanghai-Cina
  4. Hong Kong-Cina
  5. Romania
  6. Korea Selatan
  7. Azerbaijan
  8. Thailand
  9. Albania
  10. Federasi Rusia 
Namun, negara dan kawasan Asia mendominasi posisi teratas di daftar peringkat perilaku terbaik. OECD menerbitkan analisis statistik perilaku yang dihimpun sebagai bagian dari penelitian internasional forum tersebut.Laporan dari forum kerjasama ekonomi OECD mendapati jumlah gangguan di kelas pada tahun 2009 lebih sedikit jika dibandingkan angka dalam hasil penelitian tahun 2000. Siswa-siswi di Inggris berperilaku lebih baik jika dibandingan perilaku rata-rata siswa di negara lain.
Penelitian OECD mencermati tingkat gangguan yang terjadi di kelas dari segi berapa lama guru harus menunggu siswa usia 15 tahun ''menjadi tenang'' dalam proses belajar.
Penelitian mendapati bahwa, meski banyak pihak merisaukan perilaku buruk, kemungkinan remaja gaduh dan berulah menurun jika dibandingkan dengan hasil analisis internasional serupa pada tahun 2000.

''Keyakinan umum yang dipegang menyatakan disiplin siswa turun dari satu angkatan ke angkatan berikutnya, dan bahwa para guru kehilangan kendali atas kelas mereka. Namun, keyakinan umum itu keliru,'' kata laporan OECD.
''Antara tahun 2000 dan 2009, disiplin di sekolah tidak memburuk - bahkan di banyak negara disiplin justru meningkat,'' kata isi laporan yang sama. Namun, kesenjangan yang luas terjadi diantara 38 negara dan sistem sekolah regional yang dimasukkan dalam peringkat dari hasil penelitian OECD. Negara-negara dan kawasan di Asia menempati tujuh dari 10 tempat teratas. Tiga tempat teratas ditempati oleh negara di Eropa timur.
Dua sistem persekolahan Cina - Shangai dan Hongkong - berada di posisi empat teratas. Ini mencerminkan munculnya Cina sebagai adidaya pendidikan yang tengah bangkit.
Dalam hasil pengukuran penelitian terhadap keterampilan baca-tulis yang diterbitkan bulan Desember, sistem persekolahan Shanghai menempati posisi teratas di dunia.
Dalam penelitian perilaku ini, Inggris menempati posisi ke-28 dengan skor yang menempatkan perilaku siswa Inggris di atas rata-rata, dan di belakang Amerika Serikat dan Jerman, tapi di atas Prancis dan Italia.
Peringkat pendidikan internasional hasil penelitian OECD ini, di luar dugaan, menempatkan negara-negara Skandinavia di posisi bawah. Finlandia, yang biasanya berada di peringkat teratas urutan sekolah dunia, berada di tiga posisi terbawah. Hanya Argentina dan Yunani yang disebut mengalami gangguan yan lebih banyak di dalam klas.
Tetapi kecenderungan umumnya adalah membaik; gangguan dan pertengkaran yang semakin berkurang. "Yang terpenting," kata laporan itu, adalah bahwa riset ini "tidak menyeratakan bukti untuk mendukung anggapan bahwa disiplin di sekolah semakin parah". (sumber: BBC Indonesia)

Film Serdadu Kumbang Mengangkat Nilai Pendidikan Humanistis

Satu lagi, sebuah film Indonesia mengangkat nilai pendidikan humanis yang mendudukkan manusia sederajat dengan manusia lainnya meskipun seorang manusia dalam kondisi cacat bibir sumbing. Film dengan judul Serdadu Kumbang mengetengahkan optimistis diri meski dalam keadaan cacat bibir sumbing, kemelaratan, dan serba kekurangan. Dalam film bertema anak-anak itu, digambarkan tiga anak, yakni Amek, Umbe, dan Acan bersahabat karib yang hidup dalam kondisi serba kekurangan di sebuah perbukitan di Desa Mantar, Kecamatan Poto Tano, Kabupaten Sumbawa Barat, Nusa Tenggara Barat. Tokoh Amek,  menderita bibir sumbing, tinggal bersama "Inaq" (ibunya) Siti dan kakaknya Minun di sebuah rumah panggung sederhana yang jauh dari kota, sejak ia ditinggal ayahnya Zakaria (Jack) merantau mengadu nasib ke Malaysia. Kendati hidup dalam kondisi serba kekurangan, ketiga anak Bukit Mandar itu masing-masing punya cita-cita. Amek, misalnya ingin menjadi penyiar dan presenter TV nasional.

Film layar lebar itu dibesut oleh pasangan suami-istri Ari Sihasale Ari Sihasale sebagai Produser dan Direktur serta Nia Sihasale Zulkarnaen sebagai Executive Producer di bawah naungan rumah produksi Alenia Fictures. Penggarapan film bertema anak-anak dan pendidikan itu melibatkan perusahaan tambang tembaga dan emas PT Newmont Nusa Tenggara (PTNNT) Batu Hijau, Sumbawa Barat sebagai sponsor utama. Aktor dan aktris papan atas seperti Ririn Ekawati, Lukman Sardi, Leroy Osmani, Dorman Borisman, Putu Wijaya, Titi Sjuman, Asrul Dahlan, Surya Saputra, Monica Sayangbati, Fanny Fadila dan Norman Borisman memberikan warna tersendiri dalam kisah nilai pendidikan humanistis itu.

Nilai pendidikan yang dapat diambil adalah kegigihan anak-anak dalam meraih cita-cita meskipun dalam suasana keterbatasan. Nilai persahabatan, tenggang rasa, semangat, dan tanggung jawab diri sangat kentara dalam film itu. Film Serdadu Kumbang
 ini dalam membangun nilai pendidikan humanis mengangkat  kehidupan tiga bocah Sumbawa yang hidup dalam serba kekurangan. Amek, bocah yang menderita bibir sumbing hidup dalam kondisi sangat sederhana di sebuah rumah panggung di Desa Mantar bersama "Inaq" (ibunya) Siti yang diperankan Titi Sjuman dan kakannya Minun (Monica Sayangbati).

 Untuk pewarna film, perjuangan Amek, Minun, dan sahabat-sahabatnya yang lain dalam meraih cita-cita tidak semulus yang dibayangkan. Beberapa kali tidak lulus Ujian Nasional, namun tidak sampai membuat mereka putus asa. Mereka bahkan menempuh cara yang tidak wajar agar bisa lulus ujian. Amek dan teman-temannya menggantungkan secarik kertas bertuliskan cita-cita mereka kemudian dimasukkan ke dalam botol dan digantungkan di dahan pohon yang oleh masyarakat setempat dinamakan "Pohon Cita-cita".

 Adegan lucu dan haru dalam film Serdadu Kumbang menjadi bumbu film tersebut. Sutradara cukup berhasil menampilkan gaya khas seorang TKI yang pulang kampung setelah merantau di negeri jiran. Sebelumnya tahun 2006 Ale sukses menggarap "Denias Senandung di atas Awan", lalu merilis Liburan Seru (2008), King (2009), dan Tanah Air Beta (2010).

Senin, 13 Juni 2011

Para Mantan Panitia PW Asia Pacifik 1979 di Lebakharjo Datangi Lokasi Kemah Saat itu

Kerinduan itu akhirnya datang juga meski sekian puluh tahun tertutup oleh kesibukan sehari-hari dengan kepentingan masing-masing. Puluhan mantan panitia PW ASPAC 1979, Sabtu-Minggu, 18--19 Juni 2011 akan mendatangi lokasi kemah saat itu. Rupanya mereka akan melacak jejak aktivitas sebagai panitia. Tentu, akan dibutuhkan ingatan yang suprakuat, saat merunut lokasi sebenarnya karena kondisi saat ini sangat maju dan tidak seperti yang mereka bayangkan.

Dulu, para punggawa PW ASPAC masih mengingat tentang mobil yang ditelan lumpur, rumah tepas, jalan tanah, dan ibu-ibu makan sirih. Anak-anak masih telanjang dada. Petani jalan kaki. Hutan masih menutup mata. Jembatan masih bersusun kayu. Penduduk segelintir saja. Kondisi itu jangan diharapkan lagi terlihat di Desa Lebakharjo saat ini. Jadi, panitia harus mampu menggunakan ingatan perubahan drastis dari sebuah kehidupan.

Para penegak setempat yang dulu turut berkemah saat ini sudah bercucu. Anak-anak yang melihat tenda lalu berlari ke sana ke mari saat ini sudah berumah sendiri. Kini, anak dan cucu mereka juga berseragam pramuka. Untuk itu, jika panitia PW ASPAC datang ke lokasi itu, harus mau untuk beralih fokus ke anak-anak itu.

Datang hanya melihat kenangan lalu pulang tentu akan sia-sia semata bagi pelaku sejarah. Jangan menjadi turis di bekas tanah yang dahulu di olah menjadi sebuah peradaban. Jangan pula kedatangan hanya sebuah kewajiban menguak memori. Kedatangan harus berdimensi pada kekuatan pengabdian. Oleh karena itu, kedatangan mereka, yang sekarang sudah bekerja dengan layak itu, harus memberikan kontribusi yang mampu memberikan loncatan kemajuan untuk 20 tahun mendatang. Apalagi, jalan lintas selatan, sebentar lagi akan melewati desa itu.

Dari Kelompok Sopir sampai Kelompok Petani Mengikuti Orientasi Kepramukaan

Sore itu, jalan sangat lengang, sepeda motor hanya satu dua kembali dari sawah dan kebun, tiba-tiba dari kejauhan terdengar suara sekelompok orang bernyanyi lagu pramuka. Semakin didekati, suara lagu itu sangat keras dan bersemangat. Lagu "Pramuka Tak kenal Rintangan" itu ternyata dinyanyikan dari ruang kelas SD di bilangan Lebakweden, 200 meter dari lokasi Comdeca yang lalu. Mereka adalah kelompok petani yang sedang mengikuti orientasi kepramukaan, semacam penyegaran kepramukaan, yang diberikan para pelatih kepramukaan Kwarcab Malang Kabupaten pada Kamis, 2 Juni 2011.

"Ini kelompok ke-2, setelah kelompok sopir tadi pagi", kata Sutrisno, pelatih pembina pramuka dari Kwarcab Kabupaten Malang. Para pelatih itu sudah menginap dua malam di rumah penduduk. Dengan keikhlasan tinggi, para pelatih menumbuhkan dan menggugah kembali semangat pramuka yang telah menyatu dalam jiwa penduduk.

"Saat memberi fasilitasi kepramukaan kami tidak kesulitan karena dalam diri peserta sudah ada kekuatan pramuka", kata Kak Ridwan, pelatih pembina pramuka lainnya. Jadi, orientasi sangat berjalan lancar. malahan, banyak peserta yang memberikan materi untuk kawan-kawannya. Garduguru sangat terkesima melihat mereka berlatih dalam orientasi kepramukaan, saat kebetulan mendatangi desa itu.

Desa Pramuka Lebakharjo, Wahana Pendidikan Karakter yang Sebenarnya

Inilah sebuah contoh pendidikan karakter yang berlangsung secara simultan, terintegrasi, dan terpadu dengan denyut kehidupan penduduk. Betapa tidak. Satu desa, dari kakek, nenek, ibu, bapak, sampai anak dan cucu, semuanya mengenyam pramuka. Jadi, jangan kaget jika setiap gerak penduduk selalu diwarnai dengan keakraban, persaudaraan, kejujuran, keramahan, tanggung jawab, dan lainnya. Pokoknya, warga berdimensi dasadarma. Itulah Desa Pramuka Lebakharjo.


Tidak ada yang mengira kalau Desa Lebakharjo menjadi seramai dan semakmur seperti sekarang ini. Rumah penduduk rata-rata kokoh dengan polesan batu bata dan semen, bergaya modern, dan tampak asri. Sepeda motor penduduk berseliweran mengangkut rumput, padi, kayu, dan ke sawah. Mobil truk silih berganti mengangkut kayu, hasil panen, dan benih pohon jabon. Sanitasi tertata rapi, jalan tegak lurus, dan gapura gang tampak gagah. Kemudian, pepohonan menjulang rimbun membuat Desa Lebakharjo asri dan terkesan damai. Penduduk berkultur pramuka dari sopir sampai petani. Itulah Lebakharjo sekarang.

Keramahan yang tulus dibalut rasa persaudaraan melekat di tiap penduduk. Siapapun yang datang ke desa itu akan menemui keakraban warganya. Mereka seperti itu karena saat mudanya aktif di kepramukaan. bahkan, ada seorang kakek yang selalu mengikuti cucunya berlatih pramuka. Lalu, dari kejauhan sang kakek itu menitikkan air mata pertanda haru melihat cucunya meneruskan jejak sang kakek. Tiap penduduk sangat hafal yang namanya regu, barung, sangga, reka, ambalan, pasukan, dan istilah pramuka yang lainnya. Pokoknya, kepramukaan melekat erat dalam darah daging mereka.

Lebakharjo seperti itu bukan datang seketika melainkan karena proses yang dialaminya semenjak menjadi tuan rumah PW Aspac 1979, sebuah perkemahan wirakarya se-Asia Pacifik. Nenek moyangnya pernah menjadi tuan rumah perkemahan sekitar 3 bulan lebih, dari pra-PW sampai PW yang sebenarnya. Apalagi, tahun 1996, Desa Subur di pesisir selatan itu, menjadi tuan rumah Comdeca (Community Development camp) sedunia. Desa penghasil padi dan kopi itu telah dicatat di buku kepanduan dunia menjadi tempat bersejarah. Jika melihat pengalaman seperti itu, sangat layak jika dikatakan bahwa penduduknya sangat mendarah daging dengan kerpamukaan. Jadi, wajarlah kalau Desa Lebakharjo menjadi Desa Pramuka di Indonesia.

Desa itu sebelum PW ASPAC 1979 masih terlihat terisolasi dari desa lainnya. Jalan ke arah Malang harus dilalui jalan kaki karena tanjakan yang curam dan tebing dalam. Sungai Glidik yang berpangkal dari Gunung Semeru selalu membawa lahar dingin yang memindahkan aliran airnya ke kiri atau ke kanan. Penduduk asli tidak ada. Awal mula penduduk berasal dari daerah barat, yakni Ponorogo, pacitan, Blitar, Tulungagung, dan wilayah pantai lainnya yang datang melalui pantai Licin karena dari darat tidak dapat dimasuki. Sebelumnya, desa yang berpasir itu, tidak dialiri listrik. Sanitasi sangat buruk. Hasil pertanian membusuk karena tidak ada transportasi. Kesehatan warga rendah. Pendidikan tidak tersentuh. Penduduk Lebakharjo saat itu seperti suku terasing.

Kini, mereka menyatu menjadi penduduk Lebakharjo dengan warna budaya terpadu. Listrik cukup lincah memberikan sinarnya. Anak-anak kecil dengan mudah membeli jajan dari pelataran rumah karena penjajah makanan ramai menawarkan, seperti bakso, roti, sate, dan sebagainya. Televisi memberikan gambar siar dengan pancaran tajam. HP terlihat ditenteng warga sekalipun ke sawah meski hanya operator tertentu yang ada di sana. Sepeda motor aneka merk terlihat berderu di jalan beraspal. Sekolah SMP Negeri berdiri kokoh di lahan Comdeca 1996.

Desa Pramuka layak disandangkan di Desa Lebakharjo yang damai. Apalagi, jalan-jalan gang sejak lama bernama pramuka, seperti jalan siaga, jalan penggalang ramu, jalan penegak, jalan pembina, dan lainnya. Di pojok jalan terpampang berbagai tugu Dasadarma dan Pancasila. Terdapat rumah singgah Presiden RI waktu itu, Suharto, yang pernah menginap untuk membuka PW ASPAC dan Comdeca. Sri Sultan Hamengku Buwono IX membuktikan pernyataannya bahwa pramuka harus juga membangun masyarakat melalui Desa Lebakharjo.

Sangatlah lumrah jika pada 18 Juni 2011, Kak Asrul, Kakwarnas Gerakan Pramuka, meninjau desa subur itu untuk menimbang apakah desa itu layak menjadi desa pramuka. Infrastrukturnya sangat kental dengan pramuka. Filosofis warga dalam membangun kehidupan berdasarkan prinsip kepramukaan. Tanah kenangan berinisial pramuka. Lalu, logo PW ASPAC dan Comdeca terpampang jelas di tembok sekolah dengan terawat. Layaklah Lebakharjo menjadi Desa Pramuka.

Langkah berikutnya, seluruh kru pramuka Indonesia harus bahu membahu mempromosikan Lebakharjo sebagai Desa Pramuka ke seantero negara. Biar dunia tahu bahwa penerus Baden Powell berada di pelosok negeri dengan jiwa persaudaraan pramuka sejati. Desa yang ditumbuhi aneka tanaman itu selanjutnya menjadi jujugan siapapun untuk menimba kesejatian hidup dengan warna pramuka. Suatu saat, Lebakharjo menjadi desa wisata pramuka. Semoga.

Mengapa Anak Autis Lebih Detail dan Cakap Menghapal?

Kadang kita kaget melihat anak autis begitu cakap dan lihai dalam hal-hal detail seperti menghapal, berucap, dan tekun jika dibandingkan dengan anak normal. Anak autis otaknya lebih besar dari anak normal. Mereka ternyata menggunakan otaknya dengan cara yang berbeda dengan orang lain. Hal ini mungkin menjelaskan mengapa beberapa anak autis memiliki kemampuan menghapal dan mampu menggambar objek dengan sangat detail.
Menurut para peneliti dari Universitas Montreal, Kanada, pada penyandang autisme, area otak yang berkaitan dengan fungsi informasi visual sangat berkembang. Sementara itu, bagian otak lainnya kurang aktif terutama pada area yang berkaitan dengan pembuatan keputusan dan perencanaan.
Hal tersebut menjelaskan mengapa beberapa penyandang autisme biasanya lebih unggul dalam hal tugas-tugas visual, misalnya menggambar sesuatu dengan sangat akurat dan detail. Akan tetapi, anak autis biasanya kesulitan menerjemahkan ekspresi wajah.
Kondisi otak tersebut bervariasi tiap individu sehingga ada penderita autisme yang sama sekali tidak bisa mengambil peran dalam kehidupan sosial.
Para pakar autisme menyambut baik hasil riset ini. "Studi ini menekankan bahwa autisme seharusnya tidak dipandang sebagai kesulitan perilaku tapi berkaitan dengan keunggulan dalam satu skill tertentu," kata Dr.Christine Ecker dari Institute of Psychiatry di Kings College London.
Dengan memahami kekurangan dan kelemahan para penyandang autisme diharapkan dapat memberi pemahaman lebih baik untuk memaksimalkan potensi mereka.

Teori Belajar Behavioristik

 Teori behavioristik berkembang menjadi aliran psikologi belajar yang berpengaruh terhadap arah pengembangan teori dan praktik pendidikan dan pembelajaran yang dikenal sebagai aliran behavioristik. Aliran ini menekankan pada terbentuknya perilaku yang tampak sebagai hasil belajar. Teori behavioristik dengan model hubungan stimulus-responnya, mendudukkan orang yang belajar sebagai individu yang pasif. Respon atau perilaku tertentu dengan menggunakan metode pelatihan atau pembiasaan semata. Munculnya perilaku akan semakin kuat bila diberikan penguatan dan akan menghilang bila dikenai hukuman.

Teori belajar behavioristik adalah sebuah teori yang dicetuskan oleh Gagne dan Berliner tentang perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman. Belajar merupakan akibat adanya interaksi antara stimulus dan respon (Slavin, 2000:143). Seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika dia dapat menunjukkan perubahan perilakunya. Menurut teori ini dalam belajar yang penting adalah input yang berupa stimulus dan output yang berupa respon. Stimulus adalah apa saja yang diberikan guru kepada pebelajar, sedangkan respon berupa reaksi atau tanggapan pebelajar terhadap stimulus yang diberikan oleh guru tersebut. Proses yang terjadi antara stimulus dan respon tidak penting untuk diperhatikan karena tidak dapat diamati dan tidak dapat diukur. Yang dapat diamati adalah stimulus dan respon, oleh karena itu apa yang diberikan oleh guru (stimulus) dan apa yang diterima oleh pebelajar (respon) harus dapat diamati dan diukur. Teori ini mengutamakan pengukuran, sebab pengukuran merupakan suatu hal penting untuk melihat terjadi atau tidaknya perubahan tingkah laku tersebut.
Faktor lain yang dianggap penting oleh aliran behavioristik adalah faktor penguatan (reinforcement). Bila penguatan ditambahkan (positive reinforcement) maka respon akan semakin kuat. Begitu pula bila respon dikurangi/dihilangkan (negative reinforcement) maka respon juga semakin kuat.
Beberapa prinsip dalam teori belajar behavioristik, meliputi: (1) Reinforcement and Punishment; (2) Primary and Secondary Reinforcement; (3) Schedules of Reinforcement; (4) Contingency Management; (5) Stimulus Control in Operant Learning; (6) The Elimination of Responses (Gage, Berliner, 1984).
 Menurut Thorndike, belajar adalah proses interaksi antara stimulus dan respon. Stimulus adalah apa yang merangsang terjadinya kegiatan belajar seperti pikiran, perasaan, atau hal-hal lain yang dapat ditangkap melalui alat indera. Sedangkan respon adalah reaksi yang dimunculkan peserta didik ketika belajar, yang dapat pula berupa pikiran, perasaan, atau gerakan/tindakan. Jadi perubahan tingkah laku akibat kegiatan belajar dapat berwujud konkrit, yaitu yang dapat diamati, atau tidak konkrit yaitu yang tidak dapat diamati. Meskipun aliran behaviorisme sangat mengutamakan pengukuran, tetapi tidak dapat menjelaskan bagaimana cara mengukur tingkah laku yang tidak dapat diamati. Teori Thorndike ini disebut pula dengan teroi koneksitas (Slavin, 2000).
Ada tiga hukum belajar yang utama, menurut Thorndike yakni (1) hukum efek; (2) hukum latihan dan (3) hukum kesiapan (Bell, Gredler, 1991). Ketiga hukum ini menjelaskan bagaimana hal-hal tertentu dapat memperkuat respon. (sumber: Wikipedia)

Muhamad Nuh, Mendiknas: Bedakan Penyembahan dengan Penghormatan Terkait Simbol Negara Bendera Merah Putih

Sekolah yang guru dan muridnya menolak melaksanakan penghormatan kepada bendera Merah Putih tidak perlu ditutup, kata Menteri Pendidikan Nasional Muhammad Nuh.

"Saya kira tidak harus tutup-menutup sekolah. Semua pihak harus memahami bahwa penghormatan dan penyembahan itu sesuatu yang berbeda," katanya usai menghadiri Kontes Robot Nasional (KRN) 2011 di UNiversitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta, Minggu.

Menurut dia, sebagai warga negara dan bangsa Indonesia, masyarakat seharusnya bisa membedakan mana yang merupakan bentuk penyembahan dan mana yang penghormatan. Semua pihak diminta untuk menghargai dan menjalankan kesepakatan yang ada.

"Sebagai warga yang hidup di Indonesia, sudah seharusnya menjalankan apa yang telah disepakati di negara ini, termasuk yang menyangkut bendera Merah Putih yang telah disepakati bersama. Jika tidak sepakat ya aneh," katanya.

Ia mengatakan, semua pihak seharusnya bisa memahami konteks dan kondisi kebangsaan dewasa ini, sehingga dapat menjalankan apa yang telah disepakati bersama.

"Saya secara khusus belum bertemu dengan penyelenggara sekolah yang tidak melakukan penghormatan kepada bendera Merah Putih," katanya.

Ditanya tentang dugaan tindak kecurangan dalam pelaksanaan Ujian Nasional (UN) Sekolah Dasar (SD) di Jawa Timur, ia mengatakan, sebenarnya langkah penyelesaian dengan mengulang ujian merupakan pilihan yang tepat.

"Saya kira penyelesaiannya cukup mudah, yakni dengan melaksanakan ujian ulangan. Dengan demikian, masalahnya selesai," katanya.

Ia mengatakan, dirinya memberikan apresiasi kepada orang tua yang menginginkan sikap jujur dalam proses pembelajaran di sekolah.

"Masyarakat seharusnya mengikuti aturan yang ada, dan tidak mengucilkan orang tua yang mau menumbuhkan sikap jujur pada anak didik," katanya.(*)

Kejutan: Politeknik Negeri Batam Juara Kontes Robot

Walaupun perguruan tinggi negeri ini terbilang baru, Politeknik Negeri Batam mampu menampakkan prestasi di atas perguruan tinggi negeri lainnya di Indonesia. Poltekneg Batam merupakan perguruan tinggi yang baru-baru ini diresmikan bersama dengan 3 perti baru lainnya memberikan pelajaran kepada perti lain untuk konsisten dalam membina mahasiswanya sehingga layak juara.
Tim robot Barelang 5.1 dari Politeknik Negeri Batam berhasil lolos sebagai juara pertama kategori Kontes Robot Indonesia dalam Kontes Robot Nasional 2011 di Grha Sabha Pramana, Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. Sebagai juara pertama di kelas paling bergengsi, tim ini berhak mewakili Indonesia dalam Kontes Robot tingkat internasional Asia-Pasific Broadcasting Union Robocon 2011 di Bangkok, Thailand tanggal 9 September 2011 mendatang.
Dalam final kategori Kontes Robot Indonesia (KRI), tim robot Barelang 5.1 berhadapan dengan juara bertahan tim robot P-Next dari Politeknik Elektronika Negeri Surabaya. Kedua tim bertarung sengit dalam merangkai karangan bunga (krathong) pada candle base dan meletakkannya pada river surfaceHingga detik akhir pertandingan, kedua tim berhasil mengumpulkan poin sama yaitu 242 poin. Namun, tim juri yang diketuai Wahidin Wahab memberikan penalti kepada kedua tim sehingga nilai masing-masing tim dikurangi 20 poin menjadi total 222 poin. Kedua tim terkena penalti karena robot sempat mengenai river surface saat menyusung krathong.
"Karena poin keduanya sama, yaitu 222 poin, maka kami menentukan pemenang berdasarkan cacatan waktu di mana tim Barelang 5.1 membutuhkan waktu 2 menit 55 detik dan tim P-Next membutuhkan waktu 2 menit 59 detik sehingga tim Barelang 5.1 kami putuskan menang," ucap Wahidin, Minggu (12/6/2011) saat final Kontes Robot Nasional 2011 di Grha Sabha Pramana, Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta.

Sabtu, 11 Juni 2011

Bank Dunia: Pendidikan di Indonesia Alami Kemajuan

KR-IGT/S019
Bank Dunia memuji pendidikan di Indonesia yang dinilainya mengalami perkembangan cukup signifikan setelah anggaran 20 persen dana pendidikan dari APBN dan APBD. "Perkembangan itu semakin unik jika dilihat dari kemampuan Indonesia dalam soal pembinaan peserta didik yang jumlahnya sangat banyak bahkan keempat terbesar di dunia," kata Managing Director The World Bank Mahmoud Mohieldin di Bali, Minggu, di sela-sela acara "System Assesment and Benchmarking for Education Results (SABER).

Dia mengatakan, jumlah peserta didik di negara kepulauaan itu 53 juta orang dengan jumlah pengajar 2,7 juta. Jumlah peserta didik itu hampir setara dengan yang ditanggung China, India dan Amerika Serikat. Selain bisa membina  peserta didik dengan cukup, tambah dia, pemerintah Indonesia juga telah meningkatkan  sumber daya manusia lewat program penyetaraan guru.

"Bentuknya adalah dengan melakukan sertifikasi terhadap staf pendidik di Indonesia, dengan memberikan batas minimal pendidikan yang harus ditempuh seorang guru," ujarnya. Mahmoud menilai secara umum pendidikan di Indonesia telah membuat seluruh lapisan merasakan hasil dari sistem yang diterapkan. Akan tetapi masih cukup banyak tantangan yang harus ditangani pemerintah Indonesia karena wilayahnya yang luas.

Sementara Menteri Pendidikan Nasional Mohammad Nuh mengatakan, acara pertemuan menteri pendidikan dari sembilan negara di kawasan Asia itu akan membahas beberapa isu cukup penting terkait "SABER". "Pembahasan yang paling utama adalah cara penilaian sistem pembelajaran dan kinerjanya apakah sudah sesuai dengan negara tersebut dan lainnya," katanya. Dia mengatakan, selain itu semua pihak bisa saling bertukar pengalaman tentang sistem pendidikan, sehingga sistem yang dianggap baik tersebut dapat diterapkan. Peserta forum Menteri Pendidikan itu, antara lain dari Indonesia, China, Kamboja, Laos, Korea dan Vietnam.(Antara)

UMM Menangi Lomba Debat Konstitusi Regional V 2011

 Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) menjuarai Lomba Debat Konstitusi Regional V (Jatim, Kalsel, Bali, NTB, dan NTT) yang digelar Mahkamah Konstitusi (MK), di Auditorium Fakultas Hukum (FH), Universitas Airlangga (Unair), Surabaya, Rabu, 8 Juni 2011. Dalam babak final Lomba Debat Konstitusi yang disaksikan Sekretaris Jenderal (Sekjen) MK Djanedri Gaffar itu, tim mahasiswa FH UMM berhasil mengalahkan tim mahasiswa FH Unair Surabaya yang tahun lalu menjadi juara.

"Kegiatan lomba ini dilatarbelakangi pentingnya Undang-undang Konstitusi (UU Konstitusi) untuk diketahui dan disadari oleh masyarakat luas, termasuk mahasiswa. Sadar itu tidak cukup tahu dan paham saja, tapi bagaimana kita melaksanakan UU Konstitusi itu," kata Sekjen MK.

Senada dengan itu, Ketua Panitia Lomba Debat Konstitusi, Radian Salman SH LLM, mengatakan Lomba Debat Konstitusi itu merupakan upaya sosialisasi UUD 1945 hasil amendemen, sekaligus kritik terhadap praktik ketatanegaraan. "Misalnya, Constitutional Question (CQ) yang diperdebatkan pada babak final merupakan kritik terhadap praktik ketatanegaraan. Dalam babak final, tim dari UMM dan Unair memperdebatkan tema CQ itu secara pro dan kontra di hadapan belasan juri," katanya.

Menurut dosen tata negara FH Unair itu, CQ itu merupakan pertanyaan konstitusi yang diberikan kepada MK, lalu MK memberikan putusan atas CQ itu, namun CQ belum menjadi kewenangan MK di Indonesia. "Praktik CQ ada di Jerman, sehingga bila ada masalah konstitusi di pengadilan dapat ditanyakan ke MK," katanya. Di Indonesia, Eggy Sudjana sempat mempraktikkan hal itu ketika dia dituduh menghina Presiden, namun hal itu dilakukan di luar pengadilan, padahal CQ seharusnya dipraktikkan di persidangan, sebab CQ di luar persidangan itu sama saja dengan "judicial review" (uji materi).

Ia menjelaskan Lomba Debat Konstitusi Regional V itu berlangsung sejak 6 Juni hingga 8 Juni yang dimulai babak penyisihan yang diikuti 16 tim dari 16 PTN/PTS, lalu diakhiri dengan babak final pada 8 Juni. "Ke-16 PTN/PTS dari Regional V itu antara lain Unair, UMM, UM, Udayana, Unram, UB, Unej, Universitas Widya Gama Malang, Unijoyo, dan sebagainya," kata Radian yang juga dosen FH Unair itu. Ia menambahkan UMM sebagai juara Lomba Debat Konstitusi akan mewakili Regional V untuk mengikuti lomba serupa di tingkat nasional di MK Jakarta pada pertengahan atau akhir Juni mendatang. (ANTARA)

Fasli Jalal, Wakil Mendiknas: Mahasiswa Miskin Wajib Diberi Beasiswa

Mahasiswa miskin tidak boleh kuliah? Ah, tidak. Justru, mahasiswa miskin tetapi potensial dan berprestasi, dia akan mendapatkan kesempatan masuk ke PTN dengan berbeasiswa. Fasli jalal, Wamendiknas menyatakan PTN wajib "jemput bola" dan tidak harus menunggu ujian mandiri dan SNMPTN. "Siapa yang potensial akademik tapi tidak mampu, itu yang harus diambil". Namun, jangan sampai beasiswa itu salah sasaran alias dibelokkan.


Kementerian Pendidikan Nasional mewajibkan seluruh perguruan tinggi negeri (PTN) untuk aktif menjaring calon mahasiswa miskin berprestasi untuk mencegah salah sasaran dalam penyaluran beasiswa Bidik Misi. Wakil Menteri Pendidikan Nasional Fasli Jalal mengatakan, hal ini disebabkan karena banyak dugaan penyaluran beasiswa "Bidik Misi Kemdiknas" salah sasaran.

"Banyaknya pemberitaan media yang menyebutkan banyak di antara calon mahasiswa penerima Bidik Misi tersebut yang penampilannya tidak mengesankan dari keluarga kurang mampu. Bahkan ada yang menentenghandphone merk terkenal, seperti Blackberry," katanya ketika ditemui usai pertemuan Rektor di Gedung Kemdiknas, Jakarta, Rabu.

Selain itu, salah seorang petugas yang menerima pendaftaran mengaku menemukan ada beberapa kejanggalan, misalnya, penerima dari keluarga yang kedua orang tuanya bekerja sebagai PNS dan guru. Ada pula dari keluarga yang memiliki usaha.

"Dalam menangani masalah ini memang kita harus berhati-hati sebab setiap tahun ada sebanyak 20 ribu kursi yang disediakan. Kami akui untuk mendapatkan mahasiswa miskin berprestasi memang tidak mudah," katanya. Dia juga mengatakan PTN harus memenuhi kuota beasiswa Bidik Misi setiap tahun yang didasarkan pada kemampuan dan prestasi akademik dan berasal dari keluarga tidak mampu. Untuk itu, PTN harus mengecek ulang data siswa yang melamar sebagai penerima beasiswa Bidik Misi.

"PTN harus teliti siapa yang pantas menerima beasiswa tetapi belum dapat. Jika tetap tidak bisa memenuhi kuota, maka dibiarkan saja menjadi sisa anggaran dan dikembalikan ke kas negara. Rata-rata beasiswa Bidik Misi ini menyediakan memberikan beasiswa sebesar Rp 10 juta per anak per tahun," katanya.b (Ant/syt)

Jumat, 10 Juni 2011

Pancasila Menjadi Mata Pelajaran Sendiri dan Terpisah dari Mata Pelajaran Kewarganegaraan


Tahun 2012 dipastikan Pancasila menjadi mata pelajaran tersendiri yang terpisah dari PKN. Kementerian Pendidikan Nasional (Kemdiknas) saat ini tengah sibuk membahas kurikulum mata pelajaran Pancasila. Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) Kemdiknas, Mansyur Ramli menjelaskan, pembahasan tersebut difokuskan pada substansi Pancasila itu sendiri. Pancasila akan menjadi mata pelajaran tersendiri, yang terpisah dari mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKN).
“Nah kalau sebelumnya itu kan nilai-nilai Pancasila atau substansi Pancasila itu ada di dalam mata pelajaran PKN. Sekarang ini kita memikirkannya kembali seperti yang dulu, yakni khusus  mengajarkan pelajaran Pancasila,” ungkap Mansyur di Jakarta, Kamis (2/6).
Dijelaskan, penyiapan  mata pelajaran Pancasila ini dilakukan karena bersamaan dengan momen perbaikan seluruh kurikulum pendidikan dasar dan menengah. Saat ini juga sedang dirancang beberapa mata pelajaran secara nasional, seperti Pancasila, Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, dan Matematika. “Sedangkan selebihnya itu, akan diserahkan ke masing-masing satuan pendidikan,”  ujar Mansyur.
Fokus pelajaran Pancasila nantinya diarahkan untuk upaya mereaktualisasikan nilai-nilai Pancasila sesuai dengan situasi yang terjadi sekarang. “Itu juga suatu amanat Presiden RI yang menyatakan bahwa nilai-nilai Pancasila itu sesuai dengan tiap jaman tetapi harus kita reaktualisasi sesuai dengan situasi dan  jaman yang kita hadapi sekarang ini. Intinya, tetap lima sila, dan nilai-nilainya juga sama. Tapi dalam nilai-nilainya itu akan dikaitkan dengan kondisi global. Misalnya, persaingan dan lain-lainnya,” terang Mansyur.
Mengenai nama mata pelajaran tentang Pancasila itu hingga saat ini juga belum dapat ditentukan. Pasalnya, lanjut Mansyur, sampai sekarang pembahasan mengenai pelajaran Pancasila tersebut belum selesai. Kemungkinan besar, substansi dari Pendidikan Kewarganegaraan dikeluarkan sebagian, lalu ditambahkan dengan substansi Pancasila yang lebih banyak di dalam satu mata pelajaran. “Intinya, PKN masih tetap ada. Namun arus yang kuat saat ini adalah bahwa kita ingin ada satu mata pelajaran Pancasila,” imbuhnya.
Penyiapan mata pelajaran Pancasila ini dipastikan akan selesai pada tahun ini dan mulai diajarkan pada tahun depan. Nantinya akan dibedakan di setiap jenjang pendidikan. Hal ini menurutnya, agar ada suatu sifat berkelanjutan di dalam proses pembelajaran Pancasila.
“Di setiap jenjang tentunya akan dibedakan, supaya terjadi suatu continuing, sehingga jangan berulang-ulang terlalu banyak. Misalnya SD, muatannya apa, dasar-dasarnya apa. Sedangkan SMP seperti apa, dan seterusnya. Jadi, kita berharap mata pelajaran Pancasila ini akan lebih mengarah pada metode yang membentuk karakter, menanamkan nilai-nilai dan mengamalkan sila-sila Pancasila. Jadi, kami akan mengurangi hafalan, walaupun tetap ada yang harus dihafal. Misalnya menghafal lima sila Pancasila. Tahun ini akan dirampungkan,” kata Mansyur. (sumber: jpnn)

PLPG 2011 Lebih Mengasyikkan bagi Peserta

Rasanya, PLPG 2011 lebih mengasyikkan guru yang menjadi peserta sertifikasi profesi guru kali ini dibandingkan PLPG 2010. Kok bisa? PLPG kali ini dilaksanakan 10 hari dengan pola workshop. Peserta lebih banyak berkarya dibandingkan dengan menyerap informasi asesor. Kalau 2010 yang lalu, peserta harus tahan duduk manis untuk mendengarkan asesor memberikan pemahaman materi. Nilai diperoleh dari partisipasi peserta saat mengikuti asesor menjelaskan materi. Pantat panas, tegang, dan harus banyak mendengarkan.

Tahun ini, PLPG lebih banyak workshop dan praktik. Jam pendalaman hanya 15 jam selebihnya workshop dan praktik, yakni 64 jam. Pada kondisi tersebut, peserta akan lebih banyak berkreasi untuk menuangkan gagasan dalam membuat proposal PTK, perangkat pembelajaran (Silabus, RPP, Bahan Ajar, LKS, dan Lembar Penilaian), dan menguji diri melalui praktik dengan pola berulang selama tiga kali. Tentu, ini mengasyikkan peserta.

Apa yang harus disiapkan? Tentu, yang disiapkan pertama kali adalah komitmen diri untuk menempuh PLPG sebagai sebuah kewajiban peningkatan mutu diri. Buang jauh segala egoisitas diri, keragu-raguan, dan kecemasan. Biasanya, guru yang asyik mengajar di sekolah sekian tahun, ketika diajak pelatihan merasakan tidak nyaman. Perasaan tidak nyaman harus dibuang. Yang kedua, ingatlah bahwa di atas langit masih ada langit dan belajar itu sepanjang hayat. Jadi, peserta PLPG harus menggunakan jurus mengalir. Lalu, siapkan segala perlengkapan yang diperlukan, seperti laptop untuk memproduksi proposal PTK dan perangkat pembelajaran, printer kalau ada, kertas membawa sendiri daripada merepotkan.

Kamis, 02 Juni 2011

Sebanyak 18 Guru SDN Dukuhmenanggal 2 Surabaya Merasa Sangat Mudah Munulis Proposal PTK

pagi itu, suasana kelas di lantai dua cukup riuh karena terpaan ucapan keraguan para guru saat akan mengawali pelatihan PTK. Mereka ragu-ragu terhadap diri sendiri tentang kemampuan dalam membuat PTK. Apalagi, sebelumnya, guru SDN Dukuhmenanggal itu berkali-kali ditatar PTK, namun hasilnya tetap saja tidak dapat dijalankan guru tersebut. "Apakah kali ini mereka dapat menulis PTK?"

Keraguan itu dimunculkan ke penyaji sebelum acara dimulai. Penyaji langsung menjawab, "dijamin langsung bisa". Mereka tertegun tetapi sedikit yakin setelah diberi gambaran pengalaman guru-guru di tempat lain menghadapi hal yang sama. Ternyata, guru di tempat lain, sekalipun tidak dapat menulis sebelumnya, ternyata bisa.

Hari itu, Selasa, 31 Mei, garduguru mengawali pelatihan dengan kontrak belajar diri dengan permainan selembar kertas. Peserta diajak berfokus dalam sebuah konsentrasi. Guru-guru senang dan lupa tentang kegalauannya. Saat itu pula, pola pelatihan PTK khas garduguru dijalankan. Tidak sampai 3 jam, peserta secara menakjubkan ternyata mampu menulis proposal PTk. Luar biasa. Kemudian, mereka menantang untuk bertemu lagi dalam acara mereviu ketikan proposal ketikan PTK. Luar biasa.