Jumat, 29 Mei 2009

Cara Praktis Atasi Siswa Kesurupan

Oleh Suyatno

Kesurupan berasal dari kata bahasa Jawa yang berawal dari kata surup, artinya setelah sore sebelum malam. Keadaan saat itu langit memerah, matahari sudah tidak tampak, ayam pulang ke kandang, mobil menggunakan lampu kota, anak-anak sudah mandi dan bersiap-siap sembahyang, dan sekawanan burung mulai menempati dahan-dahan peristirahatan. Itulah yang namanya pergantian antarwaktu dan antarsuasana.

Nah, kesurupan berarti perubahan dimensi persepsi dari nyata ke tidak nyata akibat daya bayang mata yang bertumpu pada rekaman bawah sadarnya. Lihatlah, seorang anak dengan tiba-tiba mengatakan bapak kepada orang yang tidak dikenal karena bisa jadi postur orang itu sama dengan bapak aslinya. Setelah, diingatkan kalau orang itu bukan bapaknya, anak itu langsung menyadarinya. Artinya, anak itu kembali ke alam sadarnya.

Kesurupan pada siswa terjadi karena kebiasaan guru yang mengajar selalu menggunakan daya bayang siswa. Guru tidak pernah konkret dalam mengajar karena hanya dibungkus dan diantarkan dengan ceramah. Siswa disuruh membayangkan terus-menerus. Dampaknya, kebiasaan membayangkan tersebut beralih ke sesuatu yang dilihatnya dikembangkan ke bayangan lainnya sehingga siswa kesurupan.

Cara praktis untuk mengatasi siswa yang seperti itu adalah Pertama, kejutkan dengan memberikan aanatara lain teriakan, siraman air, pijatan kaki atau tangan, dan apa saja yang menyebabkan siswa kesurupan terkejut. Dengan begitu, siswa akan segera mengalihkan daya bayangnya ke bayangan normal. Kedua, segeralah dibawa ke tempat senyap yang berjauhan dengan lokasi kesurupan agar siswa mendapatkan situasi lain sehingga daya bayangnya hilang. Ketiga, segera diberikan air minum untuk mengalihkan daya bayangnya.

Cara pencegahan agar tidak terjadi kesurupan. Pertama, guru harus memberikan contoh konkret dengan media konkret sehingga siswa tidak banyak membayangkan. Kedua, hiaslah kelas dengan pajanan yang faktual dan nyata sehingga tidak berkesan menakutkan. Ketiga, jangan menakut-nakuti siswa karena siswa lain akan menggunakan solidaritas dengan cara menjerit, melotot, pingsan, dan apa saja akibat mereka takut dengan gurunya. Keempat, guru harus selalu terbuka, bersahabat, dan buatlah siswa tidak takut kepada guru.

Rabu, 20 Mei 2009

Ragam Program Pendidikan Tinggi 2009

Tahun 2009 ini, merupakan tahun terakhir pelaksanaan Renstra 2005-2009. Rembuk Nasional Pendidikan (RNP) yang telah ditutup oleh bapak Menteri Pendidikan Nasional, Prof. Dr. Bambang Sudibyo, MBA pada Rabu malam (25/02) merupakan kesempatan terbaik bagi seluruh pemangku kepentingan pendidikan, termasuk juga dikti untuk memastikan bahwa seluruh target Renstra bisa tercapai dalam satu tahun terakhir ini.

Dikti bersama stakeholder pendidikan tinggi yang diundang, telah melakukan evaluasi program dan capaian kinerja pembangunan pendidikan tinggi tahun 2008. Serta telah menghimpun berbagai masukan untuk penyempurnaan draft renstra Depdiknas 2010-2014, terutama bagian Dikti.

Salah satu hal yang cukup menggembirakan untuk tahun 2009 ini adalah kenaikan anggaran dikti yang cukup signifikan dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. Dibandingkan dengan tahun 2008, anggaran pendidikan tinggi untuk 2009 naik menjadi 30.55 persen termasuk PNBP. Jika dikeluarkan PNBP, maka kenaikan anggaran dikti adalah menjadi 37.96 persen. Anggaran dana pendidikan tinggi untuk 2009 ini adalah 18 triliun lebih, yaitu 29,56 persen atau sepertiga dari totalitas anggaran Depdiknas. Pendanaan paling tertinggi, pasti masih berada di Ditjen MPDM, yaitu 39,88 persen dari totalitas.

Kenaikan anggaran ini adalah sebagai indikator atas kesadaran para pengambil keputusan betapa pentingnya posisi pendidikan tinggi dalam pembangunan pendidikan Indonesia. Pendidikan tinggi memiliki peranan penting melahirkan manusia Indonesia yang aktif, mandiri, memiliki kekuatan spritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara. Perubahan paradigma pembangunan di dunia menjadi knowledge-based economic, membuat peranan perguruan tinggi semakin sentral, bukan periperal lagi.

Untuk tahun 2009, dikti memiliki program prioritas nasional, dananya langsung dititipkan ke dalam DIPA perguruan tinggi masing-masing. Perguruan tinggi harus mengalokasikan/memakai dana yang diamanahkan itu sesuai dengan program peruntukannya. Perguruan tinggi penerima dibagi dalam empat kategori yaitu universitas/institut Negeri, Kopertis, Perguruan tinggi bertaraf Internasional, dan politeknik.

Untuk tiga kategori selain kopertis, ada enam program: pertama, kegiatan kewirausahaan mahasiswa; kedua, kegiatan pengembangan minat, bakat, kegiatan akademik dan pengembangan kompetensi mahasiswa; ketiga, langganan e-jurnal; keempat, peningkatan keamanan (safety) keselamatan, kenyamanan, keindahan dan kebersihan kampus; kelima, penghijauan kampus dan dukungan terhadap penghijauan kota/wilayah; keenam, pengembangan unit kegiatan mahasiswa (UKM) (olah raga, seni, KSRPMI, Mapala, Pramuka, Menwa, Pers, Kampus, Kerohanian dll).

Program prioritas nasional untuk kopertis ada tiga, yaitu pertama pengembangan program kewirausahaan Mahasiswa PTS; kedua, pengembangan program akademik dan ketiga, program peningkatan EPSBED serta satu program reguler Kopertis, yaitu peningkatan tupoksi KOPERTIS.

Untuk PTN masing-masing program secara berurutan dengan alokasi dana sebagai berikut 1 milyar, 500 juta, 500 juta, 2 milyar, 500 juta, dan 1 milyar. Total 5,5 Miliar/perguruan tinggi. Sementara itu untuk perguruan tinggi bertaraf internasional, 2 milyar, 500 juta, 1 milyar, 2 milyar, 500 juta, 1 miliar. Total 7 milyar/perguruan tinggi. Politeknik, 500 juta, 500 juta, 500 juta, 1 milyar, 500 juta, dan 500 juta. Total 3,5 miliar.

Sementara itu Kopertis berdasarkan urutan tiga program prioritas nasionalnya mendapatkan masing-masing 1 milyar, 1 milyar, dan 250 juta. Ditambah dengan program peningkatan tupoksi KOPERTIS, sebanyak 3 milyar. Total bagi kopertis 5,25 milyar.

Memperhatikan Program prioritas nasional diatas, maka program kemahasiswaan menjadi perhatian terpenting sesuai dengan komitment bapak Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi, Prof. Dr. Fasli Jalal, Ph.D, bahwa mahasiswa adalah penentu terpenting dari sukses atau tidaknya suatu perguruan tinggi. sesuai dengan amanah Undang-Undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Bab V pasal 12 ayat (1.c); PP No. 48 tahun 2008 tentang pendanaan pendidikan; dan Undang-Undang No.9 tahun 2009 tentang BHP, bab VI pasal 46 ayat (2), maka pemerintah mengalokasikan bantuan beasiswa bagi mahasiswa yang orang tuanya tidak mampu membayar biaya pendidikan.

Alokasi beasiswa bagi mahasiswa pada tahun 2009 diberikan dalam beberapa jenis beasiswa. Pertama Beasiswa Bantuan Belajar Mahasiswa (BBM) dengan jumlah total (dalam Rp jutaan), yaitu 321.100. kedua, Bantuan Khusus Mahasiswa (BKM) dengan jumlah total 350.000. ketiga, Peningkatan Prestasi Akademik (PPA) dengan jumlah total 260.000. keempat, Beasiswa Bantuan Mahasiswa Unggulan (BMU) denga jumlah total 5.000. keseluruahan berjumlah 936.100, mendekati angka satu triliun.

Dikti juga menfasilitasi program Penalaran Mahasiswa dan Program Kreatifitas Mahasiswa. program Penalaran Mahasiswa seperti Kompetisi Karya Tulis Ilmiah, Debat Bahasa Inggris, Oliampiade Internasional, Kompetisi Karya tulis bidang Seni, Kompetisi Karya Tulis Sikap Kritis, Kompetisi Peningkatan Kependulian Sosial, Kompetisi Mahasiswa Berprestasi, dan pelatihan Penulisan Karya Ilmiah Mahasiswa. Sementara itu, Program Kreatifitas Mahasiswa seperti Pekan Ilmiah Nasional (PIMNAS), Kontes Robot Indonesia (KRI), Kontes Robot Cerdas Indonesia (KRCI), Kontes Jembatan Indonesia (KJI), Pagelaran Mahasiswa Tingkat Nasional bidang Informasi dan Telekomunikasi (GEMASTIK), dan Kontes Roket.

Untuk memperpendek waktu penyesuaian lulusan perguruan tinggi memasuki dunia kerja, mendapatkan pengalaman kerja di perusahaan, Dikti juga menfasilitasi program Co-op (cooperative academic Education) di industri/perusahan besar, maupun di UKM-UKM. Selain itu mahasiswa juga harus memiliki karakter dan kecerdasan emosional, maka ada program Musabaqoh Tilawatil Quran (MTQ), Pesta Seni Paduan Suara Gerejawi (Pesparawi), Pekan Seni Mahasiswa Nasional (Peksiminas), Temu Wicara dan Kenal Medan Mahasiswa Pecinta Alam (TWKM Mapala), Temu Bhakti KSR-PMI Unit Perguruan tinggi se Indonesia. Kecerdasan Kinestetik, bagi mahasiswa sangat penting, oleh karena itu Dikti menfasilitasi program Universiade: kegiatan olahraga antara mahasiswa sedunia; World University Championship: kegiatan olah raga singel event yang diselenggarakan oleh FISU sekali dua tahun; Asean University Games atau POM ASEAN dan Pekan Olah Raga Nasional (POMNAS).

Untuk tahun 2009, merupakan (harapannya), tahun “hiruk pikuk” bagi segenap civitas academika, termasuk juga peneliti dan perakayasa di LPND untuk melakukan penelitian, publikasi nasional dan internasional. Tahun 2009 ada kenaikan dana penelitan yang sangat spektakuler dibandingkan dengan tahun 2008. Saat ini dana penelitian mencapai angka satu triliun rupiah untuk totalitas seluruh skim penelitian, termasuk juga hibah penelitian untuk peneliti perekayasa. Ini adalah public expenditure penelitian yang cukup besar. Dan 2/3 dari total anggaran penelitian ini sudah dimasukkan ke DIPA perguruan tinggi.

Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Departemen Pendidikan Nasional, dalam hal pemenuhan kualifikasi akademik minimun dosen dan upaya recharging bagi dosen senior, terus mengembangkan program beasiswa untuk studi S2/S3 dalam dan luar negeri dengan skema BPPS, sandwich program, Program Academic Recharging (PAR), dan program aliansi. Tahun 2009, total beasiswa untuk seluruh skema ini, hampir satu triliun rupiah yaitu 997.671.095.000.

Selain itu dikti melakukan program pengembangan pendidikan seni; Pengembangan Pendidikan Bidang Pertanian; Pengembangan Pendidikan Bidang MIPA; Pengembangan Teachng Hospital; penguatan Politeknik baru Pemda, Penguatan 26 Politeknik, Percepatan pembentukan lembaba pembentukan Internal QA di perguruan tinggi, Peningkatan Mutu dan Relevansi Asosiasi Profesi Mahasiswa dan dikti melakukan Pendidikan S1 guru dalam jabatan dan Pendidikan Profesi Guru.

Banyak lagi program Dikti, kesemuanya masuk dalam tiga pilar pendidikan Departemen Pendidikan Nasional yaitu Pemerataan dan perluasan akses; kedua, mutu, relevansi dan daya saing; ketiga, tata kelola, akuntabilitas dan citra publik. (sumber dikti.co.id)

Trik Hadapi Penilaian Kepala Sekolah Selaku Atasan

Oleh Suyatno

Tidak semua kepala sekolah bersahabat dengan guru-gurunya meskipun sebelumnya kepalas ekolah tersebut juga berasal dari guru. Ada kepala sekolah yang menganggap dirinya bos dan guru-guru sebagai pekerja yang harus disuruh-suruh. Ada kepala sekolah yang arogan dengan segala kebijakan berdasarkan kemauannya tanpa dasar apa-apa. Namun, ada kepala sekolah yang sangat bersahabat dengan guru dan selalu memberikan inspirasi untuk mengajar bagi guru-gurunya.

Lalu, bagaimana cara menghadapi penilaian kepala sekolah terhadap guru? Kepala sekolah adalah pemimpin dan manajer yang bertanggung jawab atas keberlangsungan sekolah. Untuk itu, guru harus menyadari bahwa tugas-tugasnya harus sejalan dengan kebijakan kepala sekolah. Jadi, sangat wajar jika kepala sekolah mengevaluasi guru dan memberikan penilaian baik dan buruk. Evaluasi yang diberikan tersebut tentu bisa mempengaruhi perasaan guru. Namun, alangkah lebih baik jika kekhawatiran terbesar guru tak menjadi kenyataan.

Tetap tenang
Ketika menghadapi penilaian buruk dari kepala sekolah, guru mungkin merasa lemah. Namun usahakan tetap tenang dan dengarkan apa yang atasan katakan, tanpa berusaha defensif. Fokus saja kepada yang dituturkannya. Jika perlu, guru bisa mencatat hal-hal penting yang diutarakannya. Ingat! Sebaiknya simpan sangkalan untuk lain waktu saja. Sebab, itu tak akan menambah nilai positif pandangan kepala sekolah terhadap guru.

Bagaimanapun, jika kepala sekolah selaku atasan sedang marah atau bersikap tak profesional, guru bisa berusaha mengarahkan untuk melihat kembali kepada fakta dan informasi berguna lainnya. Katakan kepada atasan, ”Saya menghargai ketulusan Anda, tapi saya ingin mendapat umpan balik yang konstruktif agar bisa membantu saya menjadi lebih baik.” Sehingga, mengesankan kepada kepala sekolah, guru mengerti letak permasalahannya. Untuk memastikan pula, guru bisa lebih berorientasi pada solusi.

Beraksi, bukan bereaksi
Jika guru merasa lemah, tersudutkan, atau merasa marah, coba ambil waktu lebih lama untuk menilik kembali dan menjawab kritik yang dilontarkan kepala sekolah. Sebagai guru yang profesional sebaiknya guru minta waktu dan kesempatan lain untuk memikirkan kembali segalanya. Jelaskan kepada kepala sekolah, guru butuh waktu 1-2 hari untuk membangun rencana baru sehubungan isu yang dijadikan kritikan.

Kenyataan bahwa Anda akan kembali dengan sejumlah solusi akan membuat atasan lebih mendukung sikap Anda. Namun, usahakan selama kurun waktu itu Anda benar-benar mengerahkan upaya dalam mengumpulkan ide atau solusi yang dibutuhkan secepatnya.

Ingat, perspektif itu subyektif
Anda tak harus menerima setiap kritik atas fakta performa kerja. Bahkan, sebenarnya boleh saja mengabaikan beberapa bagian yang menurut Anda tidak faktual. Nyatakan poin-poin penting dari review yang Anda buat, lalu Anda dapat menolaknya dengan mengatakan, ”Ada beberapa hal dari sudut pandang berbeda yang saya miliki, dan inilah yang sebenarnya terjadi.”

Dengan melakukannya, Anda akan mendapatkan kendali untuk mengarahkan pembicaraan kembali ke poin-poin yang dimiliki. Ini lebih terlihat bijaksana daripada menyerang evaluasi atasan atas kualitas Anda.

Bersikap realistis
Jika memang mendapatkan penilaian buruk dan Anda tidak sepakat, mungkin perlu untuk memutuskan tetap dengan pekerjaan saat ini atau pindah ke perusahaan lain. Jika masih mencintai pekerjaan Anda, sebaiknya terima masukan dan kritik yang diberikan.

Meski Anda tak sepakat dengan evaluasi atasan, namun kebanyakan orang bernyali menganggap pekerjaan ini tak cocok baginya dan mengabaikan instingnya. Jika memang demikian, memutuskan untuk pindah atau mengambil kesempatan lain bisa menjadi jalan keluar. Namun perlu diingat, jangan memutuskan untuk pindah atau menetap hanya karena Anda merasa takut. Toh, Anda membutuhkan semangat dan rasa percaya diri yang tinggi untuk pindah ke tempat kerja baru. Jika takut, Anda tak akan mampu membuat keputusan terbaik demi karier Anda.

Pelajari kesalahan
Ketika memulai pekerjaan baru, mungkin Anda akan merasa amat ketakutan kembali dengan evaluasi pertama. Anda bisa mencegah penilaian buruk dengan membuka komunikasi bersama atasan sejak awal bekerja.

Anda bisa memprediksikan evaluasi kerja dengan meminta atasan atau rekan kerja untuk memberikan umpan balik dan mengecek ulang kinerja Anda. Cari tahu seberapa sering Anda mendapat evaluasi jabatan serta memohon peninjauan kembali secara informal atas proyek besar Anda. Orang yang berkomunikasi secara terbuka sejak awal bekerja, akan mendapatkan umpan balik dari lingkungan kerjanya secara alami. Orang seperti ini lebih mudah melakukan perubahan yang baik, karena banyaknya masukan yang didapat dari orang-orang sekitarnya. Oleh karena itu, jadilah Anda sebagai orang yang pertama melakukannya. (disarikan dari Kompas.com)

Guru Marah-Marah, Ah Buat Apa?

Oleh Suyatno

Adakah seorang guru yang tidak pernah marah kepada siswanya selama menjadi guru? Rasanya, pertanyaan itu mudah sekali dijawab, yakni jawabannya ada. Tiap guru pernah marah dengan kadar yang berbeda-beda. Ada yang marah sambil memainkan tangan untuk memberikan sentuhan fisik dengan kasar, ada yang dengan omongan keras dan membabi-buta, ada yang menggerutu, dan ada yang marah dengan sindiran halus.

Apapun jenis marah yang dilakukan guru, marah itu memberikan dampak pada siswa secara psikologis meskipun banyak yang menganggap bahwa marah merupakan bentuk motivasi. Siswa yang tiap hari dimarahi tentu tidak dapat menemukan diri sendiri dengan mandiri karena dia tidak yakin dengan dirinya.

Pertanyaan yang muncul berikutnya adalah apakah guru tidak boleh marah? Apakah amarah selalu berakibat buruk?

Jawabannya adalah guru boleh saja marah dan amarah tidak selalu harus berakibat buruk. Tetapi bagaimana caranya agar amarah tidak membuat kacau dan justru malah bermanfaat bagi siswa? Ini yang perlu kita pelajari.

Menurut P. Henrietta Siswadi, S. Psi, dosen pada Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta (kompas.com: 20 Mei 2009) amarah adalah salah satu bentuk emosi yang dimiliki oleh seseorang. Emosi sendiri memiliki kekuatan yang sangat dahsyat untuk membangun atau menghancurkan kehidupan seseorang. Ketika emosi dikelola dengan baik, kekuatannya dapat membangun kehidupan seseorang menjadi lebih baik, tetapi begitu juga sebaliknya ketika emosi tidak dikelola dengan baik.

Marah yang bermanfaat adalah marah yang tepat dan sudah dikelola dengan baik. Hal ini jelas tidak mudah, butuh waktu, kesabaran dan hati yang lapang, tapi bukan berarti tidak dapat dilakukan.

Langkah pertama yang perlu dilatih terus menerus adalah menyadari ketika kita merasa marah.Sadari bahwa saat ini aku sedang marah. Proses menyadari adalah langkah awal untuk mengendalikan dan mengelola amarah. Setelah menyadari, seseorang perlu memahami dan menerima alasan kenapa ia marah.

Inilah langkah yang kedua, proses memahami dan menerima bahwa ada sesuatu yang membuatnya marah. Termasuk dalam proses memahami adalah mengevaluasi penyebab kemarahannya. Seorang guru yang baru masuk kelas mulai merasa marah ketika siswanya tidak tertib, padahal ia merasa sangat lelah. guru ini dapat saja langsung memarahi siswanya . Tetapi hal tersebut dapat berbuntut siswa tambah tidak tertib dan liar dan guru semakin frustasi. Ketika guru mau mencoba menyadari, kemudian mencoba memahami kejadian tersebut, ia akan dapat melihat bahwa siswa tidak nakal tetapi pelampiasan jam yang sedikit terlambat atau ada kejadian kecdil di kelas. Nah, guru perlu tahu alasan tidak tertib itu.

Berdasarkan kisah dari beberapa orang, terungkap bahwa terkadang sesuatu yang membuat marah justru punya alasan atau maksud yang berbeda. Banyak yang menyesal karena sudah marah – marah untuk alasan yang tidak tepat, misalnya marah karena ada orang yang menunjuk – nunjukkan jari padanya, padahal orang tersebut bermaksud memberitahu bahwa ada bahaya yang mengancamnya dari belakang. Alasan sebenarnya inilah yang perlu kita pahami agar tidak asal marah dan buang – buang energi.

Langkah yang ketiga adalah mengelola atau mengekspresikan amarah dengan tepat. Jika kita punya alasan yang tepat, misalnya bukan hanya meluapkan emosi, tetapi juga demi pembelajaran bagi orang lain, kita dapat mengungkapkan kemarahan kita. Kemarahan yang bermanfaat tentu saja bukan kemarahan yang ingin membalas atau menyakiti orang lain, melainkan marah yang mendidik dan membangun.

Cara lain yang dapat kita lakukan adalah mengelola dengan mengubah amarah yang kita rasakan menjadi hal yang positif bagi diri kita. Kita dapat mencoba melihat sisi positif dari kejadian yang membuat kita marah, mengambil hikmah atau pembelajaran dari kejadian tersebut.

Kita juga dapat mengubah energi kemarahan yang kita rasakan menjadi energi yang dapat memotivasi kita melakukan hal yang bermanfaat. Daripada marah – marah pada pengendara motor yang memotong jalan dan sudah tidak tampak lagi, lebih baik energi yang ada digunakan untuk lebih waspada, mencermati jalan, menyalurkan hobi menyanyi, atau menyelesaikan pekerjaan di kantor.

Intinya adalah jangan terjebak pada kemarahan yang dapat merusak hari dan diri kita, tetapi manfaatkanlah kemarahan dengan cara yang tepat. Sadari, pahami dan kelola dengan tepat emosi marah yang kita rasakan karena kemampuan ini adalah bagian dari kecerdasan emosi yang kita miliki. Bersahabatlah dengan siswa.

Kamis, 14 Mei 2009

Gaya Bersekolah Cawapres Boediono

Oleh Suyatno

Boediono, gubernur bank Indonesia, mantan menteri koordinator ekonomi era SBY dan menteri ekonomi era Megawati, dipilih oleh calon presiden SBY untuk mendampingi sebagai calon wakil presiden. Pemilihan itu merupakan kejutan karena masih banyak yang antri dari beberapa partai politik dengan alasan koalisi. Tentu, Boediono mempunyai kelebihan yang ditangkap oleh SBY dengan kuat. Kelebihan itu dikalkulasi berdasarkan pemerintahan lima tahun ke depan dan era 2014. Tentu, kelebihan itu sedikit banyak ditentukan oleh gaya bersekolah Boediono saat masih menjadi siswa.

Menurut detiksurabaya.com (14 Mei 2009), boediono adalah orang yang kalem dan tenang.Itulah salah satu alasan SBY memilih Boediono sebagai pendampingnya. Jejak kesederhanaan juga melekat pada pria kelahiran Blitar, 25 Februari 1943 ini. Jejak itu setidaknya tampak dari rumah masa kecil doktor ekonomi bisnis lulusan Universitas Pennsylvania Amerika ini. Kediaman Boediono di Kota Blitar di Jalan Dr Wahidin No 6, Kelurahan Kepanjen Lor, Kecamatan Kepanjen Kidul.

Jika gaya Boediono kalem dan tenang, dapat dipastikan bahwa gaya bersekolah Boediono juga kalem dan tenang. Hal itu sejalan dengan tipe anak pertama dari tiga bersaudara yang lebih cenderung "Ngemong" adik-adiknya. Di kelas, saat SMA, Boediono masuk di program IPS. Bekal ilmu keekonomiannya berarti sudah menjadi angan-angan sejak di bangku sekolah.

Jalan kaki menjadi gaya bersekolah Boediono karena saat SMA, dia tidak memiliki sepeda motor. Padahal, SMA 1 Blitar sangat jauh dari rumah Boediono. Makna di balik jalan kaki adalah sang siswa itu menerima keadaan, penuh perjuangan, dan bergerak tiap pagi untuk mendapatkan ilmu dari gurunya. "Saya tahu persis dia itu tidak memiliki sepeda motor dan kalau ke sekolah mesti jalan kaki. Padahal sampeyan tahu sendiri berapa jarak rumahnya dengan sekolah," kata Sjamsijah, salah satu teman sekolah Boediono. Selain sederhana, Boediono juga dikenal sebagai sosok yang sangat pendiam dan terkesan tertutup. "Setahu saya Bu Sis (panggilan ibu kandung Boediono) itu pekerjaannya buka toko pakaian, bapaknya juga. Makanya dia sederhana dalam menjalani kehidupannya," ujar Sjamsijah.

Hal senada juga diungkapkan oleh Prijanto, teman sekolah Boediono yang lain. Menurutnya, selama 3 tahun menjalani pendidikan di SMA Negeri 1 Blitar tak sekali pun Boediono menaruh buku pelajarannya dalam tas sekolah. "Saya nggak tahu memang nggak punya atau sengaja. Jadi kalau sekolah bukunya digulung dan diletakkan dalam saku belakang celana. Tapi ya nggak tahu kenapa dia itu kok justru sangat pintar dan selalu berprestasi," ujar Prijanto tak habis pikir.

Ingatan setia merupakan tipe Boediono jika sekolah tanpa membawa buku banyak dan hanya satu buku untuk semua pelajaran. Ingatan setia itulah yang membingkai alam pikir Boediono sampai pada puncak kariernya. Jadi, guru juga perlu memahami bahwa siswa mempunyai aneka ragam gaya berpikir. Jika gaya berpikir itu difasilitasi dengan baik, tentu siswa akan berkembang sesuai dengan potensinya.

Boediono memulai kariernya sebagai dosen UGM. Posisinya terus menanjak setelah dia bergabung dengan Bank Indonesia. Kursi menteri mulai dipegang pada 1998 sebagai Menneg PPN/Ketua Bappenas pada era BJ Habibie, Menteri Keuangan di zaman Megawati (2001-2004), Menko Perekonomian era SBY (2005-2008) dan Gubernur BI (2008) hingga sekarang.

Senin, 11 Mei 2009

Tips Ujian Skripsi

Oleh Suyatno

Setelah sibuk dengan berkeringat-keringat dan berduit-duit saat membuat skripsi, ada satu tahap yang menentukan diakui atau tidak karya mahasiswa sebagai skripsi yang layak, yakni ujian skripsi. Biasanya, mahasiswa gemetar dan gentar setelah mendengar kata ujian. Di alam bawah sadar mahasiswa, kata ujian melekat kuat sebagai sesuatu yang ketat, diawasi, menakutkan, dan menghantui. Padahal, ujian skripsi hanyalah sebagai bentuk pertanggungjawaban atas yang telah diperbuat selama ini. Ujian skripsi ibarat laporan kepada orang lain untuk dilihat dan dirunut kelogisan dan kesistematisannya sehingga layak dibaca oleh kalangan luas.

Berikut ini tips ujian skripsi. Pertama, bacalah berulang-ulang skripsi yang telah anda buat lalu tandai hal-hal penting.

Kedua, buatlah bahan presentasi yang komunikatif dan mewadahi alur berpikir sebuah skripsi.

Ketiga, cobalah berlatih presentasi dengan waktu yang singkat (5--10 menit) dengan mengajak teman sebagai pendengar lalu mintalah pendapat mereka tentang kekurangan dan kelebihannya.

Keempat, mintalah doa restu kepada orang tua dan dosen pembimbing, tentu juga pacar kalau sudah punya untuk tambahan motivasi diri.

Kelima, datanglah lebih awal dari waktu yang telah ditentukan untuk membuang grogi, menetralkan detak jantung, dan mengecek persiapan apa saja yang dirasa kurang. Jangans ekali-kali datang terlambat karena untuk kencing saja pasti tidak sempat.

Keenam, tersenyumlah saat pertama masuk ruang karena dengan senyum, grogi akan lenyap seketika.

Ketujuh, jangan sekali-kali menganggap dosen penguji sebagai hewan yang akan menerkam ibarat harimau bertemu dengan kambing.

Kedelapan, salami semua dosen penguji sambil ucapkan salam.

Kesembilan, berhentilah sejenak sambil menunggu perintah salah satu dosen untuk menyilakan duduk atau berdoa.

Kesepuluh, berdoalah dengan khidmat agar dapat lancar berbicara di depan dosen penguji.

Kesebelas, presentasilah dengan tenang; gunakan bahasa yang lugas, mantap, dan jelas; pandangilah semua dosen penguji dengan senyum dikulum; perhatikan waktu yang disediakan.

Keduabelas, jawablah pertanyaan dosen penguji berdasarkan isi skripsi anda dan jangan ngelantur. Jika memang tidak dapat menjawab, katakan terus terang. Jika bersifat saran, terimalah saran itu dengan senang hati.

Tidak ada skripsi yang sempurna. Begitu pula, skripsi anda. Jadi, jangan jengah jika dosen penguji menyarankan dihapus, diedit, diperbaiki, diubah, diganti, dan di- yang lainnya. Anggap hal itu sebuah proses yang biasa demi kebaikan skripsi. Semestinya, justru anda harus berterima kasih karena sudah dibantu memperbaiki. Selamat ujian.

Obat Grogi Berbicara di Depan Umum

Oleh Suyatno

Pengunjung blog ini, Prasojo namanya, bertanya bagimana agar tidak grogi saat berbicara di kelas atau di depan umum. Saya sangat mengapresiasi dengan pertanyaan tersebut, jujur, lugas, dan menarik. Apresiasi saya tentu dalam bentuk posting di blog kebanggaan ini.

Percayalah, semua orang, pembicara hebat sekalipun, pasti mengalami grogi saat pertama berbicara di depan umum. Kalau grogi terjadi dalam diri anda berarti, anda mengalami hal yang sama. Wajar. Meski sudah mempersiapkannya sebaik mungkin tetap saja grogi. Berbicara merupakan sebuah keterampilan yang sama dengan keterampilan yang lain. menaiki sepeda saat pertama tentu muncul grogi dan takut jatuh tetapi jika terus menerus menaiki dan hafal, grogi dan takut jatuh hilang dengan sendirinya. Begitu pula dengan berbicara di depan umum. Ala bisa karena biasa. Berbicara adalah keterampilan proses, sebuah keterampilan yang tidak datang
seketika. Artinya, bila ingin mengusainya diperlukan banyak berlatih dan
berlatih.

Waidi dalam mailing list Imagusri menyebutkan bahwa ada dua pendekatan dalam menganalisis grogi, yakni pendekatan neurologis (syaraf otak) seseorang bisa menjadi grogi. Seseorang menjadi grogi atau bahkan sebaliknya menjadi senang bila di depan publik itu sangat tergantung bagaimana syaraf otak merespon atau menanggapi sesuatu yang berada di luar, yaitu --dalam hal ini-- audience (publik). Perilaku (grogi, takut, senang dan lain-lain) merupakan hasil dari respon pikiran kita. Kalau kita merespon/menanggapi sesuatu di luar adalah sesuatu yang menakutkan, maka pikiran (syaraf) segera mengolahnya menjadi sebuah ketakutan. Sebaliknya, kalau kita meresponnya sesuatu yang menyenangkan, semua sel-sel dan jutaan syaraf segera mengolahnya menjadi hal yang menyenangkan.

Ketika Anda merespon pendengar sebagai seuatu yang "menakutkan" syaraf otak segera
bekerja dengan cara yang negatif. Hasilnya mejadi negatif. Syaraf otak segera bekerja untuk menemukan sejumlah alasan negatif untuk meyakinkan bahwa audience itu "menakutkan". Alasan-alasan yang ditemukan oleh pikiran negatif berupa: 1) audience
terlalu banyak dan banyak orang yang sudah pintar bicara, maka saya kurang pede; 2) audience akan meneriaki "huuuuuuu..?" bila saya salah; 3) audience akan mempergunjingkan saya bila saya salah; 4) saya akan malu bila apa yang saya sampaikan tidak menarik; 5) saya akan malu bila saya salah dalam bicara nanti dan; 6) masih banyak alasan negatif yang mengantarkan Anda menjadi semakin tidak percaya diri atau grogi. Hasilnya, keringat dingin keluar, gemetar, bicara tidak lancar dan
salah-salah terus selama bicara. Pada saat seperti itu, pikiran sibuk memikirkan audience yang "menakutkan" ketimbang memimikirkan materi yang sedang di sampaikan.

Akan menjadi berbeda hasilnya bila Anda meresponnya secara positif. Pikiran Anda akan segera mencarikan sejumlah alasan positif yang menguatkan Anda tampil lebih percaya diri. Anda akan tampil lebih percaya diri bila memandang audience sebagai:
1) sekelompok manusia yang sedang memberikan kesempatan baik pada Anda untuk
bicara; 2) mereka tidak akan menghukum bila Anda keliru; 3) keliru dalam berlatih bicara adalah hal yang wajar yang dialami oleh setiap orang; 4) mereka juga belum tentu memiliki keberanian untuk bicara; 5) kalau pun ia diberi kesempatan bicara ia pasti melakukan kesalahan seperti Anda; 6) dalam sejarah belum ada audience yang "mencemooh" pembicara bila dalam menyampaikannya secara santun dan; 7) ini adalah kesempatan terbaik untuk berlatih bicara.

Dengan kata lain, audiene bukan menjadi beban pikiran selama Anda bicara. Bila perlu Anda cuek-bebek (tapi sopan) selama bicara. Ketika Anda telah mengusai audience dengan cara respon positif seperti tersebut di atas, pikiran Anda tinggal fokus pada materi. Perlu dicatat bahwa mengapa seorang pembicara grogi karena pikirannya selama
bicara sibuk memikirkan audiencenya yang dianggap "menakutkan". Menakutkan atau tidaknya sangat tergantung bagaimana pikiran kita "menafsirkannya". Bila menafsirkannya sebagai hal yang tidak menakutkan, maka pikiran akan lancar, fokus pada topik, bicara pun lancar tanpa beban grogi.

Pendekatan kedua adalah pendekatan praktis, yakni, pertama, tingkatkan rasa percaya diri (pede). Kalau kita pede, keberanian meningkat, tetapi kalau belum apa-apa sudah takut dulu, rasa pede mengecil. Akibatnya sudah grogi dulu sebelum bicara. Untuk bisa meningkatkan rasa pede, coba sebelum Anda bicara, Anda membayang seorang tokoh pintar bicara yang menjadi idola Anda. Setelah membayangkan secara jelas, anggap saja dia merasuk dalam jiwa Anda yang membantu Anda pada saat bicara. Anggap saja dia yang bicara, tapi bukan Anda.

Kedua, berani bicara kapan dan dimana saja bila ada kesempatan tampil di depan umum. Jangan takut salah dan takut ditertawakan, bicara dan bicaralah. Kalau Anda tidak pernah mencobanya, maka tidak pernah punya pengalaman. Jangan berpikir, benar-salah, bagus-tidak, mutu-tidak, selama bicara. Pokoknya, Anda sedang uji nyali, berani atau tidak. Ketika Anda berani mencobanya, berarti nyali Anda hebat. Semakin sering Anda lakukan, semakin kuat nyalinya dan tidak takut lagi. Pokoknya Anda harus berani malu.

Ketiga, mulailah dari kelompok kecil. Berlatihlah bicara pada kelompok-kelompok kecil dulu seperti karang taruna, kelompok belajar, pertemuan RT/RW. Bicaralah sebisanya dan jangan buang kesempatan. Yang seperti ini sudah saya lakukan, saya mulai dari kelompok belajar, panitia seminar, dan acara-acara pengajian. Lama- ama saya biasa. Ingat Anda bisa karena biasa.

Keempat, tulis dulu sebagai persiapan. Sebelum bicara, alangkah baiknya ditulis dulu topik dan urutan penyampaiannya. Sebab, tanpa ditulis dulu, biasanya lupa saat bicara dan menjadikan materinya tidak runtut. Ada dua cara dalam menulis, menulis lengkap kenudian tinggal membaca atau tulis pokok-pokonya saja. Bila Anda menulis lengkap akan sangat membantu Anda bicara, tetapi keburukannya membosankan. Apalagi intonasi bacanya jelek. Yang baik adalah pokok- pokok saja, kemudian Anda menguraikannya saat bicara, tetapi keburukannya, Anda bisa lupa tentang datailnya.

Kelima, akan lebih baik kalau memiliki kebiasaan menulis. Menulis apa saja, cerita, artikel, surat atau catatan harian. Catatan harian akan sangat membantu. Kenapa menulis? Karena dengan menulis adalah cara efektif untuk membuat sebuah "bangunan logika", sebuah bangunan yang masuk akal. Bila Anda terbiasa menuliskan topik-topik yang masuk akal, maka akan membantu pada saat bicara. Tinggal memanggil ulang saja.

Keenam, perbanyak membaca. Orang bicara atau menulis, tidak lepas dari kegiatan membaca. Dengan banyak membaca menjadi banyak pengetetahuan yang dapat dijadikan acuan pada saat bicara atau menulis. Kebuntuan dalam bicara terjadi karena tidak saja grogi tetepi juga karena terbatasnya acuan (informasi) yang dimilikinya.

Ketujuh, janganlah menjadi pendiam saat ada diskusi atau debat. Bicaralah, jangan pikirkan Anda menang atau kalah dalam berdebat, tetapi jadikannlah media debat menjadi media pembelajaran dalam mengasah keterampilan bicara. Juga, biasakanlah berdsiskusi, jangan hanya menjadi pendengar yang baik (diam saja) tapi Anda harus menjadi pembicara yang baik.


Kedelapan, rajin mengevaluasi diri sehabis bicara. Karena berbicara merupakan keterampilan proses, maka sebaiknya rajin mengevaluasi diri setiap saat sehabis bicara. Seringkali (pengalaman saya) saya merasa tidak puas dengan hasil akhir bicara. Selalu ada saja kekurangannya, banyak topik yang lupa tidak tersampaikan. Kekurangan ini harus menjadi catatan untuk tampil lebih baik pada kesempatan mendatang.

Kesembilan, komitmen untuk terus berlatih. Tiada sukses tanpa latihan terus menerus. Tiada juara tanpa banyak latihan. Tiada bicara tanpa grogi bila hanya tampil (berlatih) satu atau dua kali saja. Bicaralah saat ada kesempatan bicara, karena keterampilan berbicara hanya dapat diperoleh dengan "berbicara" bukan dengan cara "belajar tentang". Satu ons praktik bicara lebih baik dari pada satu ton teori berbicara.

Di samping sembilan cara praktis di atas, anda juga perlu berdoa sebelum berbicara di depan umum. Doa itu berkaitan dengan kelancaran berbicara saat nanti berbicara di depan umum. Doa dapat memberikan motivasi mujarab agar tidak grogi.

Sertifikasi Guru 2009: Perubahan dan Perkembangannya

Oleh Suyatno

Kabar gembira bagi guru yang belum mendapatkan sertifikat guru profesional karena (1) proses sertifikasi tahun 2009 segera dimulai (April pemberkasan), (2) ada kemudahan bagi guru yang belum berijasah S-1 dan usia di atas 50 tahun, (3) pengawas mulai disertifikasi, (4) guru S-2 atau S-3 berpangkat IVb tidak perlu portofolio dan langsung mendapatkan sertifikat, dan (5) guru atau guru dalam jabatan pengawas tanpa harus s-1 asal berpangkat IVc langsung mendapatkan sertifikat. Kabar menarik lainnya, tentu saja, jika lolos sertifikasi, tambahan gaji akan mengisi pundi-pundi anggaran pribadi.

Semua pasti setuju manakala guru harus profesional yang didukung oleh bukti sertifikat mengajar. Semua juga tidak setuju jika guru bersertifikat tetapi tidak mengalami perubahan tanggung jawab dan tidak inovatif. Untuk itu, guru diharapkan terus memacu diri untuk mendapatkan predikat guru sejati. Jalan yang harus ditempuh adalah menghimpun pengalaman dari berbagai aspek kemudian dikumpulkan melalui portofolio.

Dalam serifikasi guru 2009, perubahannya adalah (1) dokumen portofolio tahap awal akan diseleksi oleh dinas pendidikan untuk dilihat kelayakan diperiksa atau tidak, (2) dokumen yang telah diseleksi kelayakan tersebut juga akan diseleksi ulang oleh LPMP, (3) kemudian, dokumen akan diteliti keautentikannya dan diberi skor oleh LPTK yang ditunjuk, dan (4) jika dokumen belum memenuhi target kelulusan dinyatakan tidak lolos kemudian yang bersangkutan harus mengikuti diklat.

Ketentuan lolos tentu tidak semudah itu. Dokumen yang sah dan lengkap dan mendapatkan skor di atas 850 dinyatakan lulus. Dokumen yang sah dan lengkap dengan skor 841--849 dinyatakan melengkapi substansi. Dokumen yang sah dan lengkap dengan skor di bawah 841 dinyatakan (tidak lolos) dan mengikuti diklat. Dokumen belum sah dan lengkap dengan skor minimal 850 tetapi ada dokumen yang belum ditandatangani atau distempel dinyatakan melengkapi administrasi. Dokumen mengandung kecurigaan dinyatakan klarifikasi. Kemudian, dokumen yang tidak memenuhi kriteria serta terdapat pemalsuan dinyatakan diskualifikasi dan dokumen diskualifikasi itu akan dikembalikan ke dinas pendidikan.

Cara Jitu Berbicara di Depan Kelas

Oleh Suyatno

Bisa jadi, hanya gara-gara gaya berbicara guru yang tidak mengesankan siswa, prestasi siswa tidak terangkat. Bahakan, siswa tersebut tidak ada kemajuan dan tidak mengerti apa-apa meskipun berkali-kali sebuah materi sudah diterangkan guru. Menurut guru, materi sudah diberikan bahkan dijelaskan dengan rinci. Menurut siswa, materi susah dipahami.

Hal itu terjadi karena ucapan guru tidak runtut, tidak masuk akal, tidak sesuai dengan perkembangan siswa, tidak bergaya, dan tidak sistematis. Ujung-ujungnya, siswa menjadi jenuh, bosan, bermain sendiri, berbicara sendiri, dan tidak mendapatkan info apa-apa dari guru.

Cara jitu berbicara di depan kelas agar siswa cepat paham, berkesan, dan membekas di memori siswa dalam jangka panjang adalah (1) tentukan tujuan berbicara, (2) lihatlah siapa yang akan mendengarkan atau siapa siswanya, (3) perhatikan waktu yang tersedia, (4) pahami tempat dan waktunya, (5) kemaslah materi yang akan disampaikan dari yang mudah ke yang sulit, dari yang konkret ke abstrak, dari umum ke khusus, dan dari yang menarik ke yang tidak menarik, 6) aturlah intonasi suara sesuai dengan tekanan materi pembicaraan, dan (7) tambahkan bumbu humor atau permainan kecil sebagai penumbuh semangat. Untuk pemula, cara di atas perlu dicatat dengan perencanaan matang kemudian berlatih di depan kaca. Saat berkaca, ukurlah mimik dan gerakan tubuh dengan pas untuk kepentingan mengiyakan, menolak, gembira, meyakinkan, mengharap, memberi kode mata, dan seterusnya.

Langkah selanjutnya, guru perlu menerapkan di kelas dengan penuh perhatian. Identifikasi reaksi siswa saat anda berbicara. Cobalah bersuara lantang lalu lihat reaksi siswa. Cobalah bersuara datar dan lihat juga reaksi siswa. Teruslah mengulang-ulang dengan cara-cara yang berbeda-beda sampai mendapatkan ukuran yang pas untuk berbicara mnenurut diri sendiri.

Jangan lupa, mintalah refleksi dari siswa tentang kualitas bicara guru untuk keperluan perbaikan dalam pembelajaran berikutnya. Bicara guru merupakan kunci keberhasilan pembelajaran. Ingatlah bahwa berbicara merupakan keterampilan berbahasa. Karena sebuah keterampilan, berbicara efektif perlu pelatihan terus-menerus. Cobalah.

Senin, 04 Mei 2009

Kisah Antasari, Rani, dan Nasrudin: Teladan bagi Dunia Pendidikan

Oleh Suyatno

Garduguru berteriak keras kegirangan karena mendapatkan buku teks bagi pelajaran moral anak didik secara nyata tanpa dari cerita yang diolah gurunya hanya untuk membangun moral. Dari kisah Antasari, Rani, dan Nasrudin, anak didik teramat tahu bahwa ternyata ajaran lama itu benar adanya, yang menyatakan bahwa godaan orang sukses itu adalah tahta, wanita, dan harta. Anak didik akan segera mengambil simpulan bahwa cita-cita akan kandas jika tidak dikawal dengan tegas oleh nurani kemanusiawian.

Entah seperti apa kecantikan Rani Juliani (22 tahun) hingga dapat meluruhkan penalaran seorang ketua KPK dan pengusaha Nasrudin sampai pada tarap kematian. Mungkin Rani di mata orang-orang itu seperti Cleopatra, KenDedes, Marlyin Monrou, Putri Salju, Kajool, atau lainnya yang terbilang cantik. Kecantikan dan kemolekannya sampai mengendus uang miliar rupiah. Tapi, Rani adalah sebuah pelajaran bagi anak didik bahwa kecantikan seseorang dapat melunturkan idealisme, cita-cita, dan tekad yang sebelumnya dicanangkan dalam diri seseorang.

Anak didik perlu tahu bahwa keteladanan seseorang tidak serta merta dapat ditiru dan dijadikan pedoman bagi pendidikan diri. Keteladanan itu perlu diseleksi yang baik-baik saja dan yang buruk dibuang dari kisah seseorang. Kegigihan Antasari dalam melacak dan menyidik koruptor perlu ditiru tapi jangan ditiru kelemahannya di mata kemolekan Rani. Kegigihan Nasrudin dalam berusaha sehingga berhasil perlu ditiru tetapi jangan ditiru perkawinan yang membawa malapetaka. Kecerdasan Rani perlu ditiru tetapi jangan diamini mata jalangnya yang mampu meluluhlantakkan orang lain tanpa mengenal batas norma.

Kisah Antasari, Rani, dan Nasrudin adalah teladan bagi dunia pendidikan bahwa jabatan tidak selamanya aman jika tidak dikawal oleh moral diri yang kuat. Semakin tinggi pohon akan semakin besar angin yang menabraknya. Semakin tinggi jabatan orang akan semakin besar godaannya. Intisari keteladanan tersebut perlu ditanamkan kuat ke anak didik sehingga kelak nanti dapat menjalankan tugas dengan sekuat moralnya.

Kisah tersebut berwal dari Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) non-aktif, Antasari Azhar hari Senin diperiksa di Polda Metro Jaya terkait kasus tewasnya Direktur PT Putra Rajawali Banjaran (PRB), Nasarudin Zulkarnain. Nasarudin menghembuskan nafas terakhir setelah diberondong peluru oleh dua pengendara sepeda motor usai bermain golf di lapangan Modernland Kota Tangerang, 14 Maret 2009.