Selasa, 04 Januari 2011

Guru di Mata Mbok Siti (93)

Pagi itu masih berada di pukul 08.00 saat aku berjalan di pematang sawah dengan Mbok Siti untuk menemaninya dalam menyebar pupuk organik yang dibawa dari rumah. Punggung ini terasa nyeri setelah mengangkut pupuk seberat 10 kg kira-kira. Tapi, aku menyembunyikan rasa nyeri itu di depan Mbok yang sangat kuat menggendong dua karung kecil pupuk.

"Pupuk ini akan memberikan gizi bagi pertumbuhan padi yang baru tumbuh di petak ini", ujar Mbok Siti sambil meletakkan gendongan sesaat tiba di petak hijau sawah milik Mbok. Aku mengiyakan sambil juga meletakkan sekarung kecil pupuk yang aku pundak sejak dari rumah si Mbok yang jauhnya kira-kira 500 m. Rasanya, bebas dari nyeri pundak ini.

"Pupuk diberikan ke tumbuhan padi karena tanah sudah tidak mampu lagi menyediakan humus bagi pertumbuhan padi saking terus-menerusnya tanah ditanami", kata Mbok dengan menyeka keringat di keningnya. Jika guru senantiasa memberikan pupuk ke murid, tentu, pertumbuhan diri sang murid akan sehat dan seperti yang diharapkan. Dalam diri murid sudah terdapat potensi yang perlu disentuh dengan pupuk perlakuan dari guru. Jika guru memberikan pupuk motivasi yang terukur, murid dengan sendirinya akan termotivasi untuk belajar yang bisa jadi akan dikenang selamanya.

Guru di Mata Mbok Siti (92)

Ketika aku berada di dapur Mbok Siti, terlihat dua ayam betina mengerami telurnya dengan diam dan tak bergerak sedikit pun. Tidak tampak berapa telur yang dierami karena tertutup bulu sayap warna kehitaman. Aku tidak berani mengganggunya dengan mengintip jumlah telur.

"Ayam itu sedang memusatkan diri untuk memperkuat anak-anaknya segera keluar dari cangkangnya, anakku", kata Mbok Siti pelan. Aku kaget dan langsung mengangguk pertanda setuju.

"Tapi mengapa diam, Mbok?" tanyaku.

"Diam bukan berarti diam. Kesenyapan bukan berarti senyap", tambahnya. Ayam itu berada dalam kekosongan untuk mengisi kekosongan yang lainnya. Itulah yang namanya pemusatan pikiran dengan segala jiwa dan upaya agar terlahir anak-anak ayam yang sehat seperti yang diangan-angankannya.

Kadang guru diperlukan untuk berada dalam kekosongan diri yang menyatu pada pikiran yang berpusat dalam mendidik muridnya. Dengan diam, segala tenaga hati dan jiwa guru dapat memusat demi keberhasilan muridnya. Diam itu emas.