Jumat, 30 Januari 2009

Guru di Mata Mbok Siti (39)

Sandal jepit yang aku pakai ini, baru pertama aku injakkan di pelataran Mbok Siti, yang sebelumnya, aku selalu bersepatu. Aku agak kikuk karena takut tidak menghormat Si Mbok yang sangat wibawa itu.

"Wah, bagus sekali sandalmu, anakku", tanya Mbok yang murah senyum itu. Aku kikuk. Lalu aku jawab dengan enteng, "Hanya sekali ini pakai sandal Mbok". "Janganlah sekali-kali kamu minder pakai alas kaki sandal atau alas apapun", jawab simbok kalem. Bagi kehormatan seseorang, sandal atau sepatu tidak penting. Yang terpenting adalah jiwa dan hatinya. Semua pakaian, sandal, atau yang melekat dalam tubuh hanyalah luarnya.

Guru juga begitu, janganlah memandang siswa dari luarnya. "Pandanglah siswa dari jiwa dan hatinya", kata Mbok Siti. Jiwa anak termata indah kalau dipandang dan akan lebih indah kalau dibangun berdasarkan potensinya. Hati anak adalah hati yang terindah dari hati yang ada. Buatlah keindahan jiwa dan hati anak-anak menjadi keindahan hidupnya kelak.

Guru Marah?Jangan Cederai Siswa dan Inilah Obatnya

Oleh Suyatno

Entah berapa kali lagi, berita tentang guru melukai siswa dengan mencubit, menempeleng, menjewer, memukul, menyabet, dan bentuk menyakitkan yang lainnya hanya untuk melampiaskan kemarahan guru. Alasan guru agar siswa berubah menjadi baik. Namun, siswa tetap saja membandel. Guru marah. Jalan keluarnya, siswa disakiti sebagai bentuk hukuman.

Ketika siswa berulah menjengkelkan, tentu timbul kemarahan dalam diri guru. Ingin rasanya berteriak memarahi bahkan memukul siswa karena sulit dinasihati. Padahal, guru tidak perlu bersikap demikian. Masalahnya, dengan menaikkan suara, berarti guru akan menciptakan suatu pertempuran yang cuma-cuma, yang bukan hanya membuat hati kesal dan frustrasi, tapi juga membuat suasana menjadi tidak enak yang diakhiri dengan perasaan bersalah.

Agar semua ini tidak lagi dialami guru, coba deh 11 cara berikut ini. Siswa menjadi tidak ketakutan mendengar teriakan gurunya, guru pun dapat hidup bebas tanpa stres dalam mengajar.

1. Biarkan
Jangan terlalu cepat bereaksi. Jika siswa mengambil spidol lalu membuangnya, tidak perlu berteriak memarahinya. Minta dia mengambil spidol itu dan katakan untuk tidak mengulangi perbuatannya yang tidak baik itu. Yang paling penting dari semua ini adalah menyelamatkan kesehatan jiwa kita. Jadi, hadapi dengan tenang sehingga teriakan akan berkurang.

2. Jangan berharap terlalu banyak
Jika guru merasa selalu siap berteriak dan marah-marah pada siswa, mungkin karena guru terlalu banyak mengharapkan dari mereka. Siswa itu bukan orang dewasa yang dapat cepat menangkap sesuatu. Siswa memerlukan pengulangan, penyederhanaan konsep, dan penggunaan bahasa yang membelajarkan.

3. Cukup perlahan
Ketika guru marah, cobalah menggunakan suara pelan dan lembut dengan kata-kata yang menyentuh diri siswa. Kedengarannya aneh? Yang jelas, hampir bisa dipastikan Anda tak berteriak dengan suara keras saat marah jika sudah terbiasa berbicara dengan perlahan dan halus.

4. Pakai strategi
Temukan cara untuk menyelesaikan suatu tugas yang membuat guru stres. Misalnya, guru dan siswa tidak sejalan dengan PR yang diberikan. Katakanlah ke siswa untuk tidak mengulang kembali kejadian ini, cobalah mencari jalan lain. Misalnya, ulang kembali tentang kejelasan bahasa guru berkaitan dengan PR itu.

5. Temukan mantra
Cari sebuah kata atau kalimat yang dapat meredam amarah dan mengingatkan guru bahwa siswa sedang tidak mencoba mempermainkan guru. Dia hanya anak kecil. Itu saja! Kalimat mantra itu bisa seperti, "Mereka siswaku yang kucinta." Ulangi terus beberapa kali ketika guru merasa akan berteriak.

6. Remas bola
Ambil bola kecil, sapu tangan, genggaman, atau benda lentur lainnya. Remas-remas begitu rasa marah mulai memuncak dan guru siap berteriak.

7. Olahraga
Daripada berteriak-teriak atau marah mengeluarkan energi, sebagai gantinya lebih baik guru berolahraga. Entah itu joging, lompat-lompat, atau apa saja sehingga guru dapat merasa seperti tengah mengeluarkan emosi berteriak. Tentunya tidak dilakukan di depan siswa, cukup di rumah saja. Siapa tahu dapat keuntungan ganda: emosi bisa diredam, berat badan juga ikut turun!

8. Minta bantuan
Mengajar siswa kadang menimbulkan rasa jenuh. Berteriak atau marah merupakan satu tanda dari keletihan dan stres. Dengan kata lain, guru membutuhkan istirahat! Jangan ragu minta bantuan kepada guru lain!

9. Tenang
Jika pada suatu ketika guru dihadapkan pada keadaan yang sangat kacau sehingga guru stres, salami siswa nakal itu katakan dengan lembut bahwa yang dilakukan tidak berkenan dalam pembelajaran yang sedang berlangsung.

10. Anggaplah Manusia
Ingat bahwa pendidikan itu bersifat manusiawi bukan hewani. Menyakiti siswa dalam bentuk apapun tidak manusiawi melainkan hewani. Jadi, ketika akan menyakiti siswa, segeralah guru ingat bahwa perlakuan itu bersifat hewani.

11. Pasang Siswa Pengingat
Katakanlah ke siswa untuk mengingatkan jika guru marah. Dengan begitu, guru tidak akan pernah marah. Yang tahu kita marah atau tidak salah satunya adalah siswa. Jadi, tidak ada salahnya untuk bertanya kepada siswa.

RPP Guru Sebenarnya untuk Apa?

Oleh Suyatno

Awal tahun ini dapat dikatakan menjadi awal yang sibuk bagi guru dalam mempersiapkan perencanaan mengajar atau Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). RPP itu dibuat sekaligus, dijilid, lalu ditandatangankan ke kepala sekolah dan pengawas. Setelah itu, puaslah guru yang membuat RPP. Sebenarnya, RPP Guru untuk apa?

RPP merupakan perencanaan pembelajaran yang digunakan guru sebagaia cuan dan pedoman mengajar ketika di kelas. Dengan begitu, saat mengajar, RPP dibawa ke kelas kemudian dicoreti manakala terjadi perubahan. Dengan begitu, RPP selalu terbarui berdasarkan kondisi pembelajaran yang tengah berlangsung.

Kenyataannya, RPP yang sudah ditandatangani kepala sekolah hanya sekadar sebagai dokumen yang disimpan di meja atau lemari guru dan dicadangkan untuk persediaan andaikata terjadi pemeriksaan. Saat mengajar, guru kembali ke modal hapalan tanpa melihat RPP. Jadi, pembelajaran klasik dan konvensional senantiasa terjadi meskipun RPP guru berpola pembelajaran modern.

Runyamnya, banyak RPP guru hanya sekadar kopian dari RPP milik teman lain, di sekolah lain, atau dari buku RPP yang dijual di toko buku. Padahal, RPP bersifat mempribadi berdasarkan kondisi siswa, kelas, dan menu kompetensi dasar yang akan dicapai.

Untuk itu, RPP harus dibawa di kelas dan digunakan sebagai pedoman mengajar. Itulah pembelajaran yang senyatanya. Bagamana dengan Anda?

Rabu, 28 Januari 2009

Guru di Mata Mbok Siti (38)

"Aduh, Mbok. Aku lunglai sekali setelah seminggu memfasilitasi para pramuka penggalang di Jambore daerah," keluhku sambil duduk terdiam di depan Mbok Siti. Bahkan, beberapa hari tidak sempat menjumpai Mbok di sini.

"Tak mengapa lelah, anakku, karena lelah akan dapat segera menjadi segar," jawab Mbok dengan enteng. "Yang paling penting adalah hasilnya. Berkat peranmu, tentu anak-anak itu mendapatkan pengalaman yang menarik bagi hidupnya kelak," ujar Mbok yang selalu senyum. Mengabdi kepada anak-anak hukumnya wajib karena memenuhi hukum keberlangsungan. "Dulu, ketika kita kecil, kita juga difasilitasi orang yang lebih dewasa dari kita," tambahnya. Begitu pula, sekarang, sudah menjadi kewajiban kita menumbuhkan generasi baru. Prinsip itulah yang harus dipegang oleh semua guru agar terjadi keikhlasan dan ketulusan dalam mendidik.

Sertifikasi Guru Belum Aman bagi Guru Bersertifikat

Guru yang telah tersertifikasi jangan senang dahulu, karena sertifikat yang diperoleh berdampak pada pengawasan ketat berkait dengan tunjangan yang telah dikucurkan. Berikut ini beritanya.

Jakarta, Kamis (22 Januari 2009) -- Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan (Ditjen PMPTK) Depdiknas akan menyusun kriteria kinerja guru. Dirjen PMPTK Baedowi mengatakan, kriteria kinerja ini akan dijadikan indikator untuk melakukan pembayaran tunjangan profesi guru. Selain itu, dapat digunakan untuk mengevaluasi kemampuan profesional guru bagi yang telah mendapatkan sertifikat profesi.

Baedhowi mengatakan, penerbitan sertifikat profesi bagi guru adalah untuk keprofesiannya, tetapi pembayaran tunjangan profesi adalah berdasarkan atas kinerjanya. Salah satu syaratnya, kata dia, sesuai Peraturan Pemerintah No.74 Tahun 2008 tentang Guru, yakni memenuhi beban kerja guru paling sedikit 24 jam tatap muka dalam satu minggu. "Jadi kinerjanya itu walaupun memenuhi 24 jam tatap muka, tetapi harus dilihat indikator kinerja yang sekarang sedang dikerjakan," katanya usai mengikuti acara penandatanganan MoU bidang pendidikan antara Indonesia dengan Turki di Depdiknas, Jakarta, Kamis (22/1/2009).

Baedhowi menyebutkan, jumlah kumulasi guru yang telah disertifikasi pada 2007 dan 2008 adalah sekitar 360.000 orang. Mulai Januari 2009, kata dia, sudah dipersiapkan pembayaran tunjangan profesinya. Sementara, target guru yang disertifikasi pada 2009 adalah sebanyak 200.000 orang dan pembayaran tunjangan profesinya akan dimulai pada 2010. "Pembayaran ditujukan terutama bagi peserta yang sudah lulus lama, sedangkan yang baru lulus diminta melengkapi berkas untuk diterbitkan SK tunjangan profesi pendidik," katanya.

Baedhowi menegaskan, tidak ada perubahan dalam sistem sertifikasi guru, tetapi perubahan pada pekerjaan kepengawasan terutama bagi pengawas dalam jabatan. Menurut dia, untuk menjaga agar pengawas bekerja secara profesional diperlukan pengawas yang betul - betul memahami proses pembelajaran. "Kalau pengawas tidak menguasai proses pembelajaran kan sulit. Oleh karena itu, dicari mereka yang punya pengalaman sebagai guru atau kepala sekolah," katanya.***

Sumber: Pers Depdiknas

Ujian Nasional SMP dan SMA April, UASBN SD Mei 2009

Jakarta, Senin (12 Januari 2009) -- Penyelenggaraan Ujian Nasional (UN) tahun pelajaran 2008/2009 jenjang SMP/MTs/SMPLB akan dilaksanakan pada bulan April 2009. Ujian utama dilaksanakan pada tanggal 27, 28, 29, dan 30 April 2009 mulai pukul 8.00 - 10.00, sedangkan ujian susulan dilaksanakan pada tanggal 4, 5, 6, dan 7 Mei 2009. Sementara ujian utama SMA/MA dilaksanakan pada tanggal 20, 21, 22, 23, dan 24 April 2009, sedangkan ujian susulan dilaksanakan pada tanggal 27, 28, 29, 30 April 2009, dan 1 Mei 2009.

Ketua Badan Standar Nasional Pendidikan (Ka BSNP) Mungin Eddy Wibowo mengatakan, ujian utama SMALB diselenggarakan pada tanggal 20,21, dan 22 April 2009 mulai pukul 8.00 - 10.00, sedangkan ujian susulan diselenggarakan pada tanggal 27, 28, 29 April 2009. Sementara ujian utama SMK diselenggarakan pada tanggal 20, 21, dan 22 April 2009 mulai pukul 8.00 - 10.00, sedangkan ujian susulan diselenggarakan pada tanggal 27, 28, dan 29 April 2009. "BSNP telah menyusun prosedur operasi standar (POS) untuk ujian kompetensi. Kisi - kisinya juga sudah disusun," katanya saat memberikan keterangan pers di Gerai Informasi dan Media, Depdiknas, Jakarta, Senin (12/1/2009).

Jadwal UN Kompetensi Keahlian SMK harus selesai satu minggu sebelum UN utama dan mengacu pada ketentuan khusus tentang teknis pelaksanaan uji kompetensi keahlian. "Bagi SMK program empat tahun, uji kompetensi keahlian dilaksanakan pada tahun ke empat," kata Mungin.

Adapun Ujian Akhir Sekolah Berstandar Nasional (UASBN) Tahun Pelajaran 2008/2009 SD/MI/SDLB akan dilaksanakan pada tanggal 11, 12, dan 13 Mei 2008 untuk ujian utama dan pada tanggal 18, 19, dan 22 Mei 2009 untuk ujian susulan.

Selengkapnya mata pelajaran yang diujikan untuk jenjang SMP/MTs/SMPLB meliputi Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Matematika, dan Ilmu Pengetahuan Alam. Pada jenjang SMA/MA program IPA mata pelajaran yang diujikan meliputi Bahasa Indonesia, Biologi, Bahasa Inggris, Matematika, Fisika, dan Kimia, sedangkan untuk program IPS meliputi Bahasa Indonesia, Sosiologi, Bahasa Inggris, Matematika, Geografi, dan Ekonomi.

Adapun untuk program Bahasa mata pelajaran yang diujikan meliputi Bahasa Indonesia, Sejarah Budaya/Antropologi, Bahasa Inggris, Matematika, Sastra Indonesia, dan Bahasa Asing, sedangkan untuk program Keagamaan meliputi Bahasa Indonesia, Ilmu Kalam, Bahasa Inggris, Matematika, Ilmu Hadist, dan Ilmu Tafsir.

Sementara, pada jenjang SMALB mata pelajaran yang diujikan meliputi Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, dan Matematika, sedangkan pada jenjang SMK akan mengujikan Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Matematika, dan uji kompetensi keahlian.

Pengumuman hasil UASBN SD dan UN SMP/MTs/SMPLB dilakukan serentak di sekolah/madrasah penyelenggara selambat - lambatnya pada minggu ketiga bulan Juni 2009, sedangkan pengumuman hasil UN SMA/MA/SMK/SMALB selambat - lambatnya pada minggu kedua bulan Juni 2009.

Kriteria kelulusan UASBN ditetapkan oleh setiap sekolah/madrasah yang peserta didiknya mengikuti UASBN melalui rapat dewan guru yang. Kriteria kelulusan ini mencakup nilai minimum setiap mata pelajaran yang diujikan dan nilai rata - rata ketiga mata pelajaran. "Kelulusan UASBN digunakan sebagai salah satu pertimbangan penentuan kelulusan dari sekolah/madrasah, " kata Mungin.

Sementara, peserta UN dinyatakan lulus jika memenuhi standar kelulusan UN, yakni memiliki nilai rata - rata minimal 5,50 untuk seluruh mata pelajaran yang diujikan, dengan nilai minimal 4,00 untuk paling banyak dua mata pelajaran dan minimal 4,25 untuk mata pelajaran lainnya. Khusus untuk SMK, nilai mata pelajaran Kompetensi Keahlian Kejuruan minimal 7,00 dan digunakan untuk menghitung rata - rata UN.

Pemerintah daerah dan/atau satuan pendidikan dapat menetapkan batas kelulusan di atas nilai tersebut di atas, sebelum pelaksanaan UN. Peserta UN diberikan Surat Keterangan Hasil Ujian Nasional (SKHUN) yang diterbitkan oleh sekolah/madrasah penyelenggara.

Mungin mengatakan, mengacu pada Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 19/2005 tentang Standar Nasional Pendidikan pada penjelasan pasal 68 butir b, hasil ujian nasional dijadikan sebagai salah satu dasar seleksi untuk melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi. Satuan pendidikan, kata dia, dapat melakukan seleksi dengan menggunakan instrumen seleksi yang materinya tidak diujikan dalam Ujian Nasional.

Dia mencontohkan, perguruan tinggi dapat menyelenggarakan tes bakat skolastik, tes intelegensil, tes minat, tes bakat, tes kesehatan, atau tes lainnya sesuai dengan kriteria pada satuan pendidikan tersebut. "Hal ini tidak hanya berlaku untuk perguruan tinggi saja, nanti untuk SMP pun masuk ke SMA tidak perlu ada tes yang materinya sama dengan UN," ujarnya.

Mungin menyampaikan, satuan pendidikan wajib menyesuaikan diri dengan ketentuan ini paling lambat tujuh tahun sejak mulai berlakunya PP Nomor 19/2005. "Harapannya ke depan perguruan tinggi betul - betul akan memanfaatkan hasil ujian ini sebagai dasar seleksi penerimaan mahasiswa baru," katanya.

Mungin menyebutkan, total anggaran untuk kegiatan UN dan UASBN tahun pelajaran 2008/2009 sebanyak Rp.376 milyar dengan rincian untuk penyelenggaraan UASBN SD sebanyak Rp.56 milyar, UN SMP/MTS/SMPLB sebanyak Rp.200 milyar, dan UN SMA/MA/SMK sebanyak Rp.120 milyar. Kepala Pusat Penilaian Pendidikan Balitbang Depdiknas Burhanuddin Tolla menambahkan, total biaya penyelenggaraan ujian termasuk Ujian Paket A,B, dan C yang diselenggarakan dua kali dalam setahun sebanyak Rp.572 milyar.***

Sumber: Pers Depdiknas

Ponsel (HP) Ganggu Belajar Siswa

Bandung - Detik.net melaporkan (Kamis, 25 Januari 2009) bahwa telepon genggam alias ponsel dianggap lebih berbahaya daripada bolos sekolah. Pasalnya ponsel telah menggeser nilai pendidikan siswa di sekolah, di rumah ataupun lingkungannya.

Demikian dikatakan Kasubdin Bina Program Dinas Pendidikan Jawa Barat Asep Hilman yang ditemui detikINET di ruang kerjanya, jalan Dr. Rajiman No. 6, baru-baru ini.

"Ponsel secara perlahan tapi pasti telah menggeser nilai pendidikan anak sekolah. Alat komunikasi tersebut telah menggantikan pola komunikasi antara guru, orang tua dan yang lainnya terhadap siswa," kata Asep.

Pola komunikasi yang dimaksud, lanjut Asep, adalah dalam konteks transformasi edukasi yang berbasis nilai. "Seperti saat orang tua ataupun guru memberikan nasehat atau wejangan kepada siswa. Jika dulu dilakukan dengan tatap muka sehingga gerak, mimik serta contoh bisa langsung dipraktekkan, maka sekarang cukup melalui telepon. Nah, disini tidak ada transformasi nilai," papar Asep.

Tak hanya itu, ponsel juga dianggap lebih berbahaya dibandingkan dengan siswa yang bolos sekolah. Sebab, saat ini banyak konten negatif yang berseliweran di ponsel anak.

"Secara psikologis, anak-anak cenderung lebih cepat menyerap hal negatif tersebut ketimbang pelajaran di sekolah. Nah, kalau bolos kan secara fisik si anak tidak ada di kelas jadi untuk melakukan pembinaan juga mudah. Kalau ini, secara fisik anaknya ada di kelas duduk, tapi di bawah mejanya dia buka-buka konten yang nggak bener di hpnya. Ini bahaya," tegas Asep.

Menurut Asep, saat ini pihaknya telah memberikan imbauan kepada sekolah dan orang tua murid untuk tidak mengaktifkan ponsel milik siswa saat kegiatan belajar mengajar berlangsung.
( afz / dwn )

Minggu, 18 Januari 2009

Jamda Jatim 2009 Bersifat Strategis bagi Masa Depan Anak

Jamda Jatim 2009, yang semula berlangsung di akhir Desember 2008, menapaki tahap sibuk karena saat ditulis ini, pelaksanaan kurang sehari. Di lokasi Jamda Jatim 2009, sore hari, dua hari sebelum pelaksanaan, terdengar suara kru penataan lahan memetakan lokasi tenda peserta. Kemudian, di Surabaya, tepatnya di Unesa, terlihat para pandega bersimulasi kegiatan karena mereka akan menjadi panitia kegiatan tantangan. Malam harinya, para penggalang yang akan menjadi peserta, tepatnya Sabtu Malam, sudah berada di kwarcab untuk pengecekan terakhir keberangkatan. Semua itu pertanda bahwa Jambore Jatim 2009 ini benar-benar menyedot banyak perhatian dan memberikan kesibukan bagi siapapun yang terlibat.

Jambore adalah hal biasa, tentu, bagi mereka yang pernah turut serta dan sekarang sudah menginjak di usia pekerja atau dewasa. Namun, bagi peserta, jambore merupakan wahana baru dalam menimba pengalaman. Bisa jadi, bagi penggalang, Jamda merupakan pengalaman pertama dalam membuka kesempatan pikiran, sikap, dan keterampilan yang bersinggungan dengan alam dan situasi kepramukaan. Oleh karena itu, siapapun yang terlibat dalam pelaksanaan Jamda 2009 ini, harus mengemas perannya dengan mantap agar dapat dipetik hasilnya bagi perkembangan anak-anak.

Jambore bersifat strategis bagi masa depan anak-anak karena memori pengalaman berjambore akan menjadi fondasi dalam pengalaman di masa depan. Untuk itu, bidang kegiatan, sebagai fasilitator kegiatan, harus menyiapkan menu kegiatan dengan mantap. Tidak saja sekadar menyajikan kegiatan, bidang giat dutuntut untuk menindaklanjuti kegiatan dengan cara merefleksikan secara langsung kegiatan yang telah dilaksanakan. Dengan begitu, peserta akan mendapatkan simpanan memori kuat tentang kegiatan positif jambore ini.

Semoga sukses dan harus sukses. Salam Pramuka!!!

Sabtu, 10 Januari 2009

Agar Siswa Sehat Diperlukan Cinta Guru

Oleh Suyatno

Pernahkah Anda melihat kelas yang senyap ketika diajar, PR tidak dikerjakan, siswa malas bertanya meski disuruh berkali-kali, tidak ada senyum meski guru memberikan senyum, prestasi pas-pasan, dan kelas tidak bergairah? Jika pernah, itulah kelas yang sakit alias tidak sehat. Untuk berkembang secara sehat, siswa tidak cukup hanya mendapatkan pelajaran, PR, dan ceramah yang baik dari guru, mereka juga butuh cinta tanpa syarat dari gurunya.

Ada siswa yang di sekolah sebelumnya berprestasi, bergairah, dinamis, dan kompetitif namun di sekolah baru dan lebih tinggi malah turun prestasi, dingin, malas, dan suka mengalah. Dia tumbuh sebagai siswa yang gelisah, kesepian, dan sangat longgar dalam urusan moral. Gurunya hampir tak pernah berkomunikasi dari hati ke hati dengannya.

Siswa memerlukan cinta sejati dari gurunya agar dapat tumbuh sehat secara fisik dan pikirannya.Namun, boleh jadi gurunya tidak menyadari bahwa apa yang terjadi pada mereka merupakan dampak dari ketidaktahuan atau keteledoran guru sebagai pendidik. Guru hanya terlena mengajar dan memindahkan ilmu semata. Guru lupa akan tugas yang lebih strategis dalam menumbuhkembangkan pribadi sehat siswa.

Meskipun siswa telah terpenuhi kebutuhan fisik dari keluarganya seperti nutrisi yang baik dan sesuai kebutuhan,istirahat dan tidur yang cukup,olahraga sesuai takaran, imunisasi sesuai kebutuhan, dan lingkungan tinggal yang sehat, siswa juga membutuhkan cinta tanpa syarat dari guru,memiliki kepercayaan diri dan rasa harga diri (self esteem) yang tinggi,punya kesempatan bermain dengan siswa lain,mendapat dorongan dan dukungan dari guru yang mengasuhnya, belajar di lingkungan sekolah yang aman dan terlindung, dan adanya pedoman dan disiplin yang jelas.

Mengacu pada Asosiasi Kesehatan Mental Nasional, Amerika Serikat, cinta, rasa aman, dan penerimaan harus menjadi “jantung” bagi setiap keluarga. Anak-anak perlu tahu bahwa cinta orangtua tidak tergantung pada prestasi anak-anak. Kesalahan dan/atau kekalahan harus diterima. Dengan demikian, rasa percaya diri akan tumbuh di rumah yang penuh dengan cinta dan perhatian tanpa syarat. Begitu pula cinta guru terhadap siswanya. Adakah cinta guru kepada siswa sepadan dengan cintanya kepada anak kandungnya?

Banyak guru tanpa sadar sering membuat siswa merasa tidak diterima dan tidak disayang karena prestasi, sikap dan perilaku, atau kondisi fisiknya tidak sesuai harapan guru. Akibatnya, banyak siswa yang kemudian lari mencari kompensasi atau melakukan tindakan penghukuman terhadap sikap gurunya.

Untuk itu, guru perlu rumus bahwa siswaku adalah anakku yang harus diperlakukan secara manusiawi. Kelas adalah komunitas calon pemimpin yang harus dihargai sebagai aset masa depan. Untuk siswa, guru perlu memberikan cinta tanpa diskriminasi. Kekuatan batin guru sepenuhnya untuk menguatkan batin siswa menjadi pribadi yang manusiawi.

Guru di Mata Mbok Siti (37)

Jalan bebatuan dan tidak rata di depan rumah Mbok Siti, yang posisinya setelah melewati halaman luas, ramai sekali kendaraan lalu-lalang. Ada pejalan kaki, sepeda, sepeda motor, dokar, colt, truk, dan bus. Aku sempat pula memperhatikan kendaraan itu. Tiba-tiba Mbok Siti berujar saat kami duduk di tikar kuno di teras rumah, "kendaraan itu beraneka macam menurut peruntukkannya". "Maksudnya apa Mbok?", tanyaku. Kendaraan itu bersifat bebas pakai bergantung tujuan kita ke mana dan untuk apa. "Andai kita akan menyeberang sungai, kita perlu jalan kaki. Bus, Truk, dan sejenisnya tidak diperlukan", jawabnya. Andai banyak orang, dengan tujuan jauh, dan jalan lebar, seseorang akan memerlukan bus.

Begitu pula, dalam pembelajaran, tentu banyak kendaraan yang digunakan guru untuk pembelajaran, yang biasanya dinamakan strategi atau metode. Sifat strategi bebas pakai bergantung tujuan pembelajaran ke mana dan untuk apa. "Jadi, guru tidak perlu mendewakan satu metode pembelajaran lalu memberhalakan metode lain", kata Mbok Siti dengan jelas. Guru itu pengguna teori belajar bukan pengikut. Oleh karena pengguna, guru bebas memilih teori belajar apa yang digunakan. "Bukankah begitu, Mbok?", jelasku. "Tepat sekali, anakku", tukas Mbok yang murah senyum itu.

Rabu, 07 Januari 2009

Tips Pemetaan Siswa untuk Peningkatan Mutu Pembelajaran

Oleh Suyatno

Siswa yang belajar di sekolah tentunya memunyai latar belakang yang berbeda-beda dengan gaya belajar yang berbeda-beda pula. Karena guru kurang seberapa memperhatikan perbedaan tersebut, pembelajaran berjalan dengan dingin, tidak bergairah, dan statis yang berujung pada prestasi siswa yang rendah. Untuk itu, guru perlu mempunyai kemampuan mengidentifikasi siswa dengan jeli.

Bagaimanakah cara memetakan siswa dalam pembelajaran? Berikut tips yang dapat digunakan guru.
1. Seleksi
Lakukanlah seleksi siswa saat pendaftaran siswa baru meskipun pendaftarnya dirasa kurang untuk mengetahui seberapa kemampuan siswa. Hasil seleksi menjadi bahan dasar pengelola sekolah untuk menganalisis kegiatan berikutnya.
2. Streaming
Jika sudah mendapatkan siswa dan ternyata siswa berjumlah banyak, bagilah siswa ke dalam beberapa kelas berdasarkan potensi dan gaya belajar siswa. Umpamanya, kelas 1A terdiri atas siswa berpotensi tinggi, 1B siswa berpotensi sedang, dan seterusnya.
3. Setting
Yang dimaksud setting adalah pengelompokkan siswa di kelas berdasarkan potensi yang sama. Pengelompokkan itu sebaiknya tidak diketahui siswa alias rahasia guru.
4. Angket Kondisi Siswa
Buatlah angket gaya belajar atau potensi siswa yang dapat menggambarkan kondisi sebenarnya. Dengan begitu, guru benar-benar mengetahui kondisi nyata siswa sehingga dapat menyesuaikan dengan metode pembelajaran yang tepat.
5. Pengaturan tempat duduk
Aturlah tempat duduk siswa dengan bertujuan. Kadangkala siswa duduk di depan dan kadangkala duduk di belakang agar mendapatkan variasi belajar.

Tips di atas dapat dijalankan asalkan guru mempunyai catatan anekdot pribadi yang rinci dan menggambarkan kondisi kelas secara nyata. Selama ini, banyak guru yang tidak membawa catatan apa-apa. bahkan, ada guru yang tidak tahu tentang latar belakang siswa yang diajarnya. Guru hanya datang, mengajar, dan selesai.

Sudah saatnya guru berubah gaya dari gaya statis menjadi gaya dinamis. Lakukanlah perubahan yang mendasar berdasarkan kepentingan siswa. Guru yang baik adalah guru yang terus-menerus melakukan perubahan. Selamat mencoba.

Guru di Mata Mbok Siti (36)

"Mbok, mengapa ranting mangga itu patah?" tanyaku keheran-heranan saat melihat dahan ranting mangga belakang rumah Mbok Siti. "Ranting itu patah karena ada yang mematahkan", anakku. Selamanya, ranting mangga tidak pernah menginginkan untuk patah. Namun, pihak lainlah yang menyebabkan ranting itu patah dalam keterpaksaan untuk patah.

Oleh karena mangga mempunyai semangat hidup dan tumbuh, selang beberap hari akan ada tunas baru di sela ruas bawah ranting yang tidak patah. "Lihatlah, ranting itu sudah ditumbuhi tunas baru yang akan memberikan harapan tumbuh dengan daun-daun yang mungkin lebih segar dan mengembang", ujarnya sambil menunjuk tunas itu.

Begitu pula, guru yang baru saja mengajar lalu mendapatkan ejekan dari guru lain, jangan lantas selamanya tidak bangkit. Guru yang baik, ketika mendapatkan masalah, dia akan cepat bangkit kembali seperti tunas sebuah pohon. Ibarat seorang jejaka, ketika putus cinta, dia akan segera bangkit kembali mencari cinta dan segera melupakan tragedi putus cinta itu.

Siswa Gagap Bicara, Bagaimana Cara Mengajarnya?

Oleh Suyatno

Kadangkala, guru menjumpai siswa gagap dalam berbicara karena kelemahan dalam mengatur bahasanya. Siswa tersebut bahkan menjadi bahan ejekan bagi teman-temannya sehingga menjadikan siswa gagap itu semakin minder. Bahkan, siswa yang mengalami kegagapan dalam berbicara, ternyata lebih sering mendapat gertakan dibandingkan anak yang tidak gagap. Semakin parah kegagapan mereka, akan semakin sering pula gertakan yang diterima.Jika tidak segera di atasi, siswa tersebut akan semakin gagap karena ketakutan sendiri. Salah satu tugas guru tentunya mengubah siswa gagap menjadi tidak gagap dalam berbicara.

Perlu diingat, gagap bicara dapat berubah menjadi lancar berbicara asalkan didekati dengan perlakuan khusus terhadap siswa gagap itu. Siswa gagap biasanya mengulang suku kata pertama dari sebuah kata yang seolah-olah ada sesuatu yang menghambatnya. Misalnya, siswa terhenti ketika mengucapkan “Bbbbebebe.......bebe.....betul” ketika menjawab pertanyaan guru. Yang terdengar kemudian justru teriakan teman-teman di kelasnya dengan bersama-sama melontarkan satu kata, “Dor!” Siswa gagap lalu tertunduk malu, ia tampak tidak berdaya menghadapi gertakan keras yang memotong kata yang hendak diucapkannya. Lebih-lebih ejekan dan suara tawa berseliweran dari teman-teman sekelasnya.

Sayangnya guru di kelas tidak cukup tegas memberikan perlindungan bagi murid yang mengalami gangguan bicara akibat gagap itu. Senyum tipis bahkan tersungging di bibir sang guru, meskipun setelah itu terucap peringatan tanggung, “Ssssttt.... anak-anak tidak boleh begitu. Beri kesempatan temanmu untuk menjawab.”

Dengan situasi seperti itu, yang terjadi hampir setiap saat, siswa gagap itu akhirnya lebih suka menarik diri dari pergaulan. Ia tumbuh sebagai anak yang pemalu, pendiam, dan lebih suka menghabiskan waktunya untuk belajar, sehingga nilai-nilai rapornya selalu bagus.

Gagap dapat ditandai dengan ciri-ciri suara mulut yang berulang (terjadi repetisi), jaraknya panjang antara satu kata dengan kata berikutnya, atau mengalami blokade ketika akan mengucapkan sebuah kata. "Penyebab gagap ini tidak tunggal, melainkan merupakan kombinasi yang kompleks antara faktor biologis dan kesalahan dalam proses belajar wicara," ujar William Murphy, peneliti di Department of Speech, Language and Hearing Science, Purdue University, AS.

Seorang anak dapat dideteksi mengalami kegagapan jika selama enam bulan atau setahun ia menunjukkan gejalanya terus-menerus. Biasanya dalam keluarga juga terdapat riwayat orang yang sudah lebih dulu mengalami kegagapan. Dalam hal ini biasanya lebih banyak terjadi pada anak laki-laki.

Di Indonesia, kita tidak pernah tahu berapa jumlah orang yang mengalami gagap. Namun, di Negara Paman Sam diperkirakan sekitar 5 persen anak pra sekolah dan 1 persen orang dewasa mengalami gagap.

Tingkat kekacauan saat berbicara ini sangat berbeda-beda pada setiap orang yang mengalami kegagapan. Ada yang tingkat kegagapannya tidak terlalu parah, tetapi hal itu sudah bisa menyebabkan penderitanya menarik diri dari pergaulan dan enggan berpartisipasi dalam percakapan karena merasa minder atau rendah diri.

Dalam berbagai kesempatan kita bisa menyaksikan bagaimana anak-anak yang sudah mengalami penderitaan akibat gagap dalam berbicara ini, harus semakin tersiksa oleh tingkah laku teman-temannya atau bahkan oleh orang dewasa lain yang tidak cukup bijaksana. Anak-anak ini biasanya digertak sedemikian rupa ketika yang bersangkutan sedang mengalami kesulitan untuk mengeluarkan kata-kata dari mulutnya. Akibatnya, mereka menjadi semakin kecil hati, rendah diri, tidak nyaman, takut dan enggan untuk berbicara.

Menurut National Stuttering Association, AS, penelitian membuktikan bahwa anak-anak yang gagap berbicara justru lebih sering mengalami gertakan dibandingkan anak-anak lain. Dan semakin buruk kegagapan yang dialami seorang anak, semakin sering pula yang bersangkutan mendapat gertakan.

Dalam buku terbaru keluaran Purdue University berjudul Bullying and Teasing: Helping Children Who Stutter, dijelaskan bahwa bagi anak-anak yang gagap, gangguan dan gertakan dari teman-temannya justru membuat mereka lebih gelisah dan menderita dibanding gangguan wicara itu sendiri. Mungkin itu pula sebabnya meskipun anak-anak itu sudah mendapatkan terapi wicara dan telah mengalami kemajuan dalam keterampilan berbicara, persoalan tidak dengan sendirinya terlepas dari mereka.

Anak-anak itu tetap saja memiliki perasaan negatif tentang dirinya dan kegagapannya, ketika mereka tumbuh semakin besar. Keterampilan mereka berbicara yang boleh jadi sudah tidak memperlihatkan sisa-sisa kegagapan, masih tetap dibayangi oleh rasa malu dan minder, yang diperoleh dari gangguan dan gertakan-gertakan yang telah dialami.

Mengatasi kegagapan tidak semudah yang orang sering ucapkan ketika menghadapi anak gagap: “Pokoknya tenang dan kalem saja kalau mau berbicara.” Saran ini mungkin cocok bagi anak-anak yang grogi, tetapi bukan itu yang diperlukan oleh anak yang gagap.
Yang pasti, gagap pada masa anak-anak dapat diatasi dengan terapi wicara.

Terapi yang dilakukan ketika masih kanak-kanak akan lebih mudah meraih keberhasilan dibanding saat yang bersangkutan sudah dewasa. Salah satu contoh orang yang pernah mengalami kegagapan di masa kanak-kanak adalah Winston Churchill.

Untuk mengatasi perasaan negatif serta rasa malu akibat kegagapan yang pernah dialami itu, alangkah baiknya jika anak-anak mendapatkan pendampingan dari psikolog, selama diperlukan. Para guru di sekolah sangat diharapkan kontribusinya agar anak-anak yang gagap tidak menjadi semakin terpuruk oleh ulah teman-temannya, akibat sering menerima ejekan dan gangguan dari mereka.

Untuk menghadapi siswa gagap, guru perlu (1) berbicara dengan anak gagap dengan intonasi pelan dan jelas, (2) hilangkan kesan menginginkan jawaban dengan cepat, (3) berilah motivasi bahwa siswa gagap itu dapat berbicara dengan baik, (4) ajak teman-temannya untuk tidak mengejek atau mempermalukan, (5) berilah kesempatan berbicara dengan porsi yang agak lebih kepada siswa gagap, dan (6) ajaklah berdialog empat mata dengan obrolan yang ringan dan terus menerus. Guru harus yakin bahwa siswa gagap dapat disembuhkan. Banyak bukti, siswa gagap ketika di kelas rendah, saat di kelas tinggi atau mahasiswa tidak mengalami kegagapan lagi karena semakin sering berbicara.

Jumat, 02 Januari 2009

Pembelajaran Inovatif Apa Artinya?

Oleh Suyatno

Saat ini, di kalangan guru, senantiasa berdengung istilah pembelajaran inovatif. Di mana-mana, inovatif menjadi barang yang diburu guru untuk diketahui, dipelajari, dan dipraktikkan di kelas. Seolah-olah, tanpa inovatif, dunia guru tidak harum namanya. Sebenarnya, pembelajaran inovatif itu apa?

Inovatif (innovative) yang berarti new ideas or techniques, merupakan kata sifat dari inovasi (innovation) yang berarti pembaharuan, juga berasal dari kata kerja innovate yang berarti make change atau introduce new thing (ideas or techniques) in oerder to make progress. Pembelajaran, merupakan terjemahan dari learning yang artinya belajar,atau pembelajaran. Jadi, pembelajaran inovatif adalah pembelajaran yang dikemas oleh pebelajar atas dorongan gagasan barunya yang merupakan produk dari learning how to learn untuk melakukan langkah-langkah belajar, sehingga memperoleh kemajuan hasil belajar.

Pembelajaran inovatif juga mengandung arti pembelajaran yang dikemas oleh guru atau instruktur lainnya yang merupakan wujud gagasan atau teknik yang dipandang baru agar mampu memfasilitasi siswa untuk memperoleh kemajuan dalam proses dan hasil belajar.

Berdasarkan definisi secara harfiah pembelajaran inovatif tersebut, tampak di dalamnya terkandung makna pembaharuan. Gagasan pembaharuan muncul sebagai akibat seseorang merasakan adanya anomali atau krisis pada paradigma yang dianutnya dalam memecahkan masalah belajar. Oleh sebab itu, dibutuhkan paradigma baru yang diyakini mampu memecahkan masalah tersebut. Perubahan paradigma seyogyanya diakomodasi oleh semua manusia, karena manusia sebagai individu adalah makhluk kreatif. Namun, perubahan sering dianggap sebagai pengganggu kenyamanan diri,karena pada hakikatnya seseorang secara alamiah lebih mudah terjangkit virus rutinitas.

Padahal, di dalam pendidikan, banyak kalangan mengakui bahwa pekerjaan rutin cenderung tidak merangsang, membuat pendidikan ketinggalan zaman, dan akan mengancam eksistensi negara dalam perjuangan dan persaingan hidup. Rutinitas kinerja dapat bersumber dari beberapa faktor yang dianggap menghambat inovasi. Faktor-faktor yang dapat dikategorikan sebagai penghambat inovasi, adalah: keunggulan inovasi relatif sulit untuk dijelaskan dan dibuktikan, sering dianggap time dan cost consumming, pelaksanaan cenderung partial, complexity innovation sering menghantui orang untuk diam di jalan rutinitas, dan simplification paradigm dalam innovation dissemination berpotensi mengurangi keyakinan dan pemahaman bagi para praktisi terhadap inovasi.

Inovasi pembelajaran muncul dari perubahan paradigma pembelajaran. Perubahan paradigma pembelajaran berawal dari hasil refleksi terhadap eksistensi paradigma lama
yang mengalami anomali menuju paradigma baru yang dihipotesiskan mampu memecahkan masalah. Terkait dengan perkuliahan di perguruan tinggi, paradigma pembelajaran yang dirasakan telah mengalami anomali, adalah (1) kecenderungan guru untuk berperan lebih sebagai transmiter, sumber pengetahuan, mahatahu, (2) kuliah terikat dengan jadwal yang ketat, (3) belajar diarahkan oleh kurikulum, (4)kecenderungan fakta, isi pelajaran, dan teori sebagai basis belajar, (5) lebih mentoleransi kebiasaan latihan menghafal, (6) cenderung kompetitif, (7) kelas menjadi fokus utama, (8) komputer lebih dipandang sebagai obyek, (9) penggunaan media statis lebih mendominasi, (10) komunikasi terbatas, (11) penilaian lebih bersifat normatif. Paradigma tersebut diduga kurang mampu memfasilitasi siswa untuk siap terjun di masyarakat.

Paradigma pembelajaran yang merupakan hasil gagasan baru adalah (1) peran guru lebih sebagai fasilitator, pembimbing, konsultan, dan kawan belajar, (2) jadwal fleksibel,terbuka sesuai kebutuhan, (3) belajar diarahkan oleh siswa sendiri, (4) berbasis masalah,proyek, dunia nyata, tindakan nyata, dan refleksi, (5) perancangan dan penyelidikan, (6)kreasi dan investigasi, (7) kolaborasi, (8) fokus masyarakat, (9) komputer sebagai alat,(10) presentasi media dinamis, (11) penilaian kinerja yang komprehensif. Paradigma pembelajaran tersebut diyakini mampu memfasilitasi siswa untuk mengembangkan kecakapan hidup dan siap terjun di masyarakat.

Dalam proses pembelajaran, paradigma baru pembelajaran sebagai produk inovasi
seyogyanya lebih menyediakan proses untuk mengembalikan hakikat siswa ke fitrahnya
sebagai manusia yang memiliki segenap potensi untuk mengalami becoming process dalam mengembangkan kemanuasiaanya. Oleh sebab itu, apapun fasilitas yang dikreasi untuk memfasilitasi siswa dan siapapun fasilitator yang akan menemani siswa belajar, seyogyanya bertolak dari dan berorientasi pada apa yang menjadi tujuan belajar siswa. Tujuan belajar yang orisinal muncul dari dorongan hati (mode = inrtinsic motivation).

Paradigma pembelajaran yang mampu mengusik hati siswa untuk membangkitkan mode
mereka hendaknya menjadi fokus pertama dalam mengembangkan fasilitas belajar. Paradigma hati tersebut akan membangkitkan sikap positif terhadap belajar, sehingga
siswa siap melakukan olah pikir, rasa, dan raga dalam menjalani ivent belajar.
Marzano et al (1993), memformulasi dimensi belajar menjadi lima tingkatan, (1)sikap dan persepsi yang positif terhadap belajar, (2) perolehan dan pengintegrasian pengetahuan baru, (3) perluasan dan penyempurnaan pengetahuan, (4) penggunaan pengetahuan secara bermakna, dan (5) pembiasakan berpikir efektif dan produktif. Lima
dimensi belajar tersebut akan terinternalisasi oleh siswa apabila mereka mampu melakukan oleh pikir, rasa, dan raga dalam belajar yang semuanya bersumber dari
dorongan hati yang paling dalam. Asas quantum teaching (Bobbi de Porter et al.,2001;Bobbi dePorter,2000)yang menyatakan:“bawalah dunia mereka ke dunia kita dan hantarkan dunia kita ke dunia mereka”, mungkin perlu diterjemahkan oleh para guru dalam mengembangkan fasilitas belajar yang mampu mengusik hati siswa untuk lebih bertanggung jawab terhadap belajarnya. Kompetensi tanggung jawab merupakan salah satu kompetensi sikap yang potensial dalam membangun kompetensi-kompetensi lainya,
seperti berpikir kreatif-produktif, pengambilan keputusan, pemecahan masalah, belajar
bagaimana belajar, kolaborasi, pengelolaan dan/atau pengendalian diri. Kompetensikomepetensi tersebut mutlak diperlukan oleh siswa agar mampu menjadi manusia yang adatable, flexible, dan versatil dalam segala aspek kehidupan yang senantiasa berubah.