Jumat, 25 Juni 2010

Perbedaan Metode Ceramah dengan Metode Permainan

Berikut ini perbedaan metode ceramah dengan metode permainan
• Memori seseorang akan lebih lama merekam sesuatu jika dia pernah mengalaminya, dibandingkan hanya dengan membaca/ mendengarkan. Memori dalam hal ini tidak sekedar proses, namun juga refleksi/ evaluasi terhadap suatu praktik/ simulasinya. Confuciuspun berujar,” Saya mendengar dan saya melupakannya. Saya melihat dan saya akan mengingatnya. Saya melakukan, maka saya akan mengerti,”
• Pada dasarnya, seseorang senang bermain. Sering kali, makin tua seseorang, dia (tanpa disengaja) makin berpikir dirinya tidak pantas lagi untuk bermain. Ketika bermain, kita bisa melepaskan segala beban pemikiran kita dan berkonsentrasi dalam permainan. Hal ini menyebabkan permainan bisa digeluti secara fisik dan nonfisik, hal yang bagus untuk penyampaian sebuah ide/ materi.
• Dalam menyelesaikan suatu dinamika, tidak banyak waktu untuk berandai – andai atau memperdebatkan suatu teori/ teknik. Tantangan di depan mata, waktu terus bergulir, sementara dinamika harus diselesaikan dengan maksimal. Dibandingkan dengan penyelesaian soal teori di kelas, kita bisa lama berandai–andai, bahkan bisa sampai berdebat kusir panjang lebar. Kemampuan melihat dan memahami dinamika/tantangan memberikan kontribusi yang besar dalam upaya penyelesaiannya.
• Metode simulasi/ praktik/ bermain dapat menjadi selingan yang menyegarkan bagi mereka yang dalam keseharian lebih banyak menerima materi melalui cara ceramah/ membaca. Sesuatu yang baru/ lain pasti akan menarik perhatian, sesuatu yang menarik perhatian biasanya akan lebih berkesan.
• Dinamika kelompok menuntut seorang peserta berinteraksi dengan orang lain. Hal ini dapat mengasah kepekaan dan toleransi terhadap (ide/ pendapat) orang lain. Kemampuan berkomunikasi juga sangat menentukan dalam keberhasilan proses dinamika.

Guru dan Pubertas Anak

Jangan terkejut ketika anak yang selama ini dianggap masih kecil mulai memiliki ketertarikan seksual atau menunjukkan beberapa perilaku seksual. Itu hal yang normal dan sebaiknya orangtua mempersiapkan anak menghadapi pubertas.

Pubertas membawa perubahan fisik dan emosi yang cukup dramatis, yang mungkin saja menakutkan bagi anak-anak yang belum siap.

Anak bisa tenang ketika anggota keluarga mulai menyadari perubahan dalam diri mereka. Bicara tentang bagaimana kau merasa dan bagaimana mengatasi situasi rumit seperti menstruasi atau mimpi basah perlu dilakukan agar anak tidak kaget menghadapi pubertas.

Seperti dilansir dari Better Health Channel, Rabu (23/6/2010), pada usia sekolah dasar, perilaku-perilaku tertentu yang muncul bisa berupa:
1. Anak merasa malu bila telanjang di depan orang tua mereka.
2. Anak mulai berkumpul dengan teman sesama jenisnya, dan mulai mengeluhkan 'gangguan anak perempuan' dan 'gangguan anak laki-laki' ketika membicarakan lawan jenis.
3. Permainan yang dilakukan bisa berupa permainan ciuman atau memerankan pernikahan.
4. Anak-anak penasaran mengenai perbedaan gender, hubungan seksual dan kehamilan. Dan mereka juga mulai membicarakan topik ini di antara mereka sendiri dengan berbagai tingkatan tertentu.
5. Permainan gender yang dimulai di awal masa kanak-kanak, seperti bermain 'dokter-dokteran', bisa saja terus berlanjut karena anak-anak usia ini tertarik untuk mengetahui lebih.

Bagaimana mempersiapkan anak menghadapai pubertas?
1. Mulailah pembicaraan mengenai pubertas saat anak berusia 9 tahun.
2. Bila Anda merasa tidak yakin atau tidak jelas mengenai perubahan pubertas, cari tahulah.
3. Gunakan alat-alat seks edukasi yang sesuai dengan usia, seperti buku, untuk menjelaskan pada anak Anda mengenai perubahan yang akan mereka alami.
4. Anak-anak perempuan bisa mulai menstruasi mereka saat usia 8 tahun. Pastikan kalau mereka tahu apa yang harus dilakukan. Tunjukkan padanya seperti apa itu pembalut. Semakin mendekatnya waktu, sediakan pembalut dalam kemasan kecil di tas mereka.
5. Anak lelaki perlu tahu mengenai ereksi dan mimpi basah yang tidak diinginkan, sebelum hal ini terjadi, sehingga kejadian ini tidak mengagetkan mereka.
6. Beritahu para anak perempuan mengenai perubahan pubertas laki-laki, begitu pula sebaliknya.

Selain masalah pubertas, anak juga mendapat informasi mengenai hubungan seksual agar tidak salah langkah. Hal-hal yang sebaiknya anda lakukan dalam berbicara dengan anak mengenai topik seksual ini antara lain:
1. Jangan tunggu anak anda untuk bertanya. Jika usia anak anda sudah mencapai 10 tahun, tetapi mereka belum pernah menanyakan apapun pada anda, namapaknya rasa malu membuatnya berhenti pada poin ini.

2. Beberapa anak mungkin merasa lebih sederhana saat usia 6 tahun dan mungkin menginginkan keleluasaan pribadi di kamar mandi. Hal ini merupakan kesempatan yang baik untuk membuatnya yakin kalau mereka bisa mengatakan 'tidak' atas apa yang tidak mereka inginkan.

3. Masturbasi adalah hal normal dan sehat
untuk anak-anak dan bisa saja sudah terjadi jauh sebelum masa pubertas dimulai. Yang perlu diketahui anak-anak, masturbasi adalah suatu hal yang dilakukan secara pribadi.

4. Banyak orang tua yang mulai membicarakan tentang kehamilan ketika anak mereka masih berusia pra-sekolah. Tentunya, sangat penting untuk memulai pembicaraan ketika usia mereka 8 atau 9 tahun. Jika anak Anda belum pernah bertanya, Anda bisa mulai dengan pertanyaan, 'Pernahkah kau bayangkan bagaimana kau lahir?'. Cari kesempatan untuk memulai pembicaraaan, contohnya menggunakan buku atau mengomentari saudara yang sedang hamil.

5. Beberapa anak perempuan akan mulai berkembang dadanya dan berakhir pada usia 8 tahun. Pada usia 9 tahun, mulai bercakap-cakap dengan laki-laki dan perempuan mengenai pertumbuhan dan perubahan tubuh.

6. Pastikan anak Anda tahu pada siapa mereka bisa bicara mengenai hal memalukan. Beritahukan padanya, ke mana mereka harus bertanya bila mereka membutuhkan bantuan orang dewasa, di saat mereka segan untuk mendatangi Anda.

(ir/ir)

PPG Masih Digodog Persiapan Pelaksanaannya

Rasanya, calon guru sudah tidak tahan lagi menunggu kelahiran PPG. Hal itu terbukti dengan adanya SMS dan komentar ke garduguru. Sabar ya.

Menurut rencana, entah kapan pelaksanaannya, PPG tahap pertama, yakni 2010 sampai 2014 diperuntukkan bagi guru dalam jabatan dengan masa kerja di bawah lima tahun. Sedangkan, untuk calon guru yang sekarang masih menempuh S-1, dapat mengikuti jalur prajabatan pada 2015. Itu jika berdasarkan rencana. Namun, jika memang ada perubahan, ya bisa saja PPG diikuti oleh guru dalam jabatan maupun prajabatan.