Senin, 21 Desember 2009

Philipina dan Sejarahnya

Filipina adalah sebuah negara republik di Asia Tenggara, sebelah utara Indonesia dan Malaysia. Filipina merupakan sebuah negara kepulauan. Negara ini terdiri dari 7.107 pulau. Filipina seringkali dianggap sebagai satu-satunya negara Asia Tenggara di mana pengaruh budaya Barat terasa sangat kuat.

Filipina adalah negara paling maju di Asia setelah Perang Dunia II, namun sejak saat itu telah tertinggal di belakang negara-negara lain akibat pertumbuhan ekonomi yang lemah, penyitaan kekayaan yang dilakukan pemerintah, korupsi yang luas, dan pengaruh-pengaruh neo-kolonial. Saat ini Filipina mengalami pertumbuhan ekonomi yang moderat, yang banyak disumbangkan dari pengiriman uang oleh pekerja-pekerja Filipina di luar negeri dan sektor teknologi informasi yang sedang tumbuh pesat.

Masalah-masalah besar negara ini termasuk gerakan separatis muslim di sebelah selatan Mindanao, pemberontak-pemberontak dari Tentara Rakyat Baru (New People's Army) yang beraliran komunis di wilayah-wilayah pedesaan, kebijakan-kebijakan pemerintah yang sering tidak konsisten, tingkat kejahatan yang makin meningkat, dan kerusakan lingkungan seperti penebangan hutan dan polusi laut. Filipina juga mengalami masalah banyaknya penduduk di daerah-daerah perkotaan akibat kurangnya lapangan pekerjaan di wilayah pedesaan dan tingkat kelahiran yang tinggi.

Peninggalan tertulis Filipina dimulai sekitar abad ke-8 berdasarkan temuan lempeng tembaga di dekat Manila. Dari tulisan pada lempeng itu diketahui bahwa Filipina berada dalam pengaruh Sriwijaya. Namun demikian bukti tertulis ini sangat sedikit sehingga bahkan ahli-ahli sejarah Filipina masih beranggapan sejarah Filipina dimulai pada era kolonialisme.

Sebelum orang-orang Spanyol datang pada abad ke-16, di Filipina berdiri kerajaan-kerajaan kecil yang bercorak animisme yang terpengaruh sedikit kultur India dan yang bercorak Islam di bagian selatan kepulauan. Kerajaan-kerajaan muslim ini mendapat pengaruh kuat dari Kerajaan Malaka.

Sepanjang masa 265 tahun, Filipina merupakan koloni Kerajaan Spanyol (1565-1821) dan selama 77 tahun berikutnya diangkat menjadi provinsi Spanyol (1821-1898). Negara ini mendapat nama Filipina setelah diperintah oleh penguasa Spanyol, Raja Felipe II. Setelah Perang Spanyol-Amerika pada tahun 1898, Filipina diperintah Amerika Serikat. Ia kemudian menjadi sebuah persemakmuran di bawah Amerika Serikat sejak tahun 1935. Periode Persemakmuran dipotong Perang Dunia II saat Filipina berada di bawah pendudukan Jepang. Filipina akhirnya memperoleh kemerdekaannya (de facto) pada 4 Juli 1946. Masa-masa penjajahan asing ini sangat mempengaruhi kebudayaan dan masyarakat Filipina. Negara ini dikenal mempunyai Gereja Katolik Roma yang kuat dan merupakan salah satu dari dua negara yang didominasi umat Katolik di Asia selain Timor Leste.

Filipina berada di urutan ke-12 di dunia dalam jumlah penduduk dengan jumlah 86,241,697 jiwa pada 2005. Sekitar dua per tiga penduduk tinggal di Pulau Luzon dan Manila, ibu kotanya, berada di urutan ke-11 dalam jumlah penduduk area metropolitan. Orang-orang Filipina dikenal dengan nama Filipino yang berasal dari orang aborigin Taiwan dan bercampur dengan orang-orang Tiongkok Selatan, Polinesia, dan Spanyol/Amerika. Orang Filipina terbagi dalam 12 kelompok etnolingustik dengan yang terbesar adalah Tagalog, Cebuano, dan Ilocano. Penduduk asli Filipina ialah suku Aeta namun sudah terpinggir dan populasinya tinggal 30 ribu jiwa.

Tiga kelompok minoritas terbesar asing adalah orang Tionghoa, Amerika, dan Asia Selatan. Sisanya adalah orang-orang Eropa, Arab, Indonesia, Korea, dan Jepang. Orang-orang Mestizo adalah minoritas sebesar 1-2% yang berpengaruh. Dalam penelitian dari Universitas Stanford, ditemukan bahwa 3,6% populasi memiliki turunan dari bangsa Eropa.

95,9% penduduk Filipina bisa membaca, salah satu yang tertinggi di Asia, dan setara untuk pria maupun wanita. Angka harapan hidup penduduknya adalah 69,29 tahun; 72,28 untuk wanita dan 66,44 untuk pria. Pertumbuhan penduduk per tahunnya sebesar 1,92% dan sekarang Filipina sedang mengalami masalah kepadatan penduduk karena angka kelahirannya tinggi. Filipina mempunyai kira-kira 85 juta penduduk menurut perkiraan sensus 2005. (sumber: Wikipedia)

Jambore ke-26 Asia-Pasifik di Kaki Gunung Makiling, Provinsi Laguna, Filipina

Indonesia tidak ketinggalan dalam berpramuka. Gerakan Pramuka Indonesia akan mengirimkan kontingen yang beranggotakan 144 anggota Pramuka putra dan putri dari seluruh Indonesia berusia 12-17 tahun untuk ikut-serta dalam Jambore Pandu Regional Asia-Pasifik ke-26 di kaki Gunung Makiling, Provinsi Laguna, Filipina, 28 Desember 2009 sampai 3 Januari 2010.

Jambore adalah perkemahan besar para Pandu/Pramuka yang diisi berbagai kegiatan dan permainan lapangan serta bergembira bersama. Lebih dari enam ribu Pandu/Pramuka atau Scout putera dan puteri dari 26 negara Asia-Pasifik diharapkan ikut-serta dalam Jambore tersebut, yang bertujuan mempererat persaudaraan dan saling-pengertian antar generasi muda calon-calon pemimpin bangsa guna membangun kerjasama sosial-ekonomi dan perdamaian kawasan.. Tema Jambore Asia Pasifik ke-26 adalah “Scouts: Creating a Better World” (Pandu: Menciptakan satu Dunia yang Lebih Baik).

Panitia Jambore mengenakan biaya 200 Dollar AS kepada setiap peserta untuk transportasi lokal, makanan dan tenda untuk berkemah. Sedangkan biaya di luar itu, peserta harus menanggung sendiri antara lain untuk biaya tiket pesawat Jakarta-Manila p.p. serta perlengkapan kontingen termasuk seragam lengkap Pramuka kecuali sepatu, ransel besar dan back pack, tas pinggang, jaket, t-shirt, topi lapangan, souvenir, kartu nama dengan foto dan alamat e-mail, pin dan badge kontingen. Bila ditotal biaya keseluruhan yang dibutuhkan sekitar Rp 10 juta rupiah/ peserta.

Kwartir Nasional Gerakan Pramuka juga memberi kesempatan kepada anggota Penegak, Pandega dan anggota dewasa berusia 18 hingga 45 tahun untuk menjadi sukarelawan panitia jambore atau dikenal dengan istilah International Service Time (IST). Hanya 20 anggota putra dan putri dari Gerakan Pramuka Indonesia yang dialokasikan sebagai IST, dengan batas waktu pendaftaran paling lambat 15 Oktober 2009, serta menanggung sendiri biaya tiket pesawat Jakarta-Manila p.p. dan fee 200 Dolar AS.

Di antara berbagai kegiatan yang digelar dalam Jambore Asia-Pasifik adalah termasuk Global Development Village dan Asia-Pasific Region Village, yang mempertunjukan berbagai karya seni dan budaya, serta kemajuan ilmu dan teknologi, juga kegiatan pelestarian lingkungan dari berbagai negara dan bangsa di Asia-Pasifik. Bumi perkemahan Makiling National Scout Reservation Camp pernah menjadi arena Jambore Pandu se Dunia ke-10 tahun 1959. Jambore Pandu Asia-Pasifik 1973 juga diselenggarakan di Gunung Makiling, Filipina.

Pandu se Asia-Pasifik bertekad menggalang semangat SHARE (berbagi), yang dalam Bahasa Inggris adalah singkatan Solidarity (Solidaritas atau Persaudaraan), Harmony (Harmoni atau Keselarasan), Altruism (Saling Mencintai / Mengasihi), Respect (Saling Menghormati) dan Equality (Persamaan), guna mewujudkan satu dunia yang lebih baik di tengah banyak sekali perbedaan di kawasan ini karena ras, suku, dan kepercayaan.

Sekadar catatan, Jambore Kepanduan Sedunia pertama kali diadakan di Inggris pada 1920, kemudian yang kedua di Denmark (1924), selanjutnya ketiga kembali di Inggris (1929), keempat di Hungaria (1933), dan kelima di Belanda (1937). Pecahnya Perang Dunia II membuat penyelenggaraan Jambore Kepanduan Sedunia dihentikan sementara. Baru setelah Perang Dunia II usai, digelar Jambore Kepanduan Sedunia keenam di Prancis (1947), ketujuh di Austria (1951), kedelapan di Kanada (1955), dan kesembilan kembali diadakan di Inggris pada 1957 untuk memperingati 50 tahun berdirinya Gerakan Kepanduan Sedunia yang dimulai pada 1907.

Jadi, Jambore Kepanduan Sedunia ke-10 pada 1959 adalah untuk pertama kalinya para pandu di seluruh dunia menikmati berjambore dan berkemah di negara tropis. Tercatat 12.203 peserta dari 44 negara ikut serta dalam jambore itu, termasuk pula kontingen dari Indonesia.

Mount Makiling juga tercatat dalam sejarah sebagai tempat diselenggarakannya pertama kali Jambore Kepanduan Asia-Pasifik. Jambore yang diberi nama 1st Asia-Pacific Regional Jamboree diselenggarakan dari 28 Desember 1973 sampai 4 Januari 1974. Sejumlah anggota Gerakan Pramuka juga ikut dalam jambore tersebut.

Duapuluh tahun kemudian, tepatnya dari 28 Desember 1993 sampai 4 Januari 1994, Mt. Makiling kembali menerima para pandu dari mancanegara. Kali ini, di tempat itu digelar 1st ASEAN Scout Jamboree (Jambore Kepanduan ASEAN pertama). Lebih dari 12.000 peserta dari 16 negara, termasuk Kontingen Gerakan Pramuka, ikut serta dalam jambore itu. Selain dari negara-negara ASEAN, jambore tersebut memang diikuti pula oleh sejumlah pandu dari negara-negara di luar ASEAN.

Kali ini, dalam Jambore Kepanduan Asia-Pasifik ke-26 yang bakal digelar akhir Desember 2009, selain dari negara-negara di kawasan Asia-Pasifik, menurut rencana akan diikuti pula oleh sejumlah pandu dari Inggris, Amerika Serikat, dan beberapa negara lainnya di luar Asia-Pasifik.

Boy Scouts of the Philippines (BSP), yang menjadi tuan rumah acara itu, telah siap menyambut para peserta. Presiden BSP Jejomar C. Binay, yang juga Wali Kota Makati City dan Ketua Komite Kepanduan Asia-Pasifik, serta Sekretaris Jenderal BSP J. Rizal C. Pangilinan yang merupakan direktur jambore kali ini, dalam percakapan dengan penulis beberapa waktu lalu, mengemukakan kesiapan BSP untuk menerima para pandu dari mancanegara, termasuk dari Indonesia.

Mengenal Pendidikan di Philipina

Akhir tahun 2009, penjaga gardu akan ke Philipina untuk meninjau Jambore Pramuka Asia Pasifik di Laguna, Manila. Menyongsong kunjungan itu, garduguru menyajikan pendidikan di Philipina.

Philipina merupakan negara yang memiliki persentase anak-anak dan remaja yang tinggi. Sistem pendidikan Philipina diatur setelah diterapkannya sistem pendidikan AS tetapi beberapa di antaranya telah dimodifikasi.

Sistem pendidikan ini dibagi dalam empat tingkatan, yaitu : sekolah dasar, selama enam tahun (tingkat 1 sampai tingkat 6); sekolah lanjutan, selama 4 tahun; universitas dengan lama pendidikan empat, lima, atau enam tahun (untuk tingkat sarjana); dan pelajaran tingkat sarjana lanjutan dengan lama pendidikan diatas enam tahun (terkenal dengan tingkat master atau doktor). Untuk melanjutkan ketingkat sekolah yang lebih tinggi, penyelesaian kelulusan tingkat pendidikan yang lebih rendah biasanya dibutuhkan.

Setelah menyelesaikan sekolah lanjutan dapat dipilih sejumlah institusi khusus yang menawarkan pelatihan tambahan termasuk diantaranya adalah sekolah-sekolah komputer, sekolah sekretaris dan bisnis, sekolah mengemudi dan pariwisata demikian pula sekolah-sekolah yang menyediakan tenaga kerja siap pakai. Belakangan ini juga terdapat pelatihan mekanik untuk AC, pengelasan, perbaikan mobil, dan lain sebagainya.

Pada semua tingkatan baik pada institusi negeri maupun swasta, untuk sekolah tingkat dasar dan lanjutan, sekolah-sekolah negeri lebih menonjol dibandingkan dengan sekolah-sekolah swasta. Tetapi untuk tingkat universitas, lebih banyak terdapat institusi swasta daripada negeri. hal ini juga terlihat pada institusi kejuruan dan sekolah-sekolah yang menyediakan tenaga kerja siap pakai.
Sistem Sekolah

Sekolah-sekolah dasar dan lanjutan negeri bebas dari biaya uang sekolah tetapi dikenakan pungutan biaya untuk pembangunan, proyek sekolah, seragam, dan transportasi yang mana harus ditanggung oleh orang tua. Karena sekolah-sekolah negeri berbiaya murah, maka sekolah-sekolah tersebut kekurangan perlengkapan dasar dan bahan-bahan pelajaran. Jumlah siswa didalam kelas juga sangat banyak dan terkadang waktu belajar dibagi menjadi waktu belajar pagi dan waktu belajar sore hari untuk menyesuaikan jumlah pelajar yang banyak tersebut.

Sekolah-sekolah dasar dan lanjutan swasta biasanya memiliki perlengkapan sekolah yang jauh lebih baik dibandingkan dengan sekolah-sekolah negeri tetapi juga jauh lebih mahal sebagaimana juga halnya disebahagian besar negara-negara lainnya. Sebahagian besar sekolah-sekolah dasar negeri dan lanjutan swasta berbiaya antara 2000 dan 5000 peso pertahun untuk uang sekolah dan perlengkapan. Sekolah yang paling eksklusif berbiaya sebesar 60.000 peso per tahun.

Umumnya, sekolah-sekolah provinsi berkualitas lebih rendah daripada sekolah-sekolah yang ada di Manila dan para pelajar yang pindah dari sekolah-sekolah provinsi ke sekolah-sekolah yang ada di ibukota acapkali tidak dapat belajar dengan baik. Para pelajar provinsi juga tidak mendapat pelatihan berbicara atau membaca dalam bahasa Inggris sebaik di ibukota dan hal ini merupakan suatu kerugian.

Secara tradisional tahun ajaran sekolah, kecuali untuk sekolah-sekolah internasional, dimulai pada bulan Juni dan berakhir pada bulan Maret. Tetapi, beberapa sekolah Philipina memulai tahun ajaran baru pada bulan September dan berakhir pada bulan Juni, hal ini diakibatkan kondisi jalan-jalan yang ada selama musim hujan. Hal membuktikan merupakan suatu masalah akibat dari panas yang terik selama musim panas dari bulan Maret hingga Juni.

Jam sekolah biasanya sehari penuh, dimulai pukul 7:00 dan berakhir pada pukul 17:00 sore harinya. Dan masih terdapat pekerjaan rumah. Pada akhir pekan, pelatihan militer dapat dilakukan. Untuk sekolah lanjutan, berbagai institusi menawarkan kelas-kelas malam yang dimulai dari pukul 17.30 sampai sekitar pukul 21.30, tetapi biasanya hanya terdapat di Manila atau kota-kota besar provinsi lainnya. Dalam kelas malam, kursus-kursus sekolah lanjutan dan universitas dapat diselesaikan dengan memperpanjang tahun ajaran sekolah. Sesi sekolah musim panas tersedia untuk perbaikan bagi para pelajar sekolah lanjutan dan kursus-kursus khusus, sebagai contoh, pelajaran ilmu komputer dari bulan April hingga Mei.

Peraturan pemerintah untuk mengenakan seragam diimplementasikan di beberapa sekolah. Peraturan-peraturan yang ditetapkan tersebut dirasa lebih keras untuk wanita daripada untuk pria. Di banyak institusi para pelajar diharuskan mengenakan tanda pengenal dengan foto mereka.

Media instruksi di universitas-universitas sebahagian besar secara eksklusif berbahasa Inggris. Hanya matakuliah atau matapelajaran yang berhubungan dengan bahasa Nasional Philipina yang menggunakan bahasa tersebut. Di sekolah lanjutan, bahasa Inggris digunakan dalam seluruh mata pelajaran ilmu pengetahuan. Bahkan di sekolah dasar, banyak matapelajaran yang menggunakan bahasa Inggris, sebagai contoh adalah dalam matapelajaran Aritmatik. Tetapi, Presiden Aquino mengeluarkan sebuah dekrit yang menyatakan bahwa seluruh tingkatan pendidikan yang ada di Philipina harus diberikan referensi dalam bahasa Inggris.

Pada saat negara Philipina menawarkan sekolah-sekolah dalam berbagai tingkatan bagi para pemudanya yang biasanya kualitas pendidikan yang ditawarkan oleh sekolah-sekolah Philipina tidaklah sebaik sekolah-sekolah yang ada di Barat.

Karakteristik yang unik dari Philipina adalah kenyataan bahwa di negara ini wanita lebih mendapatkan pendidikan formal daripada pria. Pada tingkat universitas, 55% para pelajarnya adalah wanita. Pada tingkat lanjutan atas, angka tersebut meningkat sampai 65%, serta 75% bagi mereka yang mencari kerja sebagai lulusan sarjana adalah wanita. Merupakan hal yang umum bagi anak keturunan keluarga kaya di Philipina untuk melanjutkan studinya di AS.

Rabu, 09 Desember 2009

Guru di Mata Mbok Siti (66)

"Mbok, hati-hati dengan sabit yang dipegang itu, nanti terluka", sergahku pelan karena ketakutan Mbok Siti memegang sabit dan membabatkan ke rumput untuk mendapatkan pakan kambing.

"Iya, anakku. Jangan khawatir, Mbok sudah biasa", jawabnya ringan. Sabit terus saja dibabatkan ke rumput lalu rumput itu dimasukkan ke keranjang di sebelahnya.

Karena sudah biasa memegang sabit, seseorang tentu tidak akan takut lagi kena iris atau babat sabit yang dipegang. "Gerakan tangan ini sudah hapal dengan arah sabit, anakku", kata Mbok Siti pelan.

Guru yang baik tentu juga seperti gerakan tangan dengan sabitnya. "Artinya, guru harus hapal benar tentang karakter muridnya sehingga dapat mengarahkan murid ke tujuan yang diinginkan", kata Mbok yang memakai baju hitam itu. Selain itu, guru juga teramat paham dengan materi ajarnya sehingga sangat mudah untuk menguatkan murid dengan materinya.

Beasiswa Pendidikan Sebesar Rp 450 Miliar dari Belanda untuk Indonesia

Dalam lima tahun ke depan, Kedutaan Besar Kerajaan Belanda untuk Indonesia mengalokasikan beasiswa studi di negara Kincir Angin tersebut senilai 30 juta Euro atau sekitar Rp 450 miliar.

Beasiswa belajar dari Pemerintah Belanda itu diserahkan ke StuNed. Penandatangan kontrak pengelolaan program beasiswa StuNed tahap ke-4 ini ditandatangani di Jakarta, Selasa (8/12) oleh Duta Besar Belanda Nikolaos van Dam dan Direktur Nuffic Netherlands Education Support Office (Neso) Indonesia Marrik Bellen.

Beasiswa tersebut ditujukan bagi kalangan profesional muda Indonesia. Prioritas akan diberikan kepada calon peserta yang berasal dari organisasi mitra Kedutaan Belanda, seperti departemen, pemerintah daerah, LSM, dan sektor swasta. StuNed akan memberikan beasiswa untuk tingkat master, kursus singkat berdiploma, pelatihan tailor-made, dan kursus penyegaran.

Adapun kursus penyegaran dirancang bagi para alumni StuNed agar mereka mendapatkan penyegaran ilmu dan peningkatan pengetahuan dan wawasan. Sejak dimulainya StuNed pada 2000, beasiswa pendidikan sudah dinikmati lebih dari 2.000 orang profesional Indonesia.

Selain StuNed, beasiswa studi ke Belanda bisa didapat dari program Netherlands Fellowship Programme. Beasiswa ini untuk pendidikan master dan doktor, serta program kursus berdiploma dan kursus penyegaran. Selain itu, ada juga beasiswa Huygens untuk perorangan yang berprestasi. Program ini untuk melanjutkan tahun terakhir tingkat Bachelor dan program master penuh.

Ujian dalam PLPG Seritifikasi Guru

Penyelenggaraan PLPG diakhiri dengan ujian yang mencakup ujian tulis dan ujian kinerja (praktik pembelajaran bagi guru atau praktik bimbingan dan konseling bagi guru BK). Ujian tulis dalam PLPG untuk mengungkap kompetensi profesional dan pedagogi sedangkan ujian kinerja untuk mengungkap kompetensi profesional, pedagogik, kepribadian, dan sosial. Keempat kompetensi ini juga bisa dinilai selama proses pelatihan berlangsung. Rambu-rambu Ujian PLPG terdapat pada Lampiran 8. Ujian kinerja dalam PLPG dilakukan dalam praktik pembelajaran bagi guru kelas/guru bidang studi dan praktik konseling bagi guru BK.

Materi ujian ulang pada hakikatnya sama dengan ujian pertama yaitu meliputi ujian tulis dan ujian praktik. Dalam kondisi tertentu (jumlah peserta dalam rombel sedikit) maka ujian praktik dapat menggunakan kelas lain sesuai dengan kondisi setempat misalnya melibatkan panitia dan atau instruktur sebagai siswa.

Pembelajaran Kontekstual untuk Guru yang Mau Berubah

Guru harus berubah dengan dilatih terus-menerus dalam pembuatan satuan pelajaran, metode pembelajarannya yang berbasis Inquiry, Discovery, Contekstual Teaching and Learning, menggunakan alat bantunya, menyusun evaluasinya, dan perubahan filosofinya, dan sebagainya. Pembelajaran kontekstual didasarkan pada hasil penelitian John Dewey (1916) yang menyimpulkan bahwa siswa akan belajar dengan baik jika apa yang dipelajari terkait dengan apa yang telah diketahui dan dengan kegiatan yang atau peristiwa yang akan terjadi di sekelilingnya. Pembelajaran ini menekankan pada daya pikir yang tinggi, transfer ilmu pengetahuan, mengumpulkan dan menganalisis data, memecahkan masalah-masalah tertentu baik secara individu maupun kelompok.

Dengan demikian, guru dituntut untuk menggunakan strategi pembelajaran kontekstual dan memberikan kegiatan yang bervariasi, sehingga dapat melayani perbedaan individual siswa, mengaktifkan siswa dan guru, mendorong berkembangnya kemampuan baru, menimbulkan jalinan kegiatan belajar di sekolah, responsif, serta rumah dan lingkungan masyarakat. Pada akhirnya siswa memiliki motivasi tinggi untuk belajar.

Namun dalam keseharian, guru masih terjebak pada filosofi dan pendekatan lamanya. Hal ini nampak jelas pada evaluasi yang mereka lakukan. Evaluasi yang digunakan oleh para guru di lapangan masih berpedoman pada paradigma lama yang hanya mengukur kemampuan kognitif dengan bentuk-bentuk evaluasi yang hampir tidak berubah sama sekali dengan kurikulum sebelumnya.

Ada beberapa strategi pengajaran yang perlu dikembangkan guru secara kontekstual antara lain, Pertama, pembelajaran berbasis masalah; Sebelum memulai proses belajar-mengajar di kelas, siswa terlebih dahulu diminta untuk mengobservasi suatu fenomena terlebih dahulu dan siswa diminta untuk mencatat permasalahan-permasalahan yang muncul. Di sini guru merangsang siswa untuk berpikir kritis dalam memecahkan masalah yang ada serta mengarahkan siswa bertanya, membuktikan asumsi, dan mendengarkan perspektif yang berbeda dengan mereka.

Kedua, memanfaatkan lingkungan siswa untuk memperoleh pengalaman belajar; guru memberikan penugasan yang dapat dilakukan di berbagai konteks lingkungan siswa misalnya, di sekolah, keluarga, dan lingkungan masyarakatnya serta penugasan siswa untuk belajar di luar kelas. Ketiga, memberikan aktivitas kelompok; Aktivitas belajar secara kelompok dapat memperluas perspektif serta membangun kecakapan interpersonal untuk berhubungan dengan orang lain. Guru dapat menyusun kelompok terdiri dari tiga, lima, maupun delapan siswa sesuai dengan tingkat kesulitan penugasan.

Keempat, membuat aktivitas belajar mandiri; Peserta didik diarahkan untuk mencari, menganalisis dan menggunakan informasi dengan sedikit atau bahkan tanpa bantuan guru. Pengalaman pembelajaran kontekstual harus mengikuti uji coba terlebih dahulu; menyediakan waktu yang cukup, dan menyusun refleksi; serta berusaha tanpa meminta bantuan guru supaya dapat melakukan proses pembelajaran secara mandiri (independent learning).

Kelima, membuat aktivitas belajar bekerja sama dengan masyarakat; sekolah dapat melakukan kerja sama dengan institusi pemerintah/swasta dan orang tua siswa yang memiliki keahlian khusus untuk menjadi guru tamu. Hal ini perlu dilakukan guna memberikan pengalaman belajar secara langsung di mana siswa dapat termotivasi untuk mengajukan pertanyaan.

Keenam, menerapkan penilaian autentik; Dalam pembejalaran kontekstual, penilaian autentik dapat membantu siswa untuk menerapkan informasi akademik dan kecakapan yang telah diperoleh pada situasi nyata untuk tujuan tertentu. Menurut Johnson (2002:165), penilaian autentik memberikan kesempatan luas bagi siswa untuk menunjukkan apa yang telah mereka pelajari selama proses belajar-mengajar.

Guru di Mata Mbok Siti (65)

"Rumah ini disokong oleh empat tiang jati", kata Mbok Siti sambil menunjuk keempat tiang yang cukup besar itu. Aku terdiam sambil mengamati dengan cermat tiang itu.

"Berarti rumah ini sangat kokoh ya Mbok", kataku sambil memegangi salah satu tiang yang cukup besar yang menandakan rumah itu sangat lama.

"Iya, di samping besar, rumah ini sudah ratusan tahun berdiri dari generasi mbah buyutku, Nak", jawab Mbok Siti yang cukup tegar kalau berdiri. Tiang itu mampu menyangga dan menopang komponen rumah lainnya sehingga membentuk sebuah rumah yang dapat dilihat dari mana saja.

Guru hebat juga harus kokoh dan kuat. "Guru harus mempunyai kebesaran hati dan kekuatan jiwa dalam menopang dan menyangga kiprah para muridnya", tambah Mbok Siti yang tampak rambut ubannya jika dipandang dari depan.

Bagaimana bisa murid beraktivitas dengan pikiran dan jiwanya jika tidak didukung oleh penyangga yang kuat dari keilmuan dan kependidikannya? "Guru haruslah menjadi kekuatan tumpuan bagi muridnya", jelas Mbok Siti.

Senin, 07 Desember 2009

Tiga Mahasiswa Indonesia Raih Penghargaan UNESCO

Inilah sebuah awal yang baik bagi kualitas pendidikan di Indonesia. Menurut antaranews (Kamis, 12 Nov 2009, tiga mahasiswa Indonesia berprestasi mendapat penghargaan Mondialogo Award dari UNESCO dan perusahaan Jerman Daimler AG yang memproduksi mobil mewah Mercedez Benz, di Stuttgart, Jerman.

Selain kepada tiga mahasiswa teknik Indonesia berprestasi, Mondialogo Engineering Award juga diberikan kepada 60 mahasiswa berprestasi dari 28 negara, ujar Counsellor Sosbud dan PIPP KBRI Berlin Agus Priono kepada koresponden ANTARA London, Kamis.

Dikatakannya penghargaan tersebut terbagi dalam 30 proyek yaitu bidang pembangunan, pengentasan kemiskinan dan lingkungan.

Ketiga mahasiswa Indonesia berprestasi tersebut adalah Benny dari Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta dengan proyek Zero Waste Production System in Small/Medium Industrial Cluster yang meraih medali emas.

Sementara Fengky Satria Yorestra dari Universitas Andalas dengan proyek Evacuation Infrastructure from Tsunami for Coastal Communities in West Sumatra meraih medali Perak.

Mahasiswa Udayana Nanang Sugianto dengan proyek Development of a Transportable Bioreactor for Anaerobic Treatment meraih medali perunggu.

Proyek Benny, mahasiswa Teknik Kimia semester 7 UGM yang bermitra dengan Awqi Gibran dari Chalmer University of Technology, Gothenberg, Swedia dinilai dewan juri independen bermanfaat dan kreatif karena berhasil menciptakan sumber energi alternatif bagi perkampungan secara berkelanjutan.

Dewan juri yang berasal dari beberapa negara menilai proyek Benny memanfaatkan limbah industri dan biologi untuk memproduksi barang kebutuhan sehari-hari seperti sabun herbal, berhak meraih medali emas.

Penganugerahan medali dilakukan Pimpinan Puncak Daimler AG dan Mercedez Benz Walter Eldern dan perwakilan dari UNESCO Dieter Zetsche.(*)

Jumat, 04 Desember 2009

Salut, 750 Tentara Terpaksa Menjadi Guru

Ini bukti bahwa distribusi guru tidak merata dan mengelompok di Jawa saja. Jika di Jawa banyak calon guru menganggur gara-gara tidak mendapatkan tempat alias tidak lolos tes CPNS, di perbatasan Indonesia, guru yang berlatar belakang keguruan tidak ada batang hidungnya. Antara News melaporkan bahwa sebanyak 750 tentara yang bertugas di perbatasan Kalimantan Timur dengan Malaysia terpaksa diperbantukan menjadi guru karena tidak ada tenaga pengajar di 15 kecamatan yang merupakan daerah terisolir di provinsi tersebut.

"Di samping menjaga kedaulatan NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia) juga mengajar anak-anak karena kebanyakan penduduk di daerah terpencil tersebut pergi bekerja ke Malaysia," kata ketua Badan Pengelolaan kawasan perbatasan Kaltim, Adri Paton, kepada ANTARA di Medan, Kamis, 3 Desember 2009.

Paton datang ke Medan sebagai narasumber dalam seminar yang diselenggarakan Departemen Komunikasi dan Informatika RI Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Komunikasi dan Informatika (BBPPKI) Medan.

Paton menjelaskan, kondisi masyarakat di kawasan perbatasan yang terisolir membuat mereka merasa lebih dekat dengan negara tetangga Malaysia dibandingkan negaranya sendiri.

Mereka lebih mudah mendapatkan fasilitas dan kebutuhan dari Malaysia, termasuk soal pendidikan dengan terpaksa belajar ke sekolah Malaysia karena fasilitas pendidikan tidak tersedia di daerahnya.

Bukan cuma itu, di kawasan perbatasan juga masyarakat hanya menikmati informasi dan berita dari media massa di negara tetangga sehingga mereka lebih mengenal Malaysia, ketimbang Indonesia.

"Kondisi seperti ini amat mengkhawatirkan karena bisa menggerus wawasan kebangsaan generasi muda di daerah perbatasan," katanya.

Dia menjelaskan, dari tiga kabupaten di provinisi itu, 15 kecamatan terletak berbatasan langsung dengan wilayah Malaysia dan 12 diantaranya adalah daerah tertinggal.

"Saat ini masyarakat masih merasa bangga mengaku sebagai Bangsa Indonesia, tapi jika kondisi yang ada saat ini dibiarkan terus berlangsung maka akan menimbulkan ancaman terjadinya perpecahan. (Sumber: Antara News/3 Des 2009)

Jika Semua Sekolah Mempunyai Keunggulan, Betapa Indahnya Indonesia

Oleh Suyatno

Betapa indahnya Indonesia jika tiap sekolah mempunyai keunggulan masing-masing. Misalnya, ketika kita berbicara paduan suara, pikiran kita langsung mengarah ke SMAN 5 Surabaya, cheer leader pasti SMAN 3 Surabaya, pembaca puisi pasti SMPN 39 Bandung, bola voli pasti SMP Nurullah, dan seterusnya. Jadi, tiap sekolah mempunyai keunggulan khas yang menjadi citra sekolah itu.

Satu keunggulan saja kemudian digarap dengan serius sehingga mendapatkan hasil yang dapat mengharumkan sekolah itu tentu sangat baik. Tentu, bidang lain juga digarap karena siswa mempunyai aneka ragam bakat dan minat. Namun, untuk memberikan citra sekolah perlu satu saja (lebih sangat bagus) mengunggulkan jenis minat atau bakat.

Dengan begitu, masrarakat akan termudahkan untuk menyekolahkan anaknya beriringan dengan bakat khususnya yang bisa jadi sudah diketahui sejak kecil. Bisakah?

Guru di Mata Mbok Siti (64)

Lama juga aku tidak berjumpa dengan Mbok Siti, ya.. mungkin sekitar dua bulan. Rasanya, hati ini seperti lembek tidak berasa. Pagi ini, aku paksakan bertemu Mbok Siti untuk mengeraskan hati dan memberikan rasa dinamis di hati karena Mbok Sitilah tempat yang paling pas untuk itu.

"Wah, ketemu lagi nak", sapa Mbok Siti sebelum aku memarkir sepeda bututku. Rupanya, Simbok yang sederhana dari segala yang sederhana itu tahu kedatanganku sebelumnya. Entah ilmu apa yang dipunyainya.

"Mbok, kok tahu, aku mau datang", jawabku sekenanya.

"Ya tahu, nak", tukas Mbok Siti yang berbaju hitam seperti baju yang dikenakan sebelumnya.

"Mbok tahu karena dorongan kangen kepadamu, nak", tambahnya. Guru akan tahu segala problema siswanya jika didasari oleh rasa kangennya. "Senantiasa, guru harus rindu kepada murid-muridnya bukan malah sebaliknya", kata Mbok Siti sambil mengajakku duduk di teras rumah. Lebih baik, guru rindu kepada muridnya. Dengan begitu, guru akan mewujudkan kerinduan itu dengan usaha untuk mendorong murid.