Minggu, 19 November 2017

SMPN 1 Jakarta: Membangun Budaya Sekolah Rujukan

Para guru melakukan gerakan tangan sambil mengucap tiga kata yang menjadi motto sekolah. Gerakan itu dipimpin oleh kepala sekolah. Ruang terasa riuh ceria. Itulah guru-guru SMPN 1 Jakarta ketika melakukan peningkatan kapasitas sekolah rujukan melalui kegiatan kebersamaan dalam kesatuan visi pada Sabtu, 18 November 2017, dari pukul 8.30--17.00 wib. Kegiatan dilakukan di Pusdiklatnas Gerakan Pramuka, Cibubur, Jakarta. Kepala sekolah turut bermain di rerumputan dengan gembiranya bersama guru. Berbagai permainan yang berbasis motto sekolah disajikan apik oleh tim pendidikan Pusdiklatnas.

Acara diawali dengan penyegaran pikiran yang disajikan oleh Kapusdiklatnas, Prof. Dr. Suyatno, M.Pd. dengan gaya santai dan mengilhami itu. Asosiasi dalam bentuk lain, kisah sukses, dan tips jitu mengelola pembelajaran disajikan dengan cara sederhana. Kesadaran guru ditingkatkan melalui kisah inspiratif. Setelah itu, para guru bermain di lapangan pusdiklatnas. Mereka memasang tali dan tongkat, bermain lego, menancapkan bendera kota, menendang bola ke sasaran, yel grup, dan sebagainya. Mereka yakin SMPN 1 Jakarta menjadi sekolah rujukan yang bukan hanya papan nama. Mereka berkeinginan menjadi sekolah rujukan yang membahagiakan bagi yang ingin mendapatkan inspirasi.

Sekolah rujukan itu bukan hanya sebuah nama melainkan sebuah keteladanan yang perlu dirujuk oleh sekolah lain. Sekolah rujukan digemari oleh sekolah lain karena ada inspirasi baru bagi sekolah lain. Sekolah tersebut mengilhami tindak dan upaya sekolah lain dalam menjalankan proses pendidikan agar mencapai tujuan pendidikan di sekolah. Intinya, sekolah rujukan itu menjadi pusat pengembangan persekolahan karena jejak rekam keberhasilannya bisa diamati dan dirasakan dengan baik. Itulah sekolah rujukan.

Apa yang perlu dirujuk? Banyak hal yang perlu dirujuk oleh sekolah lainnya, yakni kualitas pembelajaran, manajemen persekolahan, kepemimpinan guru dan kepala sekolah, kegiatan siswa, sarana dan prasarana, budaya sekolah, kepedulian orang tua, dan sistem pendidikan yang dijalankan. Kalau perkara dana, tentu sekolah lain dapat mengupayakan meskipun dalam sekolah rujukan biasanya sumber dana sudah berjalan dengan apiknya. Semua hal yang perlu dirujuk itu sebenarnya bermuara ke satu aspek, yakni prestasi sekolah, baik prestasi akademik maupun nonakademik sehingga masyarakat menaruh perhatian lebih terhadap sekolah rujukan itu.

Kualitas pembelajaran sekolah rujukan tentu sudah tidak dapat diragukan lagi. Metode pembelajaran tersedia dengan berbagai stok dan variasi dalam diri guru. Guru sudah menguasai ratusan metode pembelajaran. Metode tersebut digunakan berdasarkan tujuan, karakteristik siswa, dan situasi belajar yang terjadi akibat cuaca, tempat, maupun kondisi tertentu. Guru sekolah rujukan tidak pernah gemetar ketika menghadapi situasi terburuk apapun yang terjadi di dalam kelas karena telah mempunyai senjata metode yang beraneka. Guru sekolah rujukan sangat paham bahwa siswa itu unik, beragam, dan dalam keceriaan alamiah. Oleh karena itu, guru tidak akan pernah bingung ketika menghadapi situasi yang berbeda. Itulah metode pembelajaran di sekolah rujukan yang selalu dimainkan dengan apik oleh guru-gurunya.

Manajemen persekolahan di sekolah rujukan mestilah harus bagus. Manajemennya sangat efektif, terbuka, dan berenergi tinggi sehingga mampu mendorong keberhasilan. Manajemen persekolahan dikendalikan oleh orang-orang yang mempunyai visi bagus. Kepala sekolah bukan bos kaku melainkan sebagai prinsipal yang menjaga keberlangsungan pendidikan di rel pendidikan berbasis mutu. Manajemennya sangat disukani oleh semua kalangan, baik siswa, orang tua, maupun khalayak ramai. Guru-gurunya terlibat penuh dalam menjalankan manajemen karena mereka paham bahwa persekoalah itu haruslah diwadahi oleh kebersamaan.

Kepemimpinan kepala sekolah rujukan haruslah berbasis visi dengan sikap yang santun, ramah, mengesankan, optimistis, dan bersahabat bagi siapapun. Kepemimpinan apapun diramu oleh kepala sekolah menjadi kepemimpinan yang berbasis situasi dan kondisi sekolah tersebut. Dalam sekolah rujukan, dapat ditebak bahwa kepala sekolah bukanlah raja lalim yang harus disembah oleh orang yang melihatnya. Sebaliknya, kepemimpinan kepala sekolah rujukan haruslah manusiawi karena memimpin di arena penuh dengan manusia yang ingin berubah melalui persekolahan. Kebersamaan dengan guru, siswa, karyawan, dan orang tua siswa selalu ditampakkan oleh sekolah rujukan.

Kegiatan siswa di sekolah rujukan mestilah lebih banyak, unggul, dan mencerahkan. Tidak ada satu pun siswa yang absen dari kegiatan siswa karena alasan tertentu. Semua siswa dengan kemampuan dan kehendak dirinya mengikuti kegiatan dengan suka cita. Semua siswa mengikuti kepramukaan meskipun dia juga ikut ekstrakurikuler yang lainnya. Prestasi siswa dapat diacungi jempol akibat didukung oleh kegiatan kesiwaan yang baik.

Sarana dan prasarana di sekolah rujukan selalu bersifat fungsional dalam rangka mencapai tujuan pendidikan. Sarana dikembangkan dengan sederhana tetapi mampu mendukung ketercapaian tujuan sekolah. Prasarana selalu diperbarui sesuai dengan keperluan pendidikan persekolahan. Sarana dan prasarana bukanlah benda yang mati melainkan benda yang mampu menghidupkan suasana pembelajaran.

Budaya sekolah dikembangkan dengan cara alamiah. Budaya sekolah tersebut menjadi norma dan nilai yang dijalankan warga sekolah secara spontan, alamiah, dan sederhana. Dengan budaya sekolah, visi sekolah dapat digapai dengan mudah. Budaya sekolah dipahami dan dijalani oleh warga sekolah dengan ikhlas dan tulus. Budaya sekolah dibuat dan diatur secara bersama-sama. BUdaya sekolah itulah yang mampu membungkus keberlangsungan sekolah dengan baik.

Sekolah rujukan tentu mempunyai kualitas kepedulian orang tua yang prima. Orang tua mempunyai kesadaran yang tinggi tentang daya dukung yang mereka berikan. Orang tua sangat menghormati guru dan kepala sekolah atas dasar pikiran sehat karena telah memandaikan anaknya. Orang tua suka dan rela bekerja sama dengan sekolah. Orang tua juga menganggap dirinya guru di dalam rumah dan masyarakat yang seimbang dengan irama guru di sekolah. Dengan begitu, sekolah rujukan selalu ditandai oleh kiprah orang tua yang mendukung keberlangsungan pendidikan.