Sabtu, 31 Mei 2008

Guru Menjewer, Siap-Siaplah Masuk Penjara

Oleh Suyatno

Kasus Sunarto, kepala SDN Ketabang Surabaya agaknya menjadi pelajaran bagi semua guru bahwa menjewer (mencubit telinga)dilarang oleh undang-undang perlindungan anak. Bagi guru, menjewer mungkin merupakan bentuk hukuman yang dianggap mempunyai nilai pendidikan karena mungkin guru yang bersangkutan dulunya juga pernah dijewer oleh gurunya waktu sekolah dulu. Dengan jeweran itu, sikap seseorang akan berubah. Namun, ingat bahwa jeweran bagi anak sekarang diartikan lain karena sang anak sering lihat film, sinetron, dan lihat orang dijewer sebagai sebuah aniaya yang mendatangkan rasa sakit.

Orang tua sekarang paradigmanya juga berubah. Jeweran bagi orang tua saat ini sebagai sebuah aniaya bagi anaknya. Karena orang tua di rumah tidak pernah menjewer, jeweran terhadap anaknya dianggap sebagai tindakan kekerasan yang mengancam kenyamanan anaknya.Berkaitan dengan hal itu, guru perlu tahu bahwa sekarang telah terjadi pergeseran paradigma mengajar. Dahulu, tindakan mencubit, menjewer, memukul, membentak merupakan sarana untuk membuat anak patuh dan berubah tindak dan sikapnya. Sekarang, tidakan itu dimaknai sebagai sebuah kekerasan (bullying).

Saat ini, telah banyak cara untuk mendidik anak tanpa melalui kekerasan. Modal kasih sayang dan pendekatan manusiawi sekarang merupakan roh mendekati anak. Untuk itu, guru juga perlu membalik paradigma dari model kekerasan menjadi model kelembutan. Bawalah dunia guru ke dunia anak bukan dunia guru berbeda dengan dunia anak. Kemudian, bawalah dunia anak ke dunia kita.

Gara-gara menjewer muridnya, Sunarto kini berurusan dengan polisi. Bisa jadi, Sunarto akan menjalani hukuman lima tahun atau lebih. Jeweran Sunarto menjadi malapetaka bagi diri Sunarto dan keluarganya.

Memang banyak guru yang berpikiran sempit dalam mendidik muridnya. Yang mereka tahu hanyalah mendidik ala pengalaman mereka masa lalu. Pengalaman membaca perkembangan pendidikan, diskusi dengan teman lain, dan penyadaran diri terhadap tingkah laku anak tidak dijalankan. Walhasil, guru demikian itu merupakan tanda-tanda akan masuk jaring perangkap undang-undang.

Mumpung belum terjadi kasus Sunarto pada guru-guru lain, perlu dilakukan sosialisasi undang-undang perlindungan anak, undang-undang perlindungan konsumen, dan sosialisasi model pembelajaran inovatif. Bila perlu, dinas pendidikan Surabaya melakukan pelatihan intensif dan dalam skala besar yang menjangkau semua guru.

Kasus Sunarto merupakan kasus puncak gunung es yang terpendam kuat. Kasus tindak kekerasan guru kepada murid masih banyak terjadi dengan warna yang berbeda-beda. Untuk itu, angkatlah gunung es itu dengan memberikan pencerahan bagi guru-guru yang berparadigma lama. Kasihan mereka, guru yang masih sempit pemikirannya, kalau dibiarkan mengalir alamiah dengan tumpuan modal mengajar gaya klasik.

Segeralah dibentuk tim sosialisasi, dibentuk tim pendampingan guru, dan tim simulasi tindask kekerasan yang diharapkan dapat mengatasi dengan segera keterbelakangan guru yang demikian itu. Secara keras, lakuanlah psikotes bagi guru karena bisa jadi perlakuan bullying itu merupakan letupan bawah sadar yang menjadi ciri khas pribadi guru tersebut.

Dinas pendidikan Surabaya jangan membiarkan Sunarto dihakimi massa (orangtua)dan rusak pencitraan dirinya. Lakukanlah pendampingan dan pembelaaan sambil membenahi guru-guru yang lainnya. Guru, janganlah kau korbankan dirimu untuk tindak kekerasan bagi muridmu. Cintaliah mereka seperti engkau mencintai anak sendiri. Jangan sekali-kali melakukan tindak kekerasan. Yakinlah.

Surabaya, Kota Terkenal, Takkan Terlupa: Gurunya Juga


Oleh Suyatno

Guru Surabaya sama persis dengan nama sebutan kotanya, yakni terkenal dan takkan terlupa. Dokter Sutomo, dengan uang beasiswa kedokteran yang dimilikinya, mendirikan majalah Panyebar Semangat, yang sampai detik ini masih terbit. Majalah itu memberikan pembelajaran bagi masyarakat dengan bahasa yang melekat, yakni berbahasa Jawa. Majalah tersebut memeberikan inspirasi pembacanya untuk "mardiko" dari belenggu pemikiran yang lebih jahat dari belenggu penjajah Belanda.

Kemudian, lihatlah, WR Supratman, dia merupakan guru bangsa yang mengajari kita untuk tetap semangat mempertahankan kebangsaan Indonesia dalam keadaan apapun. Pria berkacamata yang makamnya ada di Jalan Kenjeran itu, mengajari kita untuk berjuang melalui apa saja, termasuk melalui lagu. Kesederhanaan, kreativitas, keberanian, dan keuletan menjadi simpul konsep dari WR Supratman yang dapat dipakai untuk generasi berikutnya dalam wilayah pembelajaran kehidupan.

HOS Cokroaminoto juga guru bangsa yang telah terbukti melakukan pendampingan belajar bagi Sukarno. Hasil pembelajarannya, kelak menjadikan Sukarno pemberani, pandai berkomunikasi, ulet, berwibawa, dan bervisi. Konsep pembelajaran itulah yang tampaknya dapat menjadi mata ajar bagi kita untuk terus belajar dengan giat sepanjang masa. HOS Cokroaminoto sendiri merupakan sosok yang tenang, cinta kepada rakyatnya, berorganisasi, dan bersedia ditempati orang lain untuk belajar di rumahnya. Pengorbanan yang seperti itulah yang juga dapat dijadikan guru bagi kemajuan bangsa.

Guru bangsa dari Surabaya berikutnya adalah Bung Tomo yang memberikan keteladanan dalam membakar masyarakat dengan kata-kata motivator. Siapapun dia, asal warga Indonesia, akan terbakar semangat berjuangnya jika mendengarkan kata-kata pidato Bung Tomo di seputar tahun 1945. Pidatonya menggelegar, mengajak, memantapkan, dan bersemangat. Bung Tomo merupakan mata ajar yang perlu ditempuh untuk mendalami ilmu berkomunikasi demi membangun semangat warga.

Kini, di tahun ini, 2008, siapakah yang dapat dijadikan guru bangsa dari Surabaya? Rasanya, sangat sulit kita menemukannya jika pola kinerja guru masih terikat oleh birokrsi yang ketat dalam mengatur kreativitas dan kinerja guru.

Jumat, 30 Mei 2008

Guru Surabaya di Ujung 715 Tahun


Oleh Suyatno

Guru Surabaya di ujung tahun 715 saat Surabaya menembakkan konsep tahun kelahirannya, masih saja seperti tahun-tahun sebelumnya. Bahkan, guru Surabaya sama dengan guru di tahun-tahun lama yang telah tertimbun arus Kalimas. Betapa tidak. Guru Surabaya masih menampakkan gaya mengajar yang statis, Konvensional, tidak terarah, dan mencari sendiri.

Kalau ada pelatihan untuk guru di Surabaya, itu pasti pelatihan kelas sangat besar dan sehari meskipun di laporan ditulis beberapa hari. Itu jika Dinas Pendidikan yang mengadakan. Lalu, kelompok-kelompok kecil mengadakan sendiri atas inisiatif sendiri. KKG sebuah kecamatan dengan uang sendiri mengadakan sendiri. MGMP SMP atau SMA mengadakan sendiri dengan uang sendiri. Dinas Pendidikan tidak akan pernah tahu.

Untuk itu, tidaklah dapat dipandang bahwa guru Surabaya telah terkapasitasi pembelajaran inovatif kecuali yang berinisiatif. Hasilnya, jika diadakan tes kompetensi guru, hasilnya, sebagian besar di bawah ketentuan standar. Jika ditanya, guru-guru Surabaya pasti merasakan bahwa mereka tidak pernah disentuh oleh dinasnya.

"Wah, layanan di kantor dinas payah, mau urus berkas awal untuk sertifikasi saja harus menunggu petugas yang asyik mengutak-atik tustel pribadinya", ujar seorang guru dengan nada kecewa. "Banyak surat untuk kita yang dibertahukan mendadak", kata seorang bapak yang terlambat mengikuti diklat karena pengumuman dari dinas juga terlambat.

Surabaya di usia 715 memang gagah dalam sejarah tetapi lumpuh dalam kenyataan. Dari tahun ke tahun, jumlah siswa yang tidak tertampung di negeri sangat banyak namun tidak juga ada tambahan sekolah baru yang meminimalkan tradisi membludak itu. Tiap hari ada berita pembaharuan di koran tentang pendidikan di Surabaya namun realitasnya sangat tergopoh-gopoh penuh kepalsuan. Aduh, Surabayaku, bangkitlah dengan jiwa sejarahmu.

Tradisi seolah-olah, jalan pintas, dan asal ada berita mungkin telah menulang sehingga susah untuk dicari ujungnya. Nah, Pak Bambang, selamat berultah ke-715 ya. Semoga Surabaya yang Anda pimpin bergairah dengan apa adanya, tulus, dan jujur. Pendidikan di pundakmu perlu dibongkar habis untuk diarahkan ke kualitas.

Kamis, 29 Mei 2008

Penerbit Erlangga Latih Pembelajaran Inovatif kepada 95 Guru SD Kecamatan Srengat Blitar

Blitar-garduguru: PT Erlangga melakukan pengabdian kepada masyarakat dengan memberikan pelatihan gratis bagi guru SD di Kecamatan Srengat Blitar. Makan, minum, piagam, dan penyajian ditanggung oleh PT Erlangga. Peserta tinggal datang dan mengikuti pelatihan. Peserta tampak antusias yang ditandai oleh kedatangan ke lokasi pada pukul 07.00 padahal acara dimulai pukul 08.30 karena menunggu kedatangan pejabat dari kabupaten.

Tidak terasa waktu bergerak di pukul 12.00, saat 95 guru SD di Kecamatan Srengat Blitar berlatih bersama dalam nuansa pembelajaran inovatif pada Kamis, 29 Mei 2008, di ruang Cabang Dinas Pendidikan Srengat. Mereka bertepuk tangan, mengamati gambar, bernyanyi, dan merefleksikan pelatihan dengan riang gembira. Acara yang dipandu langsung oleh suyatno, penjaga garduguru ini, berlangsung khidmat. Sampai pukul 12.00, tidak ada peserta yang beranjak dari tempat duduknya.

Saat pertama acara dimulai, beberapa pesan disampaikan oleh pejabat Kabupaten Blitar. "Acara semacam ini perlu dilaksanakan dengan koordinasi yang tepat dan harus menghasilkan peran guru yang tepat pula,", kata Pak Legowo selaku kasi TK dan SD. Setelah acara pembukaan selesai, suyatno, dengan jas warna abu-abu memberikan beberapa gambar dari slide tentang persepsi sebagai tahap awal pelatihan.

Guru semakin serius dengan riang mengikuti pemanduan. Gambar demi gambar pembelajaran diartikan guru dan direfleksikan pada diri sendiri. Kemudian, suyatno menghentak peserta dengan pemaparan fakta nyata perilaku guru saat ini yang penih kekurangan. Lalu, emosi peserta diajak ke tingkat penyadaran tinggi. Peserta kemudian meyakini kalau dirinya siap dan akan berubah.

"Saya berharap pelatihan semacam ini ditindaklanjuti", ujar guru laki-laki dari SDI. "Baru kali ini, pelatihan yang saya ikuti memberikan kesan khusu", ujar Widati sebagai peserta. Tidak terasa waktu menghimpit-himpit. Acara ditutup dengan pembagian bingkisan dari PT Erlangga untuk peserta yang dapat menjawab kuis.

Rabu, 28 Mei 2008

Dampak Sertifikasi Guru: Gunung Es Mulai Menyembul


Oleh Suyatno

Gara-gara sertifikasi guru diberlakukan, meski keuangan agak seret, banyak guru yang mulai keluar kandangnya. Ibarat puncak gunung es, badan gunung itu mulai menyembul ke permukaan. Banyak guru yang semula berpangku tangan, berleha-leha, dan memori keguruan statis, kini tidak lagi. Mereka berbondong-bondong mengikuti pelatihan berkaitan dengan peningkatan profesinya.

"Saya baru tahu sekarang kalau pendidikan sudah berkembang seperti ini", ujar Nurjanah, salah satu guru di Gresik Jawa Timur. Banyak lagi Nurjanah yang lain, yang berpendapat seperti itu. Mereka mulai mengikuti pelatihan meskipun motif awalnya untuk mendapatkan sertifikat pelatihan agar terisi kolom diklat di dokumen portofolionya.

Beberapa pelatihan yang dipandu penjaga garduguru ini dipadati oleh guru. Bahkan, ada guru yang mengikuti pelatihan sampai beberapa kali karena merasakan manfaat dan ketertarikan terhadap gaya pelatihan. Ujung-ujungnya, guru melakukan perubahan pembelajaran di kelasnya. "Pak, menu yang bapak tawarkan, setelah saya terapkan, ternyata benar-benar menarik bagi siswa", ujar Pak Mukid, Sampang, Madura. Gaya pelatihan yang berpendekatan andragogi rupanya cocok untuk para guru.

Kondisi pelatihan yang marak diikuti oleh guru merupakan tanda bahwa terjadi pengisian pengalaman baru dalam memori guru. Pengalaman itu pada akhirnya dapat berimbas pada proses pembelajaran di kelas. Ibaratnya, guru keluar dari tempurungnya. Jadi, sudah tidak lagi seperti katak dalam tempurung.

Untuk itu, semua lembaga yang berkompeten terhadap pelatihan guru, perlu melaksanakan pelatihan dengan intensif, menarik, bermanfaat, dan dan dapat mengubah pola berpikir guru. Lembaga pelatihan sebaiknya tidak berpikir pregmatis semata dan mengandalkan pemasukan finansial.

Guru yang mulai keluar kandang itu perlu dikawani dengan sentuhan pelatihan yang berpihak pada penyadaran guru. Pelatihan yang asal-asalan harus ditinggalkan. Ada pelatihan yang memberikan 5 sertifikat untuk satu hari. Pelatihan itu merupakan pelatihan yang konyol dan perlu dibreidel izin penyelenggaraannya.

Semua pihak harus berkomitmen tinggi terhadap keberlangsungan kulitas guru. Tidak ada kata lain, kecuali melakukan pelatihan yang baik dan berbobot.

Bahasa Tubuh Efektif bagi Guru

Oleh Suyatno
Seringkah ketika Anda mengajar, Anda menggeleng-gelengkan kepala, tersenyum, tangan mengepal, mengangguk, kaki digoytang-goyangkan, dan sebagainya? Pasti, Guru sering melakukan gerak tubuh seperti itu. Nah, gerak tubuh itu dikatakan juga sebagai bahasa tubuh karena memberikan pesan dan mempengaruhi orang lain yang melihat Anda. Sadarkah Anda?

Keberhasilan mengajar tidak hanya dipengaruhi oleh keahlian berbicara atau prestasi semata, tapi juga dipengaruhi bahasa tubuh guru. Bahasa tubuh yang tepat bisa menjadi golden ticket Anda menuju kesuksesan karier.

Anda mungkin sering menemui guru yang memiliki kemampuan di atas rata-rata, namun tak mengalami peningkatan karier yang signifikan. Apa sih, yang salah? Jangan dulu berpikir kepala sekolah pilih kasih. Ia mungkin lebih pintar dari rekan yang lain, tapi bahasa tubuhnya tidak menunjukkan hal itu. Cara mempresentasikan diri dapat menentukan karier Anda.

Menurut para ahli, gerakan nonverbal lebih penting daripada kata-kata verbal. Ketika orang lain meragukan ucapan, dia akan menilai bahasa tubuh Anda. Komunikasi nonverbal dinilai lebih ekspresif, jujur dan akurat daripada komunikasi verbal. Jadi, bagaimana agar bahasa tubuh Anda memesona?

POSISI BERHADAPAN
Kalau Anda hanya berbicara berdua dengan atasan, maka posisi duduk berhadapan adalah sikap yang baik. Namun, kalau Anda memimpin rapat atau berbicara di depan orang banyak, berdiri akan lebih baik daripada duduk. Berbicara sambil berdiri mengesankan Anda lebih berwibawa dan menguasai keadaan. Sedangkan sikap duduk terus-menerus menunjukkan sikap yang defensif dan pribadi yang kurang semangat.

JARAK AMAN
Tiap orang memiliki zona nyamannya sendiri. Ketika berhadapan dengan lawan bicara, jangan mencondongkan badan berlebihan karena akan terkesan agresif. Saat menekankan poin penting, tunjukkan posisi santai, tapi kontak mata tetap terjaga dan gestur tubuh ekspresif. Jangan terlalu bersandar atau terus-menerus melihat ke bawah, karena bisa ditafsirkan siswa bahwa Anda kurang percaya diri.

TERKENDALI
Usahakan menatap setiap siswa dengan penuh perhatian. Tataplah mata mereka satu per satu selama beberapa detik. Jika lawan bicara merasa diperhatikan, secara otomatis mereka akan balik memperhatikan. Kendalikan nada dan cara bicara, jangan terlalu monoton dan datar agar lawan bicara tidak bosan. Tapi jangan pula terlalu berapi-api. Anda bukan sedang berpidato, lho. Siswa juga akan sulit mencerna isi pembelajaran yang Anda sajikan.

Bicaralah dengan santai, jangan terlalu pelan dan halus dan menggunakan terlalu banyak "ah" atau "uh" sehingga rasa gugup jelas terlihat. Hindari kalimat yang tumpang tindih karena menandakan Anda pribadi yang kurang well-organized.

BERI PERHATIAN
Saat Anda sedang dalam posisi mendengarkan, jangan mengetuk-ngetukkan jari, menggaruk-garuk kepala, menggigit kuku atau menatap ke sana kemari. Sikap seperti itu menunjukkan suasana hati yang sedang gelisah atau tegang. Tampilkan kesan Anda sedang menyimak dan memerhatikan perkataannya dengan cara menimpali dan mengatakan "he-eh", mengangguk, mencondongkan tubuh ke arah mereka, tersenyum atau mengikuti emosi lawan bicara, serta melakukan kontak mata.

EKSPRESI WAJAH
Selaraskan ekspresi muka dengan pembicaraan. Tersenyumlah saat mengatakan sesuatu yang lucu dan tetap jaga kontak mata. Pembicaraan pasti akan terjalin lebih hangat. Lawan akan menilai Anda sebagai pribadi yang hangat, terbuka dan jujur.

POSTUR DAN GESTUR
Meski tidak mengatakan apa pun, dari postur dan gestur mereka dapat menilai Anda. Orang yang meletakkan kaki di atas meja atau menyilangkan tangan di belakang kepala menandakan mereka terlalu percaya diri atau superior. Sebaiknya Anda rileks dan jangan kaku.

Sikap tubuh yang terbuka menunjukkan kejujuran dan kredibilitas. Sedangkan menutup mulut dan melipat tangan di depan perut menunjukkan kesan menutup diri dan melindungi diri dari sesuatu yang salah. Gestur yang sebaiknya juga tidak diperlihatkan adalah bertopang dagu dan menguap. Sebab, Anda akan dinilai tidak bersemangat, tidak antusias, dan malas bertindak.

KOSTUM TEPAT
Pakaian yang dikenakan merupakan impresi pertama dari kepribadian seseorang. Busana yang Anda kenakan menandakan sejauh mana Anda melihat dan menghargai diri sendiri. Kenakan pakaian sesuai dengan kesempatan. Jika bertemu klien, pilih pakaian yang mengesankan profesional. Hindari mngenakan pakaian berbahan panas, ukuran yang kedodoran atau terlalu sempit. Sebab, bahasa tubuh Anda akan menunjukkan bahwa Anda sedang merasa tidak nyaman.

Bagaimana, sudah tahu kan, bagaimana berbahasa tubuh yang tepat? (dramu dari kompas.com/diakses 28 Mei 2008)

Minggu, 25 Mei 2008

Garduguru juga Ada di Situs: http://www.garduguru.com

Biar lebih kuat bertenaga dalam mengabdikan diri ke ladang pendidikan.
Biar lebih menukik ke proses akselerasi perubahan guru.
Biar guru berada dalam rohnya kembali.
Biar kita lebih nyaman lagi bernalar dalam dunia pendidikan.
Biar ada penjaga gardu dan kamu.
Jadilah situs www.garduguru.com.
Mampir ya.
Salam
penjaga gardu.

Guruku Sayang, Jangan Sampai Depresi Ya...


Oleh Suyatno

Guru tampaknya akan mudah terkena depresi karena yang menjadi bebannya sangat banyak. Lihat saja, guru harus menghadapi jumlah siswa dengan karakter pribadi yang beragam, perencanaan yang harus dibuat, permintaan mutu dari para orang tua, tuntutan ekonomis keluarganya, tuntutan perkembangan pembelajaran, dan situasi budaya yang bergeser cepat. Tumpukan permasalahan datang silih berganti untuk masuk ke memori guru.

Banyak berita yang menyatakan bahwa guru bunuh diri, guru menempeleng siswa, melawan kepala sekolah, masuk rumah sakit jiwa, ditangkap polisi, dan sebagainya. Bisa jadi, sebab terjadinya hal itu karena depresi yang menghinggapi guru.

Apakah depresi itu? Menurut Gizi.net, depres merupakan gangguan mental yang sering terjadi di tengah masyarakat. Berawal dari stres yang tidak diatasi, maka seseorang bisa jatuh ke fase depresi. Penyakit ini kerap diabaikan karena dianggap bisa hilang sendiri tanpa pengobatan.

Padahal, depresi yang tidak diterapi dengan baik bisa berakhir dengan bunuh diri. Secara global lima puluh persen dari penderita depresi berpikiran untuk bunuh diri, tetapi yang akhirnya mengakhiri hidupnya ada lima belas persen. Selain itu, depresi yang berat juga menimbulkan munculnya berbagai penyakit fisik, seperti gangguan pencernaan (gastritis), asma, gangguan pada pembuluh darah (kardiovaskular), serta menurunkan produktivitas.

WHO memperkirakan depresi akan menjadi penyebab utama masalah penyakit dunia pada tahun 2020. Organisasi kesehatan itu mencatat depresi adalah gangguan mental yang umum terjadi di antara populasi. Diperkirakan 121 juta manusia di muka bumi ini menderita depresi. Dari jumlah itu 5,8 persen laki-laki dan 9,5 persen perempuan, dan hanya sekitar 30 persen penderita depresi yang benar-benar mendapatkan pengobatan yang cukup, sekalipun telah tersedia teknologi pengobatan depresi yang efektif. Ironisnya, mereka yang menderita depresi berada dalam usia produktif, yakni cenderung terjadi pada usia kurang dari 45 tahun. Tidaklah mengherankan, bila diperkirakan 60 persen dari seluruh kejadian bunuh diri terkait dengan depresi (termasuk skizofrenia). Nah, guru masuk menjadi bagian yang rentan terkena depresi.

Depresi biasanya terjadi saat stress yang dialami oleh seseorang tidak kunjung reda, dan depresi yang dialami berkorelasi dengan kejadian dramatis yang baru saja terjadi atau menimpa seseorang, misalnya kematian seseorang yang sangat dicintai atau kehilangan pekerjaan yang sangat dibanggakan. Depresi adalah masalah yang bisa dialami oleh siapapun di dunia ini.

Menurut sebuah penelitian di Amerika, 1 dari 20 orang di Amerika setiap tahun mengalami depresi, dan paling tidak 1 dari 5 orang pernah mengalami depresi sepanjang sejarah kehidupan mereka. Di Indonesia, banyak kasus depresi terjadi sebagai akibat dari krisis yang melanda beberapa tahun belakangan ini. Masalah PHK, sulitnya mencari pekerjaan, sulitnya mempertahankan pekerjaan dan krisis keuangan adalah masalah yang sekarang ini sangat umum menjadi pendorong timbulnya depresi di kalangan profesional.

Menurut seorang ilmuwan terkemuka yaitu Phillip L. Rice (1992), depresi adalah gangguan mood, kondisi emosional berkepanjangan yang mewarnai seluruh proses mental (berpikir, berperasaan dan berperilaku) seseorang. Pada umumnya mood yang secara dominan muncul adalah perasaan tidak berdaya dan kehilangan harapan.

Cukup mudah mengenali seseorang menderita depresi. Penyakit ini bisa tampak dari gejala gangguan mood berupa rasa kehilangan, rasa gagal, rasa tidak berguna, tidak mempunyai harapan, putus asa, penyesalan, serta tidak semangat bekerja. Selain itu, depresi membuat daya tahan tubuh menurun. Akibatnya, berbagai jenis penyakit pun muncul. Penyakit fisik yang sering dialami penderita depresi adalah gangguan pencernaan, gangguan pembuluh darah, asma, dan konstipasi (sembelit). Oleh karena itu, penderita depresi kerap mengalami keluhan fisik, seperti rasa mual dan malas makan. "Kalau sudah komplikasi maka penyakit yang menyertai depresi juga harus diatasi, demikian juga dengan depresinya. Selain dari gejala, untuk memastikan diagnosis dan terapi, penderita depresi perlu memeriksakan diri ke psikiater," katanya.

Penyebab
Mungkin di antara guru ada yang pernah mengalami depresi tanpa tahu sebab musababnya sampai membuat guru tersebut semakin depresi karena tidak menemukan jawabannya. Akhirnya guru itu menjadi uring-uringan sendiri, semua menjadi serba salah karena menurut guru, tak seorang pun yang bakal memahami masalahnya; bagaimana bisa mengharapkan bantuan orang lain jika sudah demikian keadaannya ?

Sebenarnya penyebab depresi bisa dilihat dari faktor biologis (seperti misalnya karena sakit, pengaruh hormonal, depresi pasca-melahirkan, penurunan berat yang drastis) dan faktor psikososial (misalnya konflik individual atau interpersonal, masalah eksistensi, masalah kepribadian, masalah keluarga) . Ada pendapat yang menyatakan bahwa masalah keturunan punya pengaruh terhadap kecenderungan munculnya depresi.

Gejala
Individu yang terkena depresi pada umumnya menunjukkan gejala psikis, gejala fisik & sosial yang khas, seperti murung, sedih berkepanjangan, sensitif, mudah marah dan tersinggung, hilang semangat kerja, hilangnya rasa percaya diri, hilangnya konsentrasi dan menurunnya daya tahan. Sebelum kita menjelajah lebih lanjut untuk mengenali gejala depresi, ada baiknya jika kita mengenal apakah artinya gejala. Gejala adalah sekumpulan peristiwa, perilaku atau perasaan yang sering (namun tidak selalu) muncul pada waktu yang bersamaan. Gejala depresi adalah kumpulan dari perilaku dan perasaan yang secara spesifik dapat dikelompokkan sebagai depresi.

Namun yang perlu diingat, setiap orang mempunyai perbedaan yang mendasar, yang memungkinkan suatu peristiwa atau perilaku dihadapi secara berbeda dan memunculkan reaksi yang berbeda antara satu orang dengan yang lain. Gejala-gejala depresi ini bisa kita lihat dari tiga segi, yaitu gejala dilihat dari segi fisik, psikis dan sosial.

Pada depresi, tekanan kehidupan atau stres ibarat patogen (kuman penyebab penyakit) pada penyakit fisik. Dengan kondisi Indonesia seperti saat ini yang diwarnai berbagai bencana alam, harga kebutuhan naik, dan sulit memperoleh pekerjaan, boleh jadi menambah tekanan bagi masyarakat, sekalipun tidak ada data pasti tentang itu karena memang tidak ada penelitiannya. "Hanya saja dipercaya, seperti pada keadaan penyakit fisik, misalnya demam berdarah, bila kondisi membuat virus meningkat, maka kasunya pun meningkat. Siklus depresi antara lain karena masalah tekanan kehidupan. Jika tekanan hidup meningkat maka insiden depresi pun meningkat. Pada depresi, tekanan itulah yang berperan sebagai kuman atau virus," ucap Irmansyah.

Tetapi ada juga depresi yang datang dengan sendirinya (depresi endogen). Depresi semacam ini disebabkan faktor biologi, seperti hormon dan neurotransmiter. Seperti diketahui otak merupakan pusat perasaan, emosi, dan pikiran. Bila ada gangguan neurotransmiter otak bisa menyebabkan seseorang kehilangan mood sehingga timbul depresi.

Dari sisi genetik, orang yang mempunyai bakat depresi akan lebih gampang menderita depresi bila ada stimulus. Jika faktor lingkungan muncul, misalnya, stres, kehilangan orang yang disayangi, penyalahgunaan obat, penyakit fisik (kronis), kehilangan pekerjaan, dan latar belakang sosial yang buruk, maka depresi lebih mudah muncul pada orang yang memiliki bakat depresi.

Menurut Irmansyah, risiko seseorang menderita depresi semakin besar bila kedua orangtuanya menderita depresi, dibandingkan bila orangtua tidak menderita depresi. Survei pada orang yang mengalami depresi memperlihatkan bahwa anak-anak yang berasal dari orangtua yang menderita depresi sangat berisiko tinggi menderita depresi. Besarnya risiko berkisar 50 persen sampai 75 persen. Oleh karena itu, deteksi dini pada anak sangat diperlukan.

"Daya tahan atau kerentanan seseorang yang tidak cukup terlatih mengelola perasaan akan membuat seseorang lebih mudah mengalami depresi. Seseorang dengan daya tahan tinggi kurang memiliki risiko untuk menderita depresi. Yang pasti tekanan itu berbeda di setiap tempat. Di lokasi bencana, seperti beberapa tempat di Nanggroe Aceh Darussalam (NAD), masyarakat di sana mengalami pengalaman traumatis sehingga lebih berisiko menderita depresi dibanding di perkotaan, seperti Jakarta, yang tekanan kehidupannya relatif tetap," jelas Irmansyah.

Gejala Fisik
Menurut beberapa ahli, gejala depresi yang kelihatan ini mempunyai rentangan dan variasi yang luas sesuai dengan berat ringannya depresi yang dialami. Namun secara garis besar ada beberapa gejala fisik umum yang relatif mudah dideteksi. Gejala itu seperti :

Gangguan pola tidur (sulit tidur, terlalu banyak atau terlalu sedikit)
Menurunnya tingkat aktivitas. Pada umumnya, orang yang mengalami depresi menunjukkan perilaku yang pasif, menyukai kegiatan yang tidak melibatkan orang lain seperti nonton TV, makan, tidur

Menurunnya efisiensi kerja.
Penyebabnya jelas, orang yang terkena depresi akan sulit memfokuskan perhatian atau pikiran pada suatu hal, atau pekerjaan. Sehingga, mereka juga akan sulit memfokuskan energi pada hal-hal prioritas. Kebanyakan yang dilakukan justru hal-hal yang tidak efisien dan tidak berguna, seperti misalnya ngemil, melamun, merokok terus menerus, sering menelpon yang tak perlu. Yang jelas, orang yang terkena depresi akan terlihat dari metode kerjanya yang menjadi kurang terstruktur, sistematika kerjanya jadi kacau atau kerjanya jadi lamban.

Menurunnya produktivitas kerja.
Orang yang terkena depresi akan kehilangan sebagian atau seluruh motivasi kerjanya. Sebabnya, ia tidak lagi bisa menikmati dan merasakan kepuasan atas apa yang dilakukannya. Ia sudah kehilangan minat dan motivasi untuk melakukan kegiatannya seperti semula. Oleh karena itu, keharusan untuk tetap beraktivitas membuatnya semakin kehilangan energi karena energi yang ada sudah banyak terpakai untuk mempertahankan diri agar tetap dapat berfungsi seperti biasanya. Mereka mudah sekali lelah, capai padahal belum melakukan aktivitas yang berarti !

Mudah merasa letih dan sakit.
Jelas saja, depresi itu sendiri adalah perasaan negatif. Jika seseorang menyimpan perasaan negatif maka jelas akan membuat letih karena membebani pikiran dan perasaan ! ; dan ia harus memikulnya di mana saja dan kapan saja, suka tidak suka !

Gejala Psikis
Perhatikan baik-baik gejala psikis di bawah ini, apakah Anda atau rekan Anda ada yang mempunyai tanda-tanda seperti di bawah ini :

Kehilangan rasa percaya diri.
Penyebabnya, orang yang mengalami depresi cenderung memandang segala sesuatu dari sisi negatif, termasuk menilai diri sendiri. Pasti mereka senang sekali membandingkan antara dirinya dengan orang lain. Orang lain dinilai lebih sukses, pandai, beruntung, kaya, lebih berpendidikan, lebih berpengalaman, lebih diperhatikan oleh atasan, dan pikiran negatif lainnya.

Sensitif.
Orang yang mengalami depresi senang sekali mengkaitkan segala sesuatu dengan dirinya. Perasaannya sensitif sekali, sehingga sering peristiwa yang netral jadi dipandang dari sudut pandang yang berbeda oleh mereka, bahkan disalahartikan. Akibatnya, mereka mudah tersinggung, mudah marah, perasa, curiga akan maksud orang lain (yang sebenarnya tidak ada apa-apa), mudah sedih, murung, dan lebih suka menyendiri.

Merasa diri tidak berguna.
Perasaan tidak berguna ini muncul karena mereka merasa menjadi orang yang gagal terutama di bidang atau lingkungan yang seharusnya mereka kuasai. Misalnya, seorang manajer mengalami depresi karena ia dimutasikan ke bagian lain. Dalam persepsinya, pemutasian itu disebabkan ketidakmampuannya dalam bekerja dan pimpinan menilai dirinya tidak cukup memberikan kontribusi sesuai dengan yang diharapkan.

Perasaan bersalah.
Perasaan bersalah terkadang timbul dalam pemikiran orang yang mengalami depresi. Mereka memandang suatu kejadian yang menimpa dirinya sebagai suatu hukuman atau akibat dari kegagalan mereka melaksanakan tanggung jawab yang seharusnya dikerjakan. Banyak pula yang merasa dirinya menjadi beban bagi orang lain dan menyalahkan diri mereka atas situasi tersebut.

Perasaan terbebani.
Banyak orang yang menyalahkan orang lain atas kesusahan yang dialaminya. Mereka merasa terbeban berat karena merasa terlalu dibebani tanggung jawab yang berat.

Gejala Sosial
Jangan heran jika masalah depresi yang berawal dari diri sendiri pada akhirnya mempengaruhi lingkungan dan pekerjaan (atau aktivitas rutin lainnya). Bagaimana tidak, lingkungan tentu akan bereaksi terhadap perilaku orang yang depresi tersebut yang pada umumnya negatif (mudah marah, tersinggung, menyendiri, sensitif, mudah letih, mudah sakit). Problem sosial yang terjadi biasanya berkisar pada masalah interaksi dengan rekan kerja, atasan atau bawahan. Masalah ini tidak hanya berbentuk konflik, namun masalah lainnya juga seperti perasaan minder, malu, cemas jika berada di antara kelompok dan merasa tidak nyaman untuk berkomunikasi secara normal. Mereka merasa tidak mampu untuk bersikap terbuka dan secara aktif menjalin hubungan dengan lingkungan sekalipun ada kesempatan.

Bisa Disembuhkan
Depresi, kata Ketua Departemen Psikiatri Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) dr Irmansyah SpKJ, bisa disembuhkan sehingga semestinya tindakan bunuh diri bisa dicegah. Banyak faktor yang menyebabkan seseorang jatuh dalam depresi. Beragam faktor itu ada yang berasal dari dalam diri sendiri (endogen), seperti hormon, bahan kimia otak yang dikenal dengan neurotransmiter, genetik, dan faktor lingkungan (tekanan kehidupan). Faktor-faktor itu bisa terjadi bersamaan, tetapi bisa juga sendiri-sendiri.

Daya Tahan Tubuh
Dijelaskan, semua kelompok usia rentan depresi. Pada anak-anak, depresi itu berwujud dalam perubahan sikap. Misalnya, gangguan perilaku, mudah marah, emosional, kesulitan bergaul dengan teman, gangguan dalam pelajaran, dan menolak makan.

Dari sisi jenis kelamin, perempuan lebih banyak menderita depresi dibanding laki-laki. Hal ini antara lain disebabkan fluktuasi hormon yang lebih nyata pada perempuan. Bila mengalami tekanan, umumnya laki-laki lebih banyak memiliki upaya sendiri untuk mengatasi tekanan itu, seperti beraktivitas di luar, mengonsumsi minuman beralkohol. Sedangkan perempuan yang depresi cenderung lebih banyak berdiam di rumah.

Depresi juga bisa dipicu oleh pemakaian obat-obatan, seperti streoid, obat yang mengandung hormon, dan juga bisa disebabkan penyalahgunaan obat-obatan.

Dikatakan, tidak semua depresi harus diobati karena ada depresi yang sembuh tanpa diterapi. Artinya, depresi hilang seiring dengan perjalanan waktu. Ini terjadi bila depresi masih dalam batas wajar. Tetapi ada juga depresi yang tidak bisa sembuh sendiri. Bahkan, memerlukan waktu bertahun-tahun untuk proses penyembuhan.

Terapi depresi terdiri dari konseling, psikoterapi dan terapi farmakologi (dengan pemakain obat antidepresan), dukungan kelompok, serta terapi kognitif. Terkadang, para penderita depresi memerlukan rawat inap di rumah sakit. Rawat inap dilakukan pada pasien yang kurang mendapat dukungan dari lingkungan, sekalipun derajat depresi yang dialaminya tergolong ringan.

Selain itu, kepatuhan menggunakan obat antidepresan juga menjadi pertimbangan seorang penderita depresi menjalani rawat inap di rumah sakit. Jadi, rawat inap tidak hanya berlaku pada penderita depresi berat. Sama dengan penyakit lain, depresi juga bisa kambuh. Agar tidak mengalami depresi, Irmansyah menyarankan setiap orang memperkuat daya tahan mental, melatih diri agar bisa fleksibel, memiliki fisik yang sehat, serta mendalami ajaran agama yang berperan menimbulkan rasa damai.Mengajarlah dengan enjoy dan dinikmati dengan menu keriangan bersama anak.

Diramu dari berbagai sumber:
http://www.suarapembaruan.com/News;www.e-psikologi.com/masalah/depresi; kompas.com

Sabtu, 24 Mei 2008

Mendidik sebagai Tugas Guru untuk Memfasilitasi Sikap Siswanya


Oleh Suyatno

Banyak guru mengeluh setelah mengajar dengan berbagai ucapan yang arahnya memojokkan siswa. Siswa di kelasku nakal-nakal. Siswa di kelasku malas-malas. Lain lagi, di kelasku rata-rata perajuk. Waduh, kelas saya malah malas poll..! Kalau di kelasku, siswanya periang tapi tidak perhatian. Keluhan itu tambah menumpuk seperti gunung. Ujung-ujungnya, guru tidak bersalah dan siswalah yang bersalah.

Oh! Tidak. Siswa memang seperti itu sifat dan sikapnya. Jika tidak seperti itu, dia bukan siswa lagi tetapi orang yang telah keluar dari bangku sekolah. Taget sekolah adalah mengubah sikap anak dari belum bisa menjadi bisa, dari pemalu menjadi pemberani, dari bodoh menjadi pintar, dari berpikir konkret ke berpikir abstrak, dari penguasaan sederhana ke penguasaan kompleks, dari nakal ke santun, dan begitulah seterusnya. Nah, jika siswa tidak dapat berubah seperti perubahan yang diharapkan di atas, berarti guru tidak berhasil dalam mendidik siswa.

Ingat, tugas guru bukan saja mengajar dengan memindahkan ilmu semata melainkan mendidik siswa menjadi manusia yang manusiawi. Untuk itu, guru secara total harus dapat menguasai kondisi faktual kejiwaan siswa. Tiap tingkah laku dan perubahannya perlu dicermati guru sehingga diperoleh ketepatan perlakukan.

Kata orang, setiap siswa membawa sifat masing-masing. Kata-kata ini sepertinya tak terlalu salah. Banyak memang sifat siswa yang sebaiknya diketahui para guru. Dengan begitu, guru juga dapat mencari cara menghadapi siswa mereka. Berikut ini sifat siswa yang perlu diketahui dan difasilitasi siswa.


1. EGOIS
Umumnya, siswa yang egois maunya menang sendiri. Dia tidak mau mendengarkan orang lain dan harus dituruti semua keinginannya. Bila tidak, segala jurus ancaman pun akan ia lontarkan, dari mogok perintah, mogok belajar, mogok perhatian, dan tak mau belajar sampai berteriak-teriak di kelas maupun di luar kelas.

Yang harus dilakukan:
Jangan panik bila menghadapi siswa yang egois. GURU Tidak perlu marah, hadapi dengan lembut dan sabar. Yang terpenting adalah memberikan pengertian dan pengarahan.

2. PERAJUK
Ciri siswa perajuk adalah suka ngambek dan cenderung cengeng. Hampir sama dengan siswa egois, hanya saja siswa perajuk belum tentu keras kepala.

Yang harus dilakukan:
Bila siswa gampang merajuk, cobalah untuk membujuknya. Jangan dengan kekerasan, karena hal itu justru akan berdampak tak baik bagi perkembangan jiwanya. Aapalagi, kekerasan dilarang undang-undang perlindungan anak lho.

3. PEMALAS
Sifat siswa yang pemalas biasanya tidak mau mengerjakan pekerjaan atau tugas yang diberikan padanya. Ia mengandalkan orang lain untuk mengerjakannya.

Yang harus dilakukan:
Beri siswa pengertian dan contoh. Misalnya, setelah duduk di bangku kelas, tempat duduk harus dirapikan. Ajak ia untuk turut serta melakukan kegiatan tersebut.

4. NAKAL
Sifat nakal atau bandel wajar dimiliki oleh siswa. Biasanya mereka cenderung aktif, usil dan tak takut bahaya. Selain itu, siswa umumnya juga punya banyak akal.

Yang harus dilakukan:
Jangan bosan menasihati dan membimbingnya. Arahkan anak agar menjadi anak yang baik dan sopan. Yang penting, jangan dimarahi.

5. PENDENDAM
Ciri siswa pendendam adalah "hobi" menyimpan rasa sakit hati dan berusaha membalasnya di kemudian hari.

Yang harus dilakukan:
Jangan biarkan sifat pendendam bersarang dalam diri siswa. Pasalnya, sifat ini bisa merusak mental mereka. Berikan pengertian pada siswa bahwa "sifat mendendam" itu tidak baik. Selain dilarang agama, nantinya juga akan membuat mereka dijauhi oleh teman-teman mereka.

6. PEMBERONTAK
Umumnya, siswa yang memiliki sifat pemberontak susah diatur, kemauannya besar, dan merasa dirinya selalu benar. Yang lebih sering terjadi, mereka tidak peduli dengan omongan orang lain.

Yang harus dilakukan:
Pendekatan diri adalah jalan terbaik menghadapi anak pemberontak atau suka membangkang. Sebagai orang tua, Anda harus pandai meredam emosi. Berbicaralah dari hati ke hati.

7. PEMALU
Menutup diri, tak banyak bicara, itulah sebagian ciri dari anak pemalu. Selain itu, anak pemalu juga terkesan kuper alias kurang pergaulan.

Yang harus dilakukan:
Mengikutsertakannya dalam kegiatan sekolah, seperti tari, karate ataupun vokal grup. Degan begitu, mereka akan terbiasa berhadapan dengan orang banyak.

8. PERIANG
Umumnya, siswa periang memiliki banyak teman, karena kepribadian mereka yang hangat. Mereka jrang sekali murung dan selalu bergembira.

Yang harus dilakukan:
Anda perlu mengingatkan siswa agar dapat menempatkan diri kapan harus gembira dan kapan turut merasakan duka orang lain.(diramu dari www.kompas.com/kolom perempuan/beranda/diakses 24 Mei 2008)

Kamis, 22 Mei 2008

Mengajar dengan Permainan


Oleh Suyatno

Tiap manusia berkembang dalam hidupnya sebagian besar dipengarui oleh kegiatan bermain. Sampai-sampai, banyak orang yang tergila-gila dengan permainan. Lihat saja, setiap pertandingan permainan sepak bola, voley, balap karung, atau permainan apa saja selalu banyak yang menonton. Hal itu membuktikan kalau permainan memang digemari oleh banyak orang.

Nah, tentunya, akan memberikan dampak yang luar biasa bagi perkembangan kejiwaan, kecerdasan, keterampilan, dan kesantunan anak, apabila guru mengajar di kelas melalui permainan. Dalam permainan, tidak hanya inti pelajaran saja yang dikembangkan, aspek kesantunan, kompetisi, kecepatan, dan keterampilan dapat diraih sekaligus. Pembelajaran melalui bermain akan membantu anak mengurangi stres, dan mengembangkan rasa humornya.

Bagi guru, permainan merupakan kendaraan untuk belajar bagaimana belajar (learning how to learn) untuk kepentingan siswa. Lewat permainan, siswa bertanya, meneliti lingkungan, belajar mengambil keputusan, berlatih peran sosial, dan secara umum memperkuat seluruh aspek kehidupan anak sehingga membuat anak menyadari kemampuan dan kelebihannya.

Guru harus teramat paham bahwa permainan merupakan proses dinamis yang tidak menghambat siswa dalam proses belajar, sebaliknya justru menunjang proses belajarnya. Andaikata ada guru yang menolak terhadap aktivitas bermain siswa, justru dia menghambat kemampuan kreativitas siswa untuk mengenal dirinya sendiri sendiri serta lingkungan hidupnya. Hanya saja, proses pembelajaran melalui permainan perlu diarahkan sesuai dengan kebutuhannya.

Siswa yang cenderung menyendiri sebaiknya tidak dibiarakan untuk terlalu sibuk dengan "solitary play". Sebaliknya mereka sebaiknya diarahkan untuk lebih aktif dalam permainan kelompok (social game). Mereka yang kurang mampu untuk berkonsentrasi dapat diberikan berbagai jenis permainan yang lebih terarah pada pemusatan perhatian seperti mengkonstruksi suatu benda tertentu. Siswa yang kurang mampu untuk mengekspresikan diri secara verbal dapat dibina untuk mengembangkan bakat kreatifnya melalui media misalnya menggambar.

Bermain merupakan hal yang paling disukai siswa. Bagi mereka, bermain adalah tugasnya. Melalui bermain, banyak yang dipelajari siswa. Mulai dari belajar bersosialisasi, menahan emosi, atau belajar hal lain, yang semuanya diperoleh secara integrasi. Ingatlah bahwa (1) Anak belajar melalui berbuat/learning by doing Dengan diberi kesempatan untuk selalu mencoba hal-hal baru, bereksplorasi, siswa akan banyak memperoleh pengalaman baru, dan inilah yang disebut proses belajar yang sebenarnya. Percobaan IPA, field trip , dramatic play , dan membuat bangunan dengan balok-balok, merupakan hal yang dapat membantu mereka dalam mengembangkan beberapa area perkembangannya. (2) Anak belajar melalui panca indera. Siswa belajar melalui penglihatan, rasa, penciuman, perabaan, dan pendengaran. Semua panca indera ini merupakan jalur penerimaan informasi ke otak. Semakin banyak panca indera dilibatkan, semakin banyak informasi yang diterima, dan disinilah proses belajar terjadi. (3) Anak belajar melalui bahasa. Siswa perlu diberi kesempatan untuk mengemukakan perasaan, pengalaman yang diperoleh, atau pikirannya. Guru dapat memicu perkembangan bahasa anak dengan memperlihatkan beraneka ragam tulisan di kelas. Misalnya, tulisan untuk setiap benda-benda yang ada, dan tanya jawab tentang apa saja. Dengan melakukan ini semua, siswa dapat mengembangkan kosa kata dan kemampuan berbahasa secara tidak langsung. (4)Anak belajar dengan bergerak.Usia siswa merupakan usia yang memiliki keterbatasan dalam berkonsentrasi. Semakin lama anak duduk dan diam, semakin bosan dan tidak tertarik terhadap apa yang sedang dipelajari. Siswa perlu dimotivasi dengan menggerakkan seluruh bagian tubuh, seperti tangan, kaki, badan, dan kepala.

Namun guru juga selayaknya membimbing anak dalam mengekspresikan imajinasi serta fantasinya ke dalam bentuk gambaran yang konkret dan tidak membiarkan siswa berfantasi tanpa arah yang jelas karena dapat mengakibatkan konfabulasi dalam proses berpikir anak.

Guru juga harus tahu bahwa kemampuan mengingat siswa adakalanya terbatas karena perhatian siswa yang kurang terhadap hal-hal tertentu. Kondisi seperti ini dapat diperbaiki dengan menggunakan pola asosiatif misalnya dengan menggunakan warna-warna tertentu pada hal-hal tertentu sehingga siswa dapat dengan mudah mengingat hal tersebut jika ia mengenal warnanya. Bentuk-bentuk tertentu dari yang mulai sederhana sampai yang lebih kompleks juga dapat diberikan pada anak untuk mengingat hal-hal tertentu. Misalnya mengingat bentuk huruf R dengan menyertai gambar Rumah.

Banyak guru yang menggunakan permainan dalam pembelajaran sering terjebak hanya bermain semata. Ingat, bermain tidak sekadar bermain-main. Bermain tidak sekadar untuk memproduksi tawa dan tidak hanya senang-senang. Lebih jauh dari itu, bermain memberikan kesempatan pada siswa untuk mengembangkan kemampuan emosional, fisik, sosial dan nalar mereka. Melalui proses pembelajaran di kelas dengan permainan, seorang siswa belajar meningkatkan toleransi mereka terhadap kondisi yang secara potensial dapat menimbulkan frustrasi. Sebaliknya, kegagalan membuat rangkaian sejumlah obyek atau mengkonstruksi suatu bentuk tertentu dapat menyebabkan siswa mengalamai frustrasi.

Janganlah siswa dibiarkan bermain sendiri tanpa pendamping karena bisa jadi permainan itu tidak mengarah pada tujuan pembelajaran yang diharapkan. Guru perlu mendampingi dan memfasilitasi permainan pembelajaran. Dengan mendampingi siswa pada saat bermain, guru dapat melatih siswa untuk belajar bersabar, mengendalikan diri, dan tidak cepat putus asa dalam mengkonstruksi sesuatu. Bimbingan yang baik bagi siswa mengarahkan siswa untuk dapat mengendalikan dirinya kelak di kemudian hari.

Lalu, apa sih fungsi bermain bagi siswa? Fungsi bermain bagi siswa adalah inti dari belajar. Melalui bermain siswa mengembangkan dan berlatih keterampilan, belajar memahami bagaimana kerja segala hal yang ada di dunia ini, membanguan pemahaman dan pengetahuan. Dengan bermain, anak berinteraksi sesuai caranya sendiri seperti penjelajahan, melakukan pilihan dan berbuat salah, mengalami sebab akibat dan have fun.

Berikut ini beberapa fungsi permainan pembelajaran bagi siswa.
Secara fisik, permainan dalam pembelajaran memberikan peluang bagi siswa untuk mengembangkan kemampuan motoriknya. Permaian seperti dalam olahraga mengembangkan kelenturan, kekuatan serta ketahanan otot pada anak. Permaian dengan kata-kata (mengucapkan kata-kata) merupakan suatu kegiatan melatih otot organ bicara sehingga kelak pengucapan kata-kata menjadi lebih baik.

Secara sosial, siswa juga belajar berinteraksi dengan sesamanya, berlatih untuk saling berbagi dengan orang lain, menignkatkan tolerasi sosial, dan belajar berperan aktif untuk memberikan kontribusi sosial bagi kelompoknya. Di samping itu, dalam bermain anak juga belajar menjalankan perannya, baik yang berkaitan dengan jender (jenis kelamin) maupun yang berkaitan dengan peran dalam kelompok bermainnya.

Melalui bermain, anak juga berkesempatan untuk mengembangkan kemampuan nalarnya, karena melalui permainan serta alat-alat permainan anak-anak belajar mengerti dan memahami suatu gejala tertentu. Kegiatan ini sendiri merupakan suatu proses dinamis di mana seorang anak memperoleh informasi dan pengetahuan yang kelak dijadikan landasar dasar pengetahuannya dalam proses belajar berikutnya di kemudian hari.

Guru juga turut serta dalam permainan yang dijalankan siswa. Dengan begitu, siswa akan merasakan kesetaraan sehingga inti pelajaran dapat diserap siswa dengan baik pula. Caranya, guru perlu Bertindak spontan. Ikuti yang dimainkan siswanya. Nikmati permainannya. Biarkan mereka memimpin. Bantu bila mereka memerlukan. Tantang bila mereka sudah siap.

Bagi guru, bermain mungkin tidak terlihat seperti belajar. Bermain balok terlihat seperti hanya menyusun dan menghancurkannya kembali. Bermain air hanya membuat berantakan, menuang air dan menumpahkannya kembali. Main cilukba sangat membosankan untuk orang dewasa. Tapi bagi siswa, bermain balok adalah latihan motorik halus. Mereka melatih jari-jari mereka untuk memegang balok tersebut, mengangkatnya dan membuatnya seimbang berdiri di atas balok yang lain. Hal ini merupakan hal yang tidak mudah bagi siswa.

Menurut Piaget, anak memiliki empat tahap dalam bermain, yaitu sensorimotor (muncul sebelum perkembangan bahasa dimulai), praoperasional (sebelum usia 2-7 tahun), operasi konkret (usia antara 7-12 tahun), operasi formal (terjadi pada usia di atas 12 tahun). Selanjutnya dalam perkembangan anak mulai dari usia paling muda, mereka memulai bermain dengan sebelas cara.
1. Sensorimotor:
bermain dengan penginderaan dan anggota badan.
2. Bermain fungsional:
bermain dengan menggunakan anggota tubuhnya.
3. Bermain pengamatan:
anak tidak bermain ia hanya mengamati. Dengan melihat anak lain bermain, ia sudah puas.
4. Bermain pasif,
mereka melakukan kegiatan tanpa gerakan aktif. Contohnya menonton acara TV, mendengarkan musik dan sebagainya.
5. Bermain aktif:
anak bermain dengan keaktifan anggota tubuhnya.
6. Bermain soliter:
bermain sendiri tanpa membutuhkan teman.
7. Bermain pararel:
bermain berdekatan dengan anak yang lain, namun tidak ada interaksi anatara keduanya (anak bermain berdampingan).
8. Bermain sosial:
bermain bersama teman dengan interaksi dan sosialisasi (anak bermain berhadapan).
9. Bermain kooperatif:
Siswa berkelompok untuk bermain bersama teman dengan peran dan tugas masing-masing.
10. Bermain peran:
Untuk topik tertentu, siswa bermain dengan memerankan berbagai profesi, atau benda. Pada poin ini terjadi metakomunikasi, anak mampu berbicara melebihi kemampuannya dalam menggambarkan situasi yang sebenarnya.
11. Bermain simbolik:
SImbolkan berbagai topik agar siswa bermain dengan simbol berupa berbagai pesan.

Berikut ini berbagai permainan yang dapat meningkatkan kemampuan siswa memecahkan masalah:

Puzzle
Permainan puzzle merupakan permainan melalui potongan gambar, kata, situasi, dan warna yang membutuhkan cara memecahkan masalah secara coba-salah, merupakan salah satu permainan yang terbukti dapat membantu siswa meningkatkan kemampuan tersebut. Contoh puzzle peta, hewan, rumus, dan sebagainya.

Bermain peran
Bemain peran membantu meningkatkan kreativitas siswa dalam memecahkan masalah melalui berbagai cara yang bebas dilakukan dalam permainan tersebut. Contoh bermain peran tokoh proklamasi, peran siklus kehidupan, perangkat desa, dan seterusnya.

Balok atau lego
Tidak terlalu berbeda dengan puzzle , bermain balok atau lego meningkatkan kreativitas siswa untuk memecahkan masalah ketika ia berupaya membangun sesuatu menggunakan mainan tersebut.

Games
Berbagai games seperti bermain kartu, gambar, benda alam, dan domino atau monopoli merupakan permainan yang mengajarkan siswa strategi memecahkan masalah ketika bermain untuk memenangkan permainan. Tentu saja siswa perlu waktu menguasai permainan jenis ini sebelum ia benar-benar mahir berstrategi.

Siswa dikatakan bermain jika memenuhi kriteria self chosen dan self directed. Siswa yang kompeten dan berpengalaman dalam bermain akan menjadi pelajar yang kreatif, pede, dan memiliki motivasi diri. Yang utama, bermain adalah kerja bagi siswa. Itulah kunci yang harus dipegang guru.

Dengan bermain anak tidak hanya menyerap informasi tapi mereka juga bekerja dengan informasi tersebut, bagaimana aplikasinya dan terus melakukan percobaan berulang-ulang sampai informasi tersebut dimengerti anak.

Ketika bermain, fisik anak juga belajar memahami bagaimana kerja tubuhnya, memperkuat dan mengembangkan otot dan kordinasinya melalui gerak, melatih motorik halusnya (memungut benda-benda kecil, biji-bijian, potongan kertas kecil dan sebagainya). Begitu juga dengan motorik kasar dan keseimbangan, misalnya koprol, memanjat, berlari, jalan dan lain-lain.

Di dalam kegiatan bermain anak juga mengembangkan keterampilan emosinya, rasa
percaya diri pada orang lain, kemandirian dan keberanian untuk berinisiatif.

Bermain pura-pura menjadi orang lain, binatang, atau karakter orang lain merupakan tahapan yang sangat menonjol. Anak belajar melihat dari sisi orang lain (empati). Misalnya anak bermasalah ketika dibawa ke dokter, orangtua dapat bermain pura-pura untuk mengatasi rasa ketakutan anak.

Dalam bermain anak mendapatkan penemuan intelektual. Misal, anak bermain mengisi dan mengosongkan botol, anak belajar volume, dan lain-lain. Kelebihan lain yang didapat anak dalam bermain adalah berkembangnya multiple intelegen (kecerdasan jamak).

Berikut ini, beberapa hal yang perlu diketahui guru dalam aktivitas bermain agar siswa dapat bermain.
1. Siswa perlu ekstra energi. Anak yang sakit, kecil keinginannya untuk bermain.
2. Siswa harus mempunyai cukup waktu untuk bermain.
3. Untuk bermain, siswa perlu alat permainan yang sesuai dengan umur dan taraf perkembangannya.
4. Perlu ruangan untuk bermain, tidak usah terlalu lebar dan tak perlu ruangan khusus. Siswa dapat bermain di ruang kelas, halaman, bahkan di ruang sempit pun.
5. Perlu pengetahuan cara bermain. Siswa belajar bermain melalui mencoba-coba sendiri, meniru teman-temannya atau diberi tahu caranya oleh orang lain. Cara yang terakhir adalah yang terbaik, karena siswa tidak terbatas pengetahuannya dalam menggunakan alat permainannya dan siswa akan mendapat keuntungan lain lebih banyak.
6. Perlu teman bermain. Anak Jika siswa bermain sendiri, ia akan kehilangan kesempatan belajar dari teman-temannya. Sebaliknya, kalau terlalu banyak bermain dengan yang lain, hal itu dapat mengakibatkan siswa tidak mempunyai kesempatan yang cukup untuk menghibur diri sendiri dan menemukan kebutuhannya sendiri.

Dari uraian di atas dapat diambil kesimpulan, bermain adalah sarana melatih
keterampilan yang dibutuhkan siswa untuk menjadi individual yang kompeten. Bermain adalah pengalaman multidimensi yang melibatkan semua indera dan menggugah kecerdasan jamak seseorang. Selain itu bermain memberikan situasi aman, bebas ancaman bagi siswa sehingga berani menjelajahi dan mulai memahami dunia secara mantap.

Dengan demikian, sudah menjadi keharusan dalam mengajar, permainan dijadikan media pembelajaran. Guru perlu memotivasi diri untuk semakin menyukai beragam permainan Bila kegiatan bermain dilakukan bersama gurunya, Bukankah perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi informasi, kini telah mengubah gaya hidup dan pola pikir siswa. Cara belajar siswa zaman sekarang pun lebih suka yang fun learning dan interaktif. Siswa selalu tertarik akan hal-hal baru, antusias untuk mencoba, dan mereka belajar sesuai dengan cara belajar mereka masing-masing. Begitu pula, guru juga harus mulai tertarik dengan permainan.

Rabu, 21 Mei 2008

Guru, Beragumentasilah Tanpa Emosi

Saat ini, banyak guru meledak-ledak emosinya setelah berargumentasi dengan guru lain atau kepala sekolah berkaitan dengan perkembangan pembelajaran. Debat itu berakhir kemarahan dan tidak saling menyapa. Bahkan, banyak guru yang saling diam selamanya meskipun dalam satu kantor.
Mereka saling serang dengan kata-kata untuk mengajukan alasan atau argumen masing-masing, acapkali membuat emosi tidak terkendali, sehingga potensial terjadi konfrontasi. Ada guru yang bertahan dengan gaya lama dan cenderung negatif dengan guru yang ingin berubah.
Agar perdebatan tidak berkepanjangan, kuasai aturan dasar berargumentasi. Berpikirlah panjang dan terbuka. Ingat, dunia selalu berkembang. Begitu pula, pembelajaran juga berkembang. Kalau ada guru yang konservatif, statis, dan suka mencela, biarkan saja. Andai dapat diberikan argumentasi, berilah sepadan dengan pemikirannya. Berikut tips guru dalam berargumentasi.

KONDISI FIT
Jangan pernah mendiskusikan masalah penting ketika Anda lelah. Pasalnya, ketika lelah, Anda akan menanggapi sesuatu dengan sikap yang terdistorsi. Jika lawan bicara lelah, tundalah diskusi tersebut sampai kondisinya membaik.

MAKSIMALKAN TELINGA
Biasanya dua orang yang sedang berdebat akan berlomba berbicara. Hal tersebut hanya akan menguras energi. Dengarkan argumentasi lawan bicara sampai tuntas. Kadang-kadang, seseorang sulit memilih kata yang tepat untuk menyatakan pendapatnya. Dengarkan dengan sabar kalimat demi kalimat yang dilontaran lawan bicara. Jangan cepat mengambil kesimpulan sebelum kalimatnya selesai.

BAHASA SIMPATIK
Gunakan kalimat bernada simpatik untuk mendebat pendapatnya. Jangan mulai dengan kalimat, "Anda salah karena...", akan terdengar enak di telinganya jika Anda memulai dengan kalimat, "Saya memahami cara berpikir Anda, namun apakah tidak sebaiknya..."

PERHATIKAN INTONASI
Aturlah nada suara agar tetap terdengar lembut. Apabila lawan bicara mulai jengkel, usahakan tetap tenang. Apabila lawan bicara meninggikan nada suaranya, jangan terpancing dan tenggelam dalam emosi yang berlebihan. Tetaplah proaktif dan bicaralah dengan tenang. Ini akan membuat nada suara lawan bicara Anda ikut merendah.
Apabila lawan bicara tidak dapat berbicara secara rasional, katakan bahwa Anda akan mendiskusikannya di lain waktu, dalam suasana yang lebih kondusif.

MEMAAFKAN DAN MELUPAKAN
Ketika perbedaan pendapat muncul, hindari mengungkit-ungkit kesalahan dia di masa lalu. Yang Anda hadapi adalah persoalan hari ini, bukan persoalan kemarin. Jangan menjadi orang yang suka mengorek kesalahan di masa lalu, tapi fokuslah pada mengatasi masalah yang terjadi saat ini.

JANGAN MELIBATKAN PRIBADI
Pandanglah masalah secara obyektif dan jangan melibatkan pribadi. "Apa maksud Anda? Kata-kata Anda melukai prasaan saya!" Komentar-komentar ini sering terdengar dalam situasi diskusi yang memanas. Ingat, hanya karena seseorang tidak menyukai pendapat Anda, bukan berarti dia tidak menyukai Anda. Anda dan pendapat Anda adalah dua hal yang berbeda.

SERTAKAN BUKTI
Lengkapi argumentasi Anda dengan bukti atau data yang akurat. Berdebat tanpa bukti atau data yang kuat hanya akan mempermalukan diri sendiri. Siapkan amunisi berupa data penunjang yang mendukung argumentasi, sebelum masuk ke ruang diskusi.

TERIMA KEKALAHAN
Jangan bersikukuh pada pendapat sendiri. Pandanglah suatu peristiwa dari berbagai sisi. Anda mungkin menganggap pendapat Anda benar. Tapi cobalah membuka diri. Jangan eogis. Introspeksi diri, barangkali memang ada yang kurang dari data atau informasi Anda.

MINTA MAAF
Meski yakin bahwa Anda benar dan orang lain salah, tidak ada salahnya meminta maaf jika perkataan Anda menyinggung hatinya. Permintaan maaf Anda akan menurunkan ego orang itu dan membuatnya tahu bahwa ia sangat berarti bagi Anda. Mungkin Anda tidak sependapat dengannya, tapi paling tidak Anda menghargainya.

BERKEPALA DINGIN
Seburuk apa pun ucapan lawan bicara, tanggapi dengan kepala dingin. Kunci utama memenangkan argumentasi adalah tetap tenang walau lawan bicara menyerang habis-habisan. Pikirkan hal-hal yang baik ketika perdebatan sudah memuncak. Wajah Anda akan terlihat selalu tenang. Dan ini akan membuat lawan bicara kalah wibawa.

SPORTIF
Ketika dalam suatu rapat pendapat Anda dikalahkan oleh suara terbanyak, terimalah dengan lapang dada. Anda boleh menganggap pendapat Anda benar, tapi ketika rapat sudah memutuskan, Anda harus menerima dan menjalankannya dengan baik. Hindari membawa perdebatan di dalam rapat ke luar ruangan. (sumber diolah dari kompas.com/perempuan/karir, 19 Mei 2008)

Pendidikan yang Melindungi Siswa Sebagai Konsumen


Oleh Suyatno

Kalangan pendidikan, baik itu pengelola sekolah, kepala sekolah, guru, dan tenaga kependidikan lainnya, sangat dinanti-nantikan untuk segera paham UU nomor 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen. Sebagai lembaga pengelola jasa pendidikan, siswa merupakan konsumen yang perlu dilindungi sehingga terdapat kenyamanan dalam belajar.

Dalam Undang – undang perlindungan konsumen itu yang dimaksud dengan :
1. Perlindungan kmonsumen adalah segala upaya yang menjamin adanya kepastian hukum untuk memberikan perlindungan kepada konsumen.
2. Konsumen adalah setiap orang pemakai barang dan/atau jasa yang tersedia dalam masyarakat, baik bagi kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain, maupun makhluk hidup lain dan tidak untuk diperdagangkan.
3. Pelaku usaha adalah setiap orang perseorangan atau badan usaha , baik yang berbentuk badan hokum maupun bukan badan hokum yang didirikan dan berkedudukan atau melakukan kegiatan dalam wilayah hukum Negara Republik Indonesia, baik sendiri
maupun bersama – sama melalui perjanjian menyelenggarakan kegiatan usaha dalam berbagai bidang ekonomi.

Lembaga pendidikan yang ada sekarang di Indonesia ini, sebagian besar, memanfaatkan keberlangsungannya dengan berorientasi pada imbal jasa. Siswa atau mahasiswa membayar atas ilmu yang diterimanya. Siswa sebagai konsumen dan lembaga pendidikan sebagai pelaku usaha. Lihat saja, untuk menjadi mahasiswa kedokteran saja, mahasiswa harus memberikan uang sumbangan 100 juta bahkan ada yang lebih. Uang sebesar itu tentunya juga harus imbang terhadap jaminan mahasiswa untuk menjadi dokter yang brilian.

Pada Pasal 2, diisyaratkan bahwa peserta didik sebagai konsumen pendidikan dilindungi agar:
a. meningkatkan kesadaran, kemampuan dan kemandirian konsumen untuk melindungi diri;
b. mengangkat harkat dan martabat konsumen dengan cara menghindarkannya dari ekses negatif pemakaian barang dan/atau jasa;
c. meningkatkan pemberdayaan konsumen dalam memilih, menentukan, dan menuntut hak- haknya sebagai konsumen;
d. menciptakan sistem perlindungan konsumen yang mengandung unsur kepastian hukum dan keterbukaan informasi serta akses untuk mendapatkan informasi;
e. menumbuhkan kesadaran pelaku usaha mengenai pentingnya perlindungan konsumen sehingga tumbuh sikap yang jujur dan bertanggung jawab dalam berusaha;
f. meniingkatkan kualitas barang dan/atau jasa yang menjamin kelangsungan usaha produksi barang daan/atau jasa, kesehatan, kenyamanan, keamanan, dan keselamatan konsumen.

Sebagai konsumen, peserta didik mempunyai hak (Pasal 4 UUPK) sebagai berikut.
a. hak atas kenyamanan, keamanan, dan keselamatan dalam mengkonsumsi barang dan / atau jasa; b. hak untuk memilih barang dan/atau jasa serta mendapatkan barang dan/atau jasa tersebut sesuai dengan nilai tukar dan kondisi serta jaminan yang dijanjikan; c. hak atas informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai kondisi dan jaminan barang dan/atau jasa; d. hak untuk didengar pendapat dan keluhannya atas barang dan/atau jasa yang digunakan; e. hak untuk mendapatkan advokasi, perlindungan, dan upaya penyelesaian sengketa perlindungan konsumen secara patut; f. hak untuk mendapat pembinaan dan pendidikan konsumen; g. hak untuk diperlakukan atau dilayani secara benar dan jujur serta tidak diskriminatif; h. hak untuk mendapatkan kompensasi, ganti rugi dan/atau penggantian, apabila barang dan/atau jasa yang diterima tidak sesuai dengan perjanjian atau tidak sebagaimana mestinya; i. hak-hak yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan lainnya.

Lembaga pendidikan hendaklah memperhatikan hak peserta didik sebagai konsumen di atas sehingga terjadi keberlangsungan pendidikan yang baik. Segala informasi yang dikeluarkan untuk menarik minat peserta didik haruslah dikemas dengan jujur, benar, dan akurat. Bukan malah sebaliknya, banyak sekolah atau perguruan tinggi yang menyebarkan brosur penuh dengan kebohongan dan kepalsuan. Lembaga pendidikan yang seperti itu tentunya akan di kenai UUPK ini.

Selain hak di atas, peserta didik sebagai konsumen mempunyai kewajiban sebagai berikut (Pasal 5). a. membaca atau mengikuti petunjuk informasi dan prosedur pemakaian atau pemanfaatan barang dan/atau jasa, demi keamanan dan keselamatan; b. beritikat baik dalam melakukan transaksi pembelian barang dan/atau jasa; c. membayar sesuai dengan nilai tukar yang disepakati; d. mengikurti upaya penyelesaian hukum sengketa perlindungan konsumen secara patut.

Sedangkan hak lembaga pendidikan sebagai pelaku usaha pendidikan sebagai berikut (pasal 6). a. hak untuk menerima pembayaran yang sesuai dengan kesepakatan mengenai kondisi dan nilai tukar barang dan/atau jasa yang diperdagangkan; b. hak untuk mendapat perlindungan hukum dari tindakan konsumen yang beritikad tidak baik; c. hak untuk melakukan pembelaan diri sepatutnya di dalam penyelesaian hukum sengketa konsumen; d. hak untuk rehabilitasi nama baik apabila terbukti secara hukum bahwa kerugian konsumen tidak diakibatkan oleh barang dan/atau jas yang diperdagangkan; e. hak-hak yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan lainnya.

Kemudian dalam pasal 7, lembaga pendidikan sebagai pelaku usaha mempunyai kewajiban
a. beritikad baik dalam melakukan kegiatan usahanya; b. memberikan informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai kondisi dan jaminan barang dan/atau jasa serta memberikan penjelasan penggunaan, perbaikan dan pemeliharaan; c. memperlakukan atau melayani konsumen secara benar dan jujur serta tidak diskriminatif; d. menjamin mutu barang dan/atau jasa yang diproduksi dan/atau diperdagangkan berdasarkan ketentuan standar mutu barang dan/atau jasa yang berlaku; e. memberi kesempatan kepada konsumen untuk menguji, dan/atau mencoba barang dan/atau jasa tertentu serta memberi jaminan dan/atau garansi atas barang yang dibuat dan/atau yang diperdagangkan; f. memberi komppensasi, ganti rugi dan/atau penggantian atas kerugian akibat pengguunaan, pemakaian dan pemanfaatan barang dan/atau jasa yang diperdagangkan; g. memberi konpensasi, ganti rugi dan/atau penggantian apabila barang dan/atau jasa yang diterima atau dimanfaatkan tidak sesuai dengan perjanjian.

Pembelajaran di kelas pun hendaknya terjadi proses pembelajaran yang memberikan kenyamanan belajar siswa/mahasiswa. Bila tidak, guru sebagai bagian pelaku usaha pendidikan akan dikenai pasal 7 ayat c, yakni memperlakukan atau melayani konsumen secara benar dan jujur serta tidak diskriminatif. Jadi, pembelajaran di kelas haruslah berjalan dengan menyenagkan, merata, dan berlangsung sesuai dengan hak siswa/mahasiswa sebagai pengguna jasa.

Dalam menjalankan usaha pendidikan, pelaku usaha pendidikan dilarang (pasal 8) untuk
(1). Pelaku usaha dilarang memproduksi dan/atau memperdagangkan barang dan/atau jasa yang :
a. tidak memenuhi atau tidak sesuai dengan standar yang dipersyaratkan dan ketentuan peraturan perundang-undangan;
b. tidak sesuai dengan berat bersih, isi bersih atau netto , dan jumlah dalam hitungan sebagaimana yang dinyatakan dalam label atau etiket barang tersebut;
c. tidak sesuai dengan ukuran, takaran, timbangan dan jumlah dalam hitungan menurut ukuran yang sebenarnya;
d. tidak sesuai dengan kondisi, jaminan, keistimewaan atau kemanjuran sebagaimana dinyatakan dalam label , etiket atau keterangan barang dan/atau jasa tersebut;
e. tidak sesuai dengan mutu, tingkatan, komposisi, proses pengolahan, gaya, mode,atau penggunaan tertentu sebagaimana dinyatakan dalam label atau keterangan barang dan/atau jasa tersebut;
f. tidak sesuai dengan janji yang dinyatakan dalam label, etiket, keterangan, iklan atau promosi penjualan barang danm/atau jasa tersebut;
g. tidak mencvantumkan tanggal kadaluawarsa atau jangka waktu penggunaan/-pemanfaatan yang paling baik atas barang tertentu;
h. tidak mengikuti ketentuan berproduksi secara halal sebagaimana pernyataan ”halal” yang dicantumkandalam label;
i. tidak memasang label atau membuat penjelsan barang yang memuat nama barang,ukuran, berat/isi bersih atau netto, komposisi, atauran pakai, tanggal pembuatan,akibat sampingan, nama dan alamat pelaku usaha serta keterangan lain untuk
penggunaan yang menurut ketenttuan harus di pasang/dibuat;
j. tidak mencantumkan infdormasi dan/atau petunjuk penggunaan barang dalam bahasa Indonesia sesuai dengan ketentguan perundang-undangan yang berlaku.

(2). Pelaku usaha dilarang memperdagangkan barang yang rusak, cacat atau bekas, dan tercemar tanpa memberikan informasi secara lengkap dan benar atas barang dimaksud.

(3). Pelaku usaha dilarang memperdagangkan sediaan farmasi dan pangan yang rusak, cacat atau bekas dan terrcemar, dengan atau tanpa memberikan informasi secara lengkap dan benar.

(4). Pelaku usaha yang melakukan pelanggaran pada ayat (1) dan ayat (2) dilarang memperdagangkan barang dan/atau jasa tersebut serta wajib menariknya dari peredaran.

Kemudian, Pasal 9 menyatakan sebagai berikut.
(1). Pelaku usaha dilarang menawarkan, mempromosikan, mengiklankan suatu barang dan/atau jasa secara tidak benar, dan/atau seolah-olah :
a. barang tersebut telah memenuhi dan/atau memiliki potongan harga, harga khusus,standar mutu tertentu, gaya atau mode tertentu, karakteristik tertentu, sejarah atau guna tertentu;
b. barang tersebut vdalam keadaan baik dan/atau baru;
c. barang dan/atau jasa tersebut telah mendapatkan dan/atau memiliki sponsor, persetujuan, perlengkapan tertentu, keuntungan tertentu,` ciri-ciri kerja atau aksesories tertentu;
d. barang dan/atau jasa tersebut dibuat oleh perusahaan yang mempunyai sponsor, persetujuan atau afiliasi;
e. barang dann/atau jasa tersebut tersedia;
f. barang tersebut tidak mengandung cacat tersembunyyi;
g. barang tersebut merupakan kelengkapan dari barang tertentu;
h. barangtersebut berasal dari daerah tertentu;
i. secara langsuung atau tidak langsuung merendahkan barang dan/atau jasa lain;
j. mengguunakan kata-kata yang berlebihan, seperti aman, tidak berbahaya,tidak menganduung risiko atau efek samping tanpa keterangan yang lengkap;
k. menawarkan sesuatu yang mengandung janji yang belum pasti.
(2) Barang dan/atau jasa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilarang untuk diperdagangkan.
(3). Pelaku usaha yang melakukan pelanggaran terhadap ayat (1) dilarang melanjutkan penawaran, ppromosi, dan pengiklanan barang dan/atau jasa tersebut.

Pasal 10 menyebutkan bahwa pelaku usaha dalam menawarkan barang dan/atau jasa yang ditujukan untuk diperdagangkan dilarang menawarkan, mempromosikan, mengiklankan atau membuat pernyataan yang tidak benar atau menyesatkan mengenai :
a. harga atau tarif suatu barang dan/atau jasa;
b. kegunaan suatu barang dan/atau jasa ;
c. kondisi, tanggungan, jamiinan, hak atau ganti rugi atas suatu barang da/atau jasa;
d. tawaran potongan harga atau hadiah menarik yang ditawarkan;
e. bahaya penggunaan barang dan/atau jasa.

Berkaitan dengan obral dan lelang, Pasal 11 menyatakan bahwa pelaku usaha dalam hal penjualan yang dilakukan melalui cara obral atau lelang, dilarang mengelabui/menyesatkan kosumen dengan :
a. menyatakan barang dan/atau jasa tersebut seolah-olah telah memenuhi standar mutu tertentu;
b. menyatakan barang dan/atau jasa tersebut seolah-olah tidak mengandung cacat tersembunyi;
c. tidak berniat untuk menjual barang yang ditawarkan melainkan dengan maksud untuk
menjual barang lain;
d. tidak menyediakan barang dalam jumlah tertentu dan/atau jumlah yang cukup dengan maksud menjual barang yang lain;
e. tidak menyediakan jasa dalam kapasitas tertentu atau dalam jumlah cukup dengan maksud menjual jasa yangg lain;
f. menaikkan harga atau barang dan/atau jasa sebelum melakujkan obral.

Banyak lembaga pendidikan yang mengiklankan lembaganya dalam rangka menjaring siswa dan mahasiswa tidak sesuai dengan aslinya. Hal demikian itu akan dikenai pasal 12, yakni pelaku usaha dilarang menawarkan, mempromosiikan atau mengiklankan suatu barang dan/atau jasa dengan hharga tarif khusus dalam waktu dan jumlah tertentu, jika pelaku usaha tersebut tidak bermaksud untuk melaksanakannya sesuai dengan waktu dan jumlah yang ditawarkan, dipromosikan, atau diiklankan. Pasal 13 menyatakan bahwa
(1). Pelaku usaha dilarang menawarkan, mempromosikan, atau mengiklankan suatu barang dan/atau jasa dengan cara menjanjikan pemberian hadiah berupa barang dan / atau jasa lain secara Cuma-Cuma dengan maksud tidak memberikannya atau memberikan tidak
sebagaimana yang dijanjikan.(2). Pelakun usaha dilarang menawarkan, mempromosikan atau mengiklankan obat, obat tradisional, suplemen makanan, alat kesehatan, dan jasa pelayanan kesehatan dengan cara menjanjikan pemberian hadiah berupa barang dan/atau jasa lain.

Lembaga pendidikan tidak dapat memaksa seseorang untuk sekolah atau berkuliah di lembaga itu. Jika memaksa, lembaga pendidikan itu akan dikenai pasal 15, yakni pelaku usaha dalam menawarkan barang dan/atau jasa dilarang melakukan dengan cara pemaksaan atau cara lain yang dapat menimbulkan gangguan baik fisik maupun psikis terhadap konsumen.

Pasal 16 menyatakan bahwa pelaku usaha dalam menawarkan barang dan/atau jasa melalui pesanan dilarang untuk:
a. tidak menempati pesanan dan/untuk kesempatan waktu penyelesaian sesuai dengan yang dijanjikan;
b. tidak menempati janji atas suatu pelayanan dan/atau prestasi.

Peserta didik sampai saat ini belum dilindungi dalam rangka menerika jasa pendidikan dari lembaga pendidikan. Menurut Seto, kebijakan pendidikan yang ada sekarang ini belum mampu menciptakan suasana belajar di sekolah yang menyenangkan untuk anak-anak. Para guru masih mendidik anak-anak secara kaku untuk menjadi penurut dengan mengekang kebebasan dan kreativitas anak.

Seto mengatakan pendidikan memang harus mampu mengantarkan anak-anak untuk mencapai kompetensi yang sudah ditetapkan. Tetapi yang tidak boleh dilupakan adalah pengembangan diri anak untuk menjadi manusia yang utuh yang tidak semata-mata dinilai dari pencapaian angka-angka secara absolut.

Untuk mengubah suasana belajar di sekolah yang masih belum memenuhi harapan anak dan orang tua, kata Seto, para guru harus dibekali dengan keterampilan belajar. Pembekalan ini dibutuhkan agar guru bisa menemukan proses belajar-mengajar dengan mengutamakan kepentingan terbaik bagi anak.

Tampaknya ada tanda-tanda sebuah lembaga pendidikan akan terjerat hukum akibat menyimpang dari UUPK ini. Banyak lembaga pendidikan yang melakukan aksi bullying yang nayata-nyata melanggar hak peserta didik sebagai konsumen.

Maraknya aksi bullying atau tindakan yg membuat seseorang merasa teraniaya di sekolah baik yang dilakukan sesama siswa, alumni atau bahkan guru merupakan lagu lama. Masalahnya, kasus-kasus ini jarang menguak ke permukaan karena guru, orang tua bahkan siswa belum memiliki kesadaran kapan terjadinya bullying dan kalaupun disadari, jarang yang mau membicarakannya.

Berikut ini adalah contoh tindakan yang termasuk kategory bullying; pelaku baik individual maupun group secara sengaja menyakiti atau mengancam korban dengan cara:
- menyisihkan seseorang dari pergaulan,
- menyebarkan gosip, mebuat julukan yang bersifat ejekan,
- mengerjai seseorang untuk mempermalukannya
- mengintimidasi atau mengancam korban
- melukai secara fisik
- melakukan pemalakan/pengompasan

Bullying merupakan istilah yang memang belum cukup dikenal oleh masyarakat luas di Indonesia meski perilakunya eksis di dalam kehidupan bermasyarakat, bahkan di dalam institusi pendidikan. Menurut Andrew Mellor dari Antibullying Network University of Edinburgh, bullying terjadi ketika seseorang merasa teraniaya oleh tindakan orang lain baik yang berupa verbal, fisik maupun mental dan orang tersebut takut bila perilaku tersebut akan terjadi lagi.

Tingkat keamanan sekolah dari bullying atau tindakan yang membuat seseorang merasa teraniaya yang dapat dilakukan guru, sesama siswa, senior atau alumni bisa bergantung pada bagaimana interaksi guru dan murid di suatu sekolah dan aura lingkungan sekolah tersebut. Dari penelitian yang dilakukan di SD, SMP dan SMA di tiga kota besar di Indonesia, sekolah dengan tingkat bullying yang terendah menunjukkan ada kaitan erat antara guru dengan siswanya serta kondisi lingkungan sekolahnya. "Yang rendah ini, di sekolahnya terdapat hubungan antara guru dan siswa yang sangat baik. Sekolahnya kecil dan nyaman, dalam arti hijau, anak-anak bebas main-main. Sekolah yg sangat biasa," ujar peneliti, Ratna, dari Universitas Indonesia. Menurut Ratna, lingkungan fisik sekolah berpengaruh besar terhadap perilaku orang-orang yang ada di sekolah.

Untuk itu, sudah waktunya lembaga pendidikan melayani dengan sepenuh hati. Peserta didik dapat menikmati pendidikan dengan sepenuh hati juga. Dengan demikian prestasi belajarnya dapat menguntungkan bagi kehidupannya kelak.

Selasa, 20 Mei 2008

Semua Anak Berhak Mendapatkan Layanan Belajar Menyenangkan

Hanya guru yang diskriminatif sajalah yang memotong hak anak untuk belajar secara menyenangkan. Guiru seperti itu biasanya ditandai oleh pilih kasih, punya anak emas, tidak tahu semua siswa, dan alakadarnya. Padahal, semua anak berhak mendapatkan proses belajar-mengajar di sekolah yang menyenangkan yang sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan masing-masing.

Karena itu, kebijakan pendidikan yang berdampak pada anak-anak ini jangan dipenuhi dengan kepentingan politik penguasa, namun benar-benar berpusat pada kepentingan anak sebagai generasi masa depang bangsa. Nah berikut ini pendapat Seto (kompas.com, 18 Januari 2008) ”Belajar itu hak. Istilah wajib belajar itu datangnya dari pemerintah. Jadi, anak-anak jangan diajak ke sekolah hanya untuk mengejar pencapaian statistik wajib belajar. Tetapi ajakan belajar itu memang benar-benar untuk membuat anak memiliki pengetahuan dan mendorong potensi diri setiap anak berkembang secara bebas,” kata Seto Mulyadi, Ketua Komisi Nasional Perlindungan Anak di Jakarta, Jumat (18/1).

Menurut Seto, kebijakan pendidikan yang ada sekarang ini belum mampu menciptakan suasana belajar di sekolah yang menyenangkan untuk anak-anak. Para guru masih mendidik anak-anak secara kaku untuk menjadi penurut dengan mengekang kebebasan dan kreativitas anak.

Seto mengatakan pendidikan memang harus mampu mengantarakan anak-anak untuk mencapai kompetensi yang sudah ditetapkan. Tetapi yang tidak boleh dilupakan adalah pengembangan diri anak untuk menjadi manusia yang utuh yang tidak semata-mata dinilai dari pencapaian angka-angka secara absolut.

Untuk mengubah suasana belajar di sekolah yang masih belum memenuhi harapan anak dan orang tua, kata Seto, para guru harus dibekali dengan keterampilan belajar. Pembekalan ini dibutuhkan agar guru bisa menemukan proses belajar-mengajar dengan mengutamakan kepentingan terbaik bagi anak.

Sulistiyo, Ketua Umum Asosiasi Lembaga Pendidikan dan Tenaga Kependidikan (LPTK) Swasta Seluruh Indonesia, mengakui jika guru Indonesia umumnya belum mampu memenuhi harapan masyarakat dalam menciptakan suasana belajar yang menyenangkan sehingga belajar di sekolah menjadi pengalaman terbaik dalam perjalanan hidup seorang anak.

”Menjadi guru kebanyakan pilihan terakhir atau terpaksa. Tidak heran jika kualitas guru terus digugat. Karena itu, pemerintah harus benar-benar mendukung peningkatan kualitas guru. Lembaga pendidikan guru juga harus bertanggung jawab untuk menghasilkan guru yang sesuai dengan harapan masyarakat,” kata Sulistiyo. (ELN/garduguru)

Minggu, 18 Mei 2008

Guru Perlu Tahu Bullying (Tindak Kekerasan) di Sekolah


Oleh Suyatno

Pernakah mendengar siswa berkelahi? Guru menempeleng siswa? Saat guru berada di tengah siswa, keadaan kelas atau di luar kelas tampak normal dan biasa-biasa saja. Dapat dipastikan, tidak ada satu siswa pun yang menekan siswa lain dengan cara memukul, mengejek, dan bahkan melukai. Namun, lihatlah saat guru tidak berada di tengah-tengah siswa, akan terjadi ragam tekanan siswa satu dengan yang lainnya, penganiayaan, perdebatan, dan perkelahian. Itu masih tekanan dari sesama siswa. Belum lagi tekanan yang berasal dari guru yang arogan, sok berkuasa, dan otoriter sekali. Guru yang semacam itu selalu menggunakan tindakan kekerasan untuk menutupi ketidakmampuan dan ingin dipuja dan dipuji semata. Jadi dapat dikatakan bahwa Tindakan menyimpang tersebut bisa jadi dipicu oleh guru, setting kelas, norma sekolah, dan lingkungan sekolah.

Maraknya aksi bullying atau tindakan yg membuat seseorang merasa teraniaya di sekolah baik yang dilakukan sesama siswa, alumni atau bahkan guru merupakan lagu lama. Masalahnya, kasus-kasus ini jarang menguak ke permukaan karena guru, orang tua bahkan siswa belum memiliki kesadaran kapan terjadinya bullying dan kalaupun disadari, jarang yang mau membicarakannya.

Berikut ini adalah contoh tindakan yang termasuk kategory bullying; pelaku baik individual maupun group secara sengaja menyakiti atau mengancam korban dengan cara:
- menyisihkan seseorang dari pergaulan,
- menyebarkan gosip, mebuat julukan yang bersifat ejekan,
- mengerjai seseorang untuk mempermalukannya
- mengintimidasi atau mengancam korban
- melukai secara fisik
- melakukan pemalakan/pengompasan

Bullying merupakan istilah yang memang belum cukup dikenal oleh masyarakat luas di Indonesia meski perilakunya eksis di dalam kehidupan bermasyarakat, bahkan di dalam institusi pendidikan. Menurut Andrew Mellor dari Antibullying Network University of Edinburgh, bullying terjadi ketika seseorang merasa teraniaya oleh tindakan orang lain baik yang berupa verbal, fisik maupun mental dan orang tersebut takut bila perilaku tersebut akan terjadi lagi.

Tingkat keamanan sekolah dari bullying atau tindakan yang membuat seseorang merasa teraniaya yang dapat dilakukan guru, sesama siswa, senior atau alumni bisa bergantung pada bagaimana interaksi guru dan murid di suatu sekolah dan aura lingkungan sekolah tersebut. Dari penelitian yang dilakukan di SD, SMP dan SMA di tiga kota besar di Indonesia, sekolah dengan tingkat bullying yang terendah menunjukkan ada kaitan erat antara guru dengan siswanya serta kondisi lingkungan sekolahnya. "Yang rendah ini, di sekolahnya terdapat hubungan antara guru dan siswa yang sangat baik. Sekolahnya kecil dan nyaman, dalam arti hijau, anak-anak bebas main-main. Sekolah yg sangat biasa," ujar peneliti, Ratna, dari Universitas Indonesia. Menurut Ratna, lingkungan fisik sekolah berpengaruh besar terhadap perilaku orang-orang yang ada di sekolah.

Salah satu upaya yang dilakukan oleh pihak sekolah dalam mencegah dan mengatasi bullying adalah dengan menata ruang sekolah dengan nyaman dan kreatif.
Penataan ruang di sekolah sangat penting untuk menciptakan atmosfir untuk memunculkan kreativitas anak-anak dan menciptakan rasa nyaman sehingga anak-anak merasa seperti di rumahnya sendiri. Upaya pencegahan bullying memang harus menjadi perhatian semua pihak baik siswa, para alumni, guru, orang tua, bahkan masyarakat di sekitar sekolah.

Bullying menjadi momok menyeramkan karena dampaknya bukan hanya dapat dirasakan sekarang juga namun bisa muncul beberapa tahun kemudian. Contohnya, dari salah satu anak SMA, dia ketika dibentak gurunya langsung pingsan dan meracau tidak jelas. Selidik punya selidik, dia ternyata pernah dibully dengan sangat keras oleh gurunya waktu SD. Sampai sekarang, dia masih perlu pendampingan.

Sosok bullying sendiri juga makin marak didengar akhir-akhir ini ketika guru-guru salah satu SMA bergengsi di Jakarta justru yang melakukan bullying. Bentuk bullying yang terjadi di setiap tingkatan umur berbeda. Makin muda umur anak, biasanya bullying lebih ke arah fisik "Makin bertambah usia, makin ke verbal dan psikologis. Contohnya, kalau ada murid yang vokal bertanya, gurunya bilang 'alah kamu belum bayar uang sekolah aja, pake tanya-tanya'.

Menurut kelompok Peduli Karakter ANAK (PeKA)indikasi anak menjadi korban bullying :
- Tidak mau pergi ke sekolah, Takut pada saat pergi maupun pulang sekolah, Menjadi nervous ataupun kurang percaya diri, Menangis sendiri tanpa sebab ataupun pada saat tidur.
- Prestasi akademik semakin menurun, Kehilangan keceriaan pada waktu pagi hari sebelum ke sekolah, Pulang sekolah dengan tas maupun buku yg robek/rusak, Barang kepunyaan/uang sering dilaporkan hilang, Meminta uang atau bahkan mencuri uang (utk diserahkan kepada si Pelaku),
- Bersikap agresif pada adik atau saudaranya, Mogok makan, Pulang dengan luka-luka tanpa penjelasan yang memadai.

Dari tiga kota pelaksanaan survei mengenai gambaran bullying di sekolah, Yogyakarta mencatat angka tertinggi dibanding Jakarta dan Surabaya. Ditemukan kasus bullying di 70,65 persen SMP dan SMU di Yogyakarta. Psikolog Universitas Indonesia (UI) Ratna Juwita, yang melakukan penelitian ini, mengatakan, tingginya kasus bullying di Yogyakarta belum diketahui sebabnya. Kasus-kasus itu jarang menguak ke permukaan karena guru, orangtua, bahkan siswa belum memiliki kesadaran tentang bullying. Bullying merupakan istilah yang belum cukup dikenal masyarakat luas di Indonesia meski perilakunya eksis di dalam kehidupan bermasyarakat, bahkan di dalam institusi pendidikan.

Sekolah yang jarang terjadi tindak kekerasan biasanya terdapat hubungan antara guru dan siswa yang sangat baik. Sekolahnya nyaman, dalam arti hijau dan anak-anak bebas main-main. Guru-gurunya bernuansa guru sejati yang mampu menciptakan suasana cinta kepada anak-anak layaknya cinta guru kepada anak kandungnya.

Sabtu, 17 Mei 2008

Mengajar dengan Cara Cuci Pakaian

Oleh Suyatno

Bila seorang ibu mencuci pakaian, marilah diperhatikan dengan seksama. Ibu itu pasti akan melihat dahulu jenis kotoran yang melekat di pakaian. Ilmu identifikasi jenis noda, jenis kain, dan ragam warna akan dilaksanakan dengan baik agar tidak terjadi kerusakan. Pakaian yang sangat kotor akan diperlakukan berbeda dengan pakaian yang tidak seberapa kotor. Pakaian kotor itu akan direndam agak lama, disikat berkali-kali, dan bahkan dikucek entah berapa kali. Sedangkan, pakaian yang hanya kotor sedikit cukup dikucek sebentar kemudian dibilas.

Mengajar dengan baik tentunya dapat melalui penggunaan ilmu mencuci pakaian. Siswa yang akan menempuh mata pelajaran kita, perlu didentifikasi dengan baik karakteristik kognisi, afektif, psikomotor, kecerdasan, dan empatinya. Siswa yang dianggap sangat terbelakang akan diperlakukan beda atau disentuh berbeda dengan siswa yang agak "kotor". Begitulah seterusnya.

Satu persatu siswa perlu dilihat dengan seksama seperti seorang ibu mencuci pakaian yang memperhatikan potong demi potong pakaian yang dicuci. Kemudian, tiap siswa dijaga perkembangan pribadinya dan diarahkan ke perubahan diri dengan rpinsip dari belum pandai menjadi pandai, dari konkret ke abstrak, dari sederhana ke kompleks, dari dekat ke yang jauh.

Seorang ibu yang mencuci tidak akan pernah cukup jika hanya sebatas disabun dan disikat. Ibu itu pasti akan membilas pertama dan kedua sehingga pakaian dipastikan jauh dari noda. Begitu pula, guru perlu melakukan pembilasan melalui proses yang berulang dengan harapan siswa dapat paham. Tujuan mencuci adalah bagaimana pakaian dapat dipakai kembali setelah disetrika. Orang yang memakai baju yang disetrikan akan tampak percaya diri.

Begitu pula, layanan siswa harus sampai pada tarap anak percaya diri. Guru tidak sekadar mencuci tetapi sampai pada pengeringan dan penghalusan melalui setrika. Maksudnya, tumbuhkan percaya diri siswa melalui kegiatan yang dilaksanakan baik di kelas maupun di luar kelas.

Ibu yang mencuci pakaian pastilah bekerja dengan total dari kucek sampai setrika dan dipakai kembali pakaian tersebut. Begitu pula, guru terhadap siswanya perlu bertindak total dari mengenali karakteristik siswa sampai pada perwujudan prestasi siswa melalui berbagai penyelenggaraan lomba prestasi siswa.

Jumat, 16 Mei 2008

Ujian Skripsi, Siapa Takut?


Oleh Suyatno

Saat ujian skirpsi berlangsung, Nitalia (sebut saja begitu; bukan nama sebenarnya-red.)tiba-tiba menangis dengan cucuran airmata sangat deras. Padahal, ujian baru saja berlangsung dan dosen penguji mempersilakan presentase. Belum berucap apa-apa, nitalia menunduk dan menangis tersedu. Terpaksa ujian ditunda sampai Nitalia siap. Ketika dinyatakan siap, Nitalia siap diuji. Lagi-lagi, tiada suara yang ada diam sejuta senyap. Ada apa? Ternyata, Nitalia tidak percaya diri, tidak siap, dan tidak yakin akan tulisannya. Padahal dosen pembimbingnya telah menyatakan lengkap skripsi yang ditulisnya.

Nah, agar tidak terjadi kasus Nitalia yang berikutnya, garduguru mencoba untuk memberikan tips agar ujian skripsi berjalan lancar. Berikut tips ujian skripsi yang dimaksud.

1. Percaya Diri
Kuatkan diri dengan kepercayaan bahwa dirinya mampu untuk mempresentasekan gagasan yang tergambar dari skripsi. Ingatlah SEMUA SARJANA PASTILAH MENGALAMI UJIAN SKRIPSI. Mereka lulus maka Anda pastilah juga dapat lulus.

2. Kuasai Isi Skripsi
Semua isi skripsi merupakan luncuran gagasanmu. Untuk itu, sudah menjadi kewajiban kalau isi skripsi juga harus dikuasai dari awal sampai akhir. Berpikirlah sistematis dari latar belakang, masalah, tujuan, sampai pada simpulan. Untuk menguasai isi banyak cara dilakukan, yakni membuat skema, peta pikiran, catatan ringkas, kata kunci, dan pohon konsep.

3. Istirahat yang Cukup
Saat sehari menjelang ujian, cobalah istirahat yang cukup, tidur lebih awal, makan yang bernutrisi, dan tenangkan pikiran agar saat ujian tidak terjadi gangguan. Gangguan yang biasanya muncul adalah lunglai, ngantuk, batuk, dan suara tidak keluar. Gangguan itu biasanya berasal dari kondisi tubuh yang tidak fit.

4. Buatlah Power Point Sederhana
Sebelum ujian, buatlah power point sederhana yang mudah dilihat, dipahami, dan diserap maknanya. Saat ini, ujian skripsi sudah banyak yang menggunakan power point, lalu, mengapa Anda tidak mencobanya? Jauh sebelumnya, buatlah power point dan jangan lupa konsultasikan ke dosen. Berlatihlah di rumah, kos, atau tempat lain tentang cara penggunaan power point Anda.

5. Presentase dengan Tenang
Biasanya, dosen mempersilakan Anda untuk berdoa dahulu lalu menjelaskan isi skripsi secara ringkas sebelum diadakan tanya jawab. Saat tahap menjelaskan, presentaselah dengan tenang, tahap demi tahap, dan sistematis. Keluarkan suara dengan pas. Jangan bertele-telee saat menjelaskan. Jelaskan latar belakangnya, masalah, tujuan, metode penelitian, analisis, dan simpulannya dengan selaras.

6. Jawablah dengan Tepat
Tiada ujian tanpa tanya jawab. jadi, hal yang biasa jika penguji bertanya kepada Anda tentang skripsi. Pertanyaan teknis biasanya berkisar pada ejaan, tatatulis, penomoran, kutipan, kecocokan dengan daftar pustaka. Kemudian, pertanyaan subtansi biasanya berkisar pada kaitan simpulan dengan pembahasan, masalah dengan simpulan, fenomena lain, cara menganalisis, dan cara menyimpulkan. Pertanyaan tambahan biasanya berkaitan dengan isu di seputar judul skripsi. Di samping pertanyaan, dosen penguji biasanya juga akan memberikan saran demi perbaikan. Jika memang saran, terima saja saran yang dimaksud asalkan tidak mengubah total skripsi Anda.

7. Jebakan Pertanyaan Layani saja
Kadang, untuk menukik pada persoalan dan untuk mengetahui kapasitas pembuat skripsi, dosen penguji menjebak dengan pertanyaan yang tidak terduga. Layani saja pertanyaan jebakan itu. Andai tidak mengerti, ya katakan tidak mengerti.

8. Hindari Ucapan Terbata-Bata
Banyak mahasiswa yang berhenti di tengah permainan. Maksudnya, di awal presentase sang mahasiswa lancar berbicara namun selang dua menit suara terbata-bata, gagap, dan berhenti lama. Hindari kejadian itu dengan cara berlatih sebelumnya, jangan terburu-buru, minumlah, tersenyumlah, dan berangkat dari aspek yang mudah diomongkan terlebih dahulu.

9. Jangan Menyimpang
Banyak mahasiswa yang tidak lulus karena presentasenya menyimpang. Isi skripsi justru tidak dijelaskan dan yang dijelaskan malah aspek di luar isi yang tidak berkait. Tetaplah berada pada fokus isi skripsi. Untuk itu, siapkan catatan ringkasnya di dekat Anda.

10. Terimalah Perbaikan dengan Senang Hati
Tidak ada ujian skripsi tanpa perbaikan meskipun itu kecil. Jadi, terimalah saran perbaikan dari dosen penguji dengan gembira. Perbaikan itu tentunya untuk meningkatkan mutu tulisan Anda. jangan marah. Malah, justru Anda berterima kasih kepada dosen penguji atas saran itu. Tnyakan dengan lengkap lingkup perbaikan sehingga akan memudahkan saat revisi nanti.

11. Cepatlah Direvisi
Setelah ujian selesai, cepatlah direvisi skripsi Anda mumpung masih ingat inti perbaikan. Biasanya, semakin lama waktu yang dibuang karena alasan istirahat sehabis ujian, justru semakin lupa akan tugas utama memperbaiki skripsi. Untuk itu, tanpa buang waktu, segeralah merevisi skripsi sesuai dengan yang disarankan dosen penguji saat ujian. Selamat ujian yaaaa.

Kamis, 15 Mei 2008

Beginilah Cara Kerja Guru dari Negara yang Pendidikannya Peringkat Satu Dunia



"Kalau saya gagal dalam mengajar seorang siswa", kata seorang guru, "maka itu berarti ada yang tidak beres dengan pengajaran saya!" Itulah ucapan guru negara Finlandia, yang menjadi peringkat satu dunia dalam masalah kualitas pendidikan. Benar-benar ucapan guru yang sangat bertanggungjawab.

Peringkat I dunia ini diperoleh Finlandia berdasarkan hasil survei internasional yang komprehensif pada tahun 2003 oleh Organization for Economic Cooperation and Development (OECD). Tes tersebut dikenal dengan nama PISA mengukur kemampuan siswa di bidang Sains, Membaca, dan juga Matematika. Hebatnya, Finlandia bukan hanya unggul secara akademis tapi juga menunjukkan unggul dalam pendidikan anak-anak lemah mental.

Ringkasnya, Finlandia berhasil membuat semua siswanya cerdas. Lantas apa kuncinya sehingga Finlandia menjadi Top No 1 dunia? Dalam masalah anggaran pendidikan Finlandia memang sedikit lebih tinggi dibandingkan rata-rata negara di Eropa tapi masih kalah dengan beberapa negara lainnya. Finlandia tidaklah mengenjot siswanya dengan menambah jam-jam belajar, memberi beban PR tambahan, menerapkan disiplin tentara, atau memborbardir siswa dengan berbagai tes. Sebaliknya, siswa di Finlandia mulai sekolah pada usia yang agak lambat dibandingkan dengan negara-negara lain, yaitu pada usia 7 tahun,dan jam sekolah mereka justru lebih sedikit, yaitu hanya 30 jam perminggu.

Bandingkan dengan Korea, ranking kedua setelah Finnlandia, yang siswanya menghabiskan 50 jam perminggu Lalu apa dong kuncinya? Ternyata kuncinya memang terletak pada kualitas gurunya. Guru-guru Finlandia boleh dikata adalah guru-guru dengan kualitas terbaik dengan pelatihan terbaik pula. Profesi guru sendiri adalah profesi yang sangat dihargai, meski gaji mereka tidaklah fantastis. Lulusan sekolah menengah terbaik biasanya justru mendaftar untuk dapat masuk di sekolah-sekolah pendidikan dan hanya 1 dari 7 pelamar yang bisa diterima, lebih ketat persaingainnya ketimbang masuk ke fakultas bergengsi lainnya seperti fakultas hukum dan kedokteran!
Bandingkan dengan Indonesia yang guru-gurunya dipasok oleh siswa dengan kualitas seadanya dan dididik oleh perguruan tinggi dengan kualitas seadanya pula. Dengan kualitas mahasiswa yang baik dan pendidikan dan pelatihan guru yang berkualitas tinggi tak salah jika kemudian mereka dapat menjadi guru-guru dengan kualitas yang tinggi pula.

Dengan kompetensi tersebut mereka bebas untuk menggunakan metode
kelas apapun yang mereka suka, dengan kurikulum yang mereka rancang
sendiri, dan buku teks yang mereka pilih sendiri. Jika negara-negara
lain percaya bahwa ujian dan evaluasi bagi siswa merupakan bagian
yang sangat penting bagi kualitas pendidikan, mereka justru percaya bahwa ujian dan testing itulah yang menghancurkan tujuan belajar siswa. Terlalu banyak testing membuat kita cenderung mengajar siswa untuk lolos ujian,ungkap seorang guru di Finlandia. Padahal banyak aspek dalam pendidikan yang tidak bisa diukur dengan ujian. Pada usia 18 th siswa mengambil ujian untuk mengetahui kualifikasi mereka di perguruan tinggi dan dua pertiga lulusan melanjutkan ke perguruan tinggi.

Siswa diajar untuk mengevaluasi dirinya sendiri, bahkan sejak Pra-TK!
Inimembantu siswa belajar bertanggungjawab atas pekerjaan mereka
sendiri, kata Sundstrom, kepala sekolah di SD Poikkilaakso, Finlandia. Dan kalau mereka bertanggungjawab mereka akan bekeja lebih bebas.Guru tidak harus selalu mengontrol mereka.

Siswa didorong untuk bekerja secara independen dengan berusaha mencari sendiri informasi yang mereka butuhkan. Siswa belajar lebih banyak jika mereka mencari sendiri informasi yang mereka butuhkan. Kita tidak belajar apa-apa kalau kita tinggal menuliskan apa yang dikatakan oleh guru.
Disini guru tidak mengajar dengan metode ceramah, Kata Tuomas Siltala, salah seorang siswa sekolah menengah. Suasana sekolah sangat santai dan fleksibel. Terlalu banyak komando hanya akan menghasilkan rasa tertekan dan belajar menjadi tidak menyenangkan, sambungnya.

Siswa yang lambat mendapat dukungan yang intensif. Hal ini juga yang
membuat Finlandia sukses. Berdasarkan penemuan PISA, sekolah-sekolah di Finlandia sangat kecil perbedaan antara siswa yang berprestasi baik dan yang buruk dan merupakan yang terbaik menurut OECD.

Remedial tidaklah dianggap sebagai tanda kegagalan tapi sebagai
kesempatan untuk memperbaiki. Seorang guru yang bertugas menangani masalah belajar dan prilaku siswa membuat program individual bagi setiap siswa dengan penekanan tujuan-tujuan yang harus dicapai, umpamanya: Pertama, masuk kelas; kemudian datang tepat waktu; berikutnya, bawa buku, dlsb. Kalau mendapat PR siswa bahkan tidak perlu untuk menjawab dengan benar, yang penting mereka berusaha.

Para guru sangat menghindari kritik terhadap pekerjaan siswa mereka.
Menurut mereka, jika kita mengatakan "Kamu salah" pada siswa, maka hal tersebut akan membuat siswa malu. Dan jika mereka malu maka ini akan menghambat mereka dalam belajar. Setiap siswa diperbolehkan melakukan kesalahan.
Mereka hanya diminta membandingkan hasil mereka dengan nilai sebelumnya, dan tidak dengan siswa lainnya. Jadi tidak ada sistem ranking-rankingan. Setiap siswa diharapkan agar bangga terhadap dirinya masing-masing.

Ranking-rankingan hanya membuat guru memfokuskan diri pada segelintir siswa tertentu yang dianggap terbaik di kelasnya. Kehebatan sistem
pendidikan di Finlandia adalah gabungan antara kompetensi guru yang tinggi,kesabaran, toleransi dan komitmen pada keberhasilan melalui tanggung jawab pribadi.
Bagaimana dengan Kita?

Diambil dari (Yuni:jugaguru.com)