Kamis, 31 Desember 2015

Diperlukan Jurnalis Indonesia yang Berkebangsaan

Jurnalistik kebangsaan Indonesia yang mampu memperkuat persepsi masyarakat Indonesia dalam mencintai bangsanya seakan mulai memudar terkikis oleh jurnalistik penistaan terhadap simbol negaranya. Saat ini, teramat sering, jurnalis menyuguhkan warna tulisan yang bersifat menghujat dan menistakan simbol negara daripada jurnalistik cerdas yang membangun bangsanya. Jika jurnalistik macam begini diteruskan tentu akan sangat mengikis rasa cinta terhadap bangsa dan negara sendiri.

Presiden menjadi bulan-bulanan berita miring yang belum tentu akurasinya dipertanggungjawabkan oleh penulis. Merah putih, Pancasila, dan simbol lain teramat mudah menjadi bahan gunjingan yang negatif. Seolah-olah, jurnalis tidak memunyai topik yang lebih cerdas daripada itu. Santapan empuk jurnalis Indonesia adalah kesimpangsiuran berita yang bisa jadi hanya hoax semata. Jurnalis yang cerdas dan berbudaya susah dijumpai melalui tulisannya.

Jauh sebelum merdeka, Indonesia diwarnai oleh jurnalis yang cerdas dan berbudaya dalam memberitakan fakta. Mereka bersatu-padu membela Indonesia agar lepas dari penjajah dengan gaya jurnalistik masing-masing. Tulisan mereka sangat kuat. Tulisan mereka sangat menyentuh alam bawah sadar insan Indonesia. Lalu, tulisan jurnalis kemerdekaan mampu mengantarkan kemerdekaan Indonesia. Jurnalis tersebut sebut saja Tjokroaminoto, Abdul Muis, Adam Malik, dan seterusnya.

Berkaca dari jurnalis kemerdekaan itu, seharusnya jurnalis masa kini bervisi pada Indonesia beradab dan berbudaya dalam kejayaan global. Semua tulisan diarahkan pada satu tujuan, yakni Indonesia menjadi negara yang makmur. Jurnalis modern yang masih berjuang demi bangsa Indonesia pascamerdeka. Lalu, siapa yang melakukan tugas jurnalis seperti itu?

Para jurnalis saat ini adalah pejuang bagi Indonesia menuju dunia global. Indonesia harus menjadi bangsa yang mampu menyejahterakan rakyatnya dalam percaturan dunia. Oleh karena itu, jurnalistik saat ini jangan hanya berkutat pada masalah pragmatis semata. Inti tulisan jangan hanya seputar instrumental dan kulit semata. Inti tulisan harus mengarah pada penggugahan alam bawah sadar rakyat Indonesia dalam menuju kesejahteraan Indonesia.

Topik jurnalistik yang hanya hujat-menghujat, politis, jegal-menjegal, dan membunuh karakter seseorang haruslah dikesampingkan. Yang menjadi aurs utama adalah jurnalistik yang berkebangsaan dengan satu tujuan kesejahteraan rakyat Indonesia. Arahkan alam bawah sadar manusia Indonesia ke pentingnya membangun bangsa Indonesia yang bersatu-padu dalam berperan serta membangun Indonesia. Tentu, diperlukan pelopor jurnalistik yang membumi dan berbasis budaya yang mencerdaskan bangsa Indonesia.

Topik jurnalistik yang merdeka dari aspek politis mudah diwarnakan manakala para jurnalis terbuka kesadarannya. Jurnalis yang hebat tentu bukan karena kehebohan tulisannya melainkan karena inspirasi yang kuat yang mampu dimunculkannya. Indonesia bukan negara yang mampu berjalan sendiri tanpa didukung oleh jurnalis yang nasionalis. Indonesia memerlukan jurnalis yang berdarah Indonesia dan berjiwa pahlawan bagi bangsanya. Bukan berarti, jurnalis tidak boleh mengkritisi. Bukan pula, jurnalis tidak boleh menginformasikan yang negatif. Semuanya diperbolehkan asalkan selalu bermuara pada kebaikan Indonesia kelak.

Jurnalis itu guru. Jurnalis itu pelita yang sanggup memberikan petunjuk jalan bagi warga Indonesia yang kegelapan. Oleh karena jurnalis itu guru, dia harus mampu memberikan petunjuk kebahagiaan bagi warga Indonesia. Dengan begitu, kelak Indonesia sejahtera lahir batin karena ditopang oleh jurnalis yang cerdas dan patriotik. 


Mimpi Indonesia, Mimpi Kita Semua

Indonesia harus bermimpi untuk membingkai laku yang akan dijalankan ke depan. Meskipun, rintangan, halangan, dan hambatan menutupi langkah dalam bermimpi. Mimpi itu perlu karena membawa alur kehidupan melintasi rintangan, halangan, dan hambatan itu. Indonesia tentu layak untuk bermimpi. Mimpi itu telah dicanangkan oleh Presiden Joko Widodo di Tanah Surga, Papua. Kemudian mimpi, yang ditulis tangan itu dimasukkan ke kapsul waktu, yang kelak 70 tahun kemudian akan dilihat kembali tulisan itu untuk dicocokkan. Salut untuk Presiden Indonesia yang berani bermimpi.

Selama ini, kita seakan berada pada kondisi yang tidak sempat bermimpi akibat desakan kesibukkan dari waktu ke waktu. Padahal, ketika kecil, seseorang dipenuhi daya imajinasi yang mampu membumbui mimpi mereka masing-masing. Mimpi demi mimpi disulamkan ke dalam tindaka seorang anak kecil. Namun, mimpi itu seakan hilang akibat ulah pragmatis seseorang itu dengan ribuan alasan, yakni sibuk, tidak sempat, susah, dan sebagainya sehingga mimpi yang dahulu dicanangkan itu terselip entah ke mana seakan terlupakan. Mimpi ada tetapi entah ke mana.

Jokowi, Presiden Indonesia, di penghujung 2015, menuliskan mimpi bagi bangsanya, bangsa Indonesia. Mimpi tersebut mengingatkan kepada semua warga bangsa bahwa Indonesia adalah negara besar yang memunyai hak untuk bermimpi besar. Indonesia itu bukan negara kerdil dan kecil. Bukan pula, Indonesia itu negara miskin dan terlunta. Bukan itu Indonesia. Indonesia adalah negara dengan penduduk yang besar. Sumber Daya Alam melimpah dan bervariasi. Penduduknya sangat plural. Kaya laut dan garis pantai menjadi identitas Indonesia. Penduduknya sangat layak menjadi cerdas karena asupan yang penuh gizi di sekelilingnya. Untuk itu, sangat layak jika Indonesia bermimpi sebagai negara besar di dunia ini. Selamat Presiden Indonesia yang telah bermimpi mewakili anak bangsa yang lain.

Keberhasilan sesuatu biasanya bermula dari mimpi yang diformulasikan dengan baik sehingga menjadi aurora tindakan dalam perjalanan menempuh waktu. Memang, yang namanya mimpi kadang tidak sesuai dengan kondisi saat ini karena belum terjadi dan belum tergambar dalam pikiran seseorang. Oleh karena itu, sangat wajar jika seseorang menganggap mimpi sebagai ilusi semata. Banyak pula yang mengatakan bahwa mimpi itu tidak masuk akal. Ukuran menilai mimpi bukan dengan fakta sekarang karena pasti tidak akan pernah cocok. Ukuran mimpi itu adalah usaha dan upaya yang terus-menerus sehingga mewujudkan mimpi ke dalam suasana yang realistis.

Obama kecil, ketika masih siswa SD kelas V di Jakarta, menulis cita-cita seperti yang diminta gurunya. Tulisan cita-cita itu oleh Obama diberi judul "Cita-Citaku Menjadi Presiden." Ketika itu, orang lain akan tertawa dan mengejek setelah tahu tulisan Obama karena tidak mungkin jika dikaitkan dengan kondisi saat itu. Tidak disangka, tiga puluh tahun kemudian, Barack Obama, menjadi Presiden USA. Tentu, Obama juga lupa dengan tulisan saat siswa SD saat itu. Namun, alam mendorong dan mengawal tulisan itu sampai yang menulis mewujudkannya.

Lihat pula, Gubernur Sulawesi Tenggara, Nur Alam, saat masih SMA selalu memakai baju kebesaran gubernur dengan warna putih-putih. Baju itu dipajang di lemari kaca dan tiap hari dilihatnya. Teman lain mencibir kelakuan Nur Alam itu. "Kau gila Nur Alam, mana mungkin kau bisa jadi gubernur karena bukan pegawai negeri," ujar kawannya. Nur Alam cuek saja. Seolah baju putih-putih itu adalah mimpinya meskipun menurut logika saat itu tidak mungkin. Tidak disangka, 15 tahun berikutnya, Nur Alam menjadi Gubernur Sulawesi Tenggara. Lagi-lagi, alam menangkap kehendak itu dan mendorong si pemakai baju putih-putih untuk menjadi gubernur yang sebenarnya. Allah maha tahu kepada manusia yang memunyai keinginan yang mendalam.

Berkas:Gubernur Sultra Nur Alam.png
Gubernur Nur Alam

 Lalu, teramat penting mimpi Presiden Joko Widodo untuk dikawal oleh semua anak bangsa agar ketika 2085 dapat terwujud dengan baik. Mimpi Jokowi itu sangat wajar ketika saat ini Indonesia mempunyai kelebihan yang masih tersembunyi. Pernik negatif yang ada selama ini merupakan warna proses perkembangan Indonesia untuk menjadi lebih baik.

Berikut 7 poin tulisan tangan Jokowi:
1. Sumber daya manusia Indonesia yang kecerdasannya mengungguli bangsa-bangsa lain di dunia
2. Masyarakat Indonesia yang menjunjung tinggi pluralisme, berbudaya, religius, dan menjunjung nilai-nilai etika
3. Indonesia menjadi pusat pendidikan, teknologi, dan peradaban dunia
4. Masyarakat dan aparatur pemerintah yang bebas dari perilaku korupsi
5. Terbangunnya infrastruktur yang merata di seluruh Indonesia
6. Indonesia menjadi negara yang mandiri dan paling berpengaruh di asia pasifik
7. Indonesia menjadi barometer pertumbuhan ekonomi dunia

Ini Tulisan Tangan Jokowi yang Ditaruh di Kapsul Waktu: Impian Indonesia 2015-2085
 (sumber www.detik.com)

Sudah waktunya bangsa Indonesia berani bermimpi untuk masa depannya. Presiden Jokowi telah mewakili keberanian itu. Salut Pak Presiden! 

Selasa, 22 Desember 2015

Guru Hebat dan Perencanaan Pembelajaran



Perencanaan yang baik dapat diibaratkan sebagai kesuksesan yang mendekati. Begitu pula, keberhasilan pembelajaran dapat dimaknai dari kehebatan perencanaan yang dibuat oleh guru. Sebaliknya, pembelajaran yang acakadut biasanya didahului oleh perencanaan pembelajaran yang buruk. Lalu, bagaimanakah perencanaan pembelajaran yang bagus itu?

Perencanaan yang bagus ditandai oleh kelengkapan unsur, sistematis, kemenarikan isi, kesesuaian dengan tujuan, dan aplikatif. Kelengkapan unsur ditandai oleh keterpenuhan unsur tujuan, siswa, materi, strategi, media, dan evaluasi. Sistematis ditandai oleh keterhubungan unsur yang satu dengan yang lainnya sehingga membentuk keterpaduan. Kemenarikan isi lebih ditentukan oleh penggunaan jalinan isi yang dikemas dengan menarik dan menantang bagi daya belajar siswa. Kesesuain tujuan diwarnai oleh hubungan yang jelas dengan tujuan yang diharapkan dalam pembelajaran yang telah digariskan dalam kjurikulum yang berlaku. Aplikatif bermakna bahwa yang direncanakan itu dapat diterapkan dengan baik tanpam kendala.

Ketika perencanaan dianggap penting bagi sebuah kesuksesan, pemahaman dan kemampuan memproduksi perencanaan yang baik sangat dipentingkan. Pemahaman dan kemampuan itu tentu saja tidak datang dari langit begitu saja. Pemahaman dan kemampaun merencanakan selalu bermula dari proses yang panjang dalam berpraktik. Oleh karena itu, guru yang hebat hendaknya senantiasa selalu berlatih membuat perencanaan. 

Perencanaan pembelajaran yang ada selama ini terlihat statis, tidak sistematis, tidak aplikatif, dan membingungkan arah karena dibuat secara parsial. Banyak perencanaan yang bersumber dari penggandaan dari perencanaan yang sudah ada alias copypaste. Guru yang terjebak pada tradisi copypaste selalu bermental jalan pintas, apa adanya, dan tidak mau susah-susah. Padahal, sebenarnya, guru tersebut memunyai kemampuan lebih namun mereka tidak yakin akan kemampuan sendiri. Guru seperti itulah yang dapat dikatakan sebagai perusak sistem pendidikan di Indonesia.

Sebaliknya, ada juga guru yang senantiasa mampu menunjukkan perencanaan yang baik. Kemudian, dalam pembelajaran, guru tersebut menunjukkan keberhasilan mengajar yang baik pula. Mereka yakin bahwa perencanaan mampu menentukan keberhasilan penerapan di kelas. Mereka juga yakin bahwa perencanaan dapat mengisi kekosongan berpikir ketika mengajar di kelas. Perencanaan yang dibuat dapat dipahami secara tersistem dan mudah diterapkan.

Ada empat modal untuk menjadi guru yang hebat terkait dengan perencanaan pembelajaran. Modal itu adalah fokus, lokus, modus, dan habitus. Fokus bermakna bahwa pembelajaran harus terpusat pada tujuan yang diharapkan secara rnci dan detail. Lokus artinya konteks pembelajaran menjadi perhatian penting dalam menyusun perencanaan, seperti kapan, di mana, siapa, apa, dan mengapa pembelajaran dilakukan. Modus adalah strategi dan metode yang dipakai dalam membuat perencanaan yang baik. Habitus adalah pembiasaan yang tiada henti dalam membuat perencanaan sampai mampu dengan otomatis dalam membuat perencanaan. 

Di era sekarang, tuntutan guru berkualitas sangat diharapkan. Guru yang setengah-setengah berkualitas atau tidak berkualitas sekaligus menjadi sampah yang perlu dipinggirkan. Kemudian, guru berkualitas dipantau dan dibantu dengan baik dalam memproduksi perencanaan. Indonesia memerlukan guru yang liahi dalam membuat perencanaan sehingga tetap sasaran.

Lalu, bagaimana kondisi perencanaan yang dibuat guru saat ini? Mengapa guru selalu dianggap memunyai kekurangan dalam membuat perencanaan? Bagaimana strategi yang hebat dalam membangun guru yang inspiratif? Pertanyaan itulah yang selama ini perlu dijawab dalam rangka menguatkan perencanaan yang dibuat oleh guru.

Jumat, 18 Desember 2015

Mendikbud Anies: Kurikulum 2013 Tetap Dilaksanakan Bertahap

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Anies Baswedan menyesalkan manipulasi pemberitaan melalui media daring dan media sosial terkait penerapan kembali kurikulum tahun 2006 pada tahun 2016. Sementara berita tidak benar itu berasal dari tautan berita lama ( 2014) yang diunggah kembali. Ditemui usai menghadiri rapat kerja bersama dengan Komisi X Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI bertajuk Rancangan Anggaran 2016, Senin malam (14/12/2015), Mendikbud mengungkapkan, pemberitaan itu adalah manipulasi informasi, yang dapat menimbulkan kebingungan.
“Ini tindakan sangat tidak terpuji, manipulasi informasi, sedang dipertimbangkan untuk menempuh tindakan hukum,” ujarnya, di Jakarta, Senin malam (14/12/2015).

Sebagai informasi, ada beberapa situs dan akun media sosial Facebook yang gencar menghembuskan isu mengenai penerapan Kurikulum 2006 dengan  judul “Pemberitaan Semua Sekolah Wajib Kembali ke Kurikulum 2006, Mulai Semester Genap Tahun 2015". Pemberitaan tidak benar itu telah pernah diunggah pada awal Desember 2014, kemudian diunggah kembali pertengahan Desember 2015 sehingga mengesankan sebagai berita Baru mengenai kebijakan baru Kemendikbud.

Mendikbud mengungkapkan akan mempertimbangkan langkah hukum atas lansiran media daring yang berisi penerapan kurikulum tahun 2006 tersebut. “Kami mempertimbangkan langkah hukum karena diposting di website, pengunjung website jadi tinggi, rating iklan meningkat. Itu menjangkau yang salah, karena berita tidak benar”,  tegas Menteri Anies

Mendikbud menegaskan untuk tidak mengembalikan kurikulum kepada kurikulum tahun 2006. “Tidak pernah ada rencana (kurikulum) kembali ke tahun 2006, mengenai penerapan dua kurikulum itu adalah peralihan kurikulum ada periode transisi. Sehingga, ada sekolah yang secara bertahap menerapkan, ada yang belum”, jelas Mendikbud Anies.

Perkembangan penerapan kurikulum 2013, Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Permendikbud) Nomor 160 Tahun 2014 tentang Pemberlakuan Kurikulum Tahun 2006 dan Kurikulum 2013 menjelaskan satuan pendidikan dasar dan pendidikan menengah yang melaksanakan Kurikulum 2013 sejak semester pertama tahun pelajaran 2014/2015 kembali melaksanakan Kurikulum Tahun 2006 mulai semester kedua tahun pelajaran 2014/2015 sampai ada ketetapan dari Kementerian untuk melaksanakan Kurikulum 2013. 

Batas waktu penggunaan kurikulum tahun 2006 adalah paling lama sampai dengan tahun pelajaran 2019/2020. Sedangkan, satuan   pendidikan   dasar   dan   pendidikan   menengah   yang   telah melaksanakan Kurikulum 2013 selama 3 (tiga) semester tetap menggunakan Kurikulum 2013. Satuan pendidikan dasar dan pendidikan menengah yang belum melaksanakan Kurikulum 2013 mendapatkan pelatihan dan pendampingan bagi kepala satuan pendidikan, pendidik, tenaga kependidikan, dan pengawas satuan pendidikan. Pelatihan dan pendampingan sebagaimana dimaksud adalah bertujuan meningkatkan penyiapan pelaksanaan Kurikulum 2013. (Sumber:  Biro Komunikasi dan Layanan Masyarakat Kemendibud, 15/12/2015)

Rabu, 28 Oktober 2015

Cara Mudah Kerjakan Soal UKG 2015

Jangan gentar dengan Uji Kompetensi Guru (UKG) yang disajikan oleh pemerintah. UKG itu semata-mata untuk kebaikan pendidikan di Indonesia. Asal Anda membaca permendikbud yang mengatur pendidikan, misalnya permendikbud 103 dan 104 tahun 2014 tentang pembelajaran dan penilaian lalu ditambah dengan pengalaman Anda mengajar, tentu soal paedagogis dapat terjawab. Lebih jauh, guru harus membaca aturan lainnya untuk memperkaya. Memang salah satu ugas guru adalah membaca, bukan? 

Kemudian, guru tentu memunyai keahlian sesuai dengan bidangnya. Kuatkan keilmuan guru untuk menjawab soal berkait dengan bidang studi. Lalu, apanya yang susah? Soal tentu tidak dibuat untuk menyakitkan guru. Soal dibuat sesuai dengan standar seorang guru.
Jadi, jangan takut dengan UKG. Uji Kompetensi Awal (UKA) bagi guru adalah untuk mengukur kompetensi dasar tentang bidang studi (subject matter) dan pedagogik dalam domain content. Kompetensi dasar bidang studi yang diujikan sesuai dengan bidang studi sertifikasi (bagi guru yang sudah bersertifikat pendidik) dan sesuai dengan kualifikasi akademik guru (bagi guru yang belum bersertifikat pendidik). Kompetensi pedagogik yang diujikan adalah integrasi konsep pedagogik ke dalam proses pembelajaran bidang studi tersebut dalam kelas.
Bagaimanakah rincian soalnya? Pengembangan instrumen UKA terdiri atas kisi-kisi dan butir soal. Soal UKA dikembangkan oleh Tim Ahli dengan bentuk soal obyektif tes jenis pilihan ganda dengan 4 opsi pilihan jawaban. Komposisi instrumen tes adalah 30% kompetensi pedagogik dan 70% kompetensi profesional dengan waktu pengerjaan soal ujian adalah 120 menit dan jumlah soal maksimal 100 butir soal. Kecuali guru Tuna Netra waktu yang diberikan 180 menit.
Peserta UKA hanya mendapatkan soal ujian sesuai dengan mata pelajaran yang telah ditentukan seperti tersebut di atas. Informasi mata uji peserta UKA masing-masing peserta dan kisi-kisi dapat dilihat pada laman http://sergur.kemdiknas.go.id atau pada beberapa links alternatif dari beberapa materi pelajaran di bawah ini :
- Download Kisi-kisi UKA / UKG Tahun 2015 Administrasi Perkantoran
- Download Kisi-kisi UKA / UKG Tahun 2015 Bahasa Indonesia
- Download Kisi-kisi UKA / UKG Tahun 2015 Bahasa Inggris
- Download Kisi-kisi UKA / UKG Tahun 2015 Biologi
- Download Kisi-kisi UKA / UKG Tahun 2015 Broadcasting
- Download Kisi-kisi UKA / UKG Tahun 2015 Fisika
- Download Kisi-kisi UKA / UKG Tahun 2015 IPA
- Download Kisi-kisi UKA / UKG Tahun 2015 IPS
- Download Kisi-kisi UKA / UKG Tahun 2015 Kecantikan
- Download Kisi-kisi UKA / UKG Tahun 2015 Kimia
- Download Kisi-kisi UKA / UKG Tahun 2015 Matematika
- Download Kisi-kisi UKA / UKG Tahun 2015 Pariwisata
- Download Kisi-kisi UKA / UKG Tahun 2015 PAUD
- Download Kisi-kisi UKA / UKG Tahun 2015 Penjaskes
- Download Kisi-kisi UKA / UKG Tahun 2015 PKn
- Download Kisi-kisi UKA / UKG Tahun 2015 Sejarah
- Download Kisi-kisi UKA / UKG Tahun 2015 Sekolah Dasar / SD
- Download Kisi-kisi UKA / UKG Tahun 2015 Seni Budaya
- Download Kisi-kisi UKA / UKG Tahun 2015 Seni Patung
- Download Kisi-kisi UKA / UKG Tahun 2015 SLB
- Download Kisi-kisi UKA / UKG Tahun 2015 Sosiologi
- Download Kisi-kisi UKA / UKG Tahun 2015 Tata Boga
- Download Kisi-kisi UKA / UKG Tahun 2015 Tata Busana
- Download Kisi-kisi UKA / UKG Tahun 2015 TIK

Selamat mempersiapkan diri. Garduguru turut berdoa agar guru-guru senantiasa sukses segalanya. UKG jangan menjadi beban tetapi harus menjadi pemicu semangat untuk berkarya demi Indonesia yang lebih berjaya. Lakukan persiapan, baca segala informasi terkait dengan isi soal, latihan soal, dan berangkat dengan hati senang akan menguatkan keberhasilan Anda.

Cita-Cita Anak Bergantung pada Informasi yang Didapatnya

Benarkah cita-cita seorang anak murni datang dari seorang anak secara serta merta? Rasanya tidak serta merta tetapi berawal dari informasi keteladanan yang diperolehnya, baik dari mendengarkan, melihat, membaca, maupun berdisikusi dengan orang lain. Untuk itu, semakin anak mendapatkan informasi yang lengkap tentang keberhasilan seseorang dalam hidupnya, semakin anak akan bercita-cita dengan bagusnya. Sebaliknya, semakin anak tidak mendapatkan informasi apa-apa, semakin dia tidak mempunyai cita-cita yang jelas dan bagus.

Ada kisah nyata. Di siang hari, di Konjen RI Los Angeles, Oktober 2015, Kepala Konjen Bapak Umar Hadi menanyai cita-cita pramuka (anak-anak) yang datang ke Konjen itu. Hasilnya tidak ada satu pun yang menjawab tentang cita-cita sebagai diplomat. Bapak Umar Hadi menggeleng-gelengkan kepala sambil berucap, "Mengapa tidak ada yang bercita-cita sebagai diplomat?"

Lalu, Bapak Umar Hadi menjelaskan tugas seorang diplomat dengan menariknya. Setelah menjelaskan tugas seorang diplomat itu, Umar Hadi kembali menanyakan, "Ada nggak yang bercita-cita diplomat?" Langsung ada dua anak yang mengacungkan tangan kalau ia bercita-cita sebagai diplomat. Umar Hadi masih terus bercerita lagi tentang tugas juru damai atau sang diplomat. Kemudian, dia menanya lagi tentang cita-cita anak-anak terkait dengan diplomat. Yang mengangkat tangan lebih banyak lagi.

Nah, terlihat bahwa cita-cita anak-anak bergantung pada informasi yang diperolehnya. Semakin anak banyak menerima informasi tentang dunia pekerjaan ang bagus-bagus tentu semakin anak memunyai pilihan yang menarik. Untuk itu, berilah anak-anak ragam informasi pekerjaan.

Guru di kelas jangan sampai memberikan informasi ketokohan dengan cara terbatas. Berceritalah tentang aneka macam pekerjaan yang menyenangkan. Berilah keunikan yang muncul dari sebuah pekerjaan. Niscaya, pekerjaan anak kelak akan lebih beragam dan inovatif. Buku-buku tentang keteladanan berikan dengan baik.

Selasa, 27 Oktober 2015

Sang Profesor: Pedang di Kanan, Keris di Kiri



Oleh Suyatno

Chairil Anwar, dalam puisi Diponegoro, menggunakan pilihan kata pedang di kanan, keris di kiri untuk menggambarkan kesiapsediaan seseorang dalam menghadapi tantangan dengan senjata yang lengkap di semua lini. Menurut sastrawan dari Tanah Deli itu, semangat berjuang yang hebat harus meledak-ledak bagaikan bara menjadi api. Selayaknya, semangat seseorang dalam menghadapi situasi seberat apapun harus tangguh dengan jiwa berani. Masyarakat Jawa, jauh sebelum Chairil Anwar di tahun 1945-an, juga sudah mengenal semangat tinggi dengan pepatah rawe-rawe rantas, malang-malang putung. Penyanyi dangdut Meggie Z. melantunkan lagu percuma saja berlayar kalau kau takut gelombang, percuma saja bercinta kalau kau takut sengsara untuk menggambarkan keharusan seseorang untuk berani menghadapi tantangan. Orang Surabaya lebih mengenal kalah cacak, menang cacak untuk menguatkan keberanian dirinya.

Pedang di kanan, keris di kiri terasa layak jika disematkan ke sosok guru besar saat ini. Sosok yang berada di jabatan tertinggi dari komunitas dosen itu telah mempunyai senjata lengkap, selengkap kapal dengan lautnya. Senjata lengkapnya adalah predikat guru yang besar di pundaknya. Berkah pengiringnya adalah tunjangan yang berlebih daripada tunjangan pengajar mahasiswa di bawahnya. Situasi untuknya adalah peluang yang besar untuk melakukan penelitian sebidangnya. Lalu, mitosnya adalah penemu sesuatu yang berguna bagi masyarakatnya.

Sejarah tentu mewarnai dinamika sang guru besar. Dari waktu ke waktu, dari segala negara dan bangsa, sosok profesor diberikan arti yang mengunci predikatnya. Temuan demi temuan banyak yang berasal dari tangan ketekunannya. Teori demi teori mengalir deras dari sentuhan pikirannya. Konsep demi konsep terbingkai dari pandangannya. Pembaharuan memang selayaknya bersumber dari aliran deras gagasannya. Sebut saja, Prof. Charles Darwin dikenal karena teori evolusi. Prof. Enstein mengibarkan teori relativitas. Prof. Rene Wellek mengembang dengan teori intrinsik dan ekstrinsik sastra. Begitu pula, guru besar lainnya memberikan arti dalam dunia kehidupan akademik dan nonakademik.

Ibarat patah tumbuh hilang berganti, gerbong guru besar selanjutnya tentulah tidak akan pernah menapikkan arti sesungguhnya dari mitos yang telah berkembang di masyarakat. Gerbong itu adalah sosok guru besar baru atau muda yang seharusnya mempunyai rasa rindu dengan warna guru besar pendahulunya. Tangan akan ditutupkan ke muka jika tidak melakukan apap-apa padahal guru besar terdahulu memberikan apa-apa. Mereka rindu akan pertumbuhan kualitas hidup akibat kiprahnya. Mereka akan resah jika tidak memberikan sebungkus guna di gerbang penampakan orang lain. Lalu, mereka akan dimurkai oleh mitos sendiri jika tidak memberikan temuan apapun namanya. 

Air yang sibuk menandakan tidak dalam. Air yang tenang memberikan kedalaman. Jika kesibukan rutinitas bertubi-tubi dengan irama mekanik, tentu, kesibukan itu menandakan permukaan. Badan lelah, pikiran kusut, tulang nyeri, dan kaki kaku mengental dalam diri yang bertugas mekanikal yang rutin tanpa berada di kedalaman. Kesibukan lalu menjerat kiprah sang inovator dan kreator kehidupan. Janganlah sampai, sosok guru besar terlalu asyik dengan mekanikal yang menutup kelambu kesejatian fungsi dan manfaat penyandang yang dimilikinya. Ketenangan yang beriringan dengan konsentrasi keilmuan dalam gagasannya harus dimunculkan dengan kesengajaan agar didapat kedalaman. Ujung-ujungnya, kedalaman itu akan memberikan jalan bagi sebuah kapal besar yang akan melintasinya. 

Unesa adalah sebuah kapal besar yang memerlukan penanda-penanda besar pula. Penanda besar itu diharapkan sanggup menarik kepedulian khalayak untuk memanfaatkan Unesa. Penanda besar itu tentu akan dapat diberikan oleh orang yang berjiwa besar. Dia mempunyai pemikiran besar. Tatapan hidupnya untuk sebuah kebesaran lembaga. Dialah sang guru besar. 

Setakat ini, keberhasilan besar dari sebuah kiprah sosok guru besar sangat dinanti-nanti. Karena waktu memang menyatakan sudah saatnya, momentum kiprah memang juga seharusnya dikibarkan. Karena jalan sudah diperhalus, sudah saatnya mobil melintas sesuai fungsinya. Karena kolam sudah dibangunkan, sudah saatnya ikan memberikan gerakan menariknya. Itulah saat yang tepat untuk memberikan rasa mantap. Memang, guru besar sudah berada di saatnya memberikan manfaat yang sebenar-benarnya manfaat. **


Menanamlah Kau akan Memanen



Ibarat bertani, jika seseorang menanam tumbuhan produktif di ladang yang subur, kemungkinan besar dia akan memanen tumbuhan itu daripada orang lain yang tidak menanam sebiji pun tumbuhan produktif. Memang, kemungkinan tidak memanen juga ada meskipun sudah menanam karena kesalahan musim atau terkaman gangguan dari alam dan hewan. Namun, yang jelas, menanam itu lebih mungkin mendapatkan hasil dibandingkan yang tidak menanam. 

Pola memberi dan menerima seperti juga menanam dan memanen itulah yang juga diwarnakan kepada para pekerja yang berkinerja. Banyak pekerja tetapi belum tentu berkinerja. Banyak terjadi bahwa pekerja hanya sebagai label namun kenyataannya dia tidak bekerja sehingga tidak tampak kinerjanya. Secara hukum seseorang dikatakan pekerja karena dibuktikan oleh surat penunjukkan yang sah. Namun, dalam kenyataan, seseorang dapat lupa kalau label dirinya bekerja bukan berdiam diri tanpa rasa. 

Semua orang teramat paham jika kata pekerja itu merujuk pada label fungsi. Seseorang dikatakan pekerja karena bekerja. Sama juga dengan seseorang yang disebut petani jika dia bertani. Peternak karena berternak. Penulis karena menulis. Itulah label fungsi yang memunyai bentuk dan hasil yang dapat dicocokkan dengan fungsinya. 

Unesa kini masuk ke babak pemaknaan fungsi yang disesuaikan dengan bentuk dan hasilnya kepada para warganya. Jika berkinerja tinggi, warga Unesa akan mendapatkan penghargaan yang tinggi pula. Begitu pula sebaliknya, jika berkinerja rendah karena tidak ditunjukkan dari bekerja secara nyata, dia akan mendapatkan hasil panen yang tidak seberapa bagus dibandingkan kawan lainnya yang berkinerja tinggi. Itulah yang disebut remunerasi yang sebanding dan seimbang. 

Jadi, remunerasi yang sehat adalah penghargaan yang sebanding dan seimbang. Kata sebanding dan seimbang merujuk pada pengukuran dan penilaian yang akurat. Jika tidak akurat, kesebandingan dan keseimbangan akan luntur tanpa bermakna apa-apa. Untuk itu, pengukuran dan penilaian yang sebanding dan seimbang itu haruslah terlihat nyata dan jelas agar tidak terjadi multitafsir. 

Multitafsir tentu akan mendatangkan bencana baru karena sesama pekerja akan membandingkan dan menyeimbangkan kinerja satu dengan kinerja yang lain dengan persepsi masing-masing. Persepsi yang sangat berbeda itulah akan merusak kinerja seseorang sehingga semangat untuk berproduksi menjadi turun ke tingkat paling rendah. Multitafsir biasanya berasal dari kenyataan yang tidak berbanding lurus dengan peraturan sebagai bentuk perencanaan. 

Tentu, remunerasi di Unesa akan melampaui pusaran persepsi lama yang berujung pada cibiran karena biasanya seseorang lebih nyaman dengan pola yang lama. Jika memang yakin akan memberikan motivasi berkinerja lebih tinggi, remunerasi harus terus dijalankan sambil memperbaiki sistem yang diasakan kurang. Biasalah, semua hal baru akan mendapatkan perlawanan angin karena memang belum dikenali dan masih berkonsolidasi pikiran. Remunerasi Unesa harus jalan terus sesuai dengan harapan yang tersirat jelas. Siapa yang menanam, dia akan memanen.