Senin, 04 September 2017

Inovasilah Pembelajaran Berbicara

Pembelajaran berbicara merupakan pembelajaran yang paling tua karena sejak era Plato dkk. pembelajaran berbicara sudah menjadi tradisi mata ajar bagi para ksatria. Mereka didik untuk ber-Retorika yang baik ketika kelak menjadi pemimpin di depan rakyatnya. Pembelajaran retorika tersebut diajarkan dengan teliti dan simultan.

Sampai saat ini, pembelajaran berbicara terus dilakukan baik di bangku kelas maupun di masyarakat umum. Dalam pembelajaran berbicara, kesantunan berbicara, penataan gagasan, dan tampilan diri teramat diperlukan. Guru harus dengan tertib mengamati perkembangan kemampuan berbicara anak didiknya dengan baik. Dengan begitu, tujuan berbicara akan tercapai.

Dalam blog ini, Suyatno pernah menyebutkan bahwa sebagai sebuah keterampilan, berbicara yang baik diperlukan syarat yang harus dipenuhi oleh pembicara agar maksud dan tujuan berbicara dapat diterima oleh pendengar secara tepat tanpa ada persepsi yang menyimpang sedikit pun. Syarat itu terdiri atas (1) syarat isi pembicaraan, (2) syarat bahasa yang digunakan (saluran pesan), (3) syarat artikulasi dan kinestetik (mimik, bahasa tubuh, kode budaya), (4) syarat konteks, dan (5) syarat penggayaan pembicaraan. Syarat tersebut haruslah terintegrasi secara simultan sehingga didapatkan keterampilan bicara yang padu, apik, dan bermutu.

Ketika seseorang mencoba berkali-kali untuk berbicara di depan umum, komentar mereka rata-rata menyebutkan bahwa berbicara yang baik ternyata memerlukan perjuangan, sekali mencoba belum dapat dirasakan perubahannya, dan musuh utama adalah rasa kurang percaya diri yang berdampak pada tubuh yang gemetar.

Untuk memenuhi itu semua, sudah saatnya para guru memunculkan pembelajaran inovatif terhadap mata ajar berbicara. Melalui inovasi yang tiada henti, guru akan menemukan hasil pembelajaran yang lebih bermakna dan mudah diterima oleh peserta didik. Pembelajaran berbicara bukan pembelajaran yang diterapkan melalui ceramah. Pembelajaran berbicara itu pembelajaran praktik berbicara. Semakin siswa dilatih berbicara secara nyata dengan kontrol yang baik, tentu anak didik akan semakin mahir dalam berbicara. Sekali lagi, pembelajaran berbicara secara praktik perlu terus dilakukan melalui pola-pola inovatif.

Menu pembelajaran berbicara sangat banyak sebanyak manusia berbicara kepada orang lain. Menu itu adalah berpidato, debat, memimpin rapat, negosiasi, wawancara, presentasi, ngobrol, bercerita, mendongeng, melaporkan secara lisan, deklamasi, sambutan, briefing, pembawa acara, menjelaskan, dan berdialog.

Tugas sebagai calon guru tentu harus menguasai isi berbicara maupun metode mengajarkannya. Tugas pertama adalah menguraikan secara rinci, bagaimanakah uraian syarat-syarat berbicara bagi seseorang? Mengapa banyak orang merasa gagal dalam berbicara? Kemudian, apakah kekuatan bicara seseorang mencerminkan kecerdasan orang tersebut? Jawaban semua itu akan memperkuat seseorang dalam berbicara. Tugas kedua adalah menginovasi pembelajaran berbicara dengan cara memilih lima saja setiap orang dari sekian banyak pembelajaran berbicara (berpidato, debat, memimpin rapat, negosiasi, wawancara, presentasi, ngobrol, bercerita, mendongeng, melaporkan secara lisan, deklamasi, sambutan, briefing, pembawa acara, menjelaskan, dan berdialog). Buatlah pembelajaran inovasinya dengan menuliskan sintaksnya saja. Inovasi itu sesuatu yang baru. Buatlah sintaks yang sangat baru (di tempat lain inovasi itu belum pernah dilakukan). Bebaskan dirimu. Mainkan imajinasi liarmu. Berinovasilah mulai sekarang.

Tulislah di buku besar yang menjadi buku kebanggaan setiap kaum terpelajar dalam mencatatkan gagasannya. Selamat berinovasi.