Banyak guru yang dalam hati kecilnya ingin berubah seperti guru-guru lain yang dipandangnya cukup maju dalam mengajar. Namun, mereka enggan untuk meniru guru-guru yang sudah maju karena takut dicap sebagai si peniru. Apalagi, dalam diri guru itu sudah terlanjur menempel lemak kebiasaan mengajar dari gaya itu ke itu selamanya. Jadilah, angan-angan guru hanya sebatas terbayangkan di pikiran saja. Dengan kondisi itu, guru pembayang harus berhati-hati karena dapat merembet ke sakit stress dan berdampak stroke. He.he.He. Kalau memang guru itu sudah mengidap darah tinggi, kolestrol, lemak darah, dan diabet, malah stress dan stroke tambah cepat bergerilya ke diri guru. Kok ngeri ya.
Resepnya, guru jangan takut meniru. Bukankah dunia berkembang dengan tiruan. Lihat saja, sepeda motor pertama ditiru oleh perusahaan lain dengan merek yang berbeda? bukankah HP pertama ditiru oleh HP berikutnya dengan merek berbeda? Jadi, resepnya cukup ATM. Apa itu ATM? A singkatan AMATI, T singkatan TIRU, M singkatan Modifikasi.
Langkah pertama guru harus mengamati guru lain yang telah berhasil sampai sedetail-detailnya. Bila perlu, tanyakan pernik-perniknya sampai dia menjadi berhasil. Lakukan pengamatan dengan setia, teliti, dan lengkap. Amati pula guru lain yang menjalankan keberhasilan senada.
Langkah kedua, guru melakukan peniruan seperti yang dilakukan guru yang diamati. Lakukan terus berulang-ulang. Jangan lupa, catatlah kejanggalan atau hambatan serta kekuatannya. Ingat, penyanyi hebat tidak mungkin berlatih hanya sekali dua kali.
Langkah ketiga, guru harus memodifikasi tiruan berdasarkan karakter siswa, tempat, dan situasi di kelas sendiri. Jangan takut memodifikasi. yang terpenting tujuan bukan prosesnya. Bila perlu, guru melakukan modifikasi berbagai bentuk sehingga justru mendapatkan model mangajar yang beraneka modifikasi.
Untuk memperkuat diri, guru perlu mengonfirmasikan hasil modifikasi ke guru yang diamati dan ditiru. jangan malu untuk melakukan itu. Selamat mencoba.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar