Pohon mangga di kiri rumah Mbok Siti menggiurkan hati. Betapa tidak. Buah ranum besar-besar dan menua menantang tangan untuk memetiknya. Apalagi, buah itu sangat pendek yang dapat dijajah oleh tangan sependek apapun. Aduhai menantang untuk dikuasai rasa manisnya. Aku tertegun lama melihatnya namun tak jua mulut berucap meminta ke Mbok Siti.
"Kalau ingin buah mangga, ambil saja, anakku", kata Mbok Siti dengan kalem. Aku terkaget-kaget dan langsung memberikan mimik meminta tanpa ucap apapun. Aku langsung meraihnya.
"Buah itu wujud kebanggaan pohon mangga yang telah mampu menghasilkan buah untuk dinikmati manusia", ujar Mbok yang sederhana itu. Pohon mangga itu menampakkan keikhlasan ketika buah mangga tidak menjadi miliknya lagi. Begitu pula, guru harus mampu sampai taraf menghasilkan buah yang bermanfaat berupa siswa yang matang dengan ikhlas, sabar, dan melaju. Meskipun, pohon mangga itu, mungkin, sebelumnya tidak pernah berbuah. Pohon itu sangat sabar dan ikhlas melaju tumbuh bersama waktu.
1 komentar:
Nama : Veni Masruchah Fibriyanti
NIM : 072144041
Guru adalah pendidik dan pengajar pada pendidikan anak usia dini jalur sekolah atau pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Guru-guru seperti ini harus mempunyai semacam kualifikasi formal. Dalam definisi yang lebih luas, setiap orang yang mengajarkan suatu hal yang baru dapat juga dianggap seorang guru.
Tidak bisa dipungkiri, citra dan wibawa guru pada masa kolonial lebih tinggi dibandingkan dengan guru sekarang ini. Masa itu, guru adalah profesi yang sangat diidam-idamkan. Di samping fasilitas dan kemudahan yang diperoleh, status guru akan membawa menuju strata atas dalam kelas masyarakat.Berbeda dengan saat ini
mutu pendidikan Indonesia rendah. Hasil survei PBB tahun 2002 menunjukkan bahwa dari 180 negara, Indonesia berada pada posisi 102. Ketika mutu pendidikan dinilai rendah, maka sasaran tembak pertama adalah guru. Guru sebagai pelaku utama pendidikan adalah kambing hitam persoalan. Berbagai dakwaan muncul: guru tidak profesional, guru tidak bertanggung jawab mengajar tapi justru nyambi.
Guru semakin terpinggirkan. Sementara persoalan pendidikan (mengajar) bukan sekadar transfer pengetahuan (knowledge), tetapi juga nilai-nilai (value) dan keutamaan-keutamaan hidup. Gurulah yang menjadi pokok persoalan pendidikan di Indonesia. Seorang rektor perguruan tinggi di Jakarta beberapa waktu lalu menilai bahwa guru Indonesia belum menjadi guru cendekiawan karena guru-guru Indonesia tidak dididik untuk menjadi seorang cendekiawan.
Kebanyakan guru Indonesia merasa sudah cukup puas dengan mengajar di kelas dan tidak berusaha meningkatkan kemampuannya.
Sebagaimana dikisahkan pada “GURU DI MATA MBOK SITI (84)” pada alinea berikut :
"Buah itu wujud kebanggaan pohon mangga yang telah mampu menghasilkan buah untuk dinikmati manusia", ujar Mbok yang sederhana itu. Pohon mangga itu menampakkan keikhlasan ketika buah mangga tidak menjadi miliknya lagi. Begitu pula, guru harus mampu sampai taraf menghasilkan buah yang bermanfaat berupa siswa yang matang dengan ikhlas, sabar, dan melaju. Meskipun, pohon mangga itu, mungkin, sebelumnya tidak pernah berbuah. Pohon itu sangat sabar dan ikhlas melaju tumbuh bersama waktu.Pada alinea tersebut, yang di gambarkan sebagai pohon mangga adalah guru diamana guru harus mampu mendidik para siswanya agar dapat bermanfaat bagi bangsa dan negara. Guru harus menjalankan peran dan tugasnya semaksimal mungkin. Tetapi hal itu tidak mudah. Seperti dapat kita lihat dalam realita kehidupan sekarang. Berbagai persoalan yang dihadapi guru-guru Indonesia hampir setiap hari menghiasi media massa dan setiap istirahat mereka santap di ruang koran atau perpustakaan. Gaji dan tunjangan hidup yang rendah, profesionalitas yang semakin luntur, sampai penghargaan dan status sosial guru yang semakin merosot di mata masyarakat. Menyangkut Gaji guru di Indonesia untuk tahun ini sudah mengalami peningkatan, sehingga dengan adanyapeningkatan tersebut, mutu , kualitas dan profesionalisme guru Indonesia juga diharapkan mengalami peningkatan sehingga mampu mencetak para siswa yang berkompeten dan berdaya saing tinggi baik di dalam negeri maupun di luar negeri.
Posting Komentar