Metode-metode pengajaran yang dipraktikkan sekolah akan lebih baik jika tidak terlalu sering berubah apalagi jika sampai digantikan dengan metode asing yang diadopsi mentah-mentah. Metode pengajaran yang sukses di negara lain belum tentu sesuai dengan budaya dan karakter di Indonesia. Penggunaan suatu metodologi pengajaran tidak bisa gegabah karena metodologi akan berpengaruh pada cara berpikir, karakter, dan budaya suatu bangsa.
Hal ini dikemukakan Menteri Pendidikan Nasional Mohammad Nuh di hadapan guru-guru di Balikpapan, Kalimantan Timur, Senin (11/10/) kemarin. "Kita harus lebih sering introspeksi. Jangan mudah serta merta mengambil dari luar dan dipakai di Indonesia. Ada syarat-syarat khusus yang tidak selamanya cocok," ujarnya.
Imbauan ini disampaikan karena ada kekhawatiran pada banyaknya guru dan sekolah yang terlalu sering mengganti metode pengajaran dengan metode asing terutama yang dilakukan guru-guru yang baru pulang studi banding di negara lain. "Banyak teman-teman guru yang senang coba-coba metode asing yang mereka pelajari ketika dapat kesempatan ke luar negeri. Tapi hanya coba-coba saja," kata Sugeng, guru SMA di Balikpapan.
Penyesuaian metode pengajaran asing di sekolah terutama juga harus dilakukan sekolah Rintisan Sekolah Berta raf Internasional (RSBI) dan Sekolah Bertaraf Internasional (SBI) yang membeli lisensi akreditasi dari luar negeri seperti Cambridge. Jika metode asing dipraktikkan mentah-mentah tanpa disesuaikan terlebih dahulu dengan karakter budaya di dalam negeri, di khawatirkan akan terbentuk siswa yang tidak lagi mencerminkan karakter dan budaya Indonesia.
Ide RSBI/SBI juga bukan begitu. Apa yang dikembangkan di Indonesia sesuai dengan standar internasional. "Jadi, tidak selamanya dari luar negeri kita tarik ke sini tetapi bisa juga produk kita diakui sehingga memenuhi standar yang dikembangkan internasional," kata Nuh. (sumber: Kompas.com/edukasi/12 Oktober 2010)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar