Selasa, 16 November 2010

Guru di Mata Mbok Siti (88)

Setelah air bergelombang keras dalam panci di atas tungku batu bata itu, Mbok Siti bergegas mengambilnya dengan gayung batok kelapa untuk dimasukkan ke gelas yang di dalamnya sudah terdapat bulir teh dan gula. Aku bergegas mengambil alih tugas itu dengan memasukkan ke gelas. Mbok Siti hanya tersenyum.

"Ini teh manis yang ternikmat, Mbok", pujiku. Lalu, aku mencoba untuk mendinginkan teh manis itu ke atas piring karena memang benar-benar panas. Kuseruput pelan-pelan dengan mulutku yang sudah tidak tahan untuk menikmati teh manis itu. Terasa segar air teh manis sedikit panas terasa di perut ini.

"Kalau masih ingin, buat lagi ya anakku", kata Mbok meminta agar aku membuat lagi. Aku tersipu. Namun, aku membuat lagi karena dorongan ingin menikmati teh manis kembali.

"Rasa teh ini sempurna", gumamku.

 "Teh manis itu memang nikmat jika di minum saat mendung begini, anakku", kata Mbok Siti. Kenikmatan seperti itulah yang juga harus diciptakan guru ketika meramu bahan ajar, media, tempat, dan kegembiraan murid-murid. Murid pasti akan ketagihan akan kenikmatan belajar yang diciptakan oleh guru. Kepandaian guru meramu sajian mengajar menjadi sebuah kekuatan yang mampu menanamkan kesan di ingatan murid. Sampai kapan pun, murid akan membawa kesan itu dan kesan yang dibawa ditambatkan dalam perilaku murid dalam kehidupan kelak.

Tidak ada komentar: