Selasa, 16 November 2010

Guru di Mata Mbok Siti (87)

Begitu hangatnya ketika mendung aku duduk di depan perapian di dapur berlantai batu bata tua rumah Mbok Siti. Di perapian itu, entah berapa kali masakan telah dimatangkan sehingga nikmat di santap. Sungguh nikmat memegang kayu untuk dimasukkan ke lorong kecil berabu dan merah jingga api bernapas di tungku tua itu. Aku membalik kayu berkali-kali untuk melihat pertama api memerahkan sinarnya dari dinding kayu belah.

"Tungku ini sudah teramat tua, setua rumah ini, anakku", kata Mbok Siti sambil tersenyum melihat tingkahku memegangi kayu bakar. Berkat tungku itu, api dan kayu bekerja sama untuk memberikan energi panas yang dapat mengubah makanan mentah menjadi matang. Andai tidak ada tungku ini, api di kayu bakar tidak akan terfokus sehingga panasnya ke mana-mana. Begitu pula, guru haruslah dapat menjadi tungku yang baik sehingga mampu menyatukan energi muridnya dengan energi materi pelajaran menjadi sebuah kekuatan yang dapat mematangkan jiwa dan pikiran murid itu sendiri.

Tidak ada komentar: