Jumat, 01 Oktober 2010

Guru di Mata Mbok Siti (73)

Perbincangan siang yang panas ini cukup lama sehingga waktu pun serasa tidak ada batasnya. Mbok Siti memang layak berbicara lama untuk menelurkan gagasan yang tidak pernah habis dan gagasan itu bermakna. Sambil mengunyah singkong rebus, aku khidmat meletakkan telinga di tempatnya. Tiba-tiba, aku terhenyak melihat semut berbaris menyusul singkong di piring.

"Mbok, kok banyak semut?" tanyaku.
"Ya jelas banyak semut karena ada singkong dan daerah rumah ini tempat semut hidup", jawabnya ringan.
"Tapi, mengapa semut itu sangat berani?" kataku menunggu jawaban.

"Semut itu harus berani sehingga dapat meneruskan kehidupan semut selanjutnya", jawabnya. Andai saja semut itu takut dengan ayam karena akan dimakan, takut dengan trengiling karena juga dimakan, takut dengan air karena takut tenggelam, dan takut-takut yang lainnya, semut itu tidak akan pernah hidup.
Jadi, guru hebat tidak boleh pernah takut untuk mencapai pembelajaran yang sebenarnya. Guru beranilah yang ditunggu siswanya.

Tidak ada komentar: