Berikut ini perbedaan metode ceramah dengan metode permainan
• Memori seseorang akan lebih lama merekam sesuatu jika dia pernah mengalaminya, dibandingkan hanya dengan membaca/ mendengarkan. Memori dalam hal ini tidak sekedar proses, namun juga refleksi/ evaluasi terhadap suatu praktik/ simulasinya. Confuciuspun berujar,” Saya mendengar dan saya melupakannya. Saya melihat dan saya akan mengingatnya. Saya melakukan, maka saya akan mengerti,”
• Pada dasarnya, seseorang senang bermain. Sering kali, makin tua seseorang, dia (tanpa disengaja) makin berpikir dirinya tidak pantas lagi untuk bermain. Ketika bermain, kita bisa melepaskan segala beban pemikiran kita dan berkonsentrasi dalam permainan. Hal ini menyebabkan permainan bisa digeluti secara fisik dan nonfisik, hal yang bagus untuk penyampaian sebuah ide/ materi.
• Dalam menyelesaikan suatu dinamika, tidak banyak waktu untuk berandai – andai atau memperdebatkan suatu teori/ teknik. Tantangan di depan mata, waktu terus bergulir, sementara dinamika harus diselesaikan dengan maksimal. Dibandingkan dengan penyelesaian soal teori di kelas, kita bisa lama berandai–andai, bahkan bisa sampai berdebat kusir panjang lebar. Kemampuan melihat dan memahami dinamika/tantangan memberikan kontribusi yang besar dalam upaya penyelesaiannya.
• Metode simulasi/ praktik/ bermain dapat menjadi selingan yang menyegarkan bagi mereka yang dalam keseharian lebih banyak menerima materi melalui cara ceramah/ membaca. Sesuatu yang baru/ lain pasti akan menarik perhatian, sesuatu yang menarik perhatian biasanya akan lebih berkesan.
• Dinamika kelompok menuntut seorang peserta berinteraksi dengan orang lain. Hal ini dapat mengasah kepekaan dan toleransi terhadap (ide/ pendapat) orang lain. Kemampuan berkomunikasi juga sangat menentukan dalam keberhasilan proses dinamika.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar