Senin, 20 Desember 2010

Guru di Mata Mbok Siti (90)

Aku terheran-heran melihat sangkar burung kepodang di dahan rimbun pohon belinjo belakang rumah Mbok Siti. Burung kepodang kuning itu terasa nyaman menentukan sarang di dahan itu sehingga menetaskan empat calon burung merdu itu karena memang lokasinya aman dan tenteram tanpa gangguan. Tampak keempat kepodang cilik mendongak sambil melebarkan parunya untuk menerima makanan nikmat dari sang induk. Terlihat begitu cepat, sang induk membawa bulir buah pisang kemudian melolohkannya ke anak-anaknya. Suara begitu riuh tanda mereka bahagia.
"Kok asyik sekali, anakku", sapa Mbok sambil berada di sebelahku dan ikut menonton tanpa kedip.
"Induk kepodang itu begitu telaten dan sabar membagi makanan secara rata ke semua anaknya", jawabku.
"Itulah modal kuat induk kepodang untuk membesarkan dan mengantarkan anak kepodang untuk bisa terbang mencari makan sendiri", sahut Mbok yang tangannya masih tampak lincah saat menunjuk sangkar burung.
Jika guru mempunyai ketelatenan, ketelitian, dan kesabaran dalam menumbuhkembangkan siswanya, niscaya siswa akan tumbuh dan berkembang dengan baik pula. Sabar bukan berarti lambat. Lihatlah induk burung itu yang membagi rata makanan ke semua anaknya. Kesempatan siswa sama antara satu dengan yang lainnya. Dengan begitu, layanan juga harus sama.

Tidak ada komentar: