Kupegangi rinjing (keranjang dari bambu yang dianyam rapat stinggi 50 cm yang biasanya untuk belanja atau wadah sesuatu) dengan seksama. Maklum, selama ini tidak pernah menjumpai benda seperti itu. Yang aku tahu rangsel, keranjang pelastik, dan wadah pelastik lainnya. Ternyata, setelah aku tanya ke Mbok siti, sangat banyak hasil kebudayaan pendahulu kita yang nyaris punah karena ditinggalkan generasinya, termasuk saya yang hampir meninggalkan hasil kriya tesebut. Ada cikrak, bubu, tompo, dan yang lainnya.
"Benda-benda itu berasal dari bambu yang ada di sekitar rumah ini. Tumbuhan itu dekat dengan kita sehingga warga memanfaatkan untuk keberlangsungan hidupnya", jawab Mbok Siti sambil menunjukkan semua benda yang terbuat dari bambu. Aku manggut-manggut kagum.
"Awal mulanya adalah bambu, belum terlihat apa-apa, dan belum disebut apa-apa karena belum berubah bentuk sehingga memunculkan fungsi", kata Mbok Siti dengan tenang. Bambu berubah karena ada tujuan untuk mengubahnya. Perubahan itu tentu melalui proses berdasarkan fungsi apa yang akan dikehendaki. Semua siswa sama dan belum terlihat apa-apa. tetapi, jika siswa disentuh dengan tujuan mulia, siswa itu akan menjadi mulia. Jika disentuh dengan kebiadaban, siswa itu akan lebih biadab. Olahlah siswa dengan tujuan kemanusiawian agar benar-benar menjadi manusia beradab sehingga mempunyai nilai lebih menjadi seorang manusia. Begitulah bambu, jika diolah juga akan memberikan nilai lebih dan nilai tambah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar