Selasa, 16 November 2010

Guru di Mata Mbok Siti (86)

"Anakku, jadilah guru yang mampu masuk ke relung hati muridmu bukan  mampu masuk hanya ke pikiran dan alat indra muridmu", kata Mbok Siti mantap sambil mengumpulkan kayu bakar. Aku hanya diam sambil memahami isi pernyataan bermakna itu. Pernyataan seperti inilah yang membuatku terus berguru ke Mbok Siti meskipun wanita tua itu tidak bergelar sarjana bahkan doktor. Menurutku, semua orang itu guru jika mampu memberikan sesuatu. Mbok Siti inilah sang guru pribadiku.

"Dalam relung hati murid terdapat jiwa yang berkembang dari waktu ke waktu sehingga membentuk karakter dasar muridmu", tegas Mbok Siti saat meletakkan kayu bakar di sisi dapur. Lalu, wanita berpakaian sederhana itu duduk beralaskan batu bata di depan perapian. Aku juga segera duduk dengan mengambil batu bata sebagai alas dudukku.

"Kemampuan masuk ke relung hati siswa merupakan hal yang teramat penting dikuasai guru dengan cara praktik langsung bukan menghapalkannya", ujarnya. Lihat saja, banyak orang yang pikiran dan fisiknya bagus tetapi tidak punya jiwa sehingga mudah terombang-ambing antara berbuat baik dan berbuat jahat. Pada akhirnya, orang itu lebih mengarah ke perbuatan jahat karena angin jahat lebih kuat daripada angin baik. Tugas guru adalah memantapkan jiwa anak untuk berkembang di jalur baik sehingga murid itu kuat karakter baiknya.

Tidak ada komentar: