Jumat, 11 Juli 2008

Oleh-Oleh Raimuna Nasional 2008

Oleh Suyatno

"Oleh-oleh saya kaonak", kata Usman, peserta dari Surabaya ketika ditanya garduguru. Ya Kaonak. Kaonak merupakan bentuk salaman dari peserta Papua dengan cara mengaitkan jari tangan yang dilipat di sela-sela jari kawan bersua lalu ditarik sampai bunyi "tok". Itulah wujud persahabatan kawan sebangsa dengan ragam unik masing-masing. Ada makna mendalam saat mereka berkaonak, yakni keselarasan rasa dan kesamaan senyum yang menyeruak menjadi sebuah keakraban. Andai semua generasi muda bersua dengan keakraban tentunya Indonesia akan tegak berlandaskan kebersamaan yang akrab.

Dari kaonak tersebut, terbersit bahwa tujuan Raimuna Nasional 2008 tercapai dari sisi brotherhood-nya. Indonesia akan bergerak maju dari sebuah persahabatan yang akrab. Bentuk salam lainnya yang bersifat khas daerah masing-masing juga menyembur dari Cibubur. Salam itu berupa kode tangan, yel, suara, dan warna kebanggaan masing-=masing yang melekat di kaos, topi, dan jaket mereka. Garduguru sangat takjub memperhatikan dunia keakraban alamiah dari kaum muda Indonesia.

Oleh-oleh berikutnya, Raimuna Nasional 2008 dirancang, dilaksanakan, dan dievaluasi oleh kader muda yang masih berusia 16 s.d. 25 tahun. Di usia yang masih muda itu, mereka mengaplikasikan manajemen dan kepemimpinan secara nyata. Benturan masalah, cercaan, makian, dan kesalahpahaman tentunya terjadi secara nyata yang mampu mereka hadapi. Itulah sebuah simulasi besar yang mampu memberikan percepatan belajar bagi anak-anak muda. Kelak, mereka akan menghadapi dunia manajemen yang lebih besar di dunia kerja dengan apik pula. Itulah sebuah harapan dan sekaligus impian.

Kampung tenda yang dibangun sangat rapi dan bersih dengan model tenda beraneka ragam. Sesekali terdengar nyanyian pramuka dan lagu anak muda dari dalam tenda. Suara cekikikan, humor, dan kalimat perintah juga muncul dalam relung tenda yang dibangun peserta. Gegap-gempita itu menandakan bahwa ada segumpal asa yang membumbung dari bingkai tenda mereka. Dengan melihat kondisi itu, garduguru rasanya ingin muda kembali. Tata kemah dengan strategi manajemen tapak kemah tampak telah mereka kuasai dari daerahnya. Kebersihan terlihat jelas di kanan dan kiri tenda. Aduh, inilah gambaran generasi yang berlatih mandiri di bawah payung dasadarma pramuka.

Hanya saja, peserta Raimuna Nasional 2008 telah dikepung dagangan dari segala penjuru. Uang mereka terhipnotis untuk ditumpahkan ke barang konsumtif. Bisnis merasuki alam pikiran peserta sebagai konsumen. Andai dagangan agak dijauhkan dan diganti dengan pajangan keberhasilan seorang kaum muda, hasilnya tentu akan juga melecut prestasi mereka. Buku-buku, majalah, koran, dan cetakan lainnya yang berisi tentang kepramukaan tidak lengkap. Hanya satu kios yang menyediakan buku pramuka, yakni kios dari Jawa Barat.

Tapi, inilah sebuah gelar anak muda yang patut diapresiasi. Inilah sebuah titik awal dari sebuah perjalanan anak bangsa. Bravo Pramuka!

Tidak ada komentar: