Kamis, 24 Juli 2008

Guru, Dengarlah Suara Anak Indonesia 2008

Guru saat ini lebih dipermudah tugasnya dengan adanya komunitas anak yang mengarah ke peningkatan sumber daya anak-anak. Hanya saja, guru perlu mencermati suara anak-anak untuk digunakan sebagai inspirasi dalam mengajar di kelas. Guru, degarlah suara anak Indonesia 2008 agar dapat lebih memantapkan aspirasi anak.

Dua anak, Ida Ayu Upawita Dewi dari Bali dan Ahmad Syukri dari Sumatera Barat, sebagai perwakilan dari Kongres Anak Indonesia mendapat kesempatan membacakan Suara Anak Indonesia 2008 pada perayaan Puncak Hari Anak Nasional di Plaza Arsipel, Taman Mini Indonesia Indah, Jakarta, Rabu (23/7. Mereka dengan lantang membacakan lima dari enam butir yang seharusnya ada pada rumusan aspirasi anak hasil kongres di Bogor, Selasa kemarin, di depan tamu undangan, termasuk Presiden Republik Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono.

Keenam butir rumusan aspirasi anak tersebut antara lain berbunyi. Pertama, kami anak Indonesia bercita-cita menjadi anak yang kreatif, cerdas, berkualitas, dan terlindungi dari segala bentuk kekerasan, eksploitasi, penelantaran, dan diskriminasi.

Kedua, kami anak Indonesia membutuhkan perlindungan dari bahaya tembakau agar kami dapat tumbuh dan berkembang secara wajar.

Ketiga, kami anak Indonesia bertekad untuk meningkatkan pemahaman dan kesadaran cara hidup sehat, hak kesehatan, reproduksi, agar kami terhindar dari bahaya penyakit menular, HIV dan AIDS serta penggunaan NAPZA.

Keempat, kami anak Indonesia bertekad mempersatukan anak bangsa yang berada di daerah terpencil, daerah perbatasan, daerah terisolir dengan adanya dukungan sarana dan prasarana yang memadai.

Kelima, kami anak Indonesia bertekad untuk menyuarakan aspirasi kami melalui forum anak daerah yang akan ditindaklanjuti melalui Kongres Anak Indonesia secara berkelanjutan, sebagai wadah saling berbagi informasi dan pendidikan demokrasi yang santun sejak dini untuk membangun solidaritas anak bangsa dan keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Keenam, kami anak Indonesia menyuarakan perlunya dibentuk kementerian anak untuk merespon kebutuhan anak Indonesia.

Menurut Icha, anggota panitia kongres, butir keenam ini tidak dibacakan karena aturan protokoler. "Sebenarnya ada enam butir, cuma karena permintaan protokoler hanya dibacakan lima butir. Alasannya karena butir keenam terlalu politis," ujar Icha.

Dalam kesempatan itu, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mendorong Gubernur, Bupati, walikota dan menteri untuk memberikan perlindungan kepada anak-anak Indonesia dari tindak kekerasan, diskriminasi, dan perdagangan.

"Mereka membutuhkan pengasuhan dan perlindungan dari berbagai bentuk kekerasan, termasuk kekerasan rumah tangga. Asuh dengan penuh tanggung jawab, hentikan tindakan negatif, tidak terpuji,diskriminas i, dan perdagangan anak," kata Presiden Yudhoyono saat memberikan sambutan pada peringatan Hari Anak Nasional (HAN) di Taman Mini Indonesia Indah (TMII), Jakarta, Rabu (23/7).

Selain membutuhkan perlindungan, menurut Presiden Yudhoyono anak-anak Indonesia memerlukan peningkatan kualitas pendidikan sehingga bisa memiliki daya saing yang tinggi di masa mendatang.

"Kalau kita bicara anak, bukan hanya perlindungan, tapi bagaimana mendidik dan menyiapkan mereka menjadi kader bangsa. Dalam kaitan ini jalur pendidikan amat penting, mari kita asuh bimbing, agar ahlak budi pekerti baik, agar jasmani, fisik anak-anak kita sehat dan kuat," jelasnya.

Sumber: Kompas.com

Tidak ada komentar: