Selasa, 29 Juli 2008

Karakter Guru di Manapun Harus Sama

Oleh Suyatno

Karakter guru di manapun harus sama baik dari segi pemikiran, perasaan, perbuatan, sikap, dan keterampilannya. Ibarat seseorang yang akan bermain wayang orang, jika dia melakonkan tokoh Janaka di sebuah pentas pertunjukan, seluruh pikiran, perasaan, dan peran di panggung sepenuhnya seperti Janaka. Siapapun dia, berkarakter apapun dia sebagai manusia, jika diperankan sebagai Janaka, perilaku di pertunjukkan berubah menjadi karakter Janaka, tenang, sopan, bijaksana, pemberani, pembela, dan sifat yang lainnya.

Begitu pula, siapapun dia, karakter apapun dia, jika menjadi guru, segala perilaku, pikiran, perbuatan, dan cara asuh ke siswa harus seperti guru. Dengan demikian tidak akan ada guru pemarah, jahat, jauh dari siswa, tidak bersahabat, tanpa perencanaan, malas, dan sebagainya karena sikap yang demikian memang tidak ada dalam karakter guru.

Kondisi sekarang, perbedaan karakter guru sangat menonjol. Sekolah A diasuh guru yang suka marah. Sekolah B diajar oleh guru yang lincah dan ramah. Sekolah C dikembangkan oleh guru yang tidak mau maju dan tradisional. Jika ada 100 sekolah, berarti akan ada 100 bahkan lebih jenis karakter gurunya. Hal demikian menandakan bahwa guru sejati dengan satu karakter tidak terbentuk dengan baik. Peran guru tidak dapat dimainkan oleh mereka yang akan berperan sebagai guru dalam pertunjukan di panggung sekolah.

Andai semua orang yang akan berperan sebagai guru mau dan harus melepaskan karakter asli sebagai pribadi manusia kemudian saat di sekolah memakai dan memasang karakter baru, yakni karakter guru, pendidikan di Indonesia akan maju dan bermutu. Sekolah di manapun akan mempunyai kualitas yang sama karena diasuh oleh guru yang berperan sama. Saat di rumah, sosok manusia yang akan berperan menjadi guru boleh berkarakter aslinya karena sebagai pribadi. Namun, ketika dia berada di sekolah, karakter asalnya berubah menjadi karakter guru.

Lihatlah polisi, saat dia belum menjadi polisi mungkin berkarakter pemarah, p[emalas, tidak suka mengamati, dan sebagainya, kemudia, ketika sudah menjadi polisi, dia harus berkarakter polisi sejati. Begitu pula dengan sosok dokter, manusia yang menjadi dokter tentunya harus berkarakter dokter meskipun diperankan oleh manusia beraneka karakter. Guru sebagai sebuah profesi juga harus diperankan sebagai guru meskipun yang menjadi guru beraneka latar belakang karakter manusia.

Kapan kondisi itu terwujud sempurna?

Tidak ada komentar: