Rabu, 30 Juli 2008

Guru di Mata Mbok Siti (6)

Pagi-pagi, aku sudah berada di teras dapur rumah Mbok Siti karena memang sudah dijanjikan untuk datang. Benar juga, kopi dan ubi goreng sudah disiapkan di meja kecil dari kayu jati yang tampak reyot. "Wah, anakku sudah siap rupanya", celetuk Mbok Siti. Aku balas dengan senyum simpul malu-malu.

"Anakku, ubi goreng itu menjadi enak dimakan setelah diolah, diproses, dan dihidangkan", kata Mbok dengan pakaian kemerahan dan tampak segar. Dalam pengolahan terdapat konsentrasi dengan tujuan tunggal agar ubi dapat dimakan dengan lezat. Andai dalam pengolahan terdapat kesalahan sedikit saja, rasa ubi akan lain. Begitu pula, jika guru tidak mempunyai kemampuan mengolah, memproses, dan menghidangkan menu pembelajaran, tentu, pembelajaran akan hambar, tidak lezat, dan bisa jadi tidak dapat dinikmati oleh siswa. Guru harus dapat mengukur seberapa apik menu yang harus dihidangkan di hadapan siswa dalam konteks tertentu.

Guru tidak sekadar memberikan bahan ajar semata. "Dia harus mengetahui ukuran sajian bahan yang pas bagi anak", katanya berseloroh. Lihat saja, Kursi yang kamu duduki pasti serasa nyaman karena dibuat dengan ukuran yang pas bagi orang yang akan duduk. Ubi ini juga terasa lezat karena mempunyai tingkat kematangan yang sesuai, gurih, dan enak.

Tidak ada komentar: