Oleh Suyatno
Cibubur masih pagi, pepohonan berdiam diri menikmati sang pagi, tetapi derap kaki anak muda yang terlibat dalam Kemah Nasional bernama Raimuna Nasional 2008 melangkah ke sentra kegiatan hari itu. Garduguru sengaja datang ke lokasi pagi-pagi untuk turut menyapa kaum muda yang sedang berguru dengan alam. Tiap sentra kegiatan riuh oleh semangat dan kegembiraan peserta. mereka bernyanyi semangat sambil menunggu koordinasi pantia kegiatan.
Kaos lapangan beraneka warna menyelimuti punggung anak muda itu. Kaos warna-warni itu menandakan dinamika diri yang ingin mereka tunjukkan di arena akbar pramuka lima tahun sekali. Selang tiga puluh menit, sentra berkumpulnya anak muda itu kosong dan lengang. Mereka beranjak ke tempat kegiatan masing-masing. Ada yang jalan kaki sambil berderap baris santai dan ada yang menaiki bus yang menjelajah Kota Jakarta dan Gunung Puncak Cibodas.
Di tempat lain, di lapangan selatan tempat upacara tampak tenda santai yang mulai diisi oleh pramuka tua yang dahulu pernah ikut Raimuna dan sejenisnya. Mereka tampak akrab dan bersaudara. Memang, ciri pramuka pertama adalah persaudaraan. Garduguru menghampiri tenda itu sambil mengucap salam kawan lama. Ternyata, yang duduk di bawah tenda itu, kawan-kawan aktivis garduguru saat di pramuka.
Pembicaraan diawali dari segelas air mineral yang diteguk masing-masing. Tambah lama tambah panas pembicaraan itu. Topik utama adalah kelangsungan Gerakan Pramuka sebagai wadah yang menggembleng anak muda.
Alam adalah guru sesungguhnya yang memberikan gagasan untuk perubahan. hanya saja, mampukah alam dieksplorasi buku keilmuannya. Raimuna ini, mampukah menjadi guru yang ilmunya akan dibawa pulang oleh peserta se-Indonesia.
Saat posting ini dibuat, tanggal berada di angka 5 Juli 2008 pukul 11.00 siang dan garduguru masih berada di tengah diskusi. Lanjutannya, menyusul ya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar