Kamis, 17 Juli 2008

Guru di Mata Mbok Siti (3)

Oleh Suyatno

Aku sebenarnya ragu juga bertanya terus kepada Mbok Siti. Namun, kawanku, DJoko Adi Waluyo menitipkan pertanyaan. terpaksa, aku beranikan bertanya. "Lho, mengapa ragu bertanya anakku", ujar Mbok Siti lirih. "Waduh, Kok Tahu ya Mbok Siti dengan angan-anganku?", batinku. Semua indera ini adalah alat untuk menangkap gejala termasuk menangkap batin seseorang. "jadi, pakailah telinga untuk melihat, pakailah mata untuk mendengar, dan pakailah pikiran untuk berjalan", jelas Mbok Siti.

"Nah, pertanyaan kawanmu itu tentang apa?", pancing Mbok Siti sambil menunjukkan gigi ompongnya. Kawanku bercerita bahwa anaknya menangis saat pertama sekolah, menjerit minta jurusan IPA, anaknya minta ditunggu di sekolah saat bersekolah, dan dia membelikan buku anaknya namun keliru. "itu pertanyaanku, Mbok?", kataku pelan.

Itu bukan pertanyaan tetapi kenyataan. "Jawabnya, jadilah guru yang mengerti tentang kehendak", jawab Mbok Siti. Semua terjadi karena kehendak anak yang tidak dikehendaki dan tanpa terkehendaki orang di luar anak itu. Anak ngomel, menangis, marah, merajuk, dan meminta merupakan sebuah kehendak anak yang tidak berada pada kesesuaian kehendak itu. "Nak, jadilah guru yang seirama dengan kehendak anak. Niscaya, anak tidak menagis melainkan gembiran.

Tidak ada komentar: