Sabtu, 19 Juli 2008

Kebodohan Guru Jika Anggap Siswa Bodoh

Oleh Suyatno

Kebodohan yang paling tinggi tingkatnya adalah menganggap orang lain bodoh. Begitu pula, guru yang anggap siswanya bodoh merupakan guru yang berada dalam level kebodohan tingkat tinggi. Bodoh bukan berarti gagal dan pandai bukan berarti sukses. Kebodohan dan kepandaian merupakan sesuatu yang relatif. Hari ini bodoh besok pandai. Hari ini pandai lusa tidak sukses. Oleh karena itu, semua siswa tidak bodoh karena dia pandai dalam potensi yang dimilikinya.

Winston Churchillnegarawan, ahli pidato, ahli strategi, mantan perdana menteri, dan pemenang nobel 1953 pernah tidak naik kelas 6 sekolah dasar. Guru-gurunya menganggapnya bodoh. Masa kecilnya dihabiskan oleh ketololan dan kebodohan yang tidak perlu. Begitu pula, Thomas Alva Edison, pemegang lebih 1000 hak paten, penemu bola lampu, dan jutawan saat kelas 3 SD dikeluarkan dari sekolah karena selalu mendapatkan nilai jelek dan guru sekolahnya selalu mengeluh. Akibat ibu yang tetap menganggap Edison seorang yang pandailah, Edison menjadi pandai. Riwayat Marlyin Monroe, Sylvester Stallon, Walt Disney, Charles Darwin, dan tokoh yang lain juga mengatakan bahwa mereka masa sekolahnya dianggap bodoh.

Anggapan bodoh dari guru-guru para tokoh di atas merupakan kekonyolan yang luar biasa. Hanya karena guru tidak menemukan titik sentuh untuk membuka diri yang sebenarnya dalam anak itu, guru langsung mengecap bodoh. Tiap anak mempunyai titik sntuh sendiri-sendiri yang kadang belum terlihat saat di sekolah.

Kemampuan guru dalam mencermati potensi siswa sesuai dengan titik sentuhnya sangat diperlukan. Guru perlu jam terbang dalam mencermati titik sentuh siswa. Di samping itu, guru perlu terus memacu diri dengan melalui membaca, berdiskusi, berkarya, dan berani mengidentifikasi titik sentuh siswa.

Terlalu banyak siswa yang telah dianggap bodoh oleh gurunya. Siswa yang berkejiwaan rendah akan segera turut memvonis dirinya bodoh selamanya akibat ucapan gurunya. Jadi, jika siswa dianggap bodoh, dia akan dapat lebih bodoh. Sebaliknya, ada pula siswa yang awalnya disebut bodoh dan pada saat lain, dia terlecut untuk membuktikan kalau dirinya sebenarnya pandai. Tampaknya, jumlah yang menganggap dirinya bodoh seterusnya jauh lebih banyak dibandingkan yang berubah menjadi nberprestasi.

Kecerdasan guru tentunya ditentukan oleh keberanian dia menganggap siswanya pandai meskipun dalam keadaan yang saat itu kurang mampu. Keberanian seperti itu sangat diperlukan dalam kondisi saat ini. Lawanlah kebodohan dengan keberanian menyebut semua siswanya pandai.

Tidak ada komentar: