Minggu, 14 Agustus 2011

Bung Karno, Pramuka, dan Perpustakaan Bung Karno di Blitar

Oleh Suyatno

Ternyata, Bung Karno adalah sosok presiden yang didasari oleh jiwa pramuka dalam melaksanakan Amanat Penderitaan Rakyat. Jiwa pramuka selalu ditandai oleh tujuh pilar kepramukaan, yakni progresif, sistem berkelompok, alam, belajar sambil melakukan, didukung oleh orang dewasa, kiasan simbol, dan kode etik pramuka.

Lihat saja, Bung Karno selalu personal progresion (perkembangan pribadi) dalam melangkah dari waktu ke waktu. Tiap bertambahnya waktu ada saja yang dilakukan Bung Karno demi masa depan bangsa Indonesia. bahkan, di penjara pun, Bung Karno tidak henti-hentinya menimba ilmu melalui membaca dan menulis di samping bergaul dengan masyarakat lingkungan penjara. Sebagai perwujudan sistem berkelompok, Bung Karno tidak henti-hentinya bekerjasama dengan siapapun untuk menggapai tujuan keindonesiaan. Lalu, belajar sambil melakukan ditandai oleh kepiawaian Bung Karno dalam menerapkan segala kehidupan dari melukis, menggambar, musik, dan berpolitik. Aspek alam dijalankan Bung Karno dengan terlibat langsung baik di kota maupun di desa. Semua tindakan itu, selalu ditandai oleh simbol yang memudahkan semua orang memaknai, seperti Sarinah, Jasmerah, Trikora, dan seterusnya. Terakhir, tiap tindakan Bung karno senantiasa diwarnai oleh tindakan etis.

Itulah hasil diskusi yang dilaksanakan di perpustakaan Bung karno Blitar dalam rangka 50 tahun Gerakan Pramuka. Diskusi diikuti oleh 100 pramuka dan pembina di ruang teater pada Kamis, 11 Agustus 2011 seusai ziarah pramuka di makam Bung Karno. Pembicara pada saat itu adalah Kak Pratiknyo sebagai pembicara kunci dari Pemkot Blitar, Kak Hartono dari wakil perpustakaan Bung Karno dengan topik Bung Karno dalam Kepramukaan di Lembaran Sejarah, Kak Taufik dari Kwarcab Blitar Kota dengan topik Aktualisasi Peran Bung karno dalam Kepramukaan, dan Suyatno wakil dari Kwarda dengan topik Merunut Jiwa Merdeka Pramuka membangun bangsa.

Diskusi berjalan hangat meskipun suasana dalam keadaan berpuasa. Diskusi dimulai pukul 15.00 dan diakhiri 17.25 WIB. "Dari diskusi ini, saya terbuka tentang sejatinya Gerakan Pramuka", kata Endang, salah satu peserta diskusi. Ternyata, mengukur seorang itu pramuka atau tidak dapat dilakukan dengan mudah. "Kita tinggal mencocokkan pilar pramuka ke dalam kiprah seseorang", kata Kak Slamet.

Diskusi dilaksanakan dalam rangka memperingati 50 tahun Gerakan Pramuka. Namun, sebaiknya diskusi dilakukan setiap saat agar Gerakan pramuka dapat lebih mudah dimaknai dan diimplementasikan di kalangan rakyat. "Saya berharap, Gerakan pramuka diikuti oleh semua anak muda di mana pun berada", Kata Suyatno.

Tidak ada komentar: