Banyak guru memandang bahwa pembelajaran inovatif ditentukan hanya oleh prosedur atau urutan yang ditetapkan. Aspek lain tidak diperhatikan. Padahal, sekuat apapun prosedur yang ditetapkan jika tidak didukung oleh bahasa guru yang berterima bagi siswanya, siswa tidak akan pernah mengalami perubahan.
Bahasa guru berbeda dengan bahasa seorang guru ketika berkomunikasi dengan sebayanya di rumah atau di luar kelas. Bahasa guru adalah sebentuk bahasa yang khusus digunakan oleh guru di kelas agar siswa dapat dengan cepat mengalami kemajuan pembelajaran. Dalam berbahasa di kelas, guru diperlukan memilih kata yang sesuai dengan perkembangan siswa, mengatur intonasi, mengelola kekuatan bahasa, dan memvariasikan bentuk berbahasa di kelas. Pengelolaan bahasa tersebut bermuara pada keberhasilan pembelajaran.
Kenyataan membuktikan bahwa banyak siswa sulit memahami, bebal dalam menguasai konsep, dan menyerah ketika disodori oleh persoalan bukan karena siswa tersebut tidak berotak. Siswa tersebut tidak paham dengan bahasa yang digunakan oleh guru. Kalimat guru berputar-putar. Ucapan tidak dapat dimengerti. Bahasa guru tidak dapat diambil kata kuncinya.
Oleh karena itu, guru inovatif harus sadar akan perlunya kemampuan menggunakan bahasa di kelas. Bahasa guru yang baik selalu lugas, tidak berputar-putar, kata-kata sesuai dengan perkembangan bahasa siswa, dan berintonasi. Siswa cepat menangkap setelah mendengarkan uraian guru. Bahkan, kata-kata guru menguat di memori siswa secara mendalam. Pada akhirnya, berkat bahasa guru, siswa terisnpirasi melakukan sesuatu kelak saat di dunia kemasyarakatan.
Kalimat baku bahasa Indonesia sudah mengajari kita semua dengan struktur yang jelas. Struktur tersebut menggiring pengguna bahasa agar senantiasi berpikir logis. Begitu pula, bahasa guru hendaknya berstruktur, sederhana, dan mudah dipahami.
Jadi, ketidakberhasilan pembelajaran di kelas, dapat pula ditentukan oleh bahasa guru yang buruk dan bukan karena metodenya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar