Kamis, 28 April 2011

Menteri Pendidikan, Muh Nuh: Anak Bangsa ini Harus Diisi Mental Kebangsaan

Terkait dengan NII, Menteri pendidikan Muh. Nuh juga geram. Berikut ini wawancara wartawan dengan M Nuh di sela-sela acara Musyarawah Perencanaan Pembangunan Nasional 2012 di Gedung Bidakara, Jl Gatot Soebroto, Jakarta, Kamis (28/4/2011):

Terkait NII, Anda akan memanggil rektor-rektor?

Ada atau tidak ada urusan dengan NII atau hal-hal yang lain kita sudah punya
mekanisme pertemuan dengan pimpinan perguruan tinggi. Itu salah satu agenda yang menarik yang akan dibahas dalam pertemuan rektor ke depan ini yaitu membangun
karakter.

Jadi pada intinya, pembangunan karakter akan kecintaan terhadap negara yang berbasis pada kasih sayang dan toleransi. Diyakinkan bahwa di negara ini sudah ada empat pilarnya (Pancasila, UUD 1945, Negara Kesatuan Republik Indonesia dan Bhinneka Tunggal Ika).

Ada kerjasama dengan Kementerian Agama?

Tentu itu juga merupakan bagian. Jadi kan ada materi-materi yang penanggungjawabnya
itu adalah Kementerian Agama yaitu pelajaran-pelajaran agama. Karena itu pada waktu rapat di Wapres, sepakat untuk melakukan revitalisasi pelajaran agama, bukan hanya agama Islam tetapi semua agama, itu coba dilakukan revitalisasi. Itu bukan hanya pengetahuan berbasis agama semata tetapi juga harus diterjemahkan dalam perilaku. Hal-hal yang sifatnya pemikiran, terutama yang radikal itu tidak bisa dilawan atau dicegah dengan yang bukan pemikiran. Jadi pemikiran itu harus dilawan dengan pemikiran.

Oleh karena itu, di kampus-kampus sudah saatnya dibuka ruang untuk berdiskusi secara
akademik, karena memang di kampus itu medianya akademik, keilmuan. Oleh karena itu, harus dibuka dialog. Dari dialog itulah kemudian muncul pemikiran-pemikiran yang lebih fresh. Sekarang ini kan seakan-akan kita dikejutkan, seakan-akan pemikiran yang empat pilar itu sudah selesai, tetapi tiba-tiba ada aliran yang sangat bertentangan dengan 4 pilar itu. Itu menunjukkan pentingnya ruang dialog. Sekarang kan tidak ada dialog-dialog tiba tiba mbledos (meletup).

Akan ada edaran di kampus-kampus untuk mengawasi NII?

Tidak harus dalam bentuk surat edaran tapi nanti di pidato saya pas tanggal 2
Mei (Hardiknas) yang besok itu sudah saya sampaikan, bukan hanya ke perguruan tinggi tetapi juga sekolah-sekolah untuk memberikan ruang aktivitas positif dan memberikan
perhatian yang lebih. Jadi saya kan sering mengibaratkan kalau kita punya lahan, itu kita biarkan kosong kan nanti bisa diisi macam-macam karena lahannya mengganggur.

Pemikiran juga begitu, anak-anak kan juga punya lahan pemikiran kalau nanti tidak diisi, tidak dijaga maka mesti ada yang mengisi, menjaga kelompok-kelompok 'liar'. Oleh karena itu, ini yang harus kita lakukan supaya kampus, sekolah membuka aktivitas yang lebih banyak termasuk ekstra-ekstra. Salah satu yang kita canangkan revitalisasi Pramuka. Pramuka itu jelas mengajarkan kesetiakawanan, kreativitas.

Sebagai Mendiknas, Anda melihat banyaknya generasi muda yang terpengaruh dengan aliran radikalisme sebagai gejala apa?

Satu yaitu gejala tentang lemahnya pemahaman prinsip-prinsip dasar bernegara. Seakan-akan negara itu pilarnya bisa diganti setiap saat tergantung siapa penduduknya padahal negara ini adalah suatu yang tempatnya sudah fixed. Yang boleh berubah-ubah yang dinamis itu isinya tapi bentuk wilayahnya itu sudah dengan 4 pilar itu.

Oleh karena itu, bentuk perdebatan seperti pada tahun 1980-an, perdebatan azas tunggal, itu diskusinya ramai sekali. Beberapa organisasi keagamaan telah menyampaikan bahwa itu sudah final, kalau debat tentang bentuk negara, falsafah hidupnya yang berkaitan dengan negara itu terus diperdebatkan, itu tidak akan selesai, kita tidak sempat mengisi.

Perdebatan itu sudah selesai 50 tahun yang lalu. Sekarang fasenya adalah fase mengisi, tetapi generasi ini kan ganti terus. Orang-orang tua dulu yang sepakat memang sudah sepakat tetapi generasi yang baru ini kan belum tentu sepakat. Karena itulah diperlukan satu diskusi yang bisa menumbuhkan pemikiran-pemikiran yang terkait dengan bentuk, falsafah negara, prinsip-prinsip negara. Tidak usah malu-malu, kalau itu memang ada perbedaan itu bisa diperdebatkan, bisa didiskusikan akademik.

Kalau tidak ada ranah diskusi secara akademik tahu-tahu penyimpangan-penyimpangan, nggak pakai ngomong, mbledos. Itu kan jauh lebih berbahaya. Oleh karena itu, sebelum terjadi, dibukalah ruang itu. Karena kampus itu kan basisnya keilmuan, menanamkan nilai-nilai kenegaraan.

Apakah maraknya pemikiran radikal di kampus itu sebagai bentuk kegagalan dari dunia pendidikan?

Saya tidak mengatakan apakah ini gagal atau tidak gagal. Karena urusan ini bukan urusan di dunia pendidikan tapi masyarakat keseluruhan. Sejak reformasi, istilah-istilah yang berkaitan dengan nilai-nilai kenegaraan kan jarang dibahas, seakan-akan sudah ditinggalkan. Oleh karena itu, sudah saatnya dengan fenomena yang sekarang ini kita harus waspada bahwa masih ada saudara-saudara kita yang menghendaki empat pilar itu coba diganti dengan pilar yang lain.

Itu yang harus dilakukan dan tidak boleh berhenti karena generasinya terus berganti.
Generasi dulu mungkin sudah paham tapi yang baru kan tidak paham lagi. Oleh karena itu, kita harus melakukan secara rutin.

Tadi malam saya rapat sampai pukul 23.00 WIB untuk melakukan review tentang pelajaran mulai dari PPKN, kewarganegaraan, dan seterusnya dalam rangka memantapkan isi dari prinsip-prinsip bernegara itu.

Konkretnya bagaimana? Apa perlu ditambah jamnya?

Belum perlu ditambah. Tapi pendekatannya harus lebih ditingkatkan. Lalu ada penambahan kegiatan-kegiatan yang lebih menumbuhkan kecintaan pada Tanah Air. Kegiatan di kemahasiswaan harus diisi, kalau tidak diisi orang.

Kalau pesantren bagaimana kurikulumnya?

Pesantren besar-besar sudah lama aman. Kalau di bawah naungan NU atau Muhammadiyah itu aman. Dulu NU, soal azas tunggal tentang pentingnya Pancasila. Fatwa dari muktamar NU sudah jelas. Sekarang ini kan trennya ada yang mencoba perdebatan untuk mengubah 4 pilar itu.

Ada pengawasan Al Zaytun?

Saya tidak tahu urusan yang sangat spesifik.(sumber: detikNews.com)

Tidak ada komentar: