Betapa asyik dan menyenangkannya suasana kelas saat guru mengajarkan suatu topik dengan teknik kartu konsep. Semua bahan pembelajaran dituliskan di kartu konsep, baik fakta, konsep, prinsip, maupun prosedurnya. Sang guru memegangi kartu konsep itu sebgai acuan perjalanan materi yang disampaikan. Kartu konsep itu seakan menjadi pemandu arah pembelajaran dari awal sampai akhir.
Hasil yang diperoleh adalah (1) pembelajaran berlangsung sangat efektif karena gagasan guru tidak lari dari acuan yang ada, (2) alur pembelajaran terarah dan terukur, (3) materi yang sekiranya telah disampaikan dapat diulang dengan mengambil kembali kartu yang telah disampaiakn sedari awal, (4) siswa dapat merunut materi dengan cara mengurutkan atau memilih kartu konsep yang sekiranya belum dipahami, dan (5) pembelajaran menjadi menyenangkan karena guru sangat terbuka dan apa adanya dengan menunjukkan kartu konsep itu.
Memang, teknik kartu konsep merepotkan persiapan guru sebelum di kelas. Guru harus membuat kartu konsep seukuran KTP, lalu kartu tersebut ditulisi konsep yang hendak disampaikan ke siswa. Kartu yang sudah ditulisi itu, kemudian diurutkan berdasarkan penyajian guru. Betapa susahnya penyiapan bahan mengajar seperti itu. Namun, bagi guru yang berorientasi pada keberhasilan pembelajaran, usaha seperti itu tidak menjadi soal karena justru akan menghasilkan kepuasan.
Itulah kenangan bagi dosen Bahasa Indonesia Unesa, Drs. Affan Zaini, yang pada tahun 1980-an menggunakan teknik kartu konsep dalam setiap memberikan kuliah. Kenangan itu menginspirasi untuk pembaharuan pembelajaran dengan kartu konsep. Pada Minggu, 4 April 2011, Pak Affan, begitu biasa dipanggil, telah mendahului ke alam barzah, tetapi teknik kartu konsep menjadi gaya mengajar sebagai warisan murid-muridnya. Selamat jalan pak Affan Zaini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar