Raimuna Nasional 2012: Rekreasi ke Perbatasan sebagai Salah Satu Kegiatan Raimuna yang Asyik
Inilah kesempatan yang perlu dilakukan karena kebetulan Raimuna dilaksanakan di perbatasan negara. Peserta Raimuna dapat menyempatkan ikut paket wisata perbatasan. Sebagai bekal awal, berikut ulasan tentang kunjungan ke perbatasa.
Keelokan alam dan kehijauan pohon-pohon di
sepanjang jalan menuju perbatasan Republik Indonesia (RI) dan negara
tetangga Papua New Guinea (PNG) terasa menyejukkan. Untuk mencapai
gerbang perbatasan dua negara, dibutuhkan kurang lebih tiga jam dari
Kota Jayapura dengan menempuh jalur darat.
Lebih kurang 3 km dari tapal batas menuju gerbang perlintasan utama,
terdapat pos penjagaan pertama. Desa Wutung, Kecamatan Skouw.
Wutung adalah desa terakhir di Indonesia yang berbatasan langsung dengan
negara tetangga. Mendekati ujung jalan perbatasan, kehidupan masyarakat desa mulai
terasa sibuk. Apalagi keberadaan pasar tradisional dengan pedagang dan
pembeli yang sibuk dengan kegiatan tawar-menawar harga. Masyarakat Desa
Wutung sedikit lebih beruntung karena pasar tradisional terdapat di
wilayah Indonesia. Itu membuat orang-orang dari daerah Vanimo yaitu
wilayah terdekat di PNG ke perbatasan, harus memasuki wilayah Indonesia
untuk berbelanja. “Gerbang perbatasan dua negara akan ditutup pukul
16.00,” kata petugas penjaga perbatasan RI-PNG, Sersan I Ari Purwanto.
Selain pos penjagaan kedua negara, menara pengintai, kantor imigrasi,
dan rumah- rumah dinas para petugas perbatasan, tapal batas dua negara
ini sibuk dengan orang yang berlalu lalang. Entah dari PNG ke Indonesia,
atau sebaliknya. “Masyarakat dua negara di sini masih memiliki hubungan
persaudaraan. Banyak juga penduduk PNG yang memiliki ladang di Papua.
Orang Papua juga begitu, banyak yang memiliki tanah adat di wilayah
PNG,” katanya.
Tidak seperti tapal batas dua negara lainnya di Indonesia, perbatasan
Papua dan PNG terasa semarak dengan tempat-tempat peristirahatan yang
dibangun dengan arsitektur tradisional Papua, lengkap dengan hiasan
tifatifa raksasa. Itu menjadikan perbatasan dua negara ini menjadi objek
wisata yang banyak dikunjungi masyarakat dari kedua negara. Khusus
penduduk perbatasan, setiap kali melintas hanya menggunakan kartu merah.
Adapun orang di luar Desa Wutung harus membawa paspor, baru boleh
melintas.
Yang menarik lagi, di antara dua Gerbang Selamat Datang masing-masing
negara, terdapat zona bebas yang hanya berjarak 10 meter. Melewati zona
bebas dan memasuki wilayah PNG masih diizinkan untuk para wisatawan
yang ingin berpose di dekat bendera PNG, ataupun dekat merah putih jika
wisatawan itu berasal dari PNG, selama gerbang perbatasan belum ditutup.
Di perbatasan dua negara ini, sama sekali tidak terasa suasana yang
kaku.
Jangan lupa, belilah oleh-oleh berupa buah, kaos, benda seni, dan kerajinan dari PNG yang dijual di seberang. Penegak Pandega dapat memanfaatkan zona bebas itu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar