Rabu, 11 Januari 2012

Raimuna Nasional 2012: Rekreasi ke Perbatasan sebagai Salah Satu Kegiatan Raimuna yang Asyik

Inilah kesempatan yang perlu dilakukan karena kebetulan Raimuna dilaksanakan di perbatasan negara. Peserta Raimuna dapat menyempatkan ikut paket wisata perbatasan. Sebagai bekal awal, berikut ulasan tentang kunjungan ke perbatasa. 
Keelokan alam dan kehijauan pohon-pohon di sepanjang jalan menuju perbatasan Republik Indonesia (RI) dan negara tetangga Papua New Guinea (PNG) terasa menyejukkan. Untuk mencapai gerbang perbatasan dua negara, dibutuhkan kurang lebih tiga jam dari Kota Jayapura dengan menempuh jalur darat.
Lebih kurang 3 km dari tapal batas menuju gerbang perlintasan utama, terdapat pos penjagaan pertama. Desa Wutung, Kecamatan Skouw. Wutung adalah desa terakhir di Indonesia yang berbatasan langsung dengan negara tetangga. Mendekati ujung jalan perbatasan, kehidupan masyarakat desa mulai terasa sibuk. Apalagi keberadaan pasar tradisional dengan pedagang dan pembeli yang sibuk dengan kegiatan tawar-menawar harga. Masyarakat Desa Wutung sedikit lebih beruntung karena pasar tradisional terdapat di wilayah Indonesia. Itu membuat orang-orang dari daerah Vanimo yaitu wilayah terdekat di PNG ke perbatasan, harus memasuki wilayah Indonesia untuk berbelanja. “Gerbang perbatasan dua negara akan ditutup pukul 16.00,” kata petugas penjaga perbatasan RI-PNG, Sersan I Ari Purwanto.

Selain pos penjagaan kedua negara, menara pengintai, kantor imigrasi, dan rumah- rumah dinas para petugas perbatasan, tapal batas dua negara ini sibuk dengan orang yang berlalu lalang. Entah dari PNG ke Indonesia, atau sebaliknya. “Masyarakat dua negara di sini masih memiliki hubungan persaudaraan. Banyak juga penduduk PNG yang memiliki ladang di Papua. Orang Papua juga begitu, banyak yang memiliki tanah adat di wilayah PNG,” katanya.

Tidak seperti tapal batas dua negara lainnya di Indonesia, perbatasan Papua dan PNG terasa semarak dengan tempat-tempat peristirahatan yang dibangun dengan arsitektur tradisional Papua, lengkap dengan hiasan tifatifa raksasa. Itu menjadikan perbatasan dua negara ini menjadi objek wisata yang banyak dikunjungi masyarakat dari kedua negara. Khusus penduduk perbatasan, setiap kali melintas hanya menggunakan kartu merah. Adapun orang di luar Desa Wutung harus membawa paspor, baru boleh melintas.

Yang menarik lagi, di antara dua Gerbang Selamat Datang masing-masing negara, terdapat zona bebas yang hanya berjarak 10 meter. Melewati zona bebas dan memasuki wilayah PNG masih diizinkan untuk para wisatawan yang ingin berpose di dekat bendera PNG, ataupun dekat merah putih jika wisatawan itu berasal dari PNG, selama gerbang perbatasan belum ditutup. Di perbatasan dua negara ini, sama sekali tidak terasa suasana yang kaku.

Jangan lupa, belilah oleh-oleh berupa buah, kaos, benda seni, dan kerajinan dari PNG yang dijual di seberang. Penegak Pandega dapat memanfaatkan zona bebas itu.

Tidak ada komentar: