Oleh Suyatno
Guru bukanlah dewa atau malaikat yang selalu benar semua tindakan dan ucapannya. Guru juga manusia, yang tidak pernah lepas dari salah dan khilaf termasuk salah ucap ke siswanya. Kadang yang diucapkan guru menyinggung perasaan salah satu siswanya meskipun menurut siswa lain tidak menyinggung perasaan. Kadang, guru merasakan bahwa ucapannya sudah tepat untuk dikonsumsi siswa tetapi malah memunculkan persepsi negatif. Bahkan, ada guru yang terang-terangan berkata jorok di depan siswa dan siswa langsung menghunjam kata-kata itu dengan cara mendiamkan dan menjauhinya.
Tidak jarang, guru membuat hubungan dengan siswanya terganggu. Inilah cara meminta maaf pada siswa tanpa membuat guru harus kehilangan wibawa di depannya.
1. Mengaku bersalah
Sadari bahwa guru telah membuat kesalahan, dan akui itu di hadapan siswa. Inilah salah satu faktor penting dalam meminta maaf. Guru yang demikian itu pastilah diacungi jempol siswanya. Tidak jarang ini sulit dilakukan, karena guru merasa gengsi. Lupakan gengsi, kalau memang tidak ingin masalah terus berlarut.
2. Tulus
Ketika meminta maaf, guru harus tulus. Siswa akan gampang mengetahui ketika guru berbohong tentang hal ini. Siswa merupakan orang yang cepat menangkap perubahan mimik gurunya. Jadi, tuluslah dengan mimik yang juga tulus tanpa dibuat-buat.
3. Tenang
Meminta maaf dalam keadaan emosi dan marah akan percuma. Kalau guru belum bisa bersikap tenang, katakan pada siswa bahwa guru butuh waktu untuk sendiri, sebelum melanjutkan pembicaraan dengannya. Kemudian, pikirkan apa yang terjadi dan apa penyebabnya agar pikiran jadi tenang.
4. Tepat sasaran
Katakan permintaan maaf guru secara langsung dan dalam kalimat yang tidak berbelit-belit. Sedapat-dapatnya, minta maaf tidak dititipkan kepada siapapun. Ingat, yang dimintakan maaf adalah sikap guru yang baru saja terjadi, bukan orang lain. Misalnya, mintalah maaf atas kemarahan dan ucapan guru yang kasar, bukan atas kepribadian guru yang emosional.
5. Jangan menyalahkan
Jangan balik menyalahkan siswa hanya untuk membenarkan sikap guru. Misalnya, dengan mengatakan bahwa seandainya ia tidak malas, guru tidak akan marah terus padanya. Ini sama saja guru tidak meminta maaf, melainkan justru menyalahkannya.
6. Meminta maaf
Mengatakan bahwa guru bersalah dan bertanya apakah siswa mau memaafkannya akan mempermudah guru mengungkapkan penyesalan, sekaligus membuat siswa belajar memahami cara memperbaiki hubungan.
7. Evaluasi
Bersama siswa, lihat kembali bagaimana guru bisa menyelesaikan masalah itu dengan baik, dan sepakati cara yang akan dilakukan bila masalah yang sama terjadi lagi nanti.
8. Lupakan
Bagaimanapun juga, guru hanya seorang manusia, yang tentu tidak sempurna dan bisa berbuat salah. Namun, jangan terus berkutat pada rasa bersalah itu. Setelah meminta maaf, lupakan masalah tersebut dan berusahalah untuk tidak mengulanginya lagi, sama seperti ketika guru memintanya tidak mengulang kesalahan.
9. Jangan berlebihan
Berlebihan dan selalu meminta maaf, bahkan untuk hal-hal yang sangat sepele, justru akan membuat guru kehilangan wibawa. Mintalah maaf karena memang bersalah, bukan karena guru berusaha menerapkan disiplin atau hukuman yang terbilang wajar, atas kesalahannya.
Hasil dari meminta maaf dengan kesembilan syarat itu akan melapangkan hati guru dan memaksimalkan kinerja. Untuk itu, guru jangan pelit dengan maaf. Perbesarlah hubungan manusiawi terhadap siswa-siswanya karena mereka juga manusia meskipun saat ini masih dipersepsikan serba kurang, kurang besar, kurang pandai, kurang sopan, dan sebagainya. memang siswa berada dalam posisi kurang untuk menuju ke posisi mantap. Itulah proses pembelajaran yang diasuh guru sejati.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar