Sabtu, 06 September 2008

Mengajar dengan Cerita

Oleh Suyatno

Mengajar dengan cerita? Ah, ya pastilah dapat dilakukan guru. Bukankah tiap hari guru selalu dengan cerita? Bukan itu maksudnya. Yang dilakukan guru tiap hari itu namanya ceramah yang ditandai dengan suara yang datar, instruksional, formal, dan tidak ada kisahnya. Kondisi yang demikian itu ditandai juga oleh sikap siswa yang diam karena takut, jenuh, mencatat, dan bosan yang tidak terobati sampai jam pelajaran berakhir. Cobalah, guru mulai berani melepaskan tradisi ceramah ke tradisi yang menyegarkan dalam pembelajaran. Salah satunya adalah gaya mengajar dengan cerita.

Era Plato, 200 tahun sebelum masehi, pembelajaran bagi generasi muda banyak dikemas dengan cara cerita. Parsia, negeri dongeng, dahulu juga menerapkan pola cerita untuk mengajar generasi mudanya. AlQuran, dalam menyampaikan pesannya, juga dikemas dengan cerita. Lihat pula, ibu-ibu dapat tahan berjam-jam untuk ngrumpi dengan cerita satu ke cerita yang lainnya. Cerita merupakan salah satu cara penyampaian yang dikenal banyak orang.

Mengajar dengan cerita merupakan salah satu gaya mengajar yang menyenangkan bagi siswa karena memberikan keasyikan untuk didengarkan. Suatu hari, Pak Tukimin, bercerita tentang segi tiga sama kaki yang dibumbui tokoh, ada alur cerita, ada latar cerita, dan dikemas dengan suara yang bervariasi. Diceritakannya, seorang nenek akan membagi sawahnya ke anak-anaknya dengan cara segi tiga sama kaki agar seimbang pembagiannya. Siswa asyik mendengarkan sambil memecahkan kasus nenek itu dengan rumus yang dibuatnya. Begitu pula, mata pelajaran lain dapat dikemas dengan cerita. Pembelajaran metamorfosis juga dapat dikemas dalam cerita dengan tokoh, tema, alur, dan latar yang disukai anak.

Berikut ini cara untuk mengajar dengan cerita agar isi cerita dapat dipahami dengan baik oleh anak. Pertama, pilihlah topik pembelajaran yang akan dikemas dengan cerita. Kedua, tentukan kerangka ceritanya, yakni tema, alur, tokoh, dan latarnya. Ketiga, tetap berpegang pada inti pelajarannya sehingga tidak menyimpang ke sisi cerita lainnya. Keempat, karena pembelajaran cerita mengutamakan suara, cobalah suara guru dibuat beraneka warna, diayun, ditinggikan, direndahkan, dan dibaritonkan jika diperlukan untuk penekanan topik tertentu. Kelima, pandanglah ke siswa saat bercerita dengan mimik yang memikat. Keenam, bila perlu, gunakan media berupa boneka, gambar, grafik, atau apa saja untuk menguatkan cerita. Cobalah.

Tidak ada komentar: