Dari mana sebenarnya untuk mengukur mutu pendidikan? Jawabnya, dari mana saja. Kalau untuk kepentingan politis, mutu diukur dari pembuat kebijakannya. kalau dari sisi ekonomisnya, mutu pendidikan diukur dari seberapa besar dana diserap untuk keberlangsungan pendidikan. Kalau dari sisi perkembangan generasi, mutu pendidikan diukur dari prestasi siswa. kalau dari sisi sosial, mutu pendidikan diukur dari seberapa dikenal oleh masyarakat sekitarnya. Nah, dari mana saja pendidikan dapat diukur mutunya.
Secara umum, keberhasilan pendidikan diukur dari indeks perolehan nilai prestasi belajar siswa selama di bangku sekolah dan keterkaitannya dengan studi lanjutnya. Dari indeks tersebut, dapat dilihat keberhasilan guru dalam menguatkan indeks prestasi siswa. Sarana pembelajaran dapat dilihat kebertunjangannya. Begitulah seterusnya. Namun, benarkah indeks itu dapat mengukur secara objektif mutu pendidikan kita? Bemum tentu juga karena sekarang sedang musim pendongkrakan nilai ujian agar memberikan daya gengsi dan tidak dimarahi pejabat yang lebih tinggi.
Kalau memang susah juga mengukur dari indeks prestasi, kita dapat melakukan pola nilai dari masyarakat sekitar dan masyarakat umum dengan melibatkan ratusan responden. Kalau rata-rata 90% masyarakat menyatakan bahwa sekolah tersebut telah memberikan manfaat bagi keinginan peserta, berarti sukses juga sekolah itu. Tetapi, kalau jumlah masyarakat di rekayasa untuk memberikan pilihan yang benar agar mendapatkan presentase yang tinggi, ya sama saja mutu tidak dapat diukur.
Kalau begitu, biarkan anak sendiri yang harus mengukur mutu pendidikan di sekolah itu. kalau untuk keseluruhan, maksudnya beberapa sekolah, ya perlu dilakukan tes untuk semua sekolah. He.He. Tambah nglantur.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar