Jumat, 12 September 2008

Guru di Mata Mbok Siti (18)

Tidak ada kepul asap di dapur reyot itu. Padahal, biasanya, pagi seperti ini, ada asap yang menggantang air untuk secangkir kopi. Mbok Siti terlihat membersihkan rumput di pelataran sempit itu.

"Sedang apa Mbok?", sapaku.
"Pagi juga anakku. Kok Tumben pagi-pagi ke sini?", tanya Mbok yang berkeringat sambil menyeka bulir air di wajah kerut itu.
"Puasa juga rupanya, Mbok", isengku pada Mbok Siti.
"Iya, anakku. Puasa itu milikku. Puasa itu milik semua juga", jawabnya ringan. Puasa merupakan lahan intropeksi segala putaran pengalaman seseorang dari yang lalu sampai sekarang. Puasa merupakan daya intip batin untuk ke depan. "Guru juga tidak terkecuali, harus senantiasa berpuasa", ujarnya. Jika guru kuat berpuasa, dia akan dapat jernih melihat rekam peristiwa keguruan yang dijalaninya bersama siswa. Dia juga akan mampu memunculkan butir murni antisipasi keguruan untuk siswanya ke depan. Hidup adalah puasa. Hidup guru adalah puasa yang terus menerus agar tercapai daya konsentrasi membuka diri.

Tidak ada komentar: