Rabu, 03 September 2008

Guru di Mata Mbok Siti (14)

Pagi itu, cuaca sangat panas, karena matahari tampak berada di posisi paling dekat dengan kepala ini. Panas, gerah, dan keringat bergantian mengambil peran. Aku masih saja meneruskan perjalanan ke Mbok Siti di terik yang paling terik itu.

"Mengapa gusar dengan panas matahari anakku?" ujar Mbok Siti santai sambil memandangi aku turun dari sepeda motor butut itu. "Hari ini, panasnya menyengat Mbok, tidak seperti hari-hari yang lalu," jawabku menenangkan pikiran. "Andai matahari tidak dapat dirasakan panasnya, dia hanya memberi terang tanpa semangat," kata Mbok Siti kemudian. Matahari memberikan manusia sebuah penerang yang menghangatkan sehingga membuat kita mereaksinya. Guru juga begitu, dia tidak sekadar memberikan penerang pikiran bagi siswanya, juga dia memberikan kehangatan bagi siswanya agar memanfaatkan terang itu dengan penuh semangat.

Tidak ada komentar: