Minggu, 25 Mei 2008

Guruku Sayang, Jangan Sampai Depresi Ya...


Oleh Suyatno

Guru tampaknya akan mudah terkena depresi karena yang menjadi bebannya sangat banyak. Lihat saja, guru harus menghadapi jumlah siswa dengan karakter pribadi yang beragam, perencanaan yang harus dibuat, permintaan mutu dari para orang tua, tuntutan ekonomis keluarganya, tuntutan perkembangan pembelajaran, dan situasi budaya yang bergeser cepat. Tumpukan permasalahan datang silih berganti untuk masuk ke memori guru.

Banyak berita yang menyatakan bahwa guru bunuh diri, guru menempeleng siswa, melawan kepala sekolah, masuk rumah sakit jiwa, ditangkap polisi, dan sebagainya. Bisa jadi, sebab terjadinya hal itu karena depresi yang menghinggapi guru.

Apakah depresi itu? Menurut Gizi.net, depres merupakan gangguan mental yang sering terjadi di tengah masyarakat. Berawal dari stres yang tidak diatasi, maka seseorang bisa jatuh ke fase depresi. Penyakit ini kerap diabaikan karena dianggap bisa hilang sendiri tanpa pengobatan.

Padahal, depresi yang tidak diterapi dengan baik bisa berakhir dengan bunuh diri. Secara global lima puluh persen dari penderita depresi berpikiran untuk bunuh diri, tetapi yang akhirnya mengakhiri hidupnya ada lima belas persen. Selain itu, depresi yang berat juga menimbulkan munculnya berbagai penyakit fisik, seperti gangguan pencernaan (gastritis), asma, gangguan pada pembuluh darah (kardiovaskular), serta menurunkan produktivitas.

WHO memperkirakan depresi akan menjadi penyebab utama masalah penyakit dunia pada tahun 2020. Organisasi kesehatan itu mencatat depresi adalah gangguan mental yang umum terjadi di antara populasi. Diperkirakan 121 juta manusia di muka bumi ini menderita depresi. Dari jumlah itu 5,8 persen laki-laki dan 9,5 persen perempuan, dan hanya sekitar 30 persen penderita depresi yang benar-benar mendapatkan pengobatan yang cukup, sekalipun telah tersedia teknologi pengobatan depresi yang efektif. Ironisnya, mereka yang menderita depresi berada dalam usia produktif, yakni cenderung terjadi pada usia kurang dari 45 tahun. Tidaklah mengherankan, bila diperkirakan 60 persen dari seluruh kejadian bunuh diri terkait dengan depresi (termasuk skizofrenia). Nah, guru masuk menjadi bagian yang rentan terkena depresi.

Depresi biasanya terjadi saat stress yang dialami oleh seseorang tidak kunjung reda, dan depresi yang dialami berkorelasi dengan kejadian dramatis yang baru saja terjadi atau menimpa seseorang, misalnya kematian seseorang yang sangat dicintai atau kehilangan pekerjaan yang sangat dibanggakan. Depresi adalah masalah yang bisa dialami oleh siapapun di dunia ini.

Menurut sebuah penelitian di Amerika, 1 dari 20 orang di Amerika setiap tahun mengalami depresi, dan paling tidak 1 dari 5 orang pernah mengalami depresi sepanjang sejarah kehidupan mereka. Di Indonesia, banyak kasus depresi terjadi sebagai akibat dari krisis yang melanda beberapa tahun belakangan ini. Masalah PHK, sulitnya mencari pekerjaan, sulitnya mempertahankan pekerjaan dan krisis keuangan adalah masalah yang sekarang ini sangat umum menjadi pendorong timbulnya depresi di kalangan profesional.

Menurut seorang ilmuwan terkemuka yaitu Phillip L. Rice (1992), depresi adalah gangguan mood, kondisi emosional berkepanjangan yang mewarnai seluruh proses mental (berpikir, berperasaan dan berperilaku) seseorang. Pada umumnya mood yang secara dominan muncul adalah perasaan tidak berdaya dan kehilangan harapan.

Cukup mudah mengenali seseorang menderita depresi. Penyakit ini bisa tampak dari gejala gangguan mood berupa rasa kehilangan, rasa gagal, rasa tidak berguna, tidak mempunyai harapan, putus asa, penyesalan, serta tidak semangat bekerja. Selain itu, depresi membuat daya tahan tubuh menurun. Akibatnya, berbagai jenis penyakit pun muncul. Penyakit fisik yang sering dialami penderita depresi adalah gangguan pencernaan, gangguan pembuluh darah, asma, dan konstipasi (sembelit). Oleh karena itu, penderita depresi kerap mengalami keluhan fisik, seperti rasa mual dan malas makan. "Kalau sudah komplikasi maka penyakit yang menyertai depresi juga harus diatasi, demikian juga dengan depresinya. Selain dari gejala, untuk memastikan diagnosis dan terapi, penderita depresi perlu memeriksakan diri ke psikiater," katanya.

Penyebab
Mungkin di antara guru ada yang pernah mengalami depresi tanpa tahu sebab musababnya sampai membuat guru tersebut semakin depresi karena tidak menemukan jawabannya. Akhirnya guru itu menjadi uring-uringan sendiri, semua menjadi serba salah karena menurut guru, tak seorang pun yang bakal memahami masalahnya; bagaimana bisa mengharapkan bantuan orang lain jika sudah demikian keadaannya ?

Sebenarnya penyebab depresi bisa dilihat dari faktor biologis (seperti misalnya karena sakit, pengaruh hormonal, depresi pasca-melahirkan, penurunan berat yang drastis) dan faktor psikososial (misalnya konflik individual atau interpersonal, masalah eksistensi, masalah kepribadian, masalah keluarga) . Ada pendapat yang menyatakan bahwa masalah keturunan punya pengaruh terhadap kecenderungan munculnya depresi.

Gejala
Individu yang terkena depresi pada umumnya menunjukkan gejala psikis, gejala fisik & sosial yang khas, seperti murung, sedih berkepanjangan, sensitif, mudah marah dan tersinggung, hilang semangat kerja, hilangnya rasa percaya diri, hilangnya konsentrasi dan menurunnya daya tahan. Sebelum kita menjelajah lebih lanjut untuk mengenali gejala depresi, ada baiknya jika kita mengenal apakah artinya gejala. Gejala adalah sekumpulan peristiwa, perilaku atau perasaan yang sering (namun tidak selalu) muncul pada waktu yang bersamaan. Gejala depresi adalah kumpulan dari perilaku dan perasaan yang secara spesifik dapat dikelompokkan sebagai depresi.

Namun yang perlu diingat, setiap orang mempunyai perbedaan yang mendasar, yang memungkinkan suatu peristiwa atau perilaku dihadapi secara berbeda dan memunculkan reaksi yang berbeda antara satu orang dengan yang lain. Gejala-gejala depresi ini bisa kita lihat dari tiga segi, yaitu gejala dilihat dari segi fisik, psikis dan sosial.

Pada depresi, tekanan kehidupan atau stres ibarat patogen (kuman penyebab penyakit) pada penyakit fisik. Dengan kondisi Indonesia seperti saat ini yang diwarnai berbagai bencana alam, harga kebutuhan naik, dan sulit memperoleh pekerjaan, boleh jadi menambah tekanan bagi masyarakat, sekalipun tidak ada data pasti tentang itu karena memang tidak ada penelitiannya. "Hanya saja dipercaya, seperti pada keadaan penyakit fisik, misalnya demam berdarah, bila kondisi membuat virus meningkat, maka kasunya pun meningkat. Siklus depresi antara lain karena masalah tekanan kehidupan. Jika tekanan hidup meningkat maka insiden depresi pun meningkat. Pada depresi, tekanan itulah yang berperan sebagai kuman atau virus," ucap Irmansyah.

Tetapi ada juga depresi yang datang dengan sendirinya (depresi endogen). Depresi semacam ini disebabkan faktor biologi, seperti hormon dan neurotransmiter. Seperti diketahui otak merupakan pusat perasaan, emosi, dan pikiran. Bila ada gangguan neurotransmiter otak bisa menyebabkan seseorang kehilangan mood sehingga timbul depresi.

Dari sisi genetik, orang yang mempunyai bakat depresi akan lebih gampang menderita depresi bila ada stimulus. Jika faktor lingkungan muncul, misalnya, stres, kehilangan orang yang disayangi, penyalahgunaan obat, penyakit fisik (kronis), kehilangan pekerjaan, dan latar belakang sosial yang buruk, maka depresi lebih mudah muncul pada orang yang memiliki bakat depresi.

Menurut Irmansyah, risiko seseorang menderita depresi semakin besar bila kedua orangtuanya menderita depresi, dibandingkan bila orangtua tidak menderita depresi. Survei pada orang yang mengalami depresi memperlihatkan bahwa anak-anak yang berasal dari orangtua yang menderita depresi sangat berisiko tinggi menderita depresi. Besarnya risiko berkisar 50 persen sampai 75 persen. Oleh karena itu, deteksi dini pada anak sangat diperlukan.

"Daya tahan atau kerentanan seseorang yang tidak cukup terlatih mengelola perasaan akan membuat seseorang lebih mudah mengalami depresi. Seseorang dengan daya tahan tinggi kurang memiliki risiko untuk menderita depresi. Yang pasti tekanan itu berbeda di setiap tempat. Di lokasi bencana, seperti beberapa tempat di Nanggroe Aceh Darussalam (NAD), masyarakat di sana mengalami pengalaman traumatis sehingga lebih berisiko menderita depresi dibanding di perkotaan, seperti Jakarta, yang tekanan kehidupannya relatif tetap," jelas Irmansyah.

Gejala Fisik
Menurut beberapa ahli, gejala depresi yang kelihatan ini mempunyai rentangan dan variasi yang luas sesuai dengan berat ringannya depresi yang dialami. Namun secara garis besar ada beberapa gejala fisik umum yang relatif mudah dideteksi. Gejala itu seperti :

Gangguan pola tidur (sulit tidur, terlalu banyak atau terlalu sedikit)
Menurunnya tingkat aktivitas. Pada umumnya, orang yang mengalami depresi menunjukkan perilaku yang pasif, menyukai kegiatan yang tidak melibatkan orang lain seperti nonton TV, makan, tidur

Menurunnya efisiensi kerja.
Penyebabnya jelas, orang yang terkena depresi akan sulit memfokuskan perhatian atau pikiran pada suatu hal, atau pekerjaan. Sehingga, mereka juga akan sulit memfokuskan energi pada hal-hal prioritas. Kebanyakan yang dilakukan justru hal-hal yang tidak efisien dan tidak berguna, seperti misalnya ngemil, melamun, merokok terus menerus, sering menelpon yang tak perlu. Yang jelas, orang yang terkena depresi akan terlihat dari metode kerjanya yang menjadi kurang terstruktur, sistematika kerjanya jadi kacau atau kerjanya jadi lamban.

Menurunnya produktivitas kerja.
Orang yang terkena depresi akan kehilangan sebagian atau seluruh motivasi kerjanya. Sebabnya, ia tidak lagi bisa menikmati dan merasakan kepuasan atas apa yang dilakukannya. Ia sudah kehilangan minat dan motivasi untuk melakukan kegiatannya seperti semula. Oleh karena itu, keharusan untuk tetap beraktivitas membuatnya semakin kehilangan energi karena energi yang ada sudah banyak terpakai untuk mempertahankan diri agar tetap dapat berfungsi seperti biasanya. Mereka mudah sekali lelah, capai padahal belum melakukan aktivitas yang berarti !

Mudah merasa letih dan sakit.
Jelas saja, depresi itu sendiri adalah perasaan negatif. Jika seseorang menyimpan perasaan negatif maka jelas akan membuat letih karena membebani pikiran dan perasaan ! ; dan ia harus memikulnya di mana saja dan kapan saja, suka tidak suka !

Gejala Psikis
Perhatikan baik-baik gejala psikis di bawah ini, apakah Anda atau rekan Anda ada yang mempunyai tanda-tanda seperti di bawah ini :

Kehilangan rasa percaya diri.
Penyebabnya, orang yang mengalami depresi cenderung memandang segala sesuatu dari sisi negatif, termasuk menilai diri sendiri. Pasti mereka senang sekali membandingkan antara dirinya dengan orang lain. Orang lain dinilai lebih sukses, pandai, beruntung, kaya, lebih berpendidikan, lebih berpengalaman, lebih diperhatikan oleh atasan, dan pikiran negatif lainnya.

Sensitif.
Orang yang mengalami depresi senang sekali mengkaitkan segala sesuatu dengan dirinya. Perasaannya sensitif sekali, sehingga sering peristiwa yang netral jadi dipandang dari sudut pandang yang berbeda oleh mereka, bahkan disalahartikan. Akibatnya, mereka mudah tersinggung, mudah marah, perasa, curiga akan maksud orang lain (yang sebenarnya tidak ada apa-apa), mudah sedih, murung, dan lebih suka menyendiri.

Merasa diri tidak berguna.
Perasaan tidak berguna ini muncul karena mereka merasa menjadi orang yang gagal terutama di bidang atau lingkungan yang seharusnya mereka kuasai. Misalnya, seorang manajer mengalami depresi karena ia dimutasikan ke bagian lain. Dalam persepsinya, pemutasian itu disebabkan ketidakmampuannya dalam bekerja dan pimpinan menilai dirinya tidak cukup memberikan kontribusi sesuai dengan yang diharapkan.

Perasaan bersalah.
Perasaan bersalah terkadang timbul dalam pemikiran orang yang mengalami depresi. Mereka memandang suatu kejadian yang menimpa dirinya sebagai suatu hukuman atau akibat dari kegagalan mereka melaksanakan tanggung jawab yang seharusnya dikerjakan. Banyak pula yang merasa dirinya menjadi beban bagi orang lain dan menyalahkan diri mereka atas situasi tersebut.

Perasaan terbebani.
Banyak orang yang menyalahkan orang lain atas kesusahan yang dialaminya. Mereka merasa terbeban berat karena merasa terlalu dibebani tanggung jawab yang berat.

Gejala Sosial
Jangan heran jika masalah depresi yang berawal dari diri sendiri pada akhirnya mempengaruhi lingkungan dan pekerjaan (atau aktivitas rutin lainnya). Bagaimana tidak, lingkungan tentu akan bereaksi terhadap perilaku orang yang depresi tersebut yang pada umumnya negatif (mudah marah, tersinggung, menyendiri, sensitif, mudah letih, mudah sakit). Problem sosial yang terjadi biasanya berkisar pada masalah interaksi dengan rekan kerja, atasan atau bawahan. Masalah ini tidak hanya berbentuk konflik, namun masalah lainnya juga seperti perasaan minder, malu, cemas jika berada di antara kelompok dan merasa tidak nyaman untuk berkomunikasi secara normal. Mereka merasa tidak mampu untuk bersikap terbuka dan secara aktif menjalin hubungan dengan lingkungan sekalipun ada kesempatan.

Bisa Disembuhkan
Depresi, kata Ketua Departemen Psikiatri Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) dr Irmansyah SpKJ, bisa disembuhkan sehingga semestinya tindakan bunuh diri bisa dicegah. Banyak faktor yang menyebabkan seseorang jatuh dalam depresi. Beragam faktor itu ada yang berasal dari dalam diri sendiri (endogen), seperti hormon, bahan kimia otak yang dikenal dengan neurotransmiter, genetik, dan faktor lingkungan (tekanan kehidupan). Faktor-faktor itu bisa terjadi bersamaan, tetapi bisa juga sendiri-sendiri.

Daya Tahan Tubuh
Dijelaskan, semua kelompok usia rentan depresi. Pada anak-anak, depresi itu berwujud dalam perubahan sikap. Misalnya, gangguan perilaku, mudah marah, emosional, kesulitan bergaul dengan teman, gangguan dalam pelajaran, dan menolak makan.

Dari sisi jenis kelamin, perempuan lebih banyak menderita depresi dibanding laki-laki. Hal ini antara lain disebabkan fluktuasi hormon yang lebih nyata pada perempuan. Bila mengalami tekanan, umumnya laki-laki lebih banyak memiliki upaya sendiri untuk mengatasi tekanan itu, seperti beraktivitas di luar, mengonsumsi minuman beralkohol. Sedangkan perempuan yang depresi cenderung lebih banyak berdiam di rumah.

Depresi juga bisa dipicu oleh pemakaian obat-obatan, seperti streoid, obat yang mengandung hormon, dan juga bisa disebabkan penyalahgunaan obat-obatan.

Dikatakan, tidak semua depresi harus diobati karena ada depresi yang sembuh tanpa diterapi. Artinya, depresi hilang seiring dengan perjalanan waktu. Ini terjadi bila depresi masih dalam batas wajar. Tetapi ada juga depresi yang tidak bisa sembuh sendiri. Bahkan, memerlukan waktu bertahun-tahun untuk proses penyembuhan.

Terapi depresi terdiri dari konseling, psikoterapi dan terapi farmakologi (dengan pemakain obat antidepresan), dukungan kelompok, serta terapi kognitif. Terkadang, para penderita depresi memerlukan rawat inap di rumah sakit. Rawat inap dilakukan pada pasien yang kurang mendapat dukungan dari lingkungan, sekalipun derajat depresi yang dialaminya tergolong ringan.

Selain itu, kepatuhan menggunakan obat antidepresan juga menjadi pertimbangan seorang penderita depresi menjalani rawat inap di rumah sakit. Jadi, rawat inap tidak hanya berlaku pada penderita depresi berat. Sama dengan penyakit lain, depresi juga bisa kambuh. Agar tidak mengalami depresi, Irmansyah menyarankan setiap orang memperkuat daya tahan mental, melatih diri agar bisa fleksibel, memiliki fisik yang sehat, serta mendalami ajaran agama yang berperan menimbulkan rasa damai.Mengajarlah dengan enjoy dan dinikmati dengan menu keriangan bersama anak.

Diramu dari berbagai sumber:
http://www.suarapembaruan.com/News;www.e-psikologi.com/masalah/depresi; kompas.com

3 komentar:

Kritik Sastra mengatakan...

Seorang guru harus memiliki pola hidup yang teratur. Olah raga yang cukup (teratur) dan makan makanan yang bergizi, merupakan syarat mutlak untuk menjadi guru yang ahndal dan profesional. Kalau gurunya ja sehat, bagaimana dengan muridnya? Dan kalau muridnya sehat, bagaimana dengan perkembangan pendidikan di Indonesia? Semakin sehat pula, bukan?

karangan mengatakan...

Entah kenapa setelah baca artikel Bapak, saya jadi sedih. Sekarang apa2 mahal. Guru atau mungkin calon guru seperti saya harus punya tak-tik untuk menyiasati beban hidup yang semakin mencekik bagi orang2 yang mudah putus asa. Yup, kami butuh penyegaran, Pak. Perlu banget nih tips tetap istiqomah menjadi guru ideal. Kami tunggu ya, Pak!
Dhesy (PR'2004)

cerdasdiksi mengatakan...

sepertinya negeri ini dalam waktu dekat akan menjadi negeri yang dipenuhi orang-orang yang mengalami depresi.bagaimana tidak? selalu saja ada hal yang membuat cemas.tentu saja tidak menutup kemungkinan guru pun demikian. bagaimana bangsa ini akan maju, jika manusianya mengalami kemunduran (mental)?