Minggu, 18 Mei 2008

Guru Perlu Tahu Bullying (Tindak Kekerasan) di Sekolah


Oleh Suyatno

Pernakah mendengar siswa berkelahi? Guru menempeleng siswa? Saat guru berada di tengah siswa, keadaan kelas atau di luar kelas tampak normal dan biasa-biasa saja. Dapat dipastikan, tidak ada satu siswa pun yang menekan siswa lain dengan cara memukul, mengejek, dan bahkan melukai. Namun, lihatlah saat guru tidak berada di tengah-tengah siswa, akan terjadi ragam tekanan siswa satu dengan yang lainnya, penganiayaan, perdebatan, dan perkelahian. Itu masih tekanan dari sesama siswa. Belum lagi tekanan yang berasal dari guru yang arogan, sok berkuasa, dan otoriter sekali. Guru yang semacam itu selalu menggunakan tindakan kekerasan untuk menutupi ketidakmampuan dan ingin dipuja dan dipuji semata. Jadi dapat dikatakan bahwa Tindakan menyimpang tersebut bisa jadi dipicu oleh guru, setting kelas, norma sekolah, dan lingkungan sekolah.

Maraknya aksi bullying atau tindakan yg membuat seseorang merasa teraniaya di sekolah baik yang dilakukan sesama siswa, alumni atau bahkan guru merupakan lagu lama. Masalahnya, kasus-kasus ini jarang menguak ke permukaan karena guru, orang tua bahkan siswa belum memiliki kesadaran kapan terjadinya bullying dan kalaupun disadari, jarang yang mau membicarakannya.

Berikut ini adalah contoh tindakan yang termasuk kategory bullying; pelaku baik individual maupun group secara sengaja menyakiti atau mengancam korban dengan cara:
- menyisihkan seseorang dari pergaulan,
- menyebarkan gosip, mebuat julukan yang bersifat ejekan,
- mengerjai seseorang untuk mempermalukannya
- mengintimidasi atau mengancam korban
- melukai secara fisik
- melakukan pemalakan/pengompasan

Bullying merupakan istilah yang memang belum cukup dikenal oleh masyarakat luas di Indonesia meski perilakunya eksis di dalam kehidupan bermasyarakat, bahkan di dalam institusi pendidikan. Menurut Andrew Mellor dari Antibullying Network University of Edinburgh, bullying terjadi ketika seseorang merasa teraniaya oleh tindakan orang lain baik yang berupa verbal, fisik maupun mental dan orang tersebut takut bila perilaku tersebut akan terjadi lagi.

Tingkat keamanan sekolah dari bullying atau tindakan yang membuat seseorang merasa teraniaya yang dapat dilakukan guru, sesama siswa, senior atau alumni bisa bergantung pada bagaimana interaksi guru dan murid di suatu sekolah dan aura lingkungan sekolah tersebut. Dari penelitian yang dilakukan di SD, SMP dan SMA di tiga kota besar di Indonesia, sekolah dengan tingkat bullying yang terendah menunjukkan ada kaitan erat antara guru dengan siswanya serta kondisi lingkungan sekolahnya. "Yang rendah ini, di sekolahnya terdapat hubungan antara guru dan siswa yang sangat baik. Sekolahnya kecil dan nyaman, dalam arti hijau, anak-anak bebas main-main. Sekolah yg sangat biasa," ujar peneliti, Ratna, dari Universitas Indonesia. Menurut Ratna, lingkungan fisik sekolah berpengaruh besar terhadap perilaku orang-orang yang ada di sekolah.

Salah satu upaya yang dilakukan oleh pihak sekolah dalam mencegah dan mengatasi bullying adalah dengan menata ruang sekolah dengan nyaman dan kreatif.
Penataan ruang di sekolah sangat penting untuk menciptakan atmosfir untuk memunculkan kreativitas anak-anak dan menciptakan rasa nyaman sehingga anak-anak merasa seperti di rumahnya sendiri. Upaya pencegahan bullying memang harus menjadi perhatian semua pihak baik siswa, para alumni, guru, orang tua, bahkan masyarakat di sekitar sekolah.

Bullying menjadi momok menyeramkan karena dampaknya bukan hanya dapat dirasakan sekarang juga namun bisa muncul beberapa tahun kemudian. Contohnya, dari salah satu anak SMA, dia ketika dibentak gurunya langsung pingsan dan meracau tidak jelas. Selidik punya selidik, dia ternyata pernah dibully dengan sangat keras oleh gurunya waktu SD. Sampai sekarang, dia masih perlu pendampingan.

Sosok bullying sendiri juga makin marak didengar akhir-akhir ini ketika guru-guru salah satu SMA bergengsi di Jakarta justru yang melakukan bullying. Bentuk bullying yang terjadi di setiap tingkatan umur berbeda. Makin muda umur anak, biasanya bullying lebih ke arah fisik "Makin bertambah usia, makin ke verbal dan psikologis. Contohnya, kalau ada murid yang vokal bertanya, gurunya bilang 'alah kamu belum bayar uang sekolah aja, pake tanya-tanya'.

Menurut kelompok Peduli Karakter ANAK (PeKA)indikasi anak menjadi korban bullying :
- Tidak mau pergi ke sekolah, Takut pada saat pergi maupun pulang sekolah, Menjadi nervous ataupun kurang percaya diri, Menangis sendiri tanpa sebab ataupun pada saat tidur.
- Prestasi akademik semakin menurun, Kehilangan keceriaan pada waktu pagi hari sebelum ke sekolah, Pulang sekolah dengan tas maupun buku yg robek/rusak, Barang kepunyaan/uang sering dilaporkan hilang, Meminta uang atau bahkan mencuri uang (utk diserahkan kepada si Pelaku),
- Bersikap agresif pada adik atau saudaranya, Mogok makan, Pulang dengan luka-luka tanpa penjelasan yang memadai.

Dari tiga kota pelaksanaan survei mengenai gambaran bullying di sekolah, Yogyakarta mencatat angka tertinggi dibanding Jakarta dan Surabaya. Ditemukan kasus bullying di 70,65 persen SMP dan SMU di Yogyakarta. Psikolog Universitas Indonesia (UI) Ratna Juwita, yang melakukan penelitian ini, mengatakan, tingginya kasus bullying di Yogyakarta belum diketahui sebabnya. Kasus-kasus itu jarang menguak ke permukaan karena guru, orangtua, bahkan siswa belum memiliki kesadaran tentang bullying. Bullying merupakan istilah yang belum cukup dikenal masyarakat luas di Indonesia meski perilakunya eksis di dalam kehidupan bermasyarakat, bahkan di dalam institusi pendidikan.

Sekolah yang jarang terjadi tindak kekerasan biasanya terdapat hubungan antara guru dan siswa yang sangat baik. Sekolahnya nyaman, dalam arti hijau dan anak-anak bebas main-main. Guru-gurunya bernuansa guru sejati yang mampu menciptakan suasana cinta kepada anak-anak layaknya cinta guru kepada anak kandungnya.

1 komentar:

Kritik Sastra mengatakan...

Sudah saatnya cara-cara kekerasan disisihkan. Bukanlkah Al Quran (An Nahl:125) sudah menegaskan: berperilakulah dengan lemah lembut, sebab jika engkau (ya Muhammad) berperilaku kasar, maka pergilah mereka semua meninggalkanmu. Begitulah!